Anda di halaman 1dari 6

GENEOLOGI GERAKAN

FAHAM ISLAM INDONESIA


1. Kepercayaan Sebelum Masuknya
Agama Dakwah
Sebelum masuknya agama-agama seperti yang kita kenal sekarang di
Indonesia, berbagai suku yang tinggal nusantara memiliki kepercayaan yang
disebut animisme dan dinamisme.
Dalam sisi lain menyebutkan bahwa Agama yang paling awal berkembang di
Nusantara adalah Kapitayan. Sebuah kepercayaan yang memuja sesembahan
utama yang disebut, “Sanghyang Taya”yang bermakna hampa atau kosong.
Orang Jawa/Sunda Wiwitan mendefinisikanSanghyang Taya dalam satu kalimat,
“tan kena kinaya ngapa” alias tidak bisa diapa-apakan keberadaannya. Untuk itu,
supaya bisa disembah, Sanghyang Taya mempribadi dalam nama dan sifat yang
disebut “Tu” atau “To”, yang bermakna “daya gaib”, yang bersifat adikodrati.
2. Potret Kehidupan Masyarakat
Era Hindu-Budha
Sebelum masuknya kebudayaan Hindu-Buddha, masyarakat di Nusantara sudah memiliki
kebudayaan yang maju. Kebudayaan asli Nusantara telah tumbuh dan berkembang dalam
kehidupan masyarakat Indonesia. Bangsa Indonesia yang sebelumnya memiliki kebudayaan
asli tidak serta merta menerima budaya baru. Proses masuknya pengaruh budaya Indonesia
terjadi karena adanya hubungan dagang antara Indonesia dan India.
Pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia dapat dilihat dari peninggalan-
peninggalan sejarahdalam berbagai bidang, di antaranya:
 Bidang keagamaan
 Bidang sosial
 Bidang politik
 Bidang pendidikan
3. Strategi Dakwah Islam Era Awal
Kedatangan Islam di berbagai daerah di Indonesia tidak hadir secara bersamaan. Demikian
pula dengan kerajaan-kerajaan dan daerah yang didatanginya, ia mempunyai situasi politik dan
sosial budaya yang berlainan. Pada waktu kerajaan Sriwijaya mengembangkan kekuasaannya
pada sekitar abad ke-7 dan ke-8, Selat Malaka sudah mulai dilalui oleh para pedagang Muslim
dalam pelayarannya ke negeri-negeri di Asia Tenggara dan Asia Timur.
Menjelang abad ke-10 para pedagang Islam telah menetap di pusat-pusat perdagangan yang
penting di kepulauan Indonesia.
Para pedagang Muslim menjadi pendukung daerah-daerah Islam yang muncul kemudian, dan
daerah yang menyatakan dirinya sebagai kerajaan yang bercorak Islam ialah Samudra Pasai di
pesisir timur laut Aceh. Munculnya daerah tersebut sebagai kerajaan Islam yang pertama
diperkirakan mulai abad ke-13.  
Kerajaan Samudra Pasai makin berkembang dalam bidang agama Islam, politik, perdagangan,
dan pelayaran. Hubungan dengan Malaka makin ramai, sehingga di Malaka pun sejak abad ke-14
timbul corak masyarakat muslim. Perkembangan masyarakat muslim di Malaka makin lama
makin meluas dan akhirnya pada awal abad ke-15 berdiri kerajaan Islam Malaka
4.Strategi Dakwah Islam Era
Walisongo
Wali Songo, menurut Agus Sunyoto, semacam lembaga dakwah yang beranggotakan sembilan tokoh
penyebar agama Islam. Mereka berdakwah secara sistematis dan terorganisasi melakukan usaha-usaha
pengislaman masyarakat Jawa dan pulau-pulau lainnya. Anggota dewan dakwah ini tetap sembilan orang,
sehingga jika ada salah seorang anggotanya yang meninggal, maka anggota lain masuk menggantikan.
Secara umum, dapat dikatakan, meski kegiatan dakwah di Nusantara sudah dimulai sejak abad ke-7, tetapi
Islam belum diterima secara masif oleh penduduk pribumi. Dan itu berlangsung hingga pertengahan abad 15.
Baru pada abad ke-15, tepatnya era dakwah yang dipelopori para sufi yang dikenal Wali Songo, Islam dengan
cepat diserap melalui asimilasi dan sinkretisme budaya Nusantara. Lantas, mengapa di tangan para Wali Songo,
Islam begitu cepat diterima penduduk Nusantara, khususnya penduduk pulau Jawa
Dakwah mereka dilakukan dengan pendekatan persuasif, keteladanan, kasih sayang, dan kedermawanan.
Jalan dakwah yang ditempuh Wali Songo melalui proses asimilasi dan sinkretisme antara Islam yang terbuka,
luwes, dan akomodatif dengan agama asli Nusantara, yakni agama Kapitayan sebagai penganut animisme-
dinamisme dan pemuja dewa-dewa Hindu-Budha, tanpa terlibat konflik yang berarti. Dakwah dikemas dalam
bahasa yang bijak, diramu dalam ajaran yang sederhana, dan disesuaikan dengan pemahaman masyarakat sesuai
dengan adat dan kepercayaan setempat.
5. Peta Islam Indonesia Pasca
Walisongo – Kekinian

Islam Nusantara merupakan Islam yang tetap berpegang teguh pada


aqidah Tauhid yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw. Islam yang
dekat dengan budaya dengan tetap berdampingan dengan Islam,
selagi budaya itu tidak menyimpang dari ajaran Islam. Karakteristik
Islam Nusantara yaitu toleran dan cinta damai. Penjiwaan dari
rahmatan lil alamin yaitu Islam yang merangkul, menuntun,
memakai hati, mengajak taubat serta memberikan pemahaman.
Sedangkan prinsip Islam itu sendiri yaitu keselarasan dengan budaya
setempat, sehingga terciptanya Islam yang indah dan harmonis.

Anda mungkin juga menyukai