Anda di halaman 1dari 3

SALURAN ISLAMISASI (PENYEBARAN ISLAM) DI NUSANTARA

Syamsul Ma’arif1, Fazrul Hidayat2, Muhammad Karuniawan3


1
180105020243, 2180105020244, 3180105020240
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Universitas Islam Negeri Antasari Banjarmasin

Penyebaran agama Islam di Nusantara dilakukan dengan cara damai dan fleksibel, faktor
inilah yang menyebabkan agam Islam mudah diterima oleh masyarakat Nusantara. Agama
Islam merupakan agama mayoritas yang dianut oleh penduduk di Indonesia. Di dalam
penyebaran agama Islam memiliki pola-pola yang beragam, diantaranya melalui saluran
sebagai berikut:

1. Saluran Perdagangan
Saluran perdagangan merupakan tahap yang paling awal dalam proses islamisasi.
Tahap ini diperkirakan terjadi pada abad ke-7 Masehi yang melibatkan para pedagang
muslim (Arab, Persia, dan India).1 Proses islamisasi di Nusantara terjadi dan dipermudah
karena adanya dukungan dari dua pihak yaitu, orang-orang muslim pendatang yang
mengajarkan agama Islam dan para masyarakat Nusantara yang menerima ajaran Islam.
Dalam masa-masa kegoncangan politik, ekonomi, dan sosial budaya, agama Islam
dengan mudah dapat masuk dan mengisi masyarakat yang sedang mencari pegangan
hidup, dan didukung dengan cara yang ditempuh oleh orang-orang muslim dalam
menyebarkan agama Islam, yaitu dengan menyesuaikan kondisi sosial budaya yang telah
ada. Dengan demikian, pada tahap permulaan islamisasi dilakukan dengan menyesuaikan
akan kebutuhan dan kondisi masyarakatnya. Pembawa dan penyebar agama Islam pada
masa-masa permulaan adalah para pedagang muslim, kepulauan Nusantara merupakan
kawasan perdagangan yang ramai dikunjungi oleh para pedagang, dengan adanya jalur
perdangan inilah para pedagang muslim datang ke Indonesia untuk melakukan kegiatan
perdangan dan menyebarkan agama Islam di Indonesia.2
2. Saluran Perkawinan
Dari sudut ekonomi, para pedagang muslim memiliki status sosial yang lebih baik
daripada kebanyakan masyarakat pribumi, sehingaa dapat diterima baik oleh para
bangsawan, sehingga masyarakat pribumi terutama putri-putri dari kalangan bangsawan
tertarik untuk menjadi istri para saudagar-saudagar muslim.3 Dalam melakukan
perkawinan, para pedagang muslim mewajibkan para calon istrinya untuk memeluk
agama Islam. Hal ini dapat dijalankan dengan sederhana, yaitu dengan cara
mengucapkan dua kalimat Syahadat. Dengan adanya pernikahan ini akan membentuk
keluarga muslim. Dan hal ini akan menimbulkan ketertarikan para kerebat dekat
mempelai untuk mempelajari agama Islam.4 Setelah mempunyai keturunan, lingkungan

1
Rosita Baiti dan Abdur Razzaq, “Teori dan Proses Islamisasi di Indonesia,” Wardah 15, no. 2 (2014): 142.
2
Lutfiyani Lutfiyani dan Amul Husni Fadlan, “Islam Nusantara (a Theory of the Arrival of Islam Until the
Process of Islamization In The Nusantara),” PROCEEDING IAIN Batusangkar 4, no. 1 (9 Juli 2019): 171.
3
Sarkawi B. Husain, Sejarah Masyarakat Islam Indonesia (Airlangga University Press, 2017), 12.
4
Baiti dan Razzaq, op. cit. hlm. 143.
mereka akan makin luas, dan akhirnya timbul kampung-kampung, daerah-daerah, dan
kerajaan-kerajaan Islam.5
3. Saluran Tasawuf
Tasawuf merupakan ajaran untuk mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah
sehingga memperoleh hubungan langsung secara sadar dengan Allah SWT dan
mempeolah ridha-Nya. Tasawuf masuk ke Indonesia pada abad ke-13 Maseh dan
mazhab yang paling berpengaruh adalah Mazhab Syafi’i. Saluran tasawuf termasuk yang
berperan membentuk kehidupan sosial bangsa Indonesia.6 Dalam hal ini para ahli
tasawuf hidup dalam kesederhanaan, mereka selalu berusaha menghayati kehidupan
masyarakatnya, dan hidup bersama ditengah-tengah masyarakatnya. Ajaran Islam mudah
diterima karena adanya proses islamisasi dengan cara mengakomodir nilai-nilai budaya
yaitu agama Hindu ke dalam ajaran Islam, tentu saja terlebih dahulu dikodifikasikan
dengan nilai-nilai Islam sehingga mudah dimengerti dan diterima oleh para masyarakat.
Hal tersebut dilakukan dikarenakan kondisi masyarakat pada saat itu masih sulit untuk
meninggal kenudayaan lama yang masih mereka anut, untuk menarik simpatisan mereka
maka dilakukannya percampuran kebudayan yang diisi dengan ajran Islam.7
4. Saluran Pendidikan
Para ulama, kyai, dan guru agama sangat berperan penting dalam penyebaran agama
dan kebudayaan Islam. Para tokoh Islam ini menyelenggarakan pendidikan melalui
pondok pesantren bagi para santri-santrinya. Pondok pesantren merupakan tempat para
pemuda dari berbagai kalangan masyarakat untuk menimba ilmu agama Islam, dari pada
santri inilah nantinya Islam akan disosialisasikan ditengah-tengah masyarakat.8
Setelah mereka belajar ilmu-ilmu agama dari pondok pesantren maka mereka akan
kembali ke kampung atau desanya masing-masing untuk menjadi tokoh keagamaan, atau
menjadi kyai yang mendirikan pesantren lagi. Semakin terkenal kyai yang mengajarkan
semakin terkenal pesantrennya, maka akan memiliki pengaruh yang lebih besar dalam
menyebarkan agama Islam. Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang
berperan melahirkan guru agama, kyai, atau ulama. Maka dari pesantren inilah muncul
para tokoh ulama atau mubalig yang menyebarkan Islam melalui dakwah dan
pendidikan.9
5. Saluran Seni dan Budaya
Saluran islamisasi melalui kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukkan
wayang. Dikatakan bahwa Sunan Kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam
mementaskan wayang. Dia tidak pernah meminta upah pertunjukkan, tetapi ia meminta
agar para penonton untuk mengikutinya megucapkan syahadat. Sebagian besar cerita
wayang masih dipetik dari cerita Mahabarata dan Ramayana, tetapi di dalam cerita itu
disisipkan ajaran dan nama-nama pahlawan Islam. Kesenian-kesenian lain juga dijadikan
alat islamisasi seperti sastra (hikayat, babad, dan sebagainya), seni bangunan dan seni

5
Lutfiyani dan Fadlan, loc. cit.
6
Baiti dan Razzaq, loc. cit.
7
Lutfiyani dan Fadlan, op. cit. hlm. 172.
8
Baiti dan Razzaq, loc. cit.
9
Lutfiyani dan Fadlan, loc. cit.
ukir.10 Sementara untuk seni musik, banyak dilakukan oleh Sunan Bonang. Salah satu
karya Sunan Bonang yang paling populer adalah Tombo Ati.11
Sebelum masuknya Islam, para penduduk pribumi sudah memiliki kepercayaan Hindu
maupun Budha sebagai kepercayaan asli. Ketika mereka memeluk agama Islam dan
mengembangkannya di masyakarat sekitarnya, budaya lokal yang selama ini terbentuk
tidak dihilangkan dalam ajaran Islam, dan hal ini dipergunakan sebagai sarana Islamisasi.
Sehingga para masyarakat yang memeluk agama Islam tidak merasa terbebani karena
mereka masih dalam situasi budaya lama yang menjadi bagian dari kehidupannya.12
6. Saluran Politik
Pengaruh kekuasaan raja sangat berperan besar dalam proses islamisasi. Ketika
seorang raja memeluk agama Islam, maka rakyat juga akan mengikuti jejak rajanya.
Rakyat memiliki kepatuhan yang sangat tinggi dan raja sebagai panutan bahkan menjadi
tauladan bagi rakyatnya.13 Di Maluu dan Sulawesi Selatan, kebanyakan rakyat masuk
Islam setelah rajanya memeluk Islam terlebih dahulu. Disamping itu, demi kepentingan
politik, kerajaan-kerajaan Islam memerangi kerajaan-kerajaan non Islam. Kemenagan
kerajaan Islam secara politis banyak menraik penduduk kerajaan bukan Islam untuk
masuk Islam.14

DAFTAR PUSTAKA

Annum Dalimunthe, Latifa. “Kajian Proses Islamisasi di Indonesia (Studi Pustaka).” Jurnal
Studi Agama dan Masyarakat 12, no. 1 (2016): 115–25.
https://doi.org/10.23971/jsam.v12i1.467.
Baiti, Rosita, dan Abdur Razzaq. “Teori dan Proses Islamisasi di Indonesia.” Wardah 15, no.
2 (2014): 133–45.
Husain, Sarkawi B. Sejarah Masyarakat Islam Indonesia. Airlangga University Press, 2017.
Lutfiyani, Lutfiyani, dan Amul Husni Fadlan. “ISLAM NUSANTARA (a Theory of the
Arrival of Islam Until the Process of Islamization In The Nusantara).” PROCEEDING
IAIN Batusangkar 4, no. 1 (9 Juli 2019): 167–74.

10
Latifa Annum Dalimunthe, “Kajian Proses Islamisasi di Indonesia (Studi Pustaka),” Jurnal Studi Agama dan
Masyarakat 12, no. 1 (2016): 123, https://doi.org/10.23971/jsam.v12i1.467.
11
Baiti dan Razzaq, op. cit. hlm. 144.
12
Lutfiyani dan Fadlan, loc. cit.
13
Ibid
14
Husain, op. cit. hlm. 18.

Anda mungkin juga menyukai