Anda di halaman 1dari 11

Pendahuluan (Kontrak Kuliah) Pendidikan Kewarganegaraan

Sebagai Mata Kuliah Pengembangan


Kepribadian

Disusun oleh:
KELOMPOK

Izzan Hunafa
Muhammad Alfath
Muhammad Ariel F Siregar

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS NEGERI ISLAM AR-RANIRYBANDA ACEH

2023
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan kewarganegaraan (PKn) menjadi bagian penting dalam


suatu pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat
dilihat dari keberadaan pendidikan kewarganegaraan yang berstatus wajib
dalam kurikulum pendidikan. Keberadaan pendidikan kewarganegaraan
terealisasi nyata disetiap jenjang pendidikan dimulai dari sekolah dasar
(SD), sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA),
dan perguruan tinggi. Muatan materi Pendidikan Kewarganegaraan hampir
sama disetiap jenjang pendidikan, hanya saja setiap tingkatan ada
penambahan muatan materi yang lebih mendalam untuk dipahami oleh
siswa.

Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yang berbunyi


“mencerdaskan kehidupan bangsa” yang menjadi cita-cita bangsa indonesia
merupakan suatu bukti bahwa keberadaan pendidikan kewarganegaraan
sangat penting dalam pembelajaran. Mencerdaskan kehidupan bangsa
memerlukan adanya suatu ikatan tujuan. Ikatan tujuan ini dapat berwujud
suatu ideologi nasional yaitu Pancasila yang menjadi suatu objek dalam
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Tujuan ideologi Pancasila
tersebut yang kemudian diturunkan menjadi lebih spesifik dalam tujuan
pendidikan nasional.

Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan (kurikulum1994) yang


dalam kurikulum KTPS 2006 disebut pendidikan kewarganegaraan dan
dalam kurikulum 2013 berganti nama kembali menjadi Pendidikan
Pancasila dan kewarganegaraan berawal dari perjalanan sejarah Panjang
Bangsa Indonesia yang dimulai sejak dari perebutan dan mempertahankan
kemerdekaan sampai pada mengisi kemerdekaan, bahkan terus
berlangsung hingga zaman reformasi saat ini.

Pendidikan kewarganegaraan (citizenship education) memiliki peran


yang amat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. William
Galston,2005 dan Felix Baghi, 2009 mengindikasikan bahwa Pendidikan
Pancasila dan kewarganegaraan merupakan bahan ajar yang di persiapkan
untuk membentuk perilaku individu individu agar mendukung dan
memperkokoh komunitas politik sepanjang komunitas politik itu bernilai
positif dan merupakan hasil kesepakatan Bersama. Pendidikan
kewarganegaraan suatu negara akan senantiasa di pengaruhi oleh nilai nilai
dan tujuan Pendidikan negara itu ( Educational values and aims ) sebagai
factor structural utama ( David kerr,1999 )

Menurut Pasal 3 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tujuan


pendidikan nasional yaitu “Untuk berkembangnya potensi warga agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan 1 2 YME, yang
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, mandiri, dan menjadi warganegara
yang demokratis dan bertanggung jawab”. Pendidikan karakter pada
dasarnya sama dengan pendidikan akahlak mulia bagi peserta didik.
Pendidikan karakter tentunya akan melibatkan aspek pengetahuan atau
cognitive, perasaan atau feeling, tindakan atau action, dan sosial. Empat
aspek itu dapat menguatkan karakter anak dalam menjalankan kehidupan.
Peserta didik akan diarahkan pada pengembangan kecerdasan, yaitu
kecerdasan intelektual, spiritual, sosial, dan emosional. Melalui kecerdasan
keempat ranah inilah nantinya penyelenggaraan pendidikan indonesia
dilaksanakan.
Arus globalisasi yang sangat deras, memunculkan adanya
pengembanganpengembangan dan pembaruan-pembaruan atau inovasi
dalam sistem pendidikan nasional. Pengembangan pendidikan nasional itu
dapat dilihat dari munculnya 18 aspek karakter yang harus ada dalam
pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa yang dibuat oleh
Kementerian Pendidikan. Mulai tahun ajaran 2011/2012, seluruh tingkat
pendidikan di Indonesia harus menyisipkan pendidikan berkarakter
tersebut dalam proses pembelajaran. Menurut pusat kurikulum dalam
Samani dan Haryanto (2011:52), 18 karakter terdiri dari: (1) Religius, (2)
Jujur, (3) Toleransi, (4) Disiplin, (5) Kerja keras, (6) Kreatif, (7) Mandiri, (8)
Demokratis, (9) Rasa ingin tahu, (10) Semangat kebangsaan, (11) Cinta
tanah air, (12) Menghargai prestasi, (13) Bersahabat atau komunikatif, (14)
Cinta damai, (15) Gemar membaca, (16) Peduli lingkungan, (17) Peduli
sosial, dan (18) Tanggung jawab. 3 Berdasarkan 18 aspek karakter tersebut
terdapat karakter yang paling fundamental dalam berlangsungnya
pembelajaran yaitu aspek religius. Aspek religius menjadi awal dari
kemunculan aspek-aspek lain seperti jujur, toleransi, disiplin, kerja keras,
dan lain-lain. Aspek religius bersumber dari ajaran agama yang
pelaksanaanya harus sejalan dengan ideologi Pancasila. Melalui
pengembangan aspek ini diharapkan dapat menjadi dasar dalam perilaku
manusia dalam menjalani kehidupan sehari-har
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di
atas, hal ini mendorong peneliti untuk mengadakan penelitian
terhadap aspek religius dan kerja keras dalam pembelajaran.
Dipandang cukup penting untuk mengadakan penelitian tentang
implementasi aspek religius dan kerja keras dalam pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Negeri 2 Banyudono Tahun
Pelajaran 2013/2014. Alasan peneliti menggunakan aspek religius dan
kerja keras dari 18 karakter karena kedua aspek tersebut saling
berhubungan. Aspek religius menjadi dasar dari berbagai perilaku
kehidupan manusia, sedangkan aspek kerja keras memandang dari
keseriusan dan pantang menyerah dari berbagai hambatan dalam
mencapai suatu tujuan yang akan dicapai.

B. Pembahasan

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah mata kuliah yang memiliki


peran penting dalam pengembangan kepribadian mahasiswa. PKn bukan
hanya sekadar rangkaian pelajaran tentang sistem pemerintahan dan hukum,
tetapi juga merupakan upaya untuk membentuk individu menjadi warga
negara yang baik, sadar akan hak dan kewajiban, serta mampu berperan aktif
dalam masyarakat. Dalam konteks ini, kontrak kuliah menjadi alat yang relevan
dan bermanfaat untuk memahami dan mencapai tujuan pembelajaran PKn
sebagai mata kuliah pengembangan kepribadian.

Pentingnya Pendidikan Kewarganegaraan dalam Pengembangan


Kepribadian

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah mata kuliah yang berfokus pada


pengembangan kesadaran kewarganegaraan dan pemahaman terhadap
sistem politik, hukum, sosial, dan budaya suatu negara. Melalui PKn,
mahasiswa diajak untuk memahami bagaimana sistem pemerintahan
berfungsi, bagaimana hukum bekerja, serta hak dan kewajiban warga negara
dalam konteks masyarakat yang demokratis. PKn juga mempromosikan nilai-
nilai seperti toleransi, pluralisme, dan partisipasi aktif dalam kehidupan politik dan sosial.

Dalam pengembangan kepribadian, PKn memberikan berbagai kontribusi positif:

1. Pengenalan Nilai-nilai Kewarganegaraan: PKn membantu mahasiswa untuk mengenali


dan menginternalisasi nilai-nilai kewarganegaraan, seperti keadilan, kebebasan,
persamaan, dan tanggung jawab sosial. Ini merupakan dasar bagi pembentukan
kepribadian yang berkualitas.
2. Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis: Melalui analisis kebijakan, diskusi politik,
dan pemahaman hukum, PKn membantu mahasiswa mengembangkan kemampuan
berpikir kritis yang penting dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah.
3. Pemahaman Terhadap Multikulturalisme: PKn juga memberikan wawasan tentang
masyarakat multikultural dan pluralis, membantu mahasiswa untuk menghargai
keragaman dan mengembangkan toleransi terhadap perbedaan.
4. Pengembangan Kemampuan Berpartisipasi: PKn mendorong mahasiswa untuk terlibat
dalam proses politik dan sosial, baik melalui pemilihan umum, kegiatan sosial, atau
kegiatan-kegiatan kewarganegaraan lainnya. Hal ini membantu mereka membangun
kepribadian yang aktif dan peduli terhadap masyarakat.

Kontrak Kuliah dalam Pendidikan Kewarganegaraan

Kontrak kuliah adalah dokumen yang menggambarkan komitmen dan harapan antara dosen dan
mahasiswa terkait pembelajaran suatu mata kuliah. Dalam konteks PKn sebagai mata kuliah
pengembangan kepribadian, kontrak kuliah memiliki beberapa tujuan penting:

1. Mengklarifikasi Tujuan Pembelajaran: Kontrak kuliah digunakan untuk menjelaskan


tujuan pembelajaran PKn dan apa yang diharapkan dari mahasiswa. Hal ini membantu
mahasiswa memahami pentingnya mata kuliah ini dalam pengembangan kepribadian
mereka.
2. Mengatur Expectations: Kontrak kuliah juga mengatur harapan dan kewajiban baik dari
dosen maupun mahasiswa. Dengan demikian, semua pihak terlibat dapat memiliki
pemahaman yang jelas tentang peran mereka dalam pembelajaran.
3. Mengukur Kemajuan dan Evaluasi: Kontrak kuliah juga dapat mencakup kriteria
penilaian, tugas, dan evaluasi pembelajaran. Hal ini membantu mahasiswa untuk
memahami bagaimana mereka akan dinilai dan bagaimana mereka dapat meningkatkan
diri.

Dalam kesimpulan, Pendidikan Kewarganegaraan


adalah mata kuliah yang penting dalam
pengembangan kepribadian mahasiswa. Melalui pengenalan nilai-nilai
kewarganegaraan, pengembangan kemampuan berpikir kritis, dan promosi
partisipasi aktif dalam masyarakat, PKn membantu mahasiswa menjadi warga negara
yang berpengaruh dan berkualitas. Kontrak kuliah merupakan alat yang relevan
dalam mengkomunikasikan tujuan pembelajaran dan harapan dalam konteks PKn
sebagai mata kuliah pengembangan kepribadian.

C. Rumusan Masalah

Menghadapi era global yang semakin dan sarat dengan tantangan, menuntut
dilaksanakannya inovasi di segala bidang, termasuk pula dalam bidang
Pendidikan,khususnya dalam hal proses pembelajaran, termasuk didalamnya
materi pembelajaran Pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi.

Perguruan tinggi dari perspektif politik merupakan suatu Lembaga yang di


harapkan sebagai media rekruitmen,seleksi,dan Pendidikan warga bangsa untuk
memasuki kelompok elit politik. Cepat atau lambat elit politik dalam masyarakat
dan politisi Indonesia akan merupakan lulusan Pendidikan tinggi. Dalam Tindakan
yang rasional tersebut diharapkan keputusan yang di ambil akan mendatangkan
keuntungan tidak saja bagi diri dan keluarga tapi juga seluruh masyarakat dam
bangsa. Dengan kalimat singkat PKn di perguruan tinggi harus mampu
menghasilkan mahasiswa yang berpikir kritis dan bertindak demokratis.
Kita juga kurang berhasil menyelenggarakan PKn seperti diamanatkan
dalam uud tentang sistem pendidikan nasional. Isi maupun cara penyampaiannya
sangat tidak memuaskan.isinya hanya mencatat hal yang baik baik, cara
penyampaiannya pun searah , bahkan indoktrinatif (internasional commission of
jurrits,2003:1).

Kegagalan dalam usaha sosialisasi dan diseminasi demokrasi, apalagi untuk


pembentukan cara berfikir ( World view ) dan perilaku demokrasi di lingkungan
Pendidikan dan masyarakat sekolah / universitas umumnya bersumber dari 3 hal
1. Secara substantif, PKn,Pancasila dan kewiraan tidak secara terencana
dan terarah mencakup materi dan pembahasan yang lebih terfokus
pada Pendidikan demokrasi dan kewarganegaraan. Materi materi yang
ada umumnya terpusat pada pembahasan yang idealistik, legalistik, dan
normatif.

2. Kalaupun materi materi yang ada pada dasarnya potensial bagi


Pendidikan demokrasi dan PKn , potensi itu tidak berkembang, karena
pendekatan dan pembelajarannya bersifat indoktrinatif, regimentatif,
monologis dan tidak partisipatif.

3. Ketiga subjek itu lebih teoritis daripada praktis, akibatnya terdapat


diskrepansi yang jelas antara teori dan wacana yang dibahas dengan
realitas sosial politik yang ada,bahkan pada tingkat sekolah / universitas
sekalipun,diskrepansi itu sering pula terlihat dalam bentuk otoritanisme
bahkan feodalisme orang orang sekolah dan universitas itu sendiri.
Akibatnya bisa di pahami, kalau sekolah/universitas gagal untuk
membawa peserta didik untuk “mengalami demokrasi”.

D. Tujuan

Sistem Pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan


kesempatan Pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan evesiensi
manejemen Pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan
perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan
pembaharuan Pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan.

Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan undang -undang dasar


negara republik Indonesia tahun 1945. Pendidikan berfungsi Mengembanhgkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi Pendidikan agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri,dan menjadi warga negara yang semokratis serta bertanggung jawab.

Bertolak dari uraian di atas dapat ditegaskan bahwa tujuan pembelajaran


penddikan Pancasila dan kewarganegaraan adalah agar peserta didik mampu;

1. Bepikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalm menanggapi isu


kewarganegaraan.

2. Berpartisipasi secara bermutu, bertanggung jawab,dan bertindak


secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.

3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri


berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar
hidup Bersama dengan bangsa-bangsa lain.

4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalm percaturan dunia


secara langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi.

PENUTUP
Kesimpulan

Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan (kurikulum1994) yang dalam


kurikulum KTPS 2006 disebut pendidikan kewarganegaraan dan dalam
kurikulum 2013 berganti nama kembali menjadi Pendidikan Pancasila dan
kewarganegaraan berawal dari perjalanan sejarah Panjang Bangsa Indonesia
yang dimulai sejak dari perebutan dan mempertahankan kemerdekaan sampai
pada mengisi kemerdekaan, bahkan terus berlangsung hingga zaman
reformasi saat ini.

William Galston,2005 dan Felix Baghi, 2009 mengindikasikan bahwa


Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan merupakan bahan ajar yang di
persiapkan untuk membentuk perilaku individu individu agar mendukung dan
memperkokoh komunitas politik sepanjang komunitas politik itu bernilai
positif dan merupakan hasil kesepakatan Bersama.

Menurut Pasal 3 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tujuan


pendidikan nasional yaitu “Untuk berkembangnya potensi warga agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan 1 2 YME, yang berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, mandiri, dan menjadi warganegara yang
demokratis dan bertanggung jawab”.

Pengembangan pendidikan nasional itu dapat dilihat dari munculnya 18


aspek karakter yang harus ada dalam pengembangan pendidikan budaya dan
karakter bangsa yang dibuat oleh Kementerian Pendidikan.

Melalui pengembangan aspek ini diharapkan dapat menjadi dasar dalam


perilaku manusia dalam menjalani kehidupan sehari-har Berdasarkan latar
belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, hal ini mendorong peneliti
untuk mengadakan penelitian terhadap aspek religius dan kerja keras dalam
pembelajaran.

PKn bukan hanya sekadar rangkaian pelajaran tentang sistem


pemerintahan dan hukum, tetapi juga merupakan upaya untuk membentuk
individu menjadi warga negara yang baik, sadar akan hak dan kewajiban, serta
mampu berperan aktif dalam masyarakat.

Dalam konteks ini, kontrak kuliah menjadi alat yang relevan dan
bermanfaat untuk memahami dan mencapai tujuan pembelajaran PKn sebagai
mata kuliah pengembangan kepribadian.
Pentingnya Pendidikan Kewarganegaraan dalam Pengembangan
Kepribadian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah mata kuliah yang
berfokus pada pengembangan kesadaran kewarganegaraan dan pemahaman
terhadap sistem politik, hukum, sosial, dan budaya suatu negara.

Kontrak Kuliah dalam Pendidikan Kewarganegaraan Kontrak kuliah


adalah dokumen yang menggambarkan komitmen dan harapan antara dosen
dan mahasiswa terkait pembelajaran suatu mata kuliah.

Melalui pengenalan nilai-nilai kewarganegaraan, pengembangan


kemampuan berpikir kritis, dan promosi partisipasi aktif dalam masyarakat,
PKn membantu mahasiswa menjadi warga negara yang berpengaruh dan
berkualitas.

Kontrak kuliah merupakan alat yang relevan dalam mengkomunikasikan


tujuan pembelajaran dan harapan dalam konteks PKn sebagai mata kuliah
pengembangan kepribadian.

Menghadapi era global yang semakin dan sarat dengan tantangan,


menuntut dilaksanakannya inovasi di segala bidang, termasuk pula dalam
bidang Pendidikan,khususnya dalam hal proses pembelajaran, termasuk
didalamnya materi pembelajaran Pendidikan kewarganegaraan di perguruan
tinggi.

Kegagalan dalam usaha sosialisasi dan diseminasi demokrasi, apalagi


untuk pembentukan cara berfikir ( World view ) dan perilaku demokrasi di
lingkungan Pendidikan dan masyarakat sekolah / universitas umumnya
bersumber dari 3 hal 1.

Secara substantif, PKn,Pancasila dan kewiraan tidak secara terencana


dan terarah mencakup materi dan pembahasan yang lebih terfokus pada
Pendidikan demokrasi dan kewarganegaraan.

Kalaupun materi materi yang ada pada dasarnya potensial bagi


Pendidikan demokrasi dan PKn , potensi itu tidak berkembang, karena
pendekatan dan pembelajarannya bersifat indoktrinatif, regimentatif,
monologis dan tidak partisipatif.

etiga subjek itu lebih teoritis daripada praktis, akibatnya terdapat


diskrepansi yang jelas antara teori dan wacana yang dibahas dengan realitas
sosial politik yang ada,bahkan pada tingkat sekolah / universitas
sekalipun,diskrepansi itu sering pula terlihat dalam bentuk otoritanisme
bahkan feodalisme orang orang sekolah dan universitas itu sendiri.
Sistem Pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan
kesempatan Pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan evesiensi
manejemen Pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan
perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan
pembaharuan Pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan.

Pendidikan berfungsi Mengembanhgkan kemampuan dan membentuk


watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi Pendidikan agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,dan menjadi warga
negara yang semokratis serta bertanggung jawab.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai