Anda di halaman 1dari 5

Islam dan Pemikiran Bangsa Melayu (Pemikiran Bangsa Melayu sebelum Islam

dalam Perspektif Islam)

Kebudayaan Melayu merupakan kebudayaan secara turun-temurun dilakukan oleh


masyarakat. Kebudayaan Melayu merupakan salah satu pilar penopang kebudayaan
nasional Indonesia khususnya dan kebudayaan dunia umumnya, di samping aneka
budaya lainnya (Isjoni, 2007: 41). Budaya Melayu tumbuh subur dan kental di tengah-
tengah masyarakat Indonesia. Sancin, Direktur Bidang Lintas Sosial Budaya Sapir
Institute (5 Januari 2009) mengemukakan bahwa Melayu yang identik dengan agama,
bahasa, dan adat-istiadat merupakan integritas yang solid. Menurut Isjoni (2007: 30),
adat Melayu merupakan konsep yang menjelaskan satu keseluruhan cara hidup
Melayu di alam Melayu. Orang Melayu di mana juga berada akan menyebut
fenomena budaya mereka sebagai “ini adat kaum” masyarakat Melayu mengatur
kehidupan mereka dengan adat agar setiap anggota adat hidup beradat, seperti adat
alam, hukum adat, adat beraja, adat bernegeri, adat berkampung, adat memerintah,
adat berlaki-bini, adat bercakap, dan sebagainya. Adat adalah fenomena
keserumpunan yang mendasari kebudayaan Melayu. Dahulu Melayu merupakan
kerajaan-kerajaan yang berada dikawasan Nusantara. Seorang raja harus memegang
teguh adat Melayu dalam menjalakan kekuasaannya terhadap rakyatnya.

Adat sangat dijunjung dalam kebudayaan Melayu di mana masyarakat Melayu sangat
menjunjung adatnya untuk kehidupan dalam dunianya. Selain adat, bahasa juga
menjadi kebudayaan yang melekat pada budaya Melayu. Hasil budaya bangsa Melayu
yang terpenting adalah bahasa (Isjoni, 2007: 94). Bahasa Melayu hidup dilidah petah
orang Melayu dalam hampir 40 dialek/logat. Diantaranya dialek Melayu Johor-Riau,
yang menjadi cikal bakal bahasa Melayu. Bahasa Melayu digunakan secara cukup luas
sebagai lingua franca.

Indonesia yang merupakan Negara maritim dan agraris, menggunakan bahasa Melayu
sebagai bahasa perdagangan antar daerah (dari Pasai, Minangkabau, Jawa, ke
Sulawesi, Halmahera, dan Kepala Burung Papua). Pada masa awal kemerdekaan
menjadi alat pemersatu dan pembentuk kesadaran bangsa, maka setelah proklamasi ia
dijelmakan, menjadi bahasa Indonesia menjadi bahasa negara dan bahasa kebangsaan.
Bahasa Melayu telah menjadi alat perekat kebangsaan Indonesia, serta telah
membawa bangsa Indonesia sebagai bangsa modern. Selain adat, bahasa, yang
kemudiaan adalah agama. Kebudayaan yang melekat pada diri orang Melayu adalah
budaya Melayu Islam. Ajaran Islam yang datang dengan membawa kehalusan karena
Islam dalam berdakwah tidak pernah dengan kekerasan, islam mengajarkan
kelembutan untuk umatnya. Sebelum Islam masuk kebudayaan orang melayu adalah
kebudayaan tempatan dan Hindu.

Sebelum Islam masuk, budaya Melayu berfikir secara mitos. Setelah Islam masuk
orang Melayu mulai rasional dalam berfikir. Masyarakat melayu lebih bersifat longgar
dan terbuka menerima unsur baru datang dari luar (Islam). Sehingga nilai-nilai Islami
itu merasuk ke dalam jiwa dan teraktualisasi dalam tindakan sehari-hari sehingga
melahirkan suatu akulturasi. Agama Islam mempunyai pengaruh yang utama
dibandingkan adat istiadat. Agama merupakan supra system adat. Ketentuan-
ketentuan dalam adat bisa saja gugur jika tidak mendapat dukungan dari agama. Jadi
dapat dikatakan hubungan antara Islam dengan Melayu bagaikan dua muka mata yang
tidak dapat dipisahkan (Isjoni, 2007:63). Selain itu dengan Islam orang Melayu yang
mendasarkan budayanya dengan teras Islam selalu memandang bekerja merupakan
ibadah, kewajiban, dan tanggung jawab (Isjoni, 2007: 72). Oleh karenanya ketentuan
yang ada dalam adat suatu pekerjaan mereka lakukan dengan penuh tanggung jawab
karena semua itu merupakan ibadah.

Menurut Mohd. Koharuddin Mohd. Balwi Peradaban atau tamadun Melayu adalah
suatu puncak pencapaian pemikiran dan sejumlah perlakuan yang baik (adab
dan adat) termasuk juga segala hasil artifaknya (budaya benda) yang membentuk
sebuah masyarakat yang teratur dan mementingkan kesejahteraan sosial untuk
menyempurnakan segala sistem kehidupannya (sosial, politik, ekonomi dan
keagamaan).4Dengan kata lain, Peradaban Islam melayu bisa dikatakan sebagai suatu
daerah dimana terdapat komunitas ras-ras melayu ataupun rumpun-rumpun
melayu yang telah maju peradabannya dan kebudayaannya, baik itu di sektor politik
atau pemerintahan, teknologi, okonomi, dan pengolahan di bidang agraris dan
maritim, yang tetap menjunjung tinggi nilai-kebudayaan, agama (Islam), Sosial yang
mencakup pentauhidan kepada Allah SWT, ahklak dan hubungan antar manusia.
Berdasarkan beberapa catatan sejarah, agama Islam pertama kali masuk ke kawasan
Melayu, sejak abad ke-7 sampai abad ke-9 Masehi yang dibawa oleh para pedagang
dari Tanah Arab. Pada perjalananya menuju tanah Melayu dari Selat Malaka, para
pedagang itu singgah di Malabar, Cambay, dan Gujarat (India). Sejak itu Islam
berpengaruh terhadap agama dan budaya yang menentukan pertumbuhan dan
perkembangannnya. Kawasan Melayu sendiri didiami oleh penduduk yang
berbudaya Melayu, maka dengan sendirinya telah terjadi pengaruh agama Islam
terhadap masyarakat Melayu.

Muhammad Naguib al-Attas di dalam bukunya “Islam dan Sejarah Kebudayaan


Melayu” juga menjelaskan bahwa Islam mempunyai pengaruh yang amat besar,
mendalam dan meluas di alam Melayu sehingga berjaya mencabut akar umbi
pengaruh Hindu dan Buddha. Kedatangan Islam menandakan bermulanya satu zaman
baru dan berakhirnya satu zaman lama di rantau ini. Ini berarti bahawa perubahan
yang dibawa oleh Islam terhadap tamadun alam Melayu bukan sahaja dari segi rupa
malah meresap masuk ke jiwa.6

Sebelum masuknya ajaran Islam, masyarakat Melayu memiliki beragam Agama dan
kepercayaan seperti Hindu-Buddha dan kepercayaan warisan tradisi Animisme.
Kepercayaan Animisme dimaksud adalah satu kepercayaan bahwa setiap benda
mempunyai jiwa atau roh yang memiliki kepribadian sendiri. Agama Hindu-Buddha
masuk ke alam Melayu melalui para pedagang India. kaum Melayu adalah penganut
animisme dan dinamisme yang menjelaskan tentang luasnya praktek-praktek
kepercayaan kuno berbasis Melayu. Diantara praktek-praktek tersebut seperti; sihir,
tahayul, tabu, perdukunan dalam hubungannya dengan makhluk ghaib seperti; tuyul,
setan, jin hantu, dan lain-lain. Sedangkan Hindu dan Budha Masuknya sistem
kepercayaan Hindu dan Budha mengganti kepercayaan dinamisme dan animisme pada
masyarakat Melayu. Kepercayaan Hindu menawarkan sistem Dewa-dewa dan kasta
dengan penjagaan kualitas budaya ada pada penguasa dan tokoh agama. Kepercayaan
Budha menawarkan tokoh tunggal sang budha, menawarkan konsep pertapaan dengan
penjagaan kualitas budaya ada pada tokoh sentral penguasa. Kedatangan Islam ke
alam Melayu merupakan detik penting dalam mengubah secara keseluruhan pemikiran
dan peradaban orang melayu. Walaupun kedatangan dilihat secara evolusi dari sudut
penyebarannya tetapi dalam aspek kerohanian atau spiritual agama ini telah
merevolusi orang melayu.7 Artinya ajaran Islam yang mengajarkan ketauhidan
(konsep Tauhid) mengubah pandangan dunia Melayu yang tadinya mempercayai
dewa-dewa dan mengagung-agungkan raja (menganggap raja sebagai jelmaan Tuhan
“dewaraja” atau wakil Tuhan) telah dimanusiakan menjadi seorang Sultan yang
bertugas sebagai Khalifah yang memimpin dan melindungi masyarakat Melayu
dan berperan menegakkan pemerintahan Islam di dunia. Kedatangan Islam di alam
Melayu melahirkan beberapa kerajaan Melayu Islam yang kuat seperti Kerajaan Pasai,
Acheh, Patani, Demak dan Melaka hingga negaranegara ini menjadi pusat
pengembangan dan keilmuan.

DAFTAR PUSTAKA

Isjoni. 2007. Cooperative Learning: Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung:


Alfabeta.

Mohd. Balwi, Mohd. Koharuddin (2005) Peradaban Melayu / Mohd. Koharuddin Mohd.


Balwi. Penerbit Universiti Teknologi Malaysia, 

Attas, Syed Muhammmad Naquib. 1984. Islam dalam Sejarah dan kebudayaan
Melayu. Jakarta: Mizan.

Ismail Hamid. 1988. Masyarakat dan Budaya Melayu. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa
dan Pustaka.

4 Mohd. Koharuddin Mohd.Balwi, Peradaban Melayu. (Malaysia: UTM, 2005), h. 3.

6 Muhammad Naquib Al-Attas, Islam dalam Sejarah dan Kebudayaan Melayu, h. 3.

7 Ismail Hamid, Masyarakat dan Budaya Melayu (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan
Pustaka, 1988), h.

Anda mungkin juga menyukai