Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

HINDU-BUDDHA ISLAM

Disusun oleh:
Septia Aninda Putri Djatmiko
XI IPS 3
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebudayaan yang berkembang di Indoneisa pada tahap awal diyakini berasal dari
India. Pengaruh itu diduga mulai masuk pada awal abad masehi. Apabila kita
membandingkan peninggalan sejarah yang ada di Indonesia akan ditemukan kemiripan itu.
Sebelum kenal dengan kebudayaan India, bangunan yang kita miliki masih sangat sederhana.
Saat itu belum dikenal arsitektur bangunan seperti candi atau keraton. Tata kota di pusat
kerajaan juga dipengaruhi kebudayaan hindu. Demikian pula dalam hal kebudayaan yang lain
seperti peribadatan dan kesastraan.
Candi Prambanan merupakan salah satu peninggalan agama hindu yang ada di Jawa
Tengah. Sedangkan Borobudur adalah merupakan candi peninggalan agama budha. Agama
hindu dan budha masuk di berbagai tempat di Indonesia melalui berbagai jalur, antara lain
pendidikan, perdagangan, dan lain-lain. Agama budha berkembang lebih dahulu, bahkan
untuk beberapa waktu, Indonesia (sriwijaya) pernah menjadi pusat pendidikan dan
pengetahuan agama budha yang bertaraf internasional.
Setelah itu Pada tahun 30 Hijrih atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun
dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Cina
untuk memperkenalkan Daulah Islam yang belum lama berdiri. Dalam perjalanan yang
memakan waktu empat tahun ini, para utusan Utsman ternyata sempat singgah di Kepulauan
Nusantara. Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 674 M, Dinasti Umayyah telah
mendirikan pangkalan dagang di pantai barat Sumatera. Inilah perkenalan pertama penduduk
Indonesia dengan Islam. Sejak itu para pelaut dan pedagang Muslim terus berdatangan, abad
demi abad. Mereka membeli hasil bumi dari negeri nan hijau ini sambil berdakwah. dalam
makalah ini akan di bahas lebih mendalam mengenai sejarah perkembangan islam di
Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. AKULTURASI HINDU BUDHA DAN ISLAM
Keragaman suku bangsa yang tersebar di Nusantara merupakan kondisi
objektif yang penting dan sangat berpengaruh dalam keseluruhan proses penyebaran
dan pembentukan tradisi Islam di Indonesia. Perbedaan suku bangsa itu tidak hanya
menyangkut perbedaan bahasa, adat istiadat, dan sistem sosio-kultural pada
umumnya, tetapi juga perbedaan orientasi nilai yang menyangkut sistem keyakinan
dan keragaman masyarakat.
Setiap suku bangsa, selain memiliki kepercayaan lokal masing-masing, juga
memiliki sistem pengetahuan dan cara pandang yang berbeda satu dengan yang
lainnya. Masuknya unsur baru dalam kehidupan tentu saja mendapat reaksi yang
berbeda-beda. Adanya hukum adat yang terbentuk dari tradisi sosial budaya
masyarakat setempat merupakan bentuk paling jelas dari institusi lokal yang mengatur
tatanan masyarakat. Berdasarkan pengelompokan yang diperkenalkan oleh pelopor
studi hukum adat, Van Vollenhoven, terdapat Sembilan belas wilayah hukum adat
yang mengisyaratkan agama Islam tersosialisasikan dalam masyarakat yang memiliki
ciri adat tertentu. Interaksi antara hukum Islam dan hukum adat yang tinggi telah ada
sebelum Islam menjadi perdebatan diberbagai daerah. Daerah yang keterkaitannya
dengan adat begitu tinggi dan paling intens menerima proses islamisasi antara lain
Aceh, Sumatera Barat, dan Sulawesi Selatan. Terutama menyangkut persoalan untuk
mempertemukan atau menyelaraskan agama dan adat dalam kehidupan sehari-hari.
Kepercayaan dan tradisi lokal dalam masyarakat yang masih terdapat sisa-sisa
tradisi meghalithikum (adalah kebudayaan yang menghasilkan bangunan-bangunan
dari batu besar, seperti menhir adalah tugu yang melambangkan arwah nenek moyang
sehingga menjadi benda pujaan. Dolmen adalah bentuknya seperti meja batu
berkakikan tiang satu dan merupakan tempat sesaji). Pada dasarnya tertumpu pada
keyakinan tentang adanya aturan tetap yang mengatasi segala yang terjadi dalam alam
dunia. Tradisi kepercayaan dan sistem sosial budaya adalah produk masyarakat lokal
dalam menciptakan keteraturan. Seperti tradisi lokal itu adalah melakukan upacara
adat, menghadirkan tata cara menanam dan memanen, melakukan selamatan serta
melakukan upacara peralihan hidup.
Contoh lain tradisi lokal:
Di Tapanuli, kepercayaan lokal dikenal dengan nama parmalim atau agama si Raja
Batak. Di Kepulauwan Mentawai disebut Sabulungan, di Dayak disebut Kaharingan,
di Toraja disebut Aluk to dolo. Di Sulawesi Tengah di sebut Parandangan, di
Sumbawa disebut Baramarapu, di Nias disebut Ono niha. Di Sika (Maumere) disebut
Ratu bita bantara. Kepercayaan lokal tersebut memang berbeda di setiap daerah, hal
itu menunjukkan keragaman budaya yang ada di Indonesia.
Kemudian tadi dijelaskan mengenai kebudayaan megalithikum yang belum
disebutkan adalah ada juga arca-arca (ini mungkin melambangkan nenek moyang
mereka dan menjadi pemujaan), kubur batu (peti mayat dari batu yang keempat
sisinya berdindingkan papan-papan batu, alas dan bidang atasnya juga dari papan
batu). Punden berundap-undap (yaitu bangunan pemujaan yang tersusun berttingkat-
tingkat). Pada umumnya kebudayaan megalithikum ini terdapat di seluruh Indonesia
seperti di Sumatera, Bali, Jawa, dan Sulawesi. Di samping itu masyarakat Jawa telah
mengenal cerita wayang dan ini adalah merupakan asli budaya Jawa.
Indonesia sejak zaman neolithikum atau zaman batu muda di mana alat yang dibuat
sudah diasah sehingga menjadi halus dan indah. Dikatakan bahwa sejak zaman
Neolithikum bangsa Indonesia telah mengenal:
a. Cara pertanian padi
b. Mengenal alat pemotong padi
c. Teknik pembuatan batik
d. Peternakan
e. Teknik pembuatan periuk belanga
f. Membuat alat-alat dari logam
g. Pembuatan rumah panggung
h. Mendirikan monument (bangunan pemujaan)
i. Sudah mengenal organisasi pemerintahan secara teratur yang dikepalai Kepala
Desa dan menurut Adat
j. Membuat/menggunakan mata uang.

2. PENGARUH HINDU BUDHA ISLAM DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAN


a. Pengaruh Hindu – Budha
Pengaruh yang pertama kali menyentuh masyarakat Indonesia berupa
pengaruh kebudayaan Hindu dan Budha dari India sejak 400 tahun sebelum masehi.
Hinduisme dan Budhaisme, pada waktu itu tersebar meliputi daerah yang cukup luas
di Indonesia, serta lebur bersama-sama dengan kebudayaan asli yang telah lama
hidup. Namun demikian terutama di pulau Jawa dan pulau Bali pengaruh agama
Hindu dan Budha itu tertanam dengan kuatnya sampai saat ini. Cerita seperti
Mahabharata atau Ramayana sangat populer sampai sekarang, bahkan pada beberapa
suku bangsa seperti Sunda, Jawa, atau Bali, pengaruh cerita-cerita itu sudah dianggap
sebagai bagian atau ciri dari kebudayaannya; beberapa film Indonesia ternyata banyak
yang berorientasi pada sifat-sifat film India, yaitu antara bernyanyi dan menari; musik
dangdut yang demikian populer untuk lapisan masyarakat tertentu, bisa dikatakan
berakar dari kebudayaan India. Pengaruh yang paling menonjol dari agama Hindu
bisa ditemukan pada masyarakat Bali, walaupun ada sedikit-sedikit perbedaan karena
tentunya unsur budaya asli masih dipertahankan, namun pengaruh agama Hindu
tertanam kuat pada kepercayaan masyarakat Bali.

b. Pengaruh Kebudayaan Islam


Pengaruh kebudayaan Islam mulai memasuki masyarakat Indonesia sejak abad
ke-13, akan tetapi baru benar-benar mengalami proses penyebaran yang meluas
sepanjang abad ke-15. Pengaruh agama Islam terutama memperoleh tanah tempat
berpijak yang kokoh di daerah-daerah dimana pengaruh agama Hindu dan Budha
tidak cukup kuat. Di daerah Jawa tengah dan Jawa Timur, dimana pengaruh agama
Hindu dan Budha telah tertanam dengan cukup kuat, suatu kepercayaan keagamaan
yang bersifat sincretic dianut oleh sejumlah besar penduduk di kedua daerah tersebut,
dimana kepercayaan animisme-dinamisme bercampur dengan kepercayaan agama
Hindu, Budha dan Islam. Pengaruh reformasi agama Islam yang memasuki Indonesia
pada permulaan abad ke-17 dan terutama pada akhir abad ke-19 itupun tidak berhasil
mengubah keadaaan tersebut, kecuali memperkuat pengaruh agama Islam di daerah-
daerah yang sebelumnya memang telah merupakan daerah pengaruh agama Islam.
Sementara itu Bali masih tetap merupakan daerah pengaruh agama Hindu.

Harsoyo (1999) menyebutkan bahwa praktik penyebaran agama Islam itu melalui dua
proses, yaitu melalui mekanisme perniagaan yang dilakukan oleh orang-orang India
dari Gujarat dan orang-orang Persia, dan yang kedua melalui penguasaan sentra-
sentra kekuasaan di pulau Jawa oleh orang-orang Pribumi yang telah memeluk agama
Islam; dengan proses yang cukup rumit ini tidak mengherankan jika kemudian
terdapat beberapa perbedaan proses penyerapan agama Islam ini di Indonesia. Untuk
orang-orang yang tinggal di daerah pesisir agak berbeda dengan orang-orang yang
tinggal di pedalaman; untuk orang-orang yang telah kuat memeluk agama Hindu dan
Budha agak berbeda dengan orang-orang yang lebih longgar darinya; untuk yang
menerimanya dari orang-orang Gujarat agak berbeda dengan pengaruh Persia; bahkan
menurut seorang peneliti Amerika tentang kebudayaan-kebudayaan di Indonesia,
Clifford Geertz (1982), keberadaan agama Islam pada suatu masyarakat Jawa Tengah
itu dilaksanakan menurut tiga lapisan masyarakat, yaitu agama Islam yang hidup pada
kelompok bangsawan yang disebutnya sebagai Priyayi, Islam yang hidup pada
kelompok rakyat kebanyakan yang disebutnya sebagai Abangan, dan Islam yang
hidup pada anggota-anggota kelompok pesantren sebagai pusat pengkajian agama
Islam yang disebut Santri.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu dan Buddha dari India ke
Indonesia terjadi karena adanya hubungan antara bangsa Indonesia, India, dan bangsa-bangsa
lainnya di kawasan Asia Selatan ,Timur, dan Tenggara. Hubungan tersebut tidak hanya
terjadi melalui perdagangan tetapi juga terjadi melalui kegiatan politik dan diplomasi,
pelayaran, pendidikan,d an kebudayaan. Melalui lalu lintas tersebut, terjadi pertukaran
barang, pengalaman, dan kebudayaan Hindu dan Buddha. Pendapat mengenai proses masuk
dan berkembangnya kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia, yaitu hipotesis Waisya,
Hipotesis Ksatria, Hipotesis Brahmana dan teori Arus Balik. Masuk dan berkembangnya
agama dan kebudayaan Hindu-Budha membawa pengaruh besar di berbagai bidang.
Kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha merupakan salah satu bukti adanya pengaruh
kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. Setiap kerajaan dipimpin oleh seorang raja yang
memiliki kekuasaan mutlak dan turun-temurun. Kerajaan-kerajaan itu antara lain : Kerajaan
Kutai, Kerajaan Tarumanegara, Kerajaan Sriwijaya, Mataram Kuno, Kerajaan Singhasari,
Kerajaan Majapahit.
Islam datang ke Indonesia ketika pengaruh Hindu dan Buddha masih kuat. Kala itu,
Majapahit masih menguasai sebagian besar wilayah yang kini termasuk wilayah Indonesia.
Masyarakat Indonesia berkenalan dengan agama dan kebudayaan Islam melalui jalur
perdagangan, sama seperti ketika berkenalan dengan agama Hindu dan Buddha. Melalui
aktifitas niaga, masyarakat Indonesia yang sudah mengenal Hindu-Buddha lambat laun
mengenal ajaran Islam. Persebaran Islam ini pertama kali terjadi pada masyarakat pesisir laut
yang lebih terbuka terhadap budaya asing. Setelah itu, barulah Islam menyebar ke daerah
pedalaman dan pegunungan melalui aktifitas ekonomi, pendidikan, dan politik.
Proses masuknya agama Islam ke Indonesia tidak berlangsung secara revolusioner,
cepat, dan tunggal, melainkan berevolusi, lambat-laun, dan sangat beragam. Dan dalam
perkembangan selanjutnya bermunculan banyak kerajaan-kerajaan islam di Indonesia seperti
samudera pasai dan kerajaan-kerajaan islam lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://wsplmahmaplog.blogspot.com/2016/02/sejarah-masuknya-agama-hindu-budha-
dan.html
http://tubagusilhammaulana.blogspot.com/2016/10/peranan.html
https://www.kompas.com/skola/read/2020/05/27/194500369/pengaruh-kebudayaan-hindu-
buddha-di-indonesia?page=all

Anda mungkin juga menyukai