BAB I
PENDAHULUAN
A. Defenisi Melayu
1
Istilah Melayu baru dikenal pada tahun 644 Masehi.
Melalui tulisan Cina yang menyebutkan nama Mo lo yu mengirimkan
utusan ke Cina. Ini berarti Melayu pada waktu itu sudah menjadi
sebuah kerajaan. Tetapi banyak terjadi perbedaan pendapat dimana
letak kerajaan yang bernama Melayu itu. Sebagian besar pendapat
menyatakan bahwa kerajaan itu berada di Jambi sekarang, yaitu
kerajaan Melayu Jambi, sebelum kerajaan Sriwijaya Muncul dan
menaklukkannya. Hidayat Syah. Islam dan Tamaddun Melayu,
(Pekanbaru: LPPM STAI Diniyah Pekanbaru, 2011), hlm. 39.
3
6
Mitos adalah sebuah cerita yang memberikan pedoman dan
arah tertentu pada sekelompok orang berupa lambang- lambang yang
mencetuskan pengalaman masa purbakala tentang peristiwa-peristiwa
yang menggetarkan yang dahulu pernah terjadi, cerita tersebut dapat
berkembang menjadi cerita spekulatif tentang terjadinya alam raya
dan dewa-dewa. Cerita tersebut memberikan pengetahuan kepada
pendengar, dengan demikian menegakkan kebenaran. Ibid.,, hlm. 111
6
7
Ketika Barat ingin lebih banyak tahu tentang filsafat Yunani
terutama Aristoteles, dengan kitabnya yang diterjemahkan antara lain
Ctegories dan de Interpratione meraka dapat mnemukannya dalam
terjemahan Arab. Dalam hal ini Ibnu Sina mendapat tempat yang khas
dengan karyanya yang mashur As-Syifa’ . Dalam pandangan Barat
Ibnu Sina sebanding dengan Aristoteles sehingga filsuf Inggris Roger
Bacon (1214-1292) mengatakan di Yunani Filsuf dihidupkan oleh
Aristoteles, di dunia Arab filsafat dihidupkan oleh Ibnu Sina inilah
citra Islam oleh Barat. Kemudian Islam dipandang tempat lahirnya
filsuf besar, bangsa Arab juga sebagai bangsa filsuf sehingga kata
filsuf hampir sinonim dengan kata muslim. UU. Hamidy, Kerukunan
hidup Beragama di Daerah Riau, (Pekanbaru: UIR Press, 1993),
hlm.16-17.
8
Pertama, Islam menetapkan kehidupan manusia sebagai
suatu tujuan dunia sebagai proses menuju tujuan akhirat. Sehingga
hidup di dunia bukan menjadi tujuan, melainkan jalan menuju
mencapai kebahagiaan abadi. Karena itu sasaran, ambisi, harta
kekayaan, kekuasaan, kemasyhuran, meski merupakan aspirasi yang
bisa diterima tetapi hanyalah sebagai jalan dalam struktur organisasi.
Kedua, menetapkan masing-masing orang bertanggung jawab atas
nasibnya sendiri di dunia dan di akhirat, maka kepercayaan Islam
melengkapi untuk memajukan individual secara legal dan moral dalam
cara yang sangat berarti. Ketiga, menekankan pentingnya
masyarakat melaksanakan kewajiban pokok agama masing-masing.
Hidayat Syah, Islam dan Tamaddun Melayu......, hlm. 91.
7
B. Naskah Melayu
9
Hidayat Syah, Islam dan Tamaddun Melayu...... Ibid.
10
UU Hamidy, Kebudayaan Sebagai Amanah Tuhan,
(Pekanbaru: UIR Press, 1992), hlm.11.
8
11
Hidayat Syah, Islam Dan Tamaddun Melayu......, hlm. 96.
12
UU. Hamidy, Naskah Kuno di Riau dan Cendikiawan
Melayu dalam Bidang Bahasa Sastra Dan Kemasyarakatan.
(Pekanbaru: Balai Kajian Dan Pengembangan Budaya Melayu), hlm.
313 .
9
14
Pulau penyengat sebagai pusat pemerintahan Kerajaan Riau
Lingga yang pada suatu masa menjadi tempat berhimpunnya para
ulama dan cendikiawan, juga perlu diketahui generasi Melayu hari ini,
termasuk perjuangan mereka menantang Belanda dengan cara
intelektual dan ketunakan para cendikiawan dalam dunia sastra.
Ahmad Dahlan, Sejarah Melayu, (Jakarta: Kepustakaan Populer
Gramedia, 2015), hlm. 19-20.
11
15
Ibid.
16
Kesadaran akan perlunya pertemuan untuk menyatukan
berbagai persepsi, pandangan, pendapat, refleksi kemajuan dan
pengalaman masyarakat Melayu sedunia telah lama dirasakan perlu
oleh pemikir-pemikir Melayu. Lihat. Ahmad Jamaan, Melayu, Negeri
Rindu, (Batam: Penerbit Pusat Pengajian Bahasa dan Kebudayaan
Melayu (P2BKM) Universitas Riau), 2001), hlm.xvii.
12
17
Elmustian Rahman, Alam Melayu Sejumlah Gagasan
Menjemput Keagungan, (Pekanbaru: UNRI Press, 2003), Cet. Ke-1,
hlm. 22.
18
Ibid.
13
22
Ahmad Jamaan, Melayu, Negeri Rindu.... hlm. 17.
23
Suwardi, Dari Melayu Ke Indonesia.....hlm. 63.
16
24
Ibid.
25
Ibid.
17
27
Raja Ali Haji, Raja Ali Haji dan Karya, ( Johor : The
Sultans Of Johor Riau-Lingga. Tth. hlm. 13.
19
28
Ibid., hlm. 316.
29
Ibid., hlm. 317.
20
30
Jan Van der Putten & al-azhar, Dalam Berkekalan
Persahabatan Surat-Surat Raja Ali Haji Kepada Van der Wall,
(Jakarta: Kepustakan populer Gramedia, 2007), hlm. 12.
21
31
Ibid., hlm. 318.
32
Raja Ali Haji, Raja Ali Haji Dan Karya....hlm. 25.
22
38
Raja Ali Haji, Gurindam Dua Belas Dan Sejumlah Sajak
Lain, (Pekanbaru: Yayasan Pusaka Riau, 2007), hlm. Vii.
28
BAB II
GURINDAM DUA BELAS
44
UU. Hamidy, Jagad Melayu dalam Lintasan Budaya di
Riau, (Pekanbaru: Bilik Kreatif Press, 2011), hlm. 142.
45
J.J. De Hollander, Pedoman Bahasa dan Sastra Melayu,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1984), hlm. 253.
46
Raja Ali Haji, Gurindam Dua Belas dan Sejumlah Sajak
Lain, (Pekanbaru: Yayasan Pusaka Riau, 2007), hlm. 2.
33
50
Ibid.
37
51
Ibid., hlm. 10.
52
Satu rangkap gurindam mempunyai dua baris dalam
serangkap atau beberapa baris. Dalam serangkap baris ke baris di
dalam Gurindam Dua Belas membawa makna yang lengkap dan
saling berkesinambungan antara baris pertama terhadap baris
berikutnya. Baris pertama atau “syarat” menyatakan suatu pikiran atau
peristiwa sedangkan baris kedua atau “jawab” menyatakan keterangan
atau menjelaskan apa yang telah dinyatakan oleh baris atau ayat
pertama tadi. Ibid.
38
55
Ibid
41
56
Ahmad Dahlan, Sejarah Melayu..., hlm. 547.
Sebagaimana disebutkan Hasan Junus Raja Ali Haji memberikan
defenisi Gurindam Dua Belas ; Perkataan yang bersajak pada akhir
pasangannya tetapi sempurna perkataannya dengan satu pasangan
saja. Jadilah seperti sajak yang kedua jawab.
57
Ibid., hlm. 548.
42
61
Raja Ali Haji, Gurindam Dua Belas dan Sejumlah Sajak
Lain... hlm. 7
46
Hendaklah berjasa
Kepada yang sebangsa
Hendak jadi kepala
Buang perangai yang cela
Hendaklah memegang amanat
Buanglah khianat
Hendak marah
Dahulukan hujjah
Hendak dimalui
Jangan memalui
Hendak ramai
Murahkan perangai
63
Ahmad Dahlan, Sejarah Melayu, (Jakarta: Kepustakaan
Populer Gramedia, 2015), hlm. 548-556.
64
Raja Ali Haji, Gurindam dua Belas dan Sejumlah Sajak
Lain... hlm. 9.
55
68
Pusat Pengajian Bahasa dan Kebudayaan Melayu, Raja Ali
Haji dan Karya-karyanya,.. hlm. 33.
69
Utsman Najati, Alqur’an dan Ilmu Jiwa (Bandung: Pustaka
Setia, 2004), hlm. 40.
58
70
Syahminan Zaini, Pedoman Aqidah Islam (Jakarta: Pustaka
Darul Ilmi, 2006), hlm. 12.
71
Q.S. ar-Ra’du [13] : 28.
59
BAB III
RAJA ALI HAJI
1. Data Diri
72
Biografi dalam KBBI didefenisikan bahwa riwayat hidup
seseorang yang ditulis oleh orang lain. Departemen Pendidikan
Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Cet. ke-3, (Jakarta:
Balai Pustaka, 2005), hlm. 155.
60
76
Ibid., hlm. 82
77
Raja Ali Haji lahir setelah lima tahun Pulau Penyengat
dibuka sebagai tempat kediaman Engku Puteri, atau dia lahir setelah
dua tahun Benteng Fortugis A Famosa di Malaka diruntuhkan atas
perintah William Farquhar. Orang Melayu memberi nama nama
anaknya dengan cara mengambil bagian nama datuknya (kakeknya)
bila datuknya sudah meninggal. Hal ini menjadi sebab terjadi
kemiripan nama pada masyarakat Melayu. Raja Ali Haji dididik di
lingkungan istana kerajaan Riau- Lingga dengan disiplin tinggi dan
ketat. Beliau juga belajar kepada para ulama terkemuka yang datang
dan bermukim di Pulau Penyengat. Raja Ali Haji menguasai Bahasa
Arab, beliau seorang ulama, ahli tata negara, budayawan, dan satra.
Sejak usia 12 tahun Raja Al Haji sudah terlibat dalam urusan kerajaan
di bawah bimbingan sang ayah. Dalam usia 30 tahun beliau sudah
mengikuti sepupunya yang Dipertuan Muda Raja Ali Ibni Raja Ja’far
berkeliling memeriksa wilayah kerajaan. Raja Ali Haji juga sangat
berperan memajukan Pulau Karimun sebagai penghasil timah. Jabatan
resmi Raja Ali Haji sejak 1858 sampai akhir hayatnya pada 1873
adalah memegang segala pekerjaan menyangkut hukum di Kerajaan
Riau-Lingga Ahmad Dahlan, Sejarah Melayu, (Jakarta: Kepustakaan
Populer Gramedia, 2015), hlm. 357
63
78
Hasil pergumulan Raja Ali Haji dalam pahit manis sejarah
telah mencatatkan namanya sebagai putra bangsa terpilih yang perlu
dihormati dan diteladani. Sekilas tentang Pulau Penyengat dalam
buku-buku Belanda pulau kecil ini disebut Mars. Menurut masyarakat
setempat nama puji-pujian dari pulau ini adalah Indera Sakti. Di pulau
ini banyak terlahir karya-karya sastra dan budaya Melayu yang ditulis
oleh tokoh-tokoh Melayu sepanjang abad ke-19 dan dua dasawarsa
abad ke-20 di mana Raja Ali Haji termasuk di dalamnya. Catatan
tentang hari dan bulan kelahiran Raja Ali Haji berbeda dengan
ayahnya. Catatan mengenai kelahiran ayahnya yaitu pada hari kamis,
waktu salat Ashar bulan Rajab tahun 1193 H. Catatan Raja Ali Haji
justru singkat bahkan catatan kelahiran Raja Ali Haji banyak di
dasarkan pada perkiraan. Masa yang berbeda, keadaan yang berbeda,
mengantar pada semangat zaman yang berbeda, semangat zaman yang
berkembang pada saat itu menyebabkan orang-orang memanggil nama
Raja Ali Haji dengan sebutan “ Raja”. Orang Melayu ketika itu selalu
mengingat waktu kelahiran anak berdasarkan pada peristiwa penting.
Ibid., hlm. 538.
79
M.Hatta. Pesan-pesan Tasawuf dalam Gurindam Dua
Belas Karya Raja Ali Haji.... hlm. 17.
64
3. Pendidikan
85
Raja Ali Haji menyaksikan langsung tentang kehidupan
orang Belanda, berbagai pertunjukan kesenian, serta menyaksikan
berbagai pola kehidupan modern di kalangan muda-mudi Belanda.
M.Hatta. Pesan-pesan Tasawuf .., hlm. 31.
68
91
Ibid., hlm. 22.
72
92
Dikutip dari M.Hatta, Pesan-pesan Tasawuf..., hlm. 23.
73
96
Kuntjaraninggrat, dkk, Masyarakat Melayu..., hlm. 315-
316.
77
101
Sebuah hikayat karya Aisyah Sulaiman setebal 2000
halaman kira-kira 50.000 patah perkataan. Di zaman kerajaan Riau-
Lingga telah berkembang tradisi intelektual yang diberi nama Rusdiah
Klub, para intelektual yang menulis berbagai bidang keilmuan, mulai
dari agama, sejarah, sastra, geografi, dan politik. Elmustian Rahman,
Alam Melayu Sejumlah Gagasan Menjemput Kagungan, (Pekanbaru:
UNRI PRESS, 2003), hlm. 15.
102
Ahmad Dahlan, Sejarah Melayu.... hlm. 542.
83
103
Ibid. hlm. 543. Seorang hakim Mahkamah Kerajaan yaitu
Raja Muhammad Tahir Ibni Raja Abdullah membuat sebuah karya
Syair Pintu Hantu . sedangkan puteri beliau yaitu Badriah Muhammad
Tahir berkiprah sebagai penerjemah. Demikian pula putranya Raja
Haji Muhammad Said yang menerjemahkan karya Ja’far berzanji
diberi judul Gubahan Permata Mutiara. Sedangkan karya Syekh
Ibrahim Masiri juga diterjemahkannya diberi judul Simpulan Islam.
84
108
UU. Hamidy, Jagad Melayu dalam Lintasan Budaya ...,
hlm. 142.
87
112
UU Hamidy. Dari Bahasa Melayu Sampai Bahasa
Indonesia. (Pekanbaru: Unilak Press, 1995), hlm. 1-2.
92
113
Ibid., hlm. 119 .
93
117
Muncul dua orang penulis kitab tata bahasa setelah Raja
Ali Haji yaitu Raja Ali Kelana, dan RajaAbdullah alias Abu
Muhammad Adnan. UU. Hamidy, Riau Sebagai Pusat Bahasa dan
Kebudayaan..... hlm. 33-34.
97
118
Jamal D. Rahman, Dermaga Sastra Indonesia
Kepengarangan Tanjung Pinang Raja Ali Haji Sampai Suryatati A.
Manan, (Jakarta: Dinas Pariwisata Tanjung Pinang, tt), hlm. 7
98
119
Raja Ali Haji, Pengatahuan Bahasa, (Tanjung Pinang:
Matbaah al-Ahmadiah, 1928), hlm. vii.
120
Koentjaningrat dkk, Masyarakat Melayu dan Budaya
Melayu dalam Perubahan, (Yogyakarta: Balai Kajian dan
Pengembangan Budaya Melayu, 2007), hlm. 95.
99
124
James T. Collins, Bahasa Melayu Bahasa Dunia....hlm.
101.
103
125
Ahmad Dahlan, Sejarah Melayu..., hlm. 547.
Sebagaimana disebutkan Hasan Junus Raja Ali Haji memberikan
defenisi Gurindam Dua Belas ; Perkataan yang bersajak pada akhir
pasangannya tetapi sempurna perkataannya dengan satu pasangan
saja. Jadilah seperti sajak yang kedua jawab.
126
Muchtar Luthfi, Interaksi Antara Melayu dan Non Melayu
Serta Pengaruhnya terhadap Pembaruan Kebudayaan dan Pendidikan
Dalam Masyarakat Melayu Riau dan Kebudayaannya (Pekanbaru :
PEMDA Riau, 1986), hlm.488.
104
DAFTAR KEPUSTAKAAN
KATA PENGANTAR