Anda di halaman 1dari 14

PERKEMBANGAN ISLAM DI

ASIA TENGGARA

KELOMPOK I

BAYU YOHANSA
(12270310452)
DEKA MAULANA
( 12270312689)
MUHAMMAD QADRI
( 12270315211)
A. TEORI MASUKNYA ISLAM KE ASIA TENGGAR

Islam masuk ke Asia Tenggara melalui suatu proses damai


yang berlangsung selama berabad-abad. Penyebaran Islam di
kawasan ini terjadi tanpa pergolakan politik atau bukan melalui
ekspansi pembebasan yang melibatkan kekuatan militer, pergolakan
politik atau pemaksaan struktur kekuasaan dan norma-norma
masyarakat dari luar negeri. Melainkan Islam masuk melalui jalur
perdagangan, perkawinan, dakwah dan pembauran masyarakat
Muslim Arab, Persia dan India dengan masyarakat pribumi.
Masuknya Islam ke berbagai wilayah di Asia Tenggara tidak
berada dalam satu waktu yang bersamaan, melainkan berlangsung

N E X T
selama berabad-abad, dan tidak merata di seluruh tempat. Kondisi
wilayah-wilayah di Asia Tenggara pada saat itupun berada dalam
situasi politik dan kondisi sosial budaya yang berbeda-beda.
Karena itu tidaklah mudah untuk menjawab “kapan, dimana,
mengapa, dan dalam bentuk apa” Islam mulai menimbulkan
dampak pada masyarakat Asia Tenggara untuk pertama kalinya
Selain
  itu, mengapa Islam dapat diterima dengan mudah
sebagai agama, antara
LET’S GET lain karena Islam mengajarkan toleransi dan
STARTED

persamaan derajat di antara sesama. Ajaran Islam ini sangat menarik


perhatian penduduk lokal.
B. PERTAUTAN ISLAM DAN BUDAYA LOKAL
Islam di Dunia Melayu (Asia Tenggara) diakui sebagai salah
satu wilayah kebudayaan yang cukup berpengaruh dari tujuh
wilayah kebudayaan yang ada di dunia. Dari masing-masing
kawasan kebudayaan (cultural area) ini meskipun sama-sama
berbendera Islam, Asia Tenggara mempunyai ciri budaya yang
sangat berbeda (distinctif). Artinya, bahwa masing-masing
wilayah kebudayaan mempunyai kekhasan masing-masing.
Perbedaan realitas empiris agama tersebut disebabkan oleh

N E X T
adanya apa yang disebut dengan tradition culture, dimana
tradisi kebudayaan Melayu berbeda dengan budaya Arab.
masa Kesultanan. Agama Islam yang mempunyai dasar
filosofis dan rasional yang kuat, telah berpengaruh pada
berbagai lini kehidupan masyarakat Melayu tradisional. Islam
bagi orang Melayu, bukan hanya sebatas keyakinan, tetapi juga
telah menjadi identitas dan dasar kebudayaan, serta mewarnai
institusi kenegaraan dan pandangan politik mereka. Oleh
karena itu, tidak mengherankan bila Islam dianggap sebagai
komponen utama budaya Melayu
C. ISLAM SEBAGAI IDENTITAS MELAYU
Adat/budaya, sebagian mengalami proses Islamisasi, Islam bagi orang Melayu, bukan hanya sebatas
sehingga ada hubungan interaksi timbal balik antara adat keyakinan, tetapi juga telah menjadi identitas dan
dan Islam, namun demikian, sebagian masih tetap dasar kebudayaan, serta mewarnai institusi
cenderung tidak Islami. Dengan kata lain, adat dan Islam kenegaraan dan pandangan politik mereka. Pendek
menjadi kekuatuan yang saling berhubungan satu sama kata, Islam telah menjadi bagian yang menyatu
lain. Kendatipun beberapa aspek adat cenderung tidak dengan identitas nasional, sejarah, hukum, entitas
Islami, tidaklah tepat menganggap adat seolah-olah selalu politik, dan kebudayaan Melayu. Oleh karena itu,

N E X T
bertentangan dengan langsung dengan hukum Islam. tidak mengherankan bila Islam dianggap sebagai
komponen utama budaya Melayu. Dengan kata lain,
Dengan demikian, Islam dalam masyarakat tradisional
agama Islam dan budaya Melayu sudah sebati dan
Melayu pada dasarnya adalah bentuk Islam pribumi, yang
senyawa dalam kehidupan dan keseharian orang-
dianut sebagai prinsip-prinsip akidah dengan ajaran-
orang Melayu Asia Tenggara.
ajarannya yang bersifat wajib.
sifat islamisasi yang berlangsung di Dunia Melayu. D. KEPERCAYAAN MASYARAKAT MELAYU
Berbeda dengan penyebaran Islam di India yang disertai oleh SEBELUM ISLAM
penumbangan dinasti-dinasti yang berkuasa, Islam datang ke
1. Animisme
dunia Melayu melalui suatu proses kooptasi damai yang
berlangsung selama berabad-abad. Dengan demikian, Islam Anutan tertua masyarakat Melayu ialah Animisme.
dalam masyarakat tradisional Melayu pada dasarnya adalah Animisme ialah kepercayaan kepada makhluk-
bentuk Islam pribumi, yang dianut sebagai prinsip-prinsip makhluk, objek-objek ataupun roh (spiritual beings).
akidah dengan ajaran-ajaran ritualnya yang bersifat wajib. Kepercayaan ini berkait rapat dengan suasana
kehidupan masyarakat yang bergantung kepada alam

N E X T
sekitar, muka bumi dan sebagainya untuk
menggerakkan aktivitas pertanian yang menjadi
sumber ekonomi mereka. Ia telah melahirkan satu
bentuk hubungan yang erat antara manusia dan
persekitarannya. Keakraban ini mewujudkan satu
bentuk kepercayaan bahawa setiap yang ada di
sekeliling mereka juga ‘hidup’ dan mempunyai ‘roh’,
‘semangat’ dan keperibadian tersendiri.
2. Dinamisme
mereka juga berkepercayaan dinamisme, yaitu suatu
kepercayaan yang mengarah kepada pemujaan benda-benda,
hewan dan lain-lain, karena benda-benda itu dianggap
mempunyai kekuatan gaib. Karena orang primitif dan yang
tingkat kebudayaannya masih rendah sekali di berbagai tempat
di dunia, menurut Harun Nasution mempercayai bahwa “tiap-
tiap benda yangberada disekelilingnya bisa mempunyai
kekuatan batin yang misterius. Orang-orang Melayu yang
masih primitif percaya bahwa benda-benda alam mempunyai

N E X T
kekuatan yang memancar dari ruh-ruh, yang disebut dengan
mana, dan mereka percaya bahwa kekuatan itu dapat dimiliki
oleh manusia.Orang yang memiliki mana adalah orang yang
selalu berhasil dalam pekerjaannya, orang-orang yang berkuasa,
atau orang yang mampu memimpin orang lain, seperti raja,
pembesar, dukun, bomo dan sebagainya.Benda- benda tertentu
yang dipercaya mempunyai mana, selain ditakuti juga tidak
boleh dipermainkan atau dilanggar dan dianggap tabu. Bagi
yang melanggar harus bertanggung jawab dan memikul
akibatnya
3. Agama Hindu
Pengaruh agama Hindu tersebar sejak abad ke 6 lagi yang dibawa oleh
pedagang India. Penyebaran agama ini berkembang pesat ketika
kedatangan golongan Brahmana dan penerimaan agama ini oleh golongan
pemerintah. Ajaran ini diterima oleh pemerintah kerana agama ini
berpegang teguh kepada konsep Dewaraja yaitu raja adalah tuhan dibumi
yang sekaligus memperkukuhkan kedudukan raja sebagai pemerintah.
Sebagai contoh, terdapat dua buah kerajaan Hindu di Tanah Melayu yaitu
kerajaan Langkasuka dan kerjaaan Kedah Tua. Disamping itu terdapatnya

N E X T
penyembahan Dewa Siva dan Vishnu, yang dapat dilihat daripada
pembinaan Candi Bukit Batu Pahat dan Candi Bukit Pendiat di Lembah
Bujang, Kedah
Mereka hanya mementingkan perkara yang berkaitan dengan tata upacara
serta ajaran-ajaran yang membesarkan keagungan dewa bagi kepentingan
mereka sendiri, sehingga secara tidak langsung dengan menjadi penganut
agama hindu mereka memperkukuh kedudukan mereka didalam struktur
lapisan didalam puncak masyarakat.
4. Agama Budha
Mengenai awal mula kedatangan dan penyebaran agama Budha di masyarakat Melayu, juga dapat ditelusuri dari
keberadaan kekuasaan Sriwijaya di daerah ini. Sebagaimana disebutkan dalam sejarah, Kerajaan Sriwijaya adalah

N E X T
sebuah kerajaan maritim di Asia Tenggara yang mempunyai kekuasaan besar atas darat dan laut Indonesia bagian
barat, Semenanjung Tanah Melayu dan Laut Cina Selatan. Kerajaan ini tumbuh, berkembang dan mencapai kejayaan
selama beberapa abad. Mulai dari abad VII sampai akhir abad XIII Masehi.
Kepercayaan Hindu yang berpusat pada penyembahan dewa-dewa, kekuatan alam, pemujaan pada benda-benda
dan hewan, dan ajaran Budha yang lebih berorientasi pada kehidupan spiritual dan etis, boleh dikatakan tidak ada
perbedaan mendasar dengan kepercayaan animisme dan dinamisme sebagai kepercayaan tradisional nenek moyang
orang-orang Melayu Pelalawan. Perbedaan yang ada hanyalah terletak pada implementasi kepercayaan atau agama
tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Kehadiran Agama hindu tidak menghilangkan kepercayaan tradisional orang-
orang Melayu
E. ISLAM PADA MASA KESULTANAN DI ASIA TENGGARA

Perkembangan Islam awal di Asia Tenggara dapat diklasifikasikan menjadi tiga


fase; Pertama adalah fase singgahnya para pedagang Muslim di pelabuhan-pelabuhan
Asia Tenggara; kedua adanya komunitas-komunitas Muslim di beberapa daerah di
Nusantara; ketiga adalah fase berdirinya kerajaan-kerajaan Islam. 44 Bab ini akan
lebih memfokuskan pembahasan pada fase yang disebutkan terakhir ini. Proses
islamisasi massif di Asia Tenggara tidak dapat dilepaskan dari peranan kerajaan Islam
(kesultanan). Berawal ketika raja setempat memeluk Islam, selanjutnya diikuti para
pembesar istana, kaum bangsawan dan kemudian rakyat jelata. Dalam perkembangan
selanjutnya, kesultanan memainkan peranan penting tidak hanya dalam pemapanan

N E X T
kesultanan sebagai institusi politik Muslim, pembentukan dan pengembangan
institusi-institusi Muslim lainnya, seperti pendidikan dan hukum (peradilan agama)
tetapi juga dalam peningkatan syiar dan dakwah Islam. Sejak kehadirannya,
kesultanan Islam menjadi kekuatan vital dalam perdagangan bebas internasional.
Anthony Reid bahkan menyebut masa kesultanan Islam.
Dalam masa perdagangan bebas internasional ini, kesultanan mencapai
kemakmuran yang pada gilirannya sangat menentukan bagi perkembangan Islam
secara keseluruhan di Asia Tenggara. Di antara kerajaan Islam dimaksud adalah
kerajaan Samudera Pasai, Kesultanan Malaka, Kesultanan Aceh Darussalam, dan
Palembang. Di Jawa terdapat antara lain Kesultanan Demak yang dilanjutkan oleh
Kesultanan Pajang, Kesultanan Mataram, Kesultanan Cirebon dan Banten.
Contoh lain adalah Kerajaan Ternate. Islam masuk ke kerajaan di kepulauan Maluku ini
tahun 1440. Rajanya seorang Muslim bernama Bayang Ullah. Walaupun rajanya sudah
masuk Islam namun belum menerapkan Islam sebagai institusi politik. Kesultanan Ternate
baru menjadi institusi politik Islam setelah Kerajaan Ternate menjadi Kesultanan Ternate
dengan Sultan pertamanya Sultan Zainal Abidin pada tahun 1486. Kerajaan lain yang
menjadi representasi Islam di Maluku adalah Tidore dan kerajaan Bacan. Selain itu, berkat
dakwah yang dilakukan kerajaan Bacan, banyak kepala-kepala suku di Papua yang
memeluk Islam. Institusi Islam lainnya di Kalimantan adalah Kesultanan Sambas ,
Pontianak , Banjar , Pasir, Bulungan, Tanjungpura, Mempawah, Sintang dan Kutai. Di
Sulawesi, Islam diterapkan dalam institusi kerajaan Gowa dan Tallo, Bone, Wajo, Soppeng
dan Luwu. Sementara di Nusa Tenggara penerapan Islam dilaksanakan dalam institusi

N E X T
kesultanan Bima.
F. JARINGAN ULAMA TIMUR TENGAH –
NUSANTARA

Jaringan ulama internasional adalah merupakan


suatu komunitas berkumpulnya ulama dari beberapa
Negara yang datang di Timur Tengah terutama di kota
Makkah dan Madinah. Di kota tersebut membentuk
suatu pengkajian tentang keagamaan dan keilmuan.
Sedangkan ulama yang datang dari kepulauan
nusantara yang mengembangkan tradisi keagamaan
dan keilmuan di Timur Tengah yang kemudian
memberikan nuansa baru terhadap tradisi keilmuan
dan keagamaan di Nusantara.

N E X T
Jaringan ulama internasional adalah merupakan
suatu studi tentang transmisi hadits dari satu generasi ke
generasi berikutnya pada masa awal Islam melalui
isnad, mata rantai yang berkesinambungan di Timur
Tengah terutama di kota Makkah dan Madinah.
Sedangkan ulama yang datang dari kepulauan nusantara
yang mengembangkan tradisi keagamaan dan keilmuan
di Timur Tengah yang kemudian memberikan nuansa
baru terhadap tradisi keilmuan dan keagamaan di
Nusantara.
Hubungan ulama Nusantara dengan ulama Timur Tengah
bersifat keagamaan dan keilmuan bukan bersifat politis. Begitu
juga para pedagang Arab yang mendatang kepulauan
Nusantara tidak semata hanya berdagang, akan tetapi dalam
batas tertentu juga menyebarkan Islam kepada penduduk
setempat. Adanya kemakmuran kerajaan-kerajaan Muslim di
Nusantara memberikan kesempatan kepada segmen-segmen
tertentu dalam masyarakat Muslim MelayuIndonesia untuk
melakukan perjalanan ke pusat-pusat keilmuan dan keagamaan
di Timur Tengah. Terdapat sejumlah murid Jawi-jawi yang

N E X T
menjadi subyek kajian yang terlibat dalam jaringan ulama abad
ke-17 dan ke-18. Kajian merupakan pembahasan tentang
peranan jaringan ulama dalam transmisi gagasan-gagasan
pembaruan ke Nusantara; sekaligus pelacakan awal tentang
sumber-sumber pembaruan awal dalam sejarah Islam di
Nusantara. Ruang lingkup penelitian ini berupaya menjawab
beberapa permasalahan pokok yaitu: Pertama, posisi strategis
Haramayn (masjid Al-Haram dan masjid AlNabawy)
Kedua, menampakkan corak dan karakteristik dasar
jaringan ulama yang menjadi semakin ekstensif pada
abad ke-17 yang jelas menampakkan hubungan antara
ulama lebih awal dengan mereka yang terlibat dalam
abad ke-17, Ketiga, adanya interaksi rapprochement
dan rekonsiliasi yang intens antar ulama sufi dan ulama
fiqh sebagai akibat dari masuknya tarekat-tarekat yang

N E X T
masuk dari India. Keempat, peranan Haramayn sebagai
pusat studi hadits maupun jalan eksoteris (haqiqah)
umumnya tarekat-tarekat mengalami semacam
reorientasi menjadi lebih berorientasi syari’ah
N E X T
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai