Anda di halaman 1dari 34

TA’ALLUM: Jurnal Pendidikan Islam

Volume ##, Nomor ##, Bulan Tahun, Halaman 1-34


p-ISSN: 2303-1891; e-ISSN: 2549-2926

KEBIJAKAN KURIKULUM PENDIDIKAN


KARAKTER

Asfiatus Sholikhah1, Abd Aziz2, Nur Kholis3


1
Mahasiswa Pascasarjana UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung; 2 Dosen Pascasarjana UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung
sholikhahasfiatus@gmail.com1,

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap bagaimana


pentingnya kebijakan kurikulum pendidikan karakter. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini ialah kualiatif dengan menggunakan
pendekatan berbasis kepustakaan yakni mencari referensi melalui
artikel dan sumber lainnya yang dipandang relevan dan
representatif. Hasil kajian dan pembahasan menunjukkan bahwa
pendidikan karakter sudah ada sejak masa pra kemerdekaan, tetapi
tidak diistilahkan demikian melainkan pedidikan budi pekerti,
moral, dan pancasila. Istilah pendidikan karakter mulai populer
sejak tahun 2010 pada masa pasca reformasi; Pendidikan karakter
pada masa pra kebijakan nasional pembangunan karakter belum
sepenuhnya terbingkai dalam sistem pendidikan Nasional. Konteks
pendidikan karakter dalam pendidikan nasional masih tersirat dari
pendidikan yang berbasis kebudayaan, pancasilais dan keagamaan.
Penyelenggaraanya pun belum diatur secara komprehensif.
Sedangkan pasca kebijakan nasional pembangunan karakter,
pendidikan karakter sudah menjadi ciri khas sistem pendidikan
nasional, dan pelaksanaanya diatur secara rinci mulai dari strategi
pelaksanaan, sampai pada tahap evaluasinya.

Kata kunci: Kurikulum, Pendidikan Karakter

DOI: 10.21274/taalum.TTTT.V.N.1-34
Penulis Pertama: Kebijakan Kurikulim Pendidikan…

Abstract: This study aims to reveal how important the character


education curriculum policy is. The method used in this research is
qualitative by using a literature-based approach, namely looking for
references through articles and other sources that are considered
relevant and representative. The results of the study and discussion
show that character education has existed since the pre-
independence era, but it is not termed that way but character
education, morals, and Pancasila. The term character education has
become popular since 2010 during the post-reform era; Character
education during the pre-national character development policy was
not fully framed in the national education system. The context of
character education in national education is still implied by culture-
based, Pancasila and religious education. Its implementation has not
yet been comprehensively regulated. Meanwhile, after the national
character development policy, character education has become the
hallmark of the national education system, and its implementation
is regulated in detail starting from the implementation strategy, up
to the evaluation stage.

Keywords: Curriculum, Character Education

Pendahuluan
Karakter adalah suatu hal yang sedang hangat dan banyak
dibicarakan dalam dunia pendidikan. Hal ini berlatar belakang
dengan adanya fakta yang menunjukkan bahwa karakter bangsa
pada zaman globalisasi seprti saat ini merosot tajam.
Pendidikan dianggap sebagai suatu media yang paling jitu
dalam mengembangkan potensi anak didik baik
berketerampilan maupun berwawasan. Oleh karena itu ,
pendidikan secara terus menerus dibagun dan dikembangkan
agar dari proses pelaksanaannya menghasilkan generasi yang
diharapkan.
Dalam UU Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 yang terkhir
dijelaskan bahwa pendidikan karakter merupakan: “pendidikan

2 ж TA’ALLUM, Vol. ##, No. ##, Bulan Tahun


Penulis Pertama: Kebijakan Kurikulim Pendidikan…

akhlak atau karakter masih digabung dalam mata pelajaran


agama dan diserahhkan sepenuhnya pada guru agama”. Karena
pendidikan karakter dibebankan sepenuhnya kepada guru
agama saja maka pendidikan karakter itu sendiri belum
mencapai batas yang optimal. Hal ini terbukti dari fenomena
sosial yang menunjukkan prilaku yang tidak berkarakter,
seperti maraknya terjadi tawuran antar pelajar, adalanya
pergaulan bebas, adanya kesenjangan sosial, ekonomi, politik
di masyarakat, masih terjadinya ketidak adilan hukum,
kekerasan dan kerusuhan, dan korupsi yang mewabah dan
merambah pada semua sektor kehidupan masyarakat, tindakan
anarkis atau konflik sosial.

Metode
Metode penelitian yang digunakan disesuaikan dengan
tujuan penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif dengan metode
deskriptif. Sukmadinata menjelaskan bahwa penelitian kualitatif
adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan atau
menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap,
kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun
berkelompok”. Dalam penelitian kualitatif, peneliti menjadi
instrumen yang terpenting adalah peneliti itu sendiri. Peneliti
menggunakan alat- alat bantu untuk mengumpulkan data seperti
voice recorder, alat tulis, dan kamera. Tetapi kegunaan atau

TA’ALLUM, Vol. ##, No. ##, Bulan Tahun ж 3


Penulis Pertama: Kebijakan Kurikulim Pendidikan…

pemanfaaaan alat-alat ini sangat tergantung pada peneliti itu


sendiri.1
Sumber data dari penelitian ini diperoleh melalui kajian
pustaka dan teoritis yang didapatkan melalui jurnal dan buku yang
relefan. Data-data yang diperoleh dari beberapa referansi dijadikan
dasar atau alat utama yang digunakan untuk melakukan lakukan
pembahasan. Hasil dari penelitian ini merupakan hasil dari analisis
beberapa teori yang diperoleh berkenaan dengan kebijakan
kurikulum pendidikan karakter

Hasil dan Pembahasan


A. Pengertian Kebijakan
Secara umum kebijakan atau policy dipergunakan untuk
menunjukan perilaku seseorang aktor misalnya seorang pejabat,
suatu kelompok, maupun lembaga tertentu untuk memecahkan
masalah yang sedang dihadapi. Pada dasarnya terdapat banyak
penjelasan dengan batasan-batasan atau pengertian mengenai
kebijakan.
Menurut Noeng Muhadjir kebijakan merupakan upaya
memecahkan problem sosial bagi kepentingan masyarakat atas
asas keadilan dan kesejaheraan masyarakat. Dan dalam
kebijakan setidaknya harus memenuhi empat hal penting yakni;
(1)tingkat hidup masyarakat meningkat, (2) terjadi keadilan :

1
Ahmad Fauzi dkk, Penerapan Model Pembelajaran Project Based
Learning dalam Pembelajaran Mandiri pada Pendidikan Kesetaraan Paket C,
Journal of Nonformal Education, Vol, 3. No, 1. 2019. hlm. 53

4 ж TA’ALLUM, Vol. ##, No. ##, Bulan Tahun


Penulis Pertama: Kebijakan Kurikulim Pendidikan…

By the law, social justice, dan peluang prestasi dan kreasi


individual, (3) diberikan peluang aktif partisipasi masyarakat
(dalam membahas masalah, perencanaan, keputusan dan
implementasi), dan (4) terjaminnya pengembangan
2
berkelanjutan.
Kemudian Monahan dan Hengst seperti yang dikutip oleh
Syafaruddin baawa kebijakan (policy) secara etimologi
diturunkan dalam bahasa Yunani, yaitu “Polis” yang artinya
kota (city).3 Pendapat ini menjelaskan kebijakan mengacu
kepada cara-cara dari semua bagian pemerintahan mengarahkan
untuk mengelola kegiatan mereka. Dalam hal ini, kebijakan
berkenaan dengan gagasan pengaturan organisasi dan
merupakan pola formal yang sama-sama diterima pemerintah
atau lembaga sehingga dengan hal itu mereka berusaha
mengejar tujuannya.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa
kebijakan merupakan petunjuk dan batasan secara umum yang
menjadi arah dari tindakan yang dilakukan dan aturan yang
harus diikuti oleh para pelaku dan pelaksana kebijakan karena
sangat penting bagi pengolahan dalam mengambil keputusan
atas perencanaan yang telah dibuat dan disepakati bersama.

2
Noeng Muhadjir, Ilmu pendidikan dan Perubahan Sosial. Teori
Pendidikan Pelaku Sosial Kreatif. (Yogyakarta : Raka Sarasin, 2000), hlm. 15
3
Heinz Weihrich and Haroid Koontz, Management A.Global Perspective
Tent Edition (New York : McGraw-Hill, Inc., 1993), hlm 123

TA’ALLUM, Vol. ##, No. ##, Bulan Tahun ж 5


Penulis Pertama: Kebijakan Kurikulim Pendidikan…

Dengan demikian kebijakan menjadi sarana pemecahan


masalah atas tindakan yang terjadi.
Istilah kebijakan dalam dunia pendidikan sering disebut
dengan istilah perencanaan pendidikan (educational planning),
rencana induk tentang pendidikan (master plan of education),
pengaturan pendidikan (educational regulation), kebijakan
tentang pendidikan (policy of education) namun istilah-istilah
tersebut itu sebenarnya memiliki perbedaan isi dan cakupan
makna dari masing-masing yang ditunjukan oleh istilah
tersebut.4
Kebijakan pendidikan menurut Riant Nugroho sebagai
bagian dari kebijakan publik, yaitu kebijakan publik di bidang
pendidikan. Dengan demikian, kebijakan pendidikan harus
sebangun dengan kebijakan publik dimana konteks kebijakan
publik secara umum, yaitu kebijakan pembangunan, maka
kebijakan merupakan bagian dari kebijakan publik. Kebijakan
pendidikan di pahami sebagai kebijakan di bidang pendidikan,
untuk mencapai tujuan pembangunan Negara Bangsa di bidang
pendidikan, sebagai salah satu bagian dari tujuan pembangunan
Negara Bangsa secara keseluruhan.5
Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah terkait kurikulum
pendidikan megalami perubahan yang amat sering tanpa rentan

4
Arif Rohman, Politik Ideologi Pendidikan, (Yogyakarta: Mediatama,
2009), hlm .107- 108
5
Riant Nugroho, Public Policy, (Jakarta: Alex Media Komputindo, 2008),
hlm. 37

6 ж TA’ALLUM, Vol. ##, No. ##, Bulan Tahun


Penulis Pertama: Kebijakan Kurikulim Pendidikan…

waktu yang jelas. Dinamika kebijakan yang terjadi dalam


kurikulum pendidikan di Indonesia terlihat seperti potret
dinamika kebijakana yang labil. Kebijakan labil karena terlalu
sering mengalami perubahan tanpa arah dan substansi yang
jelas serta terukur. Perubahan kebijakan ditentukan oleh banyak
factor yang mendorong terjadinya perubahan.6

B. Pengertian Pendidikan Karakter


1. Pengertian Pendidikan
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara
(pasal 1, butir 1).7
Pendidikan secara etimologi berasal dari bahasa latin
“educatum” yang terdiri dari dua kata yaitu: E dan Duco
dimana kata E berarti sebuah perkembangan dari dalam
keluar atau dari sedikit ke banyak, sedangkan Duco berarti

6
Dilla Janu Istanti, Dinamika Kebijakan Kurikulum Pendidikan di
Indonesia Pasca Reformasi, Jurnal Ilmu Politik dan Ilmu Pemerintahan, Vol. 05,
No. 02, hlm. 142.
7
Abdul Jalil, Karakter Pendidikan untuk Membentuk Pendidikan
Karakter, Jurnal Pendidikan Islam Vol. 6, No. 2, 2012, hlm. 176.

TA’ALLUM, Vol. ##, No. ##, Bulan Tahun ж 7


Penulis Pertama: Kebijakan Kurikulim Pendidikan…

pengembangan atau sedang berkembang. Jadi, secara


etimologi pengertian pendidikan adalah proses
mengembangkan kemampuan diri sendiri dan kekuatan
individu.
Oemar Hamalik menjelaskan bahwa “pendidikan adalah
suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat
menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungan dan
dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam
dirinnya yang memungkinkan untuk berfungsi secara kuat
dalam kehidupan masyarakat”.8
Pendidikan merupakan salah satu bagian dari agama
Islam. Sebab dalam agama Islam, pendidikan pun
disyariatkan. Sebagai bentuk dari implementasi syariat yang
telah digariskan, maka muncul lah sebuah sistem pendidikan
yang berasaskan Islam. Sejak dahulu pendidikan Islam telah
dicontohkan oleh para nabi dan rasul.9
Seperti kita ketahui bahwa proses globalisasi secara
terus-menerus akan berdampak pada perubahan karakter
masyarakat Indonesia. Kurangnya pendidikan karakter akan
menimbulkan krisis moral yang berakibat pada perilaku
negatif di masyarakat, misalnya pergaulan bebas,

8
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta; Bumi Aksara, 2001),
hlm. 25
9
Muhammad Jundi, Muh. Arif Abdullah, Pendidikan Islam dan
Keteladanan Moral Rasulullah Muhammad Saw. bagi Generasi Muda, Al-
Tarbawi Al-Hadits: Jurnal Pendidikan Islam Vol. 4, No. 1, 2020, hlm. 41-59

8 ж TA’ALLUM, Vol. ##, No. ##, Bulan Tahun


Penulis Pertama: Kebijakan Kurikulim Pendidikan…

penyalahgunaan obat-obat terlarang, pencurian, kekerasan


terhadap anak, dan lain sebagainya.
Menurut Thomas Lickona, setidaknya ada tujuh alasan
mengapa character education harus diberikan kepada warga
negara sejak dini, yaitu;
1. Ini merupakan cara paling baik untuk memastikan para
murid memiliki kepribadian dan karakter yang baik
dalam hidupnya.
2. Pendidikan ini dapat membantu meningkatkan prestasi
akademik anak didik.
3. Sebagian anak tidak bisa membentuk karakter yang kuat
untuk dirinya di tempat lain.
4. Dapat membentuk individu yang menghargai dan
menghormati orang lain dan dapat hidup di dalam
masyarakat yang majemuk.
5. Sebagai upaya mengatasi akar masalah moral-sosial,
seperti ketidakjujuran, ketidaksopanan, kekerasan, etos
kerja rendah, dan lain-lain.
6. Merupakan cara terbaik untuk membentuk perilaku
individu sebelum masuk ke dunia kerja/ usaha.
7. Sebagai cara untuk mengajarkan nilai-nilai budaya yang
merupakan bagian dari kerja suatu peradaban.
Dari penjelasan tersebut kita menyadari bahwa
pendidikan karakter sangat penting bagi setiap orang.
Dengan begitu, maka para guru, dosen, dan orang tua, sudah

TA’ALLUM, Vol. ##, No. ##, Bulan Tahun ж 9


Penulis Pertama: Kebijakan Kurikulim Pendidikan…

seharusnya senantiasa menanamkan nilai-nilai karakter yang


baik kepada anak didiknya.

2. Pengertian Karakter
Secara etimologi, istilah karakter berasal dari bahasa
alatin character, yang berarti watak, tabiat, sifat-sifat
kejiwaan, budi pekerti, kepribadian, dan akhlak.
Sedangkan secara terminologi karakter diartikan sebagai
sifat manusia secara pada umumnya yang bergantung pada
fakor kehidupannya sendiri.
Beberapa ahli mengemukakan pendapat mereka
mengenai pengertian karakter diantara yaitu: Fitri
menyatakan bahwa “karakter merupakan nilai-nilai
perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang
Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan
kebangsaan, yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan,
perkataan dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama,
hokum, tata karma, budaya, dan adat istiadat”.10
Kemudian Samani juga berpendapat bahwa “karakter
adalah cara berfikir dan berprilaku yang khas tiap individu
untuk hidup, dan bekerja sama baik dalam lingkkungan
keluarga, masyarakat, bangsa dan negara”.11

10
Agus Zaenul Fitri, Pendidikan Karakter Berbasis Nilai dan Etika di
Sekolah, (Jogjakarta: Ar-Ruzz,2012), hlm.20.
11
Muchlas, Samani dan Hariyanto, Konsep dan Modal Pendidikan
Karakter, (Bandung; Remaja Rosdakarya,2012), hlm. 41

10 ж TA’ALLUM, Vol. ##, No. ##, Bulan Tahun


Penulis Pertama: Kebijakan Kurikulim Pendidikan…

Jadi dapat disimpulkan bahwa karakter adalah nilai-


nilai dan prilaku manusia yang khas atau yang melekat
pada diri seseorang yang medasari cara pandang, berpikir,
dan berprilaku dalam lingkungan keluarka ataupun
masyarakat.
3. Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter adalah sebuah sistem yang
menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta didik, yang
mengandung komponen pengetahuan, kesadaran individu,
tekat, serta adanya kemauan dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan, diri sendiri,
sesama manusia, lingkungan, maupun bangsa yang pada
akhirnya akan mewujudkan insan kamil.12
Menurut Fadlillah pendidikan karakter adalah “suatu
bentuk pengarahan dan bimbingan supaya seseorang
mempunyai tingkah laku yang baik sesuai dengan nilai-
nilai moralitas, dan keberagaman”. 13 Sedangkan
Kurniawan menjelaskan bahwa “pendidikan karakter
adalah usaha sadar dan terencana untuk membentuk watak

12
Abdul Halim Rofi’ie, Pendidikan Karakter Adalah Sebuah Keharusan,
Waskita, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 116.
13
M. Fadlillah, Pendidikan Karakter Anak Usia Dini, (Yogyakarta: Ar-
Ruzz, 2013), hlm.23

TA’ALLUM, Vol. ##, No. ##, Bulan Tahun ж 11


Penulis Pertama: Kebijakan Kurikulim Pendidikan…

atau kepribadian sesorang berdasarkan nilai-nilai yang ada


di masyarakat dan lingkungan keluarga”.14
Menurut Zubaedi, pengertian karakter memiliki
kedekatan dengan pengertian akhlak, yaitu sama-sama
berorientasi dalam pembentukan karakter yang positif.
Hanya saja istilah akhlak lebih terkesan timur dan Islam,
sedangkan karakter terkesan Barat dan sekuler Akhlak
dapat diperoleh atau diubah dengan cara belajar, begitu
pula dengan karakter yang dapat dibentuk atau dibangun
secara berkesinambungan melalui pembiasaan. Pembiasaan
merupakan kegiatan yang dilakukan secara teratur dan
berkesinambungan untuk melatih anak agar memiliki
kebiasaan-kebiasaan tertentu untuk diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.15
Berdasarkan pada berbagai pengertian di atas maka
dapat diartikan bahwa pendidikan karakter merupakan
upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara
sistematis yang menghubungkan dimensi moral dengan
ranah sosial.16 serta untuk membantu peserta didik
memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan

14
Syamsul, Kurniawan, Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasi
Secara Terpadu di Lingkungan Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi dan
Masyarakat, (Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2013), hlm.42.
15
Sri Marwiyati, Penanaman Pendidikan Karakter melalui Pembiasaan,
Penanaman Pendidikan Karakter melalui Pembiasaan, Vol. 9, No. 2, hlm. 152
16
Asnelly Ilyas & Eliwatis, Kajian Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan
Karakter Berdasarkan Kurikulum 2013 Di Sekolah Dasar Negeri Kec. Lima
Kaum Kabupaten Tanah Datar, Jurnal Ta’dib, Volume 19, No. 2, 2016. Hlm. 135

12 ж TA’ALLUM, Vol. ##, No. ##, Bulan Tahun


Penulis Pertama: Kebijakan Kurikulim Pendidikan…

dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama


manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud
dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan
berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama,
budaya, dan adat istiadat.17
Konsep pembentukan karakter dapat dipahami
sebagai proses pendiidkan karakter dengan melakukan
pembaiasaan kepada setiap individu baik yang terkait
dengan sikap, perilaku, motivasi dan seterusnya yang bisa
menjadikan setiap individu menjadi pribadi yang lebih baik
(Werdaningsih, 2011). Pendidikan karakter mengarah pada
nilai-nilai seperti jujur, peduli, rasa hormat, tanggung
jawab , dan adil dan membantu peserta didik untuk
memahami, memperhatikan, dan mengamalkan nilainilai
tersebut dalam semua aspek kehidupan.
pendidikan karakter tersebut, dapat
diimplementasikan pada semua lingkungan pendidikan,
baik pendidikan formal, non formal, dan informal. Artinya,
pengembangan pendidikan karakter menjadi tanggung
jawab semua pihak. Implementasi pendidikan karakter di

17
Muh. Arif, Nilai-nilai Pendidikan Karakter Dalam Al-Qur’an (Telaah QS.
Luqman dan Relevansinya dengan Dasadarma Pramuka), Tadrîs Vol. 9, No. 2,
2014, hlm. 172-185.

TA’ALLUM, Vol. ##, No. ##, Bulan Tahun ж 13


Penulis Pertama: Kebijakan Kurikulim Pendidikan…

lingkungan pendidikan formalsekolah, merupakan pemeran


utama.18
Anak akan menjadi manusia yang berkarakter positif
ketika anak mendapatkan rangsangan dan dukungan
lingkungan Pendidikan yang positif, baik di rumah maupun
di sekolah. Peran aktif orang tua, serta masyarakat untuk
selalu bersama-sama menggalakkan nilai-nilai pendidikan
karakter dalam setiap kesempatan, khususnya kepada anak-
anak usia dini. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal
mempunyai tanggung jawab dalam melaksanakan misi
pendidikan tersebut. Guru harus merancang pembelajaran,
mengenali tingkat pengetahuan anak, memotivasi anak dan
melaksanakan pembelajaran yang menyenangkan. Program
pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan dan
kemampuan anak, selain itu program kegiatan belajar pada
anak harus menumbuhkan sikap dan perilaku yang positif
melalui metode dan strategi yang sesuai dengan kebutuhan
dan perkembangan anak.

C. Kebijakan Pendidikan Karakter


Kebijakan adalah kata bijak yang mendapat imbuhan. Kata
bijak itu berarti menggunakan akal budinya; pandai; mahir
(Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)). Orang yang bijak

18
Kaimuddin, Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Kurikulum 2013,
Dinamika Ilmu Vol. 14. No 1, 2014, hlm. 52.

14 ж TA’ALLUM, Vol. ##, No. ##, Bulan Tahun


Penulis Pertama: Kebijakan Kurikulim Pendidikan…

adalah seseorang yang mahir dan pandai, serta menggunakan


akal budinya dalam melakukan tindakan dan mengambil
keputusan. Dengan kata lain, orang yang bijak akan
menentukan dan mengambil kepurtusan atas pertimbangan
matang dan didasarkan pada ilmu yang bermanfaat, sehingga
keputusan yang diambil tidak merugikan satu dan lain pihak.
Secara umum, kebijakan berarti rumusan keputusan
pemerintah yang menjadi pedoman tingkah laku guna
mengatasi masalah atau persoalan yang didalamnya terdapat
tujuan, rencana dan program yang akan dilaksanakan (Majdid,
2018).Jika dikaitkan dengan pendidikan, maka kebijakan ini
dibuat oleh pemerintah di bidang pendidikan dan kebijakan
yang diurus adalah kebijakan yang berhubungan dengan
komponen-komponen yang dalam bidang pendidikan, yang
dibentuk guna perbaikan mutu pendidikan. Konponen-
komponen yang diatur mencakup keseluruhan, yakni mulai
perserta didik, pendidik, tujuan pendidikan, alat pendidikan,
dan linkungan pendidikan (Saat, 2015). Pengaturan pada
komponen-komponen tersebut pada akhirnya akan membentuk
suatu sitem yang saling berhubungan.saling tergantung dan
saling menentukan satu sama lain.
Suatu kebijakan pendidikan tidak akan berhenti pada satu
titik. Akan terus dilakukan perbaikan dan dituntun agar
mengikuti perkembangan jaman. Aspek-aspek yang dikaji
sebagai bahan pertimbangan perbaikan suatu kebijakan

TA’ALLUM, Vol. ##, No. ##, Bulan Tahun ж 15


Penulis Pertama: Kebijakan Kurikulim Pendidikan…

pendidikan adalah pelaku dan implementasi kebijakan


pendidikan.19 Pelaku yang dimaksud adalah kelompok atau
perorangan yang memiliki tanggung jawab terhaap pendidikan.
Kemudian implementasi kebijakan pendidikan dievaluasi
dengan cara mengukur dan membandingkan antara hasil akhir
program kebijakan pendidikan dengan tujuantujuan kebijakan
pendidikan.
Sehingga, tak heran apabila kerap kita jumpai perbaikan
kebijakan pendidikan di Indonesia, terlebih setiap bergantinya
menteri pendidikan di Indonesia. Meskipun banyak pihak yang
mengkritik tajam hal tersebut, namun sejatinya hal ini tidaklah
salah. Karena hal tersebut merupakan salah satu upaya
perbaikan kebijakan pendidikan Indonesia, yang hingga
akhirnya bertujuan juga pada perbaikkan terhadap mutu
pendidikan di Indonesia.
1. Peraturan Perundang-undangan Kebijakan Pendidikan
karakter.
Di Indonesia, penerapan pendidikan karakter sangat
ditekankan. Ada beberapa peraturan perundang-undangan di
Indonesia yang melandasi pemberlakuan kebijakan pendidikan
karakter di Indonesia, diantaranya:
a. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Indonesia.

19
Majdid. Analisis Kebijakan Pendidikan. Yogyakarta: Samudra Biru.
2018, hlm 23

16 ж TA’ALLUM, Vol. ##, No. ##, Bulan Tahun


Penulis Pertama: Kebijakan Kurikulim Pendidikan…

b. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang


Standar Nasional Pendidikan Indonesia.
c. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 tahun
2017 tentang Penguatan Pendidikan karakter.
d. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 20 tahun 2018 tentang Penguatan
Pendidikan Karakter pada Satuan Pendidikan Formal
Dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87
tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan karakter Pasal 3
dikatakan bahwa PPK dilaksanakan dengan menerapkan nilai-
nilai Pancasila dalam pendidikan karakter terutama meiiputi
nilainilai religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif
mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan,
cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai,
gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan
bertanggungiawab.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2018 tentang Penguatan
Pendidikan Karakter pada Satuan Pendidikan Formal pasal 4
ayat 3 disebutkan bahwa muatan karakter dalam
penyelenggaraan PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diimplementasikan melalui kurikulum dan pembiasaan pada
satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar atau satuan
pendidikan jenjang pendidikan menengah.

TA’ALLUM, Vol. ##, No. ##, Bulan Tahun ж 17


Penulis Pertama: Kebijakan Kurikulim Pendidikan…

Kemudian dalam pasal 6 ayat 1 dijelaskan


penyelenggaraan PPK yang mengoptimalkan fungsi kemitraan
tripusat pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
dilaksanakan dengan:
a. Pendekatan berbasis kelas, yang dilakukan dengan
mengintegrasikan nilainilai karakter dalam proses
pembelajaran secara tematik atau terintegrasi dalam mata
pelajaran sesuai dengan isi kurikulum, merencanakan
pengelolaan kelas dan metode pembelajaran/
pembimbingan sesuai dengan karakter peserta didik,
melakukan evaluasi pembelajaran/ pembimbingan dan
mengembangkan kurikulum muatan lokal sesuai dengan
kebutuhan dan karakteristik daerah, satuan pendidikan, dan
peserta didik.
b. Pendekatan berbasis budaya sekolah, yang dilakukan
dengan menekankan pada pembiasaan nilai-nilai utama
dalam keseharian sekolah, memberikan keteladanan antar
warga sekolah, melibatkan seluruh pemangku kepentingan
pendidikan di sekolah, membangun dan mematuhi norma,
peraturan, dan tradisi sekolah, mengembangkan keunikan,
keunggulan, dan daya saing sekolah sebagai ciri khas
sekolah, memberi ruang yang luas kepada peserta didik
untuk mengembangkan potensi melalui kegiatan literasi;
dan khusus bagi peserta didik pada satuan pendidikan
jenjang pendidikan dasar atau satuan pendidikan jenjang

18 ж TA’ALLUM, Vol. ##, No. ##, Bulan Tahun


Penulis Pertama: Kebijakan Kurikulim Pendidikan…

pendidikan menengah diberikan ruang yang luas untuk


mengembangkan potensi melalui kegiatan ekstrakurikuler.
c. Pendekatan berbasis masyarakat yang dilakukan dengan
memperkuat peranan orang tua sebagai pemangku
kepentingan utama pendidikan dan komite Sekolah sebagai
lembaga partisipasi masyarakat yang menjunjung tinggi
prinsip gotong royong, melibatkan dan memberdayakan
potensi lingkungan sebagai sumber belajar seperti
keberadaan dan dukungan pegiat seni dan budaya, tokoh
masyarakat, alumni, dunia usaha, dan dunia industri; dan
mensinergikan implementasi PPK dengan berbagai
program yang ada dalam lingkup akademisi, pegiat
pendidikan, lembaga swadaya masyarakat, dan lembaga
informasi.
2. Pendidikan Karakter dalam Pandangan Islam
Karakteristik identik dengan kepribadian atau akhlak.
Kepribadian merupakan ciri, karakteristik, atau sifat khas diri
seseorang yang bersumber dari apa yang diterima dari
lingkungan sekitar, seperti lingkungan keluarga, masyarakat,
dan pendidikan. Karakter identik dengan nilai-nilai perlaku
manusia yang universal meliputi seluruh aktivitas manusia,
baik dalam rangka berhubungan dengan Tuhan, dengan diri
sendiri, dengan sesama manusia, maupun dengan lingkungan,
yang terwujud dalam pikiran dan tindak tanduk seseorang

TA’ALLUM, Vol. ##, No. ##, Bulan Tahun ж 19


Penulis Pertama: Kebijakan Kurikulim Pendidikan…

berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, dan


adat istiadat.
Pendidikan karakter mengajarkan hal baik dan
mengenalkan hal buruk. Tak hanya itu pendidikan karakter
menanamkan kebiasaan tentang yang baik sehingga peserta
didik paham, mampu merasakan, dan mau melakukan yang
baik. Dengan demikian, pendidikan karakter membawa misi
dakwah. Hal ini dikarenakan dalam upaya ini memuat
pendidikan dan ajakan untuk mendekatkan diri pada hal yang
bermanfaat dan baik dan menjauhkan diri dari kemudharatkan
atau hal yang buruk. Alasan tersebut sangat
mempresentasikan pengertian dari dakwah itu sendiri. Atau,
dengan istilah lain, pendidikan karakter ini merupakan
perwujudan dari penegakan amar ma’ruf nahi munkar.
Pemberian pendidikan agama dengan benar mampu
mempengaruhi karakter peserta didik. Maka dari itu,
penerapan penididikan karakter akan memberikan hasil
maksimal jika sejalan dengan jumlah jam pelajaran agama.
Dimana nilai-nilai karakter yang dikemas kementrian
pendidikan sesungguhnya ada pada nilai pelajaran agama.
Akan tetapi kenyataan pada saat ini menunjukkan bahwa porsi
dalam pelajaran agama di sekolah masih sangat sedikit hanya
berkisar dua sampai tiga jam. Kebijakan pemerintah ini tidak
seiring sejalan dengan kebutuhan pelakasanaan pendidiikan
karakter. Jumlah jam pelajaran agama yang saat ini

20 ж TA’ALLUM, Vol. ##, No. ##, Bulan Tahun


Penulis Pertama: Kebijakan Kurikulim Pendidikan…

dialokasikan di sekolah hanya cukup untuk menyampaikan


atau mengerjakan nilai kognitif peserta didik yang bersifat
klasikal dan teoretis. Isi pembelajaran meguatkan unsur
hafalan teori dibandingnkan dengan pemahaman peserta didik
dalam nilai terapan.20

D. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter


Dalam publikasi Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan
Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional berjudul
Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter, telah
teridentifikasi 18 nilai pendidikan karakter diantaranya adalah
sebagai berikut:21
1. Religius : sikap dan perilaku yang patuh dalam melakukan
ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan
ibadah agam lain , dan hidup rukun dnegan pemeluk agama
lain. Serta berkaitan dengan hubungan dengan tuhan yang
meliputi pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang
diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan
dan/atau ajaran agamanya.22

20
Alma Livia Dewi Nurany dkk, Konsep Kebijakan Pendidikan Karakter
Dalam Pandangan Islam, Jurnal Edukasi dan Sains Vol. 3, No. 2, hlm 222.
21
Badan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-
nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa, oleh Pusat
Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional, 2010, hlm. 9-10
22
Lyna Dwi Muya Syaroh, Zeni Murtafiati Mizani, Membentuk Karakter
Religius dengan Pembiasaan Perilaku Religi di Sekolah: Studi di SMA Negeri 3
Ponorogo, Indonesian Journal of Islamic Education Studies (IJIES), Vol. 3, No.
1, 2020, hlm. 63-82.

TA’ALLUM, Vol. ##, No. ##, Bulan Tahun ж 21


Penulis Pertama: Kebijakan Kurikulim Pendidikan…

2. Jujur : perilaku yang didasari pada upaya menjadikan


dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam
perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi : sikap dan tindakan yang menghargai perbadaan
agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang
lain yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplinn : tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan
patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5. Kerja keras : tindakan yang menunjukkan perilaku tertib
dan patuh terhadap berbagai ketentuan dan peraturan.
6. Kreatif : berfikir dan melakukan sesuatu untuk
menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah
dimiliki.
7. Mandiri : sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung
dalam orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. Dan
dapat dibentuk sedari kecil.23
8. Demokratis : cara berfikir, besikap, dan bertindak, yang
menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa ingin tahu : sikap dan tindakan yang selalu berupaya
untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari dari
sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

23
Deana Dwi Rita Nova, Novi Widyastuti, Pembentukan Karakter
Mandiri Anak Melalui Kegiatan Naik Transfortasi Umum, Jurnal Comm- Edu,
Vol. 2, No. 2, 2019, hlm. 113-118.

22 ж TA’ALLUM, Vol. ##, No. ##, Bulan Tahun


Penulis Pertama: Kebijakan Kurikulim Pendidikan…

10. Semangat kebangsaan : cara berfikir, bertindak, dan


berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan
negara atas kepentingan diri dan kelompoknya.
11. Cinta tanah air : sikap dan prilaku yang mencerminkan
rasa bang, setia, peduli, dan enghargaan yang tinggi
terhadap bahasa, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya,
sehingga tidak mudah menerima tawaran bangsa lain yang
dapat merugikan bangsa sendiri.
12. Menghargai prestasi : sikap dan tindakan yang nendorong
dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
masyarakat, dan mengakui, serta menghormati
keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/ komunikatif : sikap dan tindakan terbuka
terhadap orang lain melalui komunikasi yang santun
sehingga tercipta kerja sama secara kolaboratif dengan
baik.
14. Cinta damai : sikap dan perilaku yang mencerminkan
suasana damai, aman, tenang, dan nyaman atas kehadiran
dirinya dalam komunitas atau masyarakat tertentu.
15. Gemar membaca : kebiasaan dengan tanpa paksaan untuk
menyediakan waktu secara khusus guna membaca berbagi
informasi, baik buku, jurnal, majalah, Koran, dan
sebagainya, sehingga menimbulkan kebijakan bagi dirinya.
16. Peduli lingkungan : sikap dan tindakan yang selalu
berupaya menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar.

TA’ALLUM, Vol. ##, No. ##, Bulan Tahun ж 23


Penulis Pertama: Kebijakan Kurikulim Pendidikan…

17. Peduli sosial : sikap dan perbuatan yang mencerminkan


kepedulian kepedulian terhadap orang lain maupun
masyarakat yang membutuhkannya.
18. Tanggung jawab : siap dan perilaku seseorang dalam
melaksanakan tugas dan kewajibannya , baik yang
berkaitan dengan diri sendiri, sosial, masyarakat, bangsa,
Negara, maupun agama.
Meskipun telah terdapat 18 nilai pembentuk karakter
bangsa, namun satuan pendidikan dapat menentukan prioritas
pengembangannya dengan cara melanjutkan nilai prakondisi
yang diperkuat dengan beberapa nilai yang diprioritaskan dari
18 nilai di atas. Dalam implementasinya jumlah dan jenis
karakter yang dipilih tentu akan dapat berbeda antara satu
daerah atau sekolah yang satu dengan yang lain.
Semakin berkembangnya dunia pendidikan, saat ini mulai
beramai-ramai meningkatkan kualitas sumber daya peserta
didik dengan berbagai cara. Hal ini berangkat dari banyaknya
tuntutan untuk menjadikan manusia yang kaya ilmu, yang
berkarakter serta diseimbangkan dengan skill yang mumpuni.
Kebutuhan akan pendidikan yang dapat melahirkan manusia
yang sangat dirasakan karena degradasi moral yang terus

24 ж TA’ALLUM, Vol. ##, No. ##, Bulan Tahun


Penulis Pertama: Kebijakan Kurikulim Pendidikan…

menerus terjadi pada generasi bangsa ini dan nyaris membawa


Indonesia pada kehancuran.24

E. Peranan Pendidikan Karakter


Upaya menghidupkan kembali pendidikan karakter ini
merupakan amanat yang telah digariskan dalam Undang-
Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pada Pasal 3, menyebutkan bahwa pendidikan
nasional berfungsi untuk membentuk, mengembangkan dan
membentuk karakter dan juga peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan
pendidikan nasional. Pasal 1 Undang-undang Sistem
Pendidikan Nasional Tahun 2003 menyatakan bahwa salah
satu tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan
potensi peserta didik untuk memiliki akhlak mulia ,
kecerdasan, dan kepribadian. Amanah Undang-undang Sistem
Pendidikan Nasional Tahun 2003 itu bermaksud agar
pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang
cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter, tapi
nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang
dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta
agama.

24
Moh Julkarnain Ahmad dkk, Pentingnya Menciptakan Pendidikan
Karakter Dalam Lingkungan Keluarga, Jurnal Pendais, Vol. 3 No. 1 2021, hlm.
17.

TA’ALLUM, Vol. ##, No. ##, Bulan Tahun ж 25


Penulis Pertama: Kebijakan Kurikulim Pendidikan…

Berbicara pembentukan kepribadian tidak lepas dengan


bagaimana kita membentuk karakter SDM (Sumber Daya
Manusia). Pembentukan karakter SDM (Sumber Daya
Manusia) menjadi vital dan tidak ada pilihan lagi untuk
mewujudkan Indonesia baru, yaitu Indonesia yang dapat
menghadapi tantangan regional dan.
Tantangan regional dan global yang dimaksud adalah
bagaimana generasi muda kita tidak sekedar memiliki
kemampuan kognitif saja, tapi aspek afektif dan moralitas juga
tersentuh. Olrh karena itu, pendidikan karakter diperlukan
untuk mencapai manusia yang memiliki integritas nilai-nilai
moral yang tinggi sehingga anak menjadi hormat sesama, jujur
dan peduli dengan lingkungan.
Lickona menjelaskan beberapa alasan perlunya Pendidikan
karakter, di antaranya: (1) lemahnya kesadaran pada nilai-nilai
moral sehingga timbul Banyaknya generasi muda saling
melukai, (2) Memberikan nilai-nilai moral pada generasi muda
merupakan salah satu fungsi peradaban yang paling utama, (3)
ketika banyak anak-anak memperoleh sedikit pengajaran
moral dari orangtua, masyarakat, atau lembaga keagamaan,
peran sekolah sebagai pendidik karakter menjadi semakin
penting, (4)masih adanya nilai-nilai moral yang secara
universal masih diterima seperti perhatian, kepercayaan, rasa
hormat, dan tanggungjawab, (5) Demokrasi memiliki
kebutuhan khusus untuk pendidikan moral karena demokrasi

26 ж TA’ALLUM, Vol. ##, No. ##, Bulan Tahun


Penulis Pertama: Kebijakan Kurikulim Pendidikan…

merupakan peraturan dari, untuk dan oleh masyarakat, (6)


Tidak ada sesuatu sebagai pendidikan bebas nilai. Sekolah
mengajarkan pendidikan bebas nilai. Sekolah mengajarkan
nilai-nilai setiap hari melalui desain ataupun tanpa desain, (7)
Komitmen pada pendidikan karakter penting manakala kita
mau dan terus menjadi guru yang baik, dan (8) Pendidikan
karakter yang efektif membuat sekolah lebih beradab, peduli
pada masyarakat, dan mengacu pada performansi akademik
yang meningkat.
Alasan-alasan di atas menunjukkan bahwa pendidikan
karakter sangat perlu ditanamkan sedini mungkin untuk
mengantisipasi persoalan di masa depan yang semakin
kompleks seperti semakin rendahnya perhatian dan kepedulian
anak yang tidak memiliki tanggungjawab, rendahnya
kepercayaan diri, lingkungan sekitar, dan lain-lain.
Untuk mengetahui lebih jauh tentang apa yang dimaksud
dengan pendidikan karakter, Lickona dalam Elkind dan Sweet
menggagas pandangan bahwa pendidikan karakter adalah
upaya terencana untuk membantu orang untuk memahami,
peduli, dan bertindak atas nilai-nilai etika atau moral.
Pendidikan karakter ini mengajarkan kebiasaan berpikir dan
berbuat yang membantu orang hidup dan bekerja bersama-
sama sebagai keluarga, teman, tetangga, masyarakat, dan
bangsa.

TA’ALLUM, Vol. ##, No. ##, Bulan Tahun ж 27


Penulis Pertama: Kebijakan Kurikulim Pendidikan…

Pandangan ini mengilustrasikan bahwa proses pendidikan


yang ada di pendidikan formal, non formal dan informal harus
mengajarkan peserta didik atau anak untuk saling peduli dan
membantu dengan penuh keakraban tanpa diskriminasi karena
didasarkan dengan nilai-nilai moral dan persahabatan dan juga
dengan adanya penanaman pendidikan karakter peserta didik
diharapkan memiliki kepercayaan tinggi. Di sini tampak
bahwa peran pendidik dan tokoh panutan sangat membantu
membentuk karakter peserta didik atau anak. 25

F. Tujuan dan Manfaat Pendidikan Karakter


1. Tujuan pendidikan karakter
Sejalan dengan pendidikan pasti ada tujuan dari
pendidikan. Begitu pula dengan pendidikan karakter,
tentunya memiliki tujuan tersendiri tetapi tidak meyimpang
dari tujuan pendidikan yang ada. Fadlilla mengatakan bahwa
“tujuan pendidikan karakter adalah untuk mempersiapkan
anak supaya mempunyai karakter yang baik, yang mana
nantinya anak dewasa sudah menjadi kebiasaan dalam
kesehariannya”.26 Selain itu tujuan pendidikan karakter lebih

25
Ajar Dirgantoro, Peran Pendidikan Dalam Membentuk Karakter Bangsa
Menghadapi Era Masyarakat Ekonomi Asean (Mea), Jurnal Rontal Keilmuan
PPKn, Vol, 2. No. 1, hlm 2-3
26
M. Fadlillah, Pendidikan Karakter Anak Usia Dini… hlm. 23

28 ж TA’ALLUM, Vol. ##, No. ##, Bulan Tahun


Penulis Pertama: Kebijakan Kurikulim Pendidikan…

intensif kaada nilai-nilai yang dapat tertanam dalam


kehidupan sehari-hari peserta didik.
Kemendiknas menyatakan bahwa tujuan pendidikan
karakter adalah:27
1) mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta
didik sebagai manusia dan warga negara yang memiliki
nilai-nilai budaya dan karakter bangsa
2) mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik
yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan
tradisi budaya bangsa yang religius
3) menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab
peserta didik sebagai generasi penerus bangsa
4) mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi
manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan
5) mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai
lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas
dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang
tinggi dan penuh kekuatan.
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan dari
pendidikan karakter tercermin dalam pengetahuan, sikap,
dan perilaku anak yang berdasar pada nilai-nilai kebaikan,

27
Kementerian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan
Pusat Kurikulum dan Perbukuan,2011),hlm.2

TA’ALLUM, Vol. ##, No. ##, Bulan Tahun ж 29


Penulis Pertama: Kebijakan Kurikulim Pendidikan…

nilai-nilai kebaikan yang dimaksud adalah nilai-nilai moral


yang bersumber pada hati nurani dan bersifat universal.28

2. Fungsi Pendidikan Karakter


Menanamkan pendidikan karakter sejak kecil begitu
penting supaya peserta didik dapat menjadi orang lebih baik,
unggul, dan bermartabat. Pemerintah melalui Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan memberikan rekomendasi
supaya memasukkan suatu ajaran pada pembentukan
karakter pada setiap berlangsungnya kegiatan belajar
mengajar. Dengan harapan dengan adanya pendidikan
karakter sehingga bisa mengurangi keterpurukan moral yang
marak terjadi pada saat ini dan juga membangun karakter
peserta didik menjadi lebih positif.
Selanjutnya dijelaskan fungsi pendidikan Menurut
kemendiknas pendidikan karakter yaitu antara lain:
1) pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi
pribadi berperilaku baik ini bagi peserta didik yang telah
memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan
budaya dan karakter bangsa
2) perbaikan: memperkuat kiprah pendidikan nasional
untuk bertanggung jawab dalam pengembangan potensi
peserta didik yang lebih bermartabat

28
Chairiyah, Pendidikan Karakter dalam Dunia Pendidikan The Education
Character in Education World, Jurnal LITERASI, Vol. 4, No. 1, 2014, hlm. 44.

30 ж TA’ALLUM, Vol. ##, No. ##, Bulan Tahun


Penulis Pertama: Kebijakan Kurikulim Pendidikan…

3) untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya


bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya
dan karakter bangsa yang bermartabat
4) Membangun kehidupan kebangsaan yang multicultural
5) Membangun peradaban bangsa yang cerdas, berbudaya
luhur, dan mampu mengkontribusi terhadap
pengembangan kehidupan manusia.
6) Membangun potensi dasar agar berhati baik, berpikirn
baik , dan berprilaku baik serta keteladanan baik.
7) Membangun sikap warga Negara yang cinta damai,
kreatif, mandiri, dan mampu hidup berdampingan
dengan bnagsa lain dalam suatu harmoni.

Kesimpulan
1. kebijakan merupakan petunjuk dan batasan secara umum yang
menjadi arah dari tindakan yang dilakukan dan aturan yang
harus diikuti oleh para pelaku dan pelaksana kebijakan karena
sangat penting bagi pengolahan dalam mengambil keputusan
atas perencanaan yang telah dibuat dan disepakati bersama.
Dengan demikian kebijakan menjadi sarana pemecahan
masalah atas tindakan yang terjadi.
2. Menurut Fadlillah pendidikan karakter adalah suatu bentuk
pengarahan dan bimbingan supaya seseorang mempunyai
tingkah laku yang baik sesuai dengan nilai-nilai moralitas, dan
keberagaman.

TA’ALLUM, Vol. ##, No. ##, Bulan Tahun ж 31


Penulis Pertama: Kebijakan Kurikulim Pendidikan…

3. Ada 18 nilai pendidikan karakter diantaranya adalah sebagai


berikut:
Religius, jujur, toleransi, disiplinn, kerja keras, kreatif, mandiri,
demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah
air, menghargai prestasi, bersahabat/ komunikatif, cinta damai,
gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan
tanggung jawab.
4. Tujuan pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah: (1)
mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik (2)
mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang
terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi
budaya bangsa yang religius; (3) menanamkan jiwa
kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai
generasi penerus bangsa. Selanjutnya dijelaskan fungsi
pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah: (1)
pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi pribadi
berperilaku baik; (2) perbaikan: memperkuat kiprah pendidikan
nasional untuk bertanggung jawab dalam pengembangan
potensi peserta didik yang lebih bermartabat; dan (3) untuk
menyaring budaya bangsa sendiri dan 19 budaya bangsa lain
yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa
yang bermartabat.

32 ж TA’ALLUM, Vol. ##, No. ##, Bulan Tahun


Penulis Pertama: Kebijakan Kurikulim Pendidikan…

Daftar Rujukan
Ahmad Moh Julkarnain dkk, 2021 Pentingnya Menciptakan Pendidikan
Karakter Dalam Lingkungan Keluarga, Jurnal Pendais, Vol. 3 No.
1
Alma Livia Dewi Nurany dkk, Konsep Kebijakan Pendidikan Karakter
Dalam Pandangan Islam, Jurnal Edukasi dan Sains Vol. 3, No. 2
Arif Abdullah, Muhammad Jundi, Muh. 2020, Pendidikan Islam dan
Keteladanan Moral Rasulullah Muhammad Saw. bagi Generasi
Muda, Al-Tarbawi Al-Hadits: Jurnal Pendidikan Islam Vol. 4, No.
1
Arif, Muh. 2014, Nilai-nilai Pendidikan Karakter Dalam Al-Qur’an
(Telaah QS. Luqman dan Relevansinya dengan Dasadarma
Pramuka), Tadrîs Vol. 9, No. 2

Chairiyah, 2014, Pendidikan Karakter dalam Dunia Pendidikan The


Education Character in Education World, Jurnal LITERASI, Vol. 4,
No. 1,
Dirgantoro Ajar, Peran Pendidikan Dalam Membentuk Karakter Bangsa
Menghadapi Era Masyarakat Ekonomi Asean (Mea), Jurnal Rontal
Keilmuan PPKn, Vol, 2. No. 1

Eliwatis, Asnelly Ilyas 2016, Kajian Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan


Karakter Berdasarkan Kurikulum 2013 Di Sekolah Dasar Negeri
Kec. Lima Kaum Kabupaten Tanah Datar, Jurnal Ta’dib, Vol. 19,
No. 2,
Fadlillah M.,2013, Pendidikan Karakter Anak Usia Dini, Yogyakarta:
Ar-Ruzz
Hariyanto, Muchlas dan Samani, 2012 Konsep dan Modal Pendidikan
Karakter, Bandung; Remaja Rosdakarya
Hamalik Oemar, 2001, Proses Belajar Mengajar, Jakarta; Bumi Aksara
Heinz Weihrich and Haroid Koontz, 1993, Management A.Global
Perspective Tent Edition New York : McGraw-Hill, Inc.
Istanti Dilla Janu, 2021, Dinamika Kebijakan Kurikulum Pendidikan di
Indonesia Pasca Reformasi, Jurnal Ilmu Politik dan Ilmu
Pemerintahan, Vol. 05, No. 02
Jalil Abdul, 2012, Karakter Pendidikan untuk Membentuk Pendidikan
Karakter, Jurnal Pendidikan Islam Vol. 6, No. 2
Kaimuddin, 2014, Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Kurikulum
2013, Dinamika Ilmu Vol. 14. No 1,

TA’ALLUM, Vol. ##, No. ##, Bulan Tahun ж 33


Penulis Pertama: Kebijakan Kurikulim Pendidikan…

Marwiyati Sri, Penanaman Pendidikan Karakter melalui Pembiasaan,


Penanaman Pendidikan Karakter melalui Pembiasaan, Vol. 9, No. 2
Majdid. 2018. Analisis Kebijakan Pendidikan. Yogyakarta:
Samudra Biru.
Muhadjir Noeng, 2000, Ilmu pendidikan dan Perubahan Sosial. Teori
Pendidikan Pelaku Sosial Kreatif. Yogyakarta : Raka Sarasin
Nugroho Riant, 2008, Public Policy, Jakarta: Alex Media Komputindo
Novi Widyastuti, Deana Dwi Rita Nova, 2019, Pembentukan Karakter
Mandiri Anak Melalui Kegiatan Naik Transfortasi Umum, Jurnal
Comm- Edu, Vol. 2, No. 2
Rohman Arif, 2009, Politik Ideologi Pendidikan, Yogyakarta: Mediatama
Rofi’ie, Abdul Halim, 2017, Pendidikan Karakter Adalah Sebuah
Keharusan, Waskita, Vol. 1, No. 1,
Syamsul Kurniawan, 2013, Pendidikan Karakter: Konsep dan
Implementasi Secara Terpadu di Lingkungan Keluarga, Sekolah,
Perguruan Tinggi dan Masyarakat, Yogyakarta: Ar-Ruzz,
Zaenul Fitri Agus, 2012, Pendidikan Karakter Berbasis Nilai dan Etika di
Sekolah, Jogjakarta: Ar-Ruzz.
Zeni Murtafiati Mizani, Lyna Dwi Muya Syaroh, 2020, Membentuk
Karakter Religius dengan Pembiasaan Perilaku Religi di Sekolah:
Studi di SMA Negeri 3 Ponorogo, Indonesian Journal of Islamic
Education Studies (IJIES), Vol. 3, No. 1

34 ж TA’ALLUM, Vol. ##, No. ##, Bulan Tahun

Anda mungkin juga menyukai