Anda di halaman 1dari 13

MEMAKNAI ISLAM MELAYU

Disusun Oleh:
Kelompok 1
Della Fauziana 1710202010
Hanipah 1710202018
Putri Rahmadani 1710202033

Dosen Pengampu : Halimahtussakdiah, S.Ag., M.Pd.I

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2019/1441H
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Istilah melayu cukup banyak ragamnya, seorang cendikiawan melayu bernama
Bahanuddin Elhulaimy yang juga pernah menjadi ketua umum partai Islam tanah
melayu dalam bukunya asas falsafah kebangsaan melayu, terbit pertama kali pada
tahun 1950, mencatat beberapa istilah kata tersebut.
Ada pendapat yang mengatakan kata melayu berasal dari kata mala (yang berarti
mula) yu (yang berarti negeri) seperti dinisbahkan kepada Ganggayu yang berarti
negeri Gangga. Pendapat ini bisa dihubungkan dengan cerita rakyat Melayu yang
paling luas dikenal, yaitu cerita si Kelambai atau sang Kelambai.
Dalam cerita itu disebutkan berbagai negeri, patung, gua, ukiran dan sebagainya,
yang dihuni atau disentuh oleh si kelembai, semuanya akan mendapat keajaiaban.
Ini memberi petunjuk bahwa negeri yang mula-mula dihuni orang melayu pada
zaman purba itu, telah mempunyai peradaban yang cukup tinggi.
Kemudian kata melayu atau melayur dalam bahasa Tamil berarti tanah tinggi
atau bukit, disamping kata mala yang berarti hujan. Ini bersesuaian dengan negeri-
negeri orang melayu pada awalnya terletak pada perbukitan, seperti dalam sejarah
melayu, bukit Siguntang Mahameru. Negeri ini sebagai negeri yang banyak
mendapat hujan, karena terletak antara dua benua, yaitu Asia dan Australia.
Selanjutnya dalam bahasa jawa, kata melayu berarti lari atau berjalan cepat. Lalu
kita kenal pula ada sungai Melayu, diantara dekat johor dan Bangkahulu. Semua
istilah dan perkataan itu dapat dirangkumkan sehingga melayu dapat diartikan
sebagai suatu negeri yang mula-mula didiami dan mendapat banyak hujan. Negeri
itu dibangun di atas perbukitan, dilalui sungai yang diberi nama sungai melayu.
Mereka membuat negeri diatas bukit, karena ada pencairan es kutub utara yang
menyebabkan sejumlah daratan atau pulau yang rendah jadi terendam oleh air.
Banjir dari es kutub itu lebih dikenal dengan banjir atau topan Nabi Nuh. Untuk

1
menghindari banjir mereka berlarian mencari tempat yang tinggi (bukit) lalu
disitulah mereka membuat negeri.1
Istilah melayu baru dikenal sekitar tahun 644 Masehi, melalui tulisan Cina yang
menyebutkan dengan kata Mo-lo-yeu. Dalam tulisan itu disebutkan bahwa Mo-lo-
yeu mengirimkan utusan ke cina, membawa barang hasil bumi untuk
dipersembahkan kepada kaisar cina. Jadi, kata melayu menjadi nama sebuah
kerajaan dewasa itu. Banyak pertelingkahan, dimana kerajaan yang bernama melayu
itu. Tapi banyak yang berpendapat, kerajaan itu berada di Jambi.2
Secara umum, dapat dikatakan bahwa pengertian melayu merujuk kepada
bangsa yang berbahasa melayu yang mendalami semenanjung Tanah Melayu, pantai
timur Sumatera, dan beberapa tempat lainya di wilayah Nusantara. dalam arti sempit
yang terdapat dalam pelembagaan Malaysia yakni perkara 153 mengatakan bahwa
seseorang itu dapat di kategorikan sebagai melayu apabila memiliki ciri-ciri seperti:3
1. Lazimnya berbahasa melayu
2. Berkebudayaan melayu
3. Beragama Islam
Pengertian melayu berdasarkan Ras, yaitu menerangkan penduduk seluruh
Nusantara berdasarkan kajian Geldara dan Kern. Mereka berasal dari satu kelompok
bangsa kemudian tersebar keseluruh Nusantara. pengertian mengikut ras ini lebih
bertumpu kepada suatu rumpun bangsa yang besar berkaitan.
Melayu sangat lekat dengan agama Islam. Alih-alih kalangan awam, mayoritas
orang Melayu sendiri meyakini bahwa Melayu dan Islam adalah “dwitunggal” yang
tidak dapat atau tidak boleh dipisahkan. Islam adalah agama wajib bagi orang
Melayu, dan sebaliknya, setiap orang yang mengaku Melayu harus beragama Islam.
Ajaran agama Islam memang masih menjadi tolok ukur yang umum dipakai
Melayu. Masuknya Islam membawa pengaruh yang besar terhadap budaya Melayu

1
Isjoni, Orang Melayu di Zaman yang Berubah, (Yoyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 15-16.
2
Uu. Hamidy, Lagad Melayu dalam Lintasan Budaya Riau, (Pekanbaru: Kajian Masyarakat
Melayu, 1423), h. 66.
3
Uu. Hamidy, Islam dan Masyarakat Melayu di Riau, (Pekanbaru: UIR Pres, 1999), h. 34.

2
sehingga memberikan ciri keislaman yang kuat. Pandangan hidup orang Melayu
menjadi identik dengan pandangan hidup berdasarkan Islam, yaitu pandangan
duniawi dan ukhrowi seperti yang diajarkan oleh Islam. Oleh karena itu, muncul
pemahaman bahwa salah satu syarat untuk menjadi orang Melayu adalah dengan
memeluk Islam. Apabila seorang non-Islam melepaskan agamanya kemudian
menganut Islam, maka ia diakui sebagai orang Melayu. 4

Jadi, dapat disimpulkan bahwasanya Melayu dapat diartikan sebagai suatu


negeri yang pertama didiami oleh seluruh penduduk yang ada di nusantara oleh
sungai yang di beri nama dengan sungai melayu. Dan semua orang Melayu sudah
pasti beragama Islam.

B. Asal-usul Bangsa Melayu


Membicarakan sejarah pasti berkenaan dengan masa lalu atau masa silam.
Sejarah “ tidak terpisah dari “budaya” atau “kebudayaan” (cultural historiography).
Kebudayaan sebagai hasil karya manusia, baik dalam bentuk material buah pikiran
maupun corak hidup manusia. Menurut EB. Taylor kebudayaan mencakup aspek
yang amat luas, yakni pengetahuan. Kepercayaan, kesenian, moral, dan adat istiadat
dan bahkan segala kebiasaan yang dilakukan dan dimiliki oleh manusia sebagai
anggota masyarakat.
Nenek moyang orang melayu ternyata beragam, ada yang berasal dari suku
Dravida di India, ada juga Mongolia atau campuran dari Dravida dan Aria kemudian
kawin dengan ras Mongolia. Mereka datang ke nusantra dengan cara
bergelombang.5
1. Teori-teori Asal-Usul Bangsa Melayu

4
Suwardi, Budaya Melayu dalam Perjalanannya Menuju Masa Depan, (Pekanbaru: Yayasan
Penerbit MSI, 1991), h. 29.
5
Bakar Hatta, Sastra Nusantara Suatu Pengantar Studi Sastra Melayu, (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1982), h. 26.

3
Secara umum ada beberapa teori mengenai asal usul bangsa melayu, yaitu:6
a. Orang Melayu Berasal dari Yunan ( Teori Yunan)
Berdasarkan teori ini dikatakan orang melayu datang dari Yunan ke
Kepulauan Melayu menerusi tiga gelombang yang utama, yaitu orang
Negrito, melayu proto dan juga melayu Deutro.
b. Melayu Tua (Proto Melayu)
Disebut melayu tua (proto melayu) karena inilah gelombang perantau
pertama datang ke kepulauan melayu. Leluhur melayu tua ini diperkirakan
oleh para ahli arkeologi dan sejarah tiba sekitar 3000-2500 sebelum masehi.
Adapun tergolong kedalam melayu tua (Proto Melayu) itu antara lain orang
talang mamak, orang sakai, dan suku laut. Keturunan melayu tua ini terkenal
amat tradisional, karena mereka amat teguh sekali memegang adat dan
tradisinya. Pemegang teraju adat seperti patih, batin dan Datuk kayu, amat
besar sekali perananynya dalam mengatur lalu lintas kehidupan. Sementara
itu alam pikiran yang masih sederhana dan kehidupan sangat ditentukan oleh
faktor alam, sehingga mereka mampu menghasilkan makanan dengan cara
bertani.
Perkampungan puak melayu tua pada masa dulu jauh terpencil dari
perkampungan melayu muda. Ini mungkin berlaku karena mereka ingin
menjaga kelestarian adat dan resam (tradisi) mereka. Keadaan ini
menyebabkan mereka amat ketinggalan dalam bidang pendidikan sehingga
kemajuan mereka amat lambat sekali.
c. Melayu Muda (Dutro Melayu)
Melayu muda yang disebut juga Deutro Melayu gelombang kedua.
Kedatangan nenek moyang mereka tiba antara 300-250 tahun sebelum
masehi, mereka lebih suka mendiami daerah pantai yang ramai disinggahi
prantau dan daerah aliran sungai-sungai besar yang terjadi lalu lintas
perdagangan, karena itu mereka bersifat lebih terbuka dari melayu tua. Sitem

6
Uu. Hamidy, Lagad Melayu dalam Lintasan Budaya Riau, (Pekanbaru: Bilik Kratif Press,
2004), h. 3-4.

4
sosial dan sistem nilainya punya potensi, menghadapi perubahan ruang dan
waktu serta selera zaman.

Pada masanya baik melayu tua muda sama-sama memegang kepercayaan


nenek moyang yang disebut animisme (semua benda yang mempunyai roh) dan
dinamismes (roh-roh nenek moyang) kepercayaan ini kemudian semakin kental,
oleh ajaran Hindu dan Budha sebab antara kedua kepercayaan ini hampir tidak
ada bedanya. Keduanya sama-sama berakar pada alam pikiran leluhur, yang
kemudian mereka beri muatan mitos, sehingga bermuatan spiritual, maka setelah
kehadiran agama Islam terutama di daerah pesisir pantai serta daerah aliran
sungai-sungai besar di Riau. Ternyata melayu muda lebih suka memeluk agama
baru yang tradisional itu. Kedatangan agama Islam itu telah membangkitkan
semangat bermasyarakat yang lebih kuat dan kokoh, sehingga berdirilah
beberapa kerajaan melayu dengan dasar Islam.
Dengan semakin berkembangnya agama Islam lambat laun juga
mempengaruhi Melayu tua, agama islam juga mempengaruhi kehidupannya.
Setelah melayu muda membentuk beberapa kerajaan melayu dengan dasar islam,
maka pemegang kendali kerajaan disebut raja, sultan yang dipertuakan. Kerajaan
dan kesultanan melayu tersebar diseluruh wilayah pesisir. Kerajaan dan
kesultanan melayu inilah yang menghidupkan kebudayaan melayu. Dengan
berkembangnya islam, cara berpikir mitos terdahulu yang berkembang di
masyarakat berubah menjadi berpikir secara rasional. Begitu juga pengaruh
kerajaan kesultanan malaka diseluruh riau, sehingga tidak ada lagi yang tidak
menerima agama Islam.7 Ada 6 macam Puak Melayu yang ada di Riau, sebagai
berikut:8
1) Puak Melayu Riau-Lingga, mendiami bekas kerajaan Riau-Lingga, yakni
sebagian besar daerah kepulauan Riau yang sekarang terdiri dari Kabupaten

7
S. Budisantoso, Masyarakat Melayu Riau dan Kebudayaannya, (Riau: Pemerintah Propinsi
Daerah Tingkat, 2004), h. 195-196.
8
Ibid., h. 197.

5
Riau, Karimun, dan Natuna. Mereka sebagian telah kawin dengan perantau
Bugis dalam abad ke-18.
2) Puak Melayu Siak, mendiami bekas kerajaan siak yang sebagian besar
merupakan daerah aliran sungai Siak. Mereka sebagian nikah-kawin dengan
keturunan Arab sehingga sebagian dari sultan Siak keturunan Arab.
3) Puak Melayu Kampar, mendiami daerah aliran batang Kampar, mereka ada
yang nikah-Kawin dengan perantau minangkabau dan ada pula dengan orang
jawa menjadi Romusha Jepang.
4) Puak Melayu Indragiri, mendiami daerah Indragiri yakni daerah aliran
sungai Indragiri. Mereka ada yang nikah-kawin dengan perantau Banjar dan
juga keturunan Arab.
5) Puak Melayu Rantau Kuantan, mendiami daerah aliran Batang Kuantan yang
telah masuk kedalam kabupaten kuantan Singigi.
6) Puak melayu Petalangan, mendiami daerah Belantara yang melalui beberapa
cabang (anak) sungai daerah pangkalan kuras.

2. Orang Melayu Berasal dari Nusantara (Teori Nusantara)


Teori ini disokong oleh sarjana-sarjana seperti J.Crawfurd, K.Himly, Sutan
Takdir Alisjahbana dan juga Gorys Keraf. Teori ini adalah disokong dengan
alasan-alasan seperti di bawah:9
a. Bangsa Melayu dan Bangsa Kawa mempunyai tamadun yang tinggi
Pada abab ke 19,Taraf ini hanya dapat dicapai setelah perkembangan budaya
yang lama.pekara ini menunjukan orang Melayu tidak berasal dari mana-
mana,tetapi berasa dan berkembang di Nusantara.
b. K. Himly tidak bersetuju dengan pendapat yang mengatakan bahwa
Bahasa Melayu serumpun dengan Bahasa Champa. baginya
Persamaan yang berlaku di kedua-dua bahasa adalah satu fenomena
“ambilan”.

9
Uu. Hamidy, Op.Cit., h. 6.

6
c. Manusia Kuno Homo Soloinensis dan Homo Wajakensis terdapat di pulau
jawa. Penemuan manusia kuno ini di pulau jawa menunjukkan adanya
kemungkinan orang melayu itu keturunan daripada manusia kuno tersebut
yakni berasal daripada jawa dan mewujudkan tamadun bersendirian.
d. Bahasa di Nusantara (Bahasa Austrinesia) mempunyai perbedaan yang
ketara dengan bahasa di Asia Tengah (Bahasa Indo-Eropa).

3. Asal-usul Bangsa Melayu dalam Pandangan Anthropolog


Sangat sukar berbicara tentang asal usul bangsa atau orang Melayu, oleh
karena data akuratnya sangat sedikit, apalagi tentang orang Melayu dari
Sumatera Tengah atau Jambi saja. Maka kita harus mempelajari peninggalan
rangka manusia dari Sumatera atau Semenanjung Melayu bahkan Sumsel,
Lampung, Jambi, Riau, Bengkulu, Kalimantan (Sarawak). Kesukaran yang lain
adalah tidak sesuainya kebudayaan dan ras, karena ras yng berlainan dapat
mendukung kebudayaan yang sama, dan ras yang sama dapat mempunyai
kebudayaan yang berlainan. Dapat pula terjadi pendukung kebudayaan yang
sama terdiri atas populasi multirasial, baik menyatu atau terpisah.10
Masalah rasial sendiri cukup rumit dan kelompok manusia tidak dapat
kita kelasifikasi dengan memuaskan, karena variasi intraspesifik sukar dibuat
dengan tegas, karena pasti ada bagian yang tumpang tindih, dan di daerah
perbatasan biasanya terjadi percampuran ras. Pada peringkat subrasial atau
dibawahnya lagi sudah sukar sekali kita pisahkan kelompok manusia dalam
golongan-golongan yang bermakna, karena perbedaan genetis dan
lingkungannya makin sedikit. Kalau orang Melayu kita golongkan dalam ras
Mongoloid, maka mereka merupakan dari Mongoloid Selatan yang mendiami

10
T. Jacob, Manusia Melayu Kuno, (Jambi: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jambi,
2001), h.1.

7
Melayu Sumatera dan Sumatera Tengah dan dapat digolongkan bagian dari sub
ras Melayu-Indonesia.11
Para Anthropologi sepakat bahwa ada 3 ras yang dibuktikan sampai
sekarang, yaitu Negerid, Mongoloid, dan Kaukasid. Tetapi di samping itu ada
dua ras yang lebih kecil yang sukar digolongkan ke dalam ketiganya, yaitu
Khoisanid dan Australomelanesid. Indonesia dianggap dihuni oleh
Australomelanesid dan Mongoloid. Pada masa awalnya Indonesia hampir
seluruhnya di diami oleh orang Australomelanesid (sehingga ada ahli yang
menyebut Indonesia sebagai Paleomelanesia), dan sekarang dihuni oleh
Mongoloid. Di Indonesia bagian Timur masih terdapat ras Australomelanesid
dan ada yang bercampur dengan Mongolid terutama di daerah Wallacea. Lebih
tepat kalau di daerah ini dikatakan percampuran dari berbagai ras, sedangkan di
Indonesia Barat ras Mongoloid sudah lebih dominan, dan di Irian percampuran
baru terjadi di daerah pantai.12
Perkembangan selanjutnya temuan-temuan rangka di pantai Timur
Sumatera Utara, Kalimantan Utara, Jawa, Bali, Flores, Sumbawa, Sulawesi
Selatan, Timor dan Irian. Hasil penemuan dikelompokan menjadi beberapa
rasial sebagai berikut:13
1. Kepala bundar, muka lebar karena Tulang pipi menonjol ke samping, rahang
bagian ceruk menonjol ke depan, busur pipi membentuk siku-siku di
pandang dari bawah, dahi membulat, rongga hidung sedang lebarnya, dan
beberapa ciri pada tulang telinga dan rahang atas.
2. Lengan pendek dibanding dengan tubuh dan tungkai.
3. Tinggi badan berkisar dari Pendek sampai tinggi.
4. Giginya memperlihatkan penembilangan pada gigi seri atas, mutiara enamel
pada geraham, mengecilnya gigi seri atas kedua, tidak terjadinya graham
belakang, gigi muka menonjol ke depan, geraham yang relatif kecil, dan pola

11
Suwardi, Jati Diri Manusia Melayu Menghadapi Masa Depan Suatu Kajian Sejarah,
(Medan: Seminar Pekan Budaya Melayu, 1992), h. 38.
12
Ayatrohaedi, Kamus Istilah Arkeologi, (Jakarta: Balai Pustaka, 1981), h. 84.
13
T. Jacob, Op.Cit., h. 5.

8
kunyah geraham mereduksi.

Ras Australomelanesid di tandai antara lain oleh ciri-ciri:14


1. Kepala lonjong, isi tengorak agak kecil, muka sedang lebarnya, busur pipi
tidak menyiku, rahang bawah menonjol ke depan (tongos) dan dasarnya
cembung, dahi miring dan rongga hidung lebar.
2. Lengan relatif panjang
3. Tinggi badan berkisar dari sangat pendek sampai tinggi
4. Gerahamnya relatif besar, pola muka-kunyanya banyak berbentuk Y5, gigi
kurang mereduksi dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, penembilangan kurang.

Subras Malayid berbeda dari Mongoloid lain, dan ini lebih mudah dilihat
pada orang hidup, tetapi sukar pada rangka. Di Indonesia dari ras
Australomelanesid terdapat subras Arafurid dan Papuid, yang juga sukar
dibeda-bedakan, meskipun lebih mudah dipisahkan dari subras Australid dan
Tasmanid.
Dari data yang ada terbukti tidak hanya di Asia Tenggara continental yang
terdapat Austramelanesid juga di Semenanjung Melayu, Vietnam, Kampucea
dan Laos. Ini terbukti temuan sampai 10.000 tahun yang lalu, tetapi tidak
begitu pasti bagi temuan 20.000 tahun yang lalu. Onfigurasi rasial yang terdapat
dikalangan Homo Sapien (manusia modern) dimulai sekitar 15.000 tahun yang
lalu, sebelumnya gambaran rasial di dunia lain lagi, demikian pula 15.000
tahun yang akan datang. Sedangkan bahasa Melayu diperhitungkan sudah ada
sebelum 2.500 tahun yang lalu, dan kerajaan Melayu diperkirakan antara
15
1500-1000.
Berdasarkan pandangan Anthropolog sepakat bahwa pada saat ini 3 ras
yang dapat di buktikan antara lain Negrid, Mongoloid, dan Kaurasial.

14
Ibid.
15
Asmito, Sejarah Kebudayaan Indonesia, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
.1988), h. 28.

9
Mengenai suku melayu sering dipadankan pada suku bangsa Melayu dan
kebudayaan Melayu dalam hal ini, dapat dibuktikan dengan sisa-sisa
peninggalan dan pengaruh Melayu yang ada hubungannya dengan Jambi, dan
erat kaitanya dengan Kerajaan Sriwijaya. 16

16
Fahruddin Saudagar, Perkembangan Sejarah Melayu Kuno di Jambi, (Jambi: Kantor Wilayah
Depdikbud Propinsi Jambi, 1992), h. 16.

10
KESIMPULAN
Dalam pembahasan di atas mengenai “Memaknai Islam: Pengertian dan Asal-
Usul Bangsa Melayu” dapat disimpulkan bahwasanya Istilah melayu cukup banyak
ragamnya, seorang cendikiawan melayu bernama Bahanuddin Elhulaimy yang juga
pernah menjadi ketua umum partai islam tanah melayu dalam bukunya asas falsafah
kebangsaan melayu, terbit pertama kali pada tahun 1950, mencatat beberapa istilah kata
tersebut. Ada pendapat yang mengatakan kata melayu berasal dari kata mala (yang
berarti mula) yu (yang berarti negeri) seperti dinisbahkan kepada Ganggayu yang berarti
negeri Gangga.
Kemudian kata melayu atau melayur dalam bahasa Tamil berarti tanah tinggi
atau bukit, disamping kata mala yang berarti hujan. Ini bersesuaian dengan negeri-
negeri orang melayu pada awalnya terletak pada perbukitan, seperti tersebut dalam
sejarah melayu, bukit Siguntung Mahameru. Selanjutnya dalam bahasa jawa, kata
melayu berarti lari atau berjalan cepat. Serta terdapat beberapa teori tentang asal-usul
bangsa Melayu, yaitu: bangsa melayu berasal dari pada yunnan (teori yunnan); bangsa
melayu berasal dari pada nusantara (teori nusantara); dan bangsa melayu dalam
pandangan antropolog.

11
DAFTAR PUSTAKA

Asmito. 1988. Sejarah Kebudayaan Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan.

Ayatrohaedi. 1981. Kamus Istilah Arkeologi. Jakarta: Balai Pustaka.

Budisantoso, S. 2004. Masyarakat Melayu Riau dan Kebudayaannya. Riau: Pemerintah


Propinsi Daerah Tingkat.

Hamidy, Uu. 1423. Lagad Melayu dalam Lintasan Budaya Riau. Pekanbaru: Kajian
Masyarakat Melayu.

__________. 1999. Islam dan Masyarakat Melayu di Riau. Pekanbaru: UIR Pres.

__________. 2004. Lagad Melayu dalam Lintasan Budaya Riau. Pekanbaru: Bilik
Kratif Press.

Hatta, Bakar. 1982. Sastra Nusantara Suatu Pengantar Studi Sastra Melayu. Jakarta:
Ghalia Indonesia.

Isjoni. 2007. Orang Melayu di Zaman yang Berubah. Yoyakarta: Pustaka Pelajar.

Jacob, T. 2001. Manusia Melayu Kuno. Jambi: Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan Jambi.

Suwardi. 1991. Budaya Melayu dalam Perjalanannya Menuju Masa Depan. Pekanbaru:
Yayasan Penerbit MSI.

______. 1992. Jati Diri Manusia Melayu Menghadapi Masa Depan Suatu Kajian
Sejarah. Medan: Seminar Pekan Budaya Melayu.

12

Anda mungkin juga menyukai