Daftar pustaka:
Ikhtiart Ea, M. M., & Yanzi, H. (2019). Membangungenerasi muda smart and goodcitizenship
melalui pembelajaran ppkn menghadapi tantangan
LF, R. P. A., & Dewi, D. A. (2021). Implementasi Pendididikan Kewarganegaraan Generasi
muda Muda Sebagai Smart And Good Citizen di Era Disrupsi . JURNAL PEKAN: Jurnal
Pendidikan Kewarganegaraan, 6(1), 79-92.
Proses Pembelajaran PPKn di Kurikulum 2013 Terhadap Pembentukan Civic Competence
di Indonesia
Civic Competence adalah kompetensi yang harus dipunyai oleh seluruh masyarakat
untuk untuk menyokong kehidupan demokrasi. Dengan adanya civic competence ini harus
dimiliki oleh seluruh peserta didik, baik dari segi knowledge(pengetahuan), sikap, dan juga dari
segi kemampuan peserta didik itu sendiri. Haltersebut ini juga karena peserta didik di negara
menjadi good citizen yang lebih terlibat dan bertanggungjawab dalam kehidupan
bermasyarakat,berbangsa dan bernegara. Dalam kementrian pendidikan pada no. 22 Kompetensi
th 2006 adalah kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak secara konsisten, yang
menunjukkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan peserta didik. Oleh karena itu, civic
competence sangat penting dimiliki oleh setiap masyarakat.
Civic knowledge atau pengetahuan kewarganegaraan adalah Keterampilan inti dan
kompetensi pengetahuan kewarganegaraan, seperti demokrasi, hak asasi manusia dan masyarakat
sipil. Unsur-unsur pengetahuan berikut mencakup bidang politik, hukum, dan moralitas.
terkhusus lagi, Penting bagi guru PKn untuk memahami bagaimana mengidentifikasi dan
merancang model pembelajaran yang dapat mengembangkan pengetahuan dan wawasan PKn.
Dengan kata lain, bagaimana merancang pendekatan, strategi, metode, dan teknik yang dapat
mengembangkan ranah kognitif peserta didik. Model pembelajaran kewarganegaraan harus
memungkinkan tujuan mata pelajaran kewarganegaraan: memungkinkan peserta didik untuk
berpikir kritis, rasional, dan kreatif. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab serta
bertindak bijaksana. Mampu berkembang secara positif dan demokratis serta berinteraksi dalam
hubungan antar masyarakat.
Civic skill merupakan kemampuan atau kecakapan dalam berbangsa dan bernegara,
Misalnya:Kemampuan untuk berpartisipasi aktif dalam membentuk masyarakat, untuk
mempengaruhi dan memantau jalannya proses pengambilan keputusan negara dan politik; untuk
memecahkan masalah social. untuk membentuk koalisi, bekerja sama dan menyelesaikan
konflik..
civic disposition adalah pembelajaran ppkn yang bertumpu pada pembangunan karakter.
Dalam pengembangan watak kewarganegaraan di sekolah, kewarganegaraan sangat strategis
sebagai program kurikulum yang menanamkan pada peserta didik hakikat watak
kewarganegaraan, termasuk karakter pribadi: sikap bertanggung jawab, sikap disiplin terhadap
diri sendiri, serta saling menghargai martabat manusia dan nilai pada masing" Individu. Yg
dibutuhkan. Sifat publik juga sangat penting. Komitmen masyarakat, kesopanan, kepatuhan
terhadap aturan main (rule of law), berpikir kritis, kemauan untuk mendengarkan, kemauan
untuk bernegosiasi dan kompromi. Tidak hanya menanamkan nilai-nilai pribadi peserta didik,
tetapi juga memikirkan diri sendiri dalam kebiasaan berpikir kritis (Critical Thinking) dan
bertindak sesuai dengan misinya, untuk menjadi cerdas, berkualitas dan setia kepada bangsa dan
negara Indonesia. . Pancasila dan UUD 1945.
Pada kurikulum 2013, kompetensi inti kewarganegaraan (KI) dan kompetensi dasar (KD)
mata pelajaran merupakan paradigma pendidikan politik yang awalnya berfokus pada pengajaran
program dan transmisi pengetahuan kewarganegaraan, namun Gerhard Hinmelmann (2013)
dengan pendekatan yang dimodifikasi. , menekankan tindakan pribadi, moral dan sosial sebagai
semangat kewarganegaraan dan nilai-nilai bersama dalam kehidupan bersama yang menghormati
hak asasi manusia dan demokrasi di dunia yang sarat konflik. Pembelajaran melalui pendekatan
saintifik dengan tatanan 5M (observasi, menanya, pengumpulan data, asosiasi, dan komunikasi)
telah bertransformasi dari pembelajaran pasif, positif menjadi pembelajaran aktif, kolaboratif,
dan kritis dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). pergeseran
paradigma menuju pembelajaran yang sistematis.
Daftar Pustaka
Pangalila, T. (2017). Peningkatan civic disposition siswa melalui pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn).
Rafzan, R., Lazzavietamsi, F. A., & Ito, A. I. (2020). Civic Competence Pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Negeri 2 Sungai Penuh. Jurnal Rontal Keilmuan Pancasila
dan Kewarganegaraan, 6(2).
PPKn ialah salah satu konten pembelajaran yang berisi asas dan nilai-nilai sikap bangsa
yang dapat kita pelajari serta digunakan dalam kehidupan keseharian sebagai pedoman guna
membangun bangsa yang berperilaku lebih baik, menjaga nilai kesatuan dan persatuan. dan
menaungi keutuhan bangsa, memelihara lingkungan sosial dan lingkungan hidup sehingga dalam
perubahan era dan kemajuan IPTEK dibantu dengan penguatan karakter bangsa yang
menyebabkan kemajuan bangsa dan negara berlangsung tanpa adanya gangguan dan
permasalahan. Pada Kurikulum 2013 menetapkan bahwa PPKn harus menjadi mata pelajaran
yang harus menanamkan karakter pada peserta didik melalui pengembangan keterampilan
spiritual, sosial, berbasis pengetahuan dan manual.
Peserta didik merupakan tumpuan untuk menjadi angkatan bangsa sama dengan peserta
didik SMA di Ponorogo. Anak masa SMA Sebagai pribadi, ada beberapa proses tak tentu dalam
kerangka pengembangan pribadi ketidakpastian disini disebabkan karena mereka berada dalam
masa peralihan, yakni dari masa usia dini menuju masa dewasa. (SMA) merupakan masa remaja,
dimana mereka sudah mencari jati diri, sehingga perlu penguatan pengembangan karakternya.
Guru, baik dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran, maupun dalam kegiatan non-
pembelajaran, harus bertanggung jawab untuk mengkomunikasikan nilai dan norma kepada
peserta didik selama proses pendidikan. Apalagi bagi guru PPKn banyak mengandung nilai-nilai
moral kewarganegaraan. Strategi yang digunakan guru PPKn untuk membentuk karakter siswa
SMA Negeri 1 Ponord dan SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo dalam pembelajaran karakter di
sekolah, misalnya melalui kebiasaan seperti berdoa sebelum dan sesudah sekolah, Berpakaian
yang baik, berdoa di gereja, berbicara yang sopan, membuat suasana khas di kelas di sekolah
melalui perilaku beradab seperti berjabat tangan dengan guru. selalu menyapa ketika bertemu
guru atau anggota sekolah lainnya, peduli lingkungan, mematuhi semua peraturan sekolah.
Mengintegrasikan nilai dan etika ke dalam mata pelajaran yang salah satunya menggunakan
metode diskusi untuk mengedepankan nilai-nilai kerjasama, akuntabilitas, pemecahan masalah,
inisiatif dan menghargai pendapat orang lain, kemudian menginternalisasikan nilai-nilai positif
yang dimiliki seluruh anggota sekolah mengadopsi melalui teladan guru.
PPKn adalah bidang utama dalam pembentukan karakter. sarana yang paling tepat untuk
mewujudkan pendidikan caracter adalah melalui pembelajaran PPKn, yang dimana nilai tersebut
diwujudkan dalam PPKn melalui proses yang terintegrasi. Penyatuan nilai bimbingan pada sikap
merupakan suatu bentuk pembentukan nilai karakter pada warga di sekolah, menaungi unsur
ilmu pengetahuan, kesadaran, motivasi, dan pola perilaku untuk mengimplementasikan nilai-nilai
tersebut. PKn adalah mata pelajaran yang dianggap sangat urgensi, dikarenakan bidang utama
pendidikan karakter.
Nilai karakter harus diemban sejak dini. Hal ini dikarenakan tanpa disadari ia mengubah
kebiasaan untuk menerapkan nilai-nilai karakter dalam hidupnya, dan sebagai angkatan penerus
bangsa yang rentan dengan terjangan arus globalisasi,yang akan membawa mereka secara
perlahan. Sama halnya yang diterapkan oleh guru di SMA Muhammadiyah 1 ponorogo melalui
pembiasaan seperti salah satunya berdoa sebelum dan sesudah belajar . PPKn menjadi salah satu
alat yang tepat untuk mempraktikan nilai karakter dalam proses pembelajaran PKn kepada para
peserta didik , karena tujuan PPKn adalah untuk menciptakan peserta didik menjadi angkatan
milenial yang berakhlak mulia, menjadi masyarakat yang demokratis dan berperilaku sesuai
dengan nilainilai Pancasila
Daftar Pustaka
Rahmatiani, L. (2020, September). Pendidikan kewarganegaraan sebagai pembentuk karakter
bangsa. In Seminar Nasional Kewarganegaraan (Vol. 2, pp. 87-94).
Susetyo, D. I. (2018). Strategi Guru Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan Dalam
Membentuk Karakter Peserta Didik Di Sma Negeri 1 Ponorogo Dan Sma Muhammadiyah 1
Ponorogo. EDUPEDIA, 2(1), 73-86.
4. KD 1.2. Menghargai Makna Kedudukan dan Fungsi Undang-Undang Dasar 1945 Sebagai
bentuk sikap beriman dan Bertakwa
Metode Pembelajaran
Probelem Based Learning
Model pembelajaran adalah keseluruhan tatanan penjabaran konten yang mencakup
banyak dimensi pembelajaran oleh tenaga pendidik dan semua kemungkinan langkah dalam
pembelajaran. Semua elemen dalam bimbingan saling berkaitan satu sama lain, maka dari itu
kita mampu berbicara tentang sistem. Semua pelajaran di sistem sekolah baru ini akan
menggunakan kurikulum 2013. Efek k13 ini secara otomatis memengaruhi rencana pelajaran
Anda. Dalam penerapan K13), pemerintah merekomendasikan beberapa model pembelajaran
baru, termasuk pembelajaran berbasis masalah. (Ahyal, 2017). PBL mialah termasuk ke dalam
salah satu bentuk bimbingan yang meningkatkan hasil belajar peserta didik. PBL membantu
peserta didik untuk mengembangkan kemampuan mereka sendiri dengan mencari solusi untuk
masalah tertentu.
Pembelajaran berlandas permasalahan atau problem- based learning ialah sebagian dari
bentuk bimbingan inovatif yang menyajikan keadaan belajar aktif bagi peserta didik. Ibrahim
dalam Rusman (2011:241) menyatakan bahwa PBL merupakan salah satu bentuk pembelajaran
yang digunakan untuk mendorong berpikir tingkat tinggi pada peserta didik dalam keadaan yang
berpusat pada masalah yang konkret. Model Pbl berfokus pada urusan kehidupan peserta didik
(nyata), yang memiliki arti bagi peserta didik . Tugas tenaga pendidik ialah memaparkan
masalah, memberikan pertanyaan dan menyediakan penyelidikan dan dialog. Masalah yang
konkret akan menarik minat belajar peserta didik dikarenakan peserta didik sebagai topik dalam
belajar, dan terkait dengan kehidupan mereka sehari-hari sehingga pembelajaran yang dilakukan
dapat berguna bagi pribadinya, Ini akan membantu Anda memperluas pengetahuan peserta didik
tentang lingkungan sekitarnya. Pembelajaran dengan bentuk bimbingan berlandaskan masalah
lebih efisien meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran PKn dibandingkan
dengan pembelajaran melalui diskusi
Daftar pustaka
Muthoharoh M. Media powerpoint dalam pembelajaran. Tasyri: Jurnal Tarbiyah-Syariah-
Islamiyah. 2019 Apr 30;26(1):21-32.
Wijayanti R. Peningkatan Prestasi Belajar PKn Melalui Penerapan Model Pembelajaran
Problem Based Learning. Basic Education. 2016 Nov 23;5(34):3-227.