Gelombang perantau Melayu pertama yang datang ke kepulauan Nusantara. Diperkirakan datang
sekitar tahun 3000-2500 SM.
Terkesan amat tradisional dan amat teguh memegang adat & tradisi
Pemegang teraju adatnya (Patih, Batin dan Datuk Kaya) amat besar sekali peranannyaMelayu Muda
Puak Melayu Inderagiri, mendiami daerah kerajaan Inderagiri, daerah aliran sungai Inderagiri.
Mereka ada yang nikah-kawin dengan perantau Banjar & keturunan Arab.
Puak Melayu Rantau Kuantan, mendiami daerah aliran Batang Kuantan yang telah masuk ke
Puak Melayu Petalangan, mendiami daerah belantara yang dilalui beberapa cabang (anak) sungai di
daerah Pangkalan Kuras.
Melayu muda membentuk beberapa kerajaan Melayu dengan dasar Islam, maka muncullah
Kehadiran Islam menampilkan cendekiawan (ulama, orang siak, lebai, malin, tuan guru dan pakih).
Kehidupan mereka dipandu oleh para raja (sultan), ulama, pemangku adat dan tokoh tradisi. Orang
terpandang diistilahkan dengan orang patut (dipandang patut atau layak dalam bidang kehidupan
yang dipimpinnya)
Kehadiran Islam menapis adat, tradisinya, dan bahasa yang mereka pakai.
UU Hamidy
Melayu Muda
Budaya Melayu disepuh dengan Islam, (Melalui proses islamisasi; hasil kreativitas orang Melayu yang
Islami. Akibatnya penampilah orang Melayu memperlihatkan agamanya (Islam) adat & resam yang
bercitra Islam & bahasa Melayu yang mengandung lautan Islam)
Orang Cina yg masuk agarna Islam disebut kaum kerabatnya masuk Melayu.
Meski ada perbedaan antara Melayu tua dengan Melayu muda, namun kedua keturunan puak
Melayu ini masih tetap punya persamaan kultural
Orang Melayu itu akan selalu menampilkan budaya perairan (maritim). Perantau Banjar di Inderagiri,
diterima dengan baik oleh kerajaan itu. Akibatnya keturunan mereka juga menjadi bagian
masyarakat dan kerajaan. Keturunan Banjar diangkat menjadi mufti kerajaan.
Seperti Tuan Guru Abdurrahman Siddik bin Muhammad Apip, (1907-1939). Sejumlah romusha
(pekerja paksa oleh Jepang) asal Jawa, juga nikah-kawin dengan puak Melayu Kampar di perhentian
Marpuyan Pekanbaru, Keturunan mereka kehilangan jejak budaya Jawa, lalu tampil dengan budaya
puak Melayu Kampar.
Melayu Muda
Seseorang atau suatu keluarga menyebut dirinya org Melayu, karena begitu lama menetap di
kampung orang Melayu. Walaupun belum melakukan nikah-kawin dg salah satu puak Melayu, tetapi
karena dibesarkan dalam lingkungan masyarakat dan budaya Melayu atau mendapat peranan dalam
sistem sosial dan sistem nilai orang Melayu, akhirnya merasa diri mereka sbg bagian dari masyarakat
Melayu di mana mereka tinggal. Mereka meninggalkan orientasi budaya negeri asalnya, lalu
memakai bahasa dan baju budaya
Melayu.
Contoh Lebai Wahid (orang tua Soeman Hs) & keluarganya. Lebai Wahid merantau ke Bengkalis, lalu
mendapat kedudukan sebagai lebai (ulama) dalam masyarakat Melayu Bengkalis,
kedudukan yg dipandang mulia oleh orang Melayu.
Soeman Hs lahir di Bengkalis tahun 1904, lalu dibesarkan dalam lingkungan budak-budak Melayu di
situ.
Walaupun Soeman, masih memakai Hs (Hasibuan), hanya sekadar kenang-kenangan agar tidak
mengingkari sejarah. Namun tidak sedikitpun dia merasa dirinya sebagai orang Batak.. Bahkan
selama umumya yang mencapai 96 tahun, tak pernah dia rindu untuk melihat kampung halaman
ibu-bapaknya. Penampilannya malah terkesan lebih Melayu lagi daripada orang Melayu di Riau
Dalam mengatur lalu lintas kehidupan Alam pikiran yang masih sederhana
Kehidupan ditentukan oleh faktor alam, menyebabkan munculnya tokoh tradisi seperti
dukun, bomo, pawang, dan kemantan.
Tokoh ini membuat hubungan yang harmonis antara manusia dengan alam.
Bonai, Sakai, Petalangan, Talang Mamak, Akit, Suku Laut (Duanu), Hutan, dll.
Percaya dengan keberadaan makhluk halus (jembalang: hantu tanah, jembarang hantu laut,
Sikodi: makhluk pengawal binatang & burung, mambang: makhluk halus yang menghuni hutan
belantara, perc makhluk halus yang menampakkan dirinya sebagai perempuan cantik).
Nikah-kawin mereka masih sedikit berbaur dengan Melayu Muda dan suku lainnya Pembauran
terjadi setelah mereka memeluk Islam, Sakai Batin Salapan dan Batin Lima, diislamkan oleh para
khalifah murid Tuan Guru Abdul Wahab Rokan penganut tarekat Naksyahbandiyah.
Lebih suka mendiami daerah pantai yang ramai disinggahi perantau dan pinggiran aliran
Lebih terbuka, sehingga mudah terjadi nikah-kawin dg puak atau suku lain, yang
Puak Melayu Riau-Lingga, mendiami bekas kerajaan Riau-Lingga, yakni sebagian besar daerah
kepulauan Riau. Mereka sebagian telah nikah-kawin dengan perantau Bugis dalam abad ke 18.
Puak Melayu Siak, mendiami bekas Kerajaan Siak, sebagian besar merupakan DAS Siak. Nikah-kawin
dengan keturunan Arab, sehingga sebagian dari Sultan Siak, keturunan Arab.
Puak Melayu Kampar, mendiami daerah aliran Batang Kampar. Mereka ada yang nikah- kawin
dengan perantau Minangkabau, dan ada pula dg orang Jawa yg menjadi romusha Jepang.
Melayu Muda
Puak Melayu Inderagiri, mendiami daerah kerajaan Inderagiri, daerah aliran sungai Inderagiri.
Mereka ada yang nikah-kawin dengan perantau Banjar & keturunan Arab.
Puak Melayu Rantau Kuantan, mendiami daerah aliran Batang Kuantan yang telah masuk ke
Puak Melayu Petalangan, mendiami daerah belantara yang dilalui beberapa cabang (anak) sungai di
daerah Pangkalan Kuras.
Melayu muda membentuk beberapa kerajaan Melayu dengan dasar Islam, maka muncullah
pemegang kendali kerajaan yg disebut raja, sultan serta yang dipertuan.
Kehadiran Islam menampilkan cendekiawan (ulama, orang siak, lebai, malin, tuan guru dan pakih).
Kehidupan mereka dipandu oleh para raja (sultan), ulama, pemangku adat dan tokoh tradisi. Orang
terpandang diistilahkan dengan orang patut (dipandang patut atau layak dalam bidang kehidupan
yang dipimpinnya)
Kehadiran Islam menapis adat, tradisinya, dan bahasa yang mereka pakai.
UU Hamidy
Melayu Muda
Budaya Melayu disepuh dengan Islam, (Melalui proses islamisasi; hasil kreativitas orang Melayu yang
Islami. Akibatnya penampilah orang Melayu memperlihatkan agamanya (Islam) adat & resam yang
bercitra Islam & bahasa Melayu yang mengandung lautan Islam)
Orang Cina yg masuk agarna Islam disebut kaum kerabatnya masuk Melayu.
Meski ada perbedaan antara Melayu tua dengan Melayu muda, namun kedua keturunan puak
Melayu ini masih tetap punya persamaan kultural
Orang Melayu itu akan selalu menampilkan budaya perairan (maritim). Perantau Banjar di Inderagiri,
diterima dengan baik oleh kerajaan itu. Akibatnya keturunan mereka juga menjadi bagian
masyarakat dan kerajaan. Keturunan Banjar diangkat menjadi mufti kerajaan.
seperti Tuan Guru Abdurrahman Siddik bin Muhammad Apip, (1907-1939). Sejumlah romusha
(pekerja paksa oleh Jepang) asal Jawa, juga nikah-kawin dengan puak Melayu Kampar di perhentian
Marpuyan Pekanbaru, Keturunan mereka kehilangan jejak budaya Jawa, lalu tampil dengan budaya
puak Melayu Kampar.
Melayu Muda
Seseorang atau suatu keluarga menyebut dirinya org Melayu, karena begitu lama menetap di
kampung orang Melayu. Walaupun belum melakukan nikah-kawin dg salah satu puak Melayu, tetapi
karena dibesarkan dalam lingkungan masyarakat dan budaya Melayu atau mendapat peranan dalam
sistem sosial dan sistem nilai orang Melayu, akhirnya merasa diri mereka sbg bagian dari masyarakat
Melayu di mana mereka tinggal. Mereka meninggalkan orientasi budaya negeri asalnya, lalu
memakai bahasa dan baju budaya
Melayu.
Contoh Lebai Wahid (orang tua Soeman Hs) & keluarganya. Lebai Wahid merantau ke Bengkalis, lalu
mendapat kedudukan sebagai lebai (ulama) dalam masyarakat Melayu Bengkalis,
Soeman Hs lahir di Bengkalis tahun 1904, lalu dibesarkan dalam lingkungan budak-budak Melayu di
situ.
Walaupun Soeman, masih memakai Hs (Hasibuan), hanya sekadar kenang-kenangan agar tidak
mengingkari sejarah. Namun tidak sedikitpun dia merasa dirinya sebagai orang Batak.. Bahkan
selama umumya yang mencapai 96 tahun, tak pernah dia rindu untuk melihat kampung halaman
ibu-bapaknya. Penampilannya malah terkesan lebih Melayu lagi daripada orang Melayu di Riau