Anda di halaman 1dari 17

STRATEGI DAKWAH DAN SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA

ARNETHA REGA GARDINA

ILA DWI ANGGRAINI

NOVAN FALCONIA R

XII MIPA 05

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PROVINSI JAWA TIMUR

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 02 BATU

AGUSTUS 2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Ketika islam dating, sebenarnya kepulauan Nusantara sudah mempunyai peradaban
yang bersumber kebudayaan asli pengaruh dari peradaban Hindu-Budha dari India, yang
penyebaran pengaruhnya tidak merata. Di Jawa telah mendalam , di Sumatera merupakan
lapisan tipis, sedang dipulau-pulau lain belum terjadi. Walaupun demikian, islam dapat
cepat menyebar.

Hal itu dapat disebabkan islam yang dibawa oleh kaum pedagang maupun para da’i
dan ulama’ masa awal, mereka semua menyiarkan suatu rangkaian ajaran dan cara serta
gaya hidup yang secara kualitatif lebih maju dari pada peradaban yang ada. Dalam bidang
perenungan teologi politeisme , kehidupan masyarakat tanpa kasta, juga dalam sufisme,
islam lebih maju dan lebih mendasar dari pada mistik pribumi yang dipengaruhi mistik
Hindu-Budha . Demikian pula dalam pengembangan intelektual dan kesenian.

Dari sini, pembaca akan diajak untuk memahami tentang sejarah peradaban islam di
Indonesia serta perkembangan-perkembanganya.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.Bagaimana sejarah perkembangan islam di Indonesia?
2.Bagaimana strategi dakwah islam di Indonesia?
3.Bagaimana peranan pondok pesantren dalam perkembangan islam di Indonesia?
4.Bagaimana peranan para wali dalam perkembangan islam di Indonesia?
5.Bagaimana peranan organisasi-organisasi islam dalam perkembangan islam di Indonesia?
6.Bagaimana peranan agama islam dalam Negara Indonesia?
7.Apa saja hikmah mempelajari dakwah islam di Indonesia?
1.3 TUJUAN
1.Untuk mengetahui sejarah perkembangan islam di Indonesia
2.Untuk mengetahui strategi dakwah islam di Indonesia
3.Untuk mengetahui peranan pondok pesantren dalam perkembangan islam di Indonesia
4.Untuk mengetahui peranan para wali dalam perkembangan islam di Indonesia
5.Untuk mengetahui peranan organisasi-organisasi islam dalam perkembangan islam di
Indonesia
6.Untuk mengetahui peranan agama islam dalam Negara Indonesia
7.Untuk mengetahui hikmah mempelajari dakwah islam di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA


Islam masuk di Indonesia dengan cara yang penuh kedamaian serta cinta
kasih.Perkembangan islam di Indonesia dijalankan dengan penuh kesabaran serta kegigihan
sebab tidak mudah untuk menjelaskan Islam kepada masyarakat pada saat itu.

Tidak ada paksaan dalam penyebarannya sebab perilaku-perilaku itu memang sangat
bertentangan dengan ajaran Islam seperti yang disebutkan didalam Al-Quran, salah satunya
pada surah Al-Baqarah ayat 256.Berikut beberapa cara dan proses penyebaran agama ini di
Nusantara.

Perkembangan Islam di Indonesia Melalui Jalur Perdagangan

Salah satu jalan masuknya Islam di Indonesia adalah melaui perdagangan. Hal ini terjadi sebab
kebanyakan dari orang melayu pada saat itu banyak berhubungan dengan para pedagang-
pedagang arab hingga terjalin hubungan yang sangat dekat satu sama lain.

Kedekatan antara pedagang melayu dengan para pedagang arab inilah yang menjadi jalan
dakwah bagi para pedagang arab yang bukan hanya mencari keuntungan duniawi namun juga
mencari amal dan keberkahan dengan jalan menyebarkan agama Islam. Pelan tapi pasti,
akhirnya banyak dari orang-orang melayu yang memeluk agama Islam.

Seiring berjalannya waktu, Perkembangan islam di Indonesia menjadi semakin besar yang
ditandai dengan berdirinya kerajaan Islam Malaka dan Kerajaan Samudra Pasai. Besarnya
pengaruh Islam saat itu akhirnya membawa banyak ulama-ulama Islam datang ke Indonesia
yang akhirnya semakin memperkokoh penyebaran agama ini di Nusantara.

Perkembangan Islam di Indonesia Melalui Pendekatan Kultural

Setelah masuk dan tersebar melalui jalur perdagangan, Proses penyebarannya di


Nusantara juga dilakukan dengan pendekatan seni dan budaya. Penyebaran dengan
pendekatan kultural bayak di lakukan oleh para wali di pulau jawa.
Sunan Kalijaga menyebarkan agama Islam dengan pendekatan seni wayang kulit. Sunan Kalijaga
melakukan pementasa wayang yang dulunya banyak di dominasi oleh ajaran-ajaran hindu
diganti dengan konten yang bernuansa Islam. Sunan Muria melakukan dakwah dengan
pendekatan seni gamelan. Sunan Giri melakukan dakwah dengan membuat banyak mainan-
mainan edukasi kepada anak-anak. Pendekatan pendekatan kultural yang dilakukan oleh para
Wali tersebut tidak lepas dari kondisi masyarakat Indonesia saat itu yang sangat menggemari
seni.

Penyebaran Agama Islam di Indonesia Melalui Pendidikan

Cara lain yang menjadi jalan penyebaran agama Islam di Indonesia adalah dengan jalan
pendidikan. Pesantren-pesantren banyak dibangun sebagai pusat pendidikan untuk
membentuk da’i-da’i dan muballiq yang menjadi perpanjangan tangan penyebaran agama ini ke
penjuru Indonesia. Datuk Ribandang merupakan salah satu keluaran dari pesantren Sunan Giri
yang berhasil Meng-Islam-kan kerajaan Gowa-Tallo pada saat itu. Selain itu Masih banyak lagi
da’i-da’i keluaran pesantren yang tersebar ke berbagai pulai di Indonesia. Hingga saat ini,
Pesantren masih tetap menjadi salah satu strategi yang paling efektif dalam penyebaran
ajaran agama Islam.

Penyebaran Agama Islam Dengan Kekuatan Politik

Tidak bisa dipungkiri bahwa kekuatan politik juga memegang peranan yang cukup besar dalam
penyebaran agama Islam di Indonesia. Dalam hal ini yaitu dukungan dari para sultan-sultan
yang memimpin kerajaan. Kesultanan Demak merupakan salah satu pusat dakwah dan serta
pelindung dalam penyebaran Islam di nusantara. Selai itu, Kerajaan Gowa Tallo di sulawesi juga
membukakan perlindungan bagi para da’i-da’i yang menyebarkan ajaran agama ini di
daerahnya. Para raja dan sultan di nusantara saling berkomunikasi dan tolong menolong dalam
mengawal proses perkembangan dakwah di indonesia. Dan dari kerja sama itulah akhirnya
menjadi bibit awal terbentuknya negara Indonesia.

2.2 STRATEGI DAKWAH ISLAM DI INDONESIA


Terdapat beberapa kegiatan yang dipergunakan sebagai kendaraan (sarana) dalam penyebaran islam di
indonesia. di antaranya adalah :

1. Perdagangan
Pada tahap awal, saluran yang dipergunakan dalam proses Islamisasi di indoneisa adalah
perdagangan. Hal itu dapat diketahui melalui adanya kesibukan lalu lintas perdagangan pada
abad ke-7 M hingga abad ke-16 M. Aktivitas perdagangan di negeri negeri bagian Barat,
Tenggara, dan Timur benua Asia.

Saluran Islamisasi melalui jalur perdagangan ini sangat menguntungkan, karena para raja dan
bangsawan turut serta dalam aktivitas perdagangan tersebut. Bahkan mereka menjadi pemilik
kapal dan saham perdagangan itu.

Fakta sejarah ini dapat diketahui berdasarkan data dan informasi penting yang dicatat Tome'
Pires bahwa para pedagang muslim banyak yang bermukim di pesisir pulau Jawa yang ketika itu
penduduknya masih kafir. Mereka berhasil mendirikan masjid masjid dan mendatangkan
mullah mullah dari luar, sehingga jumlah mereka semakin bertambah banyak. Dalam
perkembangan selanjutnya, anak keturunan mereka menjadi penduduk muslim yang kaya raya.

Pada beberapa tempat, para penguasa jawa yang menjabat sebagai bupati bupati majapahit
yang ditempatkan di pesisir pulau jawa banyak yang masuk islam. Ke islaman mereka bukan
hanya disebabkan oleh faktor politik dalam negeri yang tengah goyah, tetapi terutama karena
faktor hubungan ekonomi yang pada pedagang ini sangat menguntungkan secara material bagi
mereka, yang pada akhirnya memperkuat posisi dan kedudukan sosial mereka di masyarakat
jawa. Kemudian dalam perkembangan selanjutnya, mereka mengambil alih perdagangan dan
kekuasaan di tempat tinggal mereka.

Hubungan perdagangan ini di manfaatkan oleh para pedagang muslim sebagai sarana atau
media dakwah. Sebab, dalam islam setiap muslim memiliki kewajiban untuk menyebarkan
ajaran islam kepada siapa saja dengan tanpa paksaan. Oleh karena itu, ketika penduduk
nusantara banyak yang berinteraksi dengan para pedagang muslim, dan keterlibatan mereka
semakin jauh dalam aktivitas perdagangan, banyak di antara mereka yang memeluk islam.
Karena pada saat itu, jalur jalur strategis perdagangan internasional hampir sebagian besar
dikuasai oleh pedagang muslim. Apabila para penguasa lokal di indonesia ingin terlibat jauh
dengan perdagangan internasional, maka mereka harus berperan aktif dalam perdagangan dan
harus saling berinteraksi dengan para pedagang muslim.

2. Perkawinan
Dari aspek ekonomi, pada pedagang muslim memiliki status sosial yang lebih baik daripada
kebanyakan penduduk pribumi. Hal ini menyebabkan banyak penduduk pribumi, terutama para
wanita, yang tertarik untuk menjadi isteri isteri pada sauudagar muslim. Hanya saja ada
ketentuan hukum islam, bahwa para wanita yang akan dinikahi harus diislamkan terlebih
dahulu. Para wanita dan keluarga mereka tidak merasa keberatan, karena proses pengislaman
hanya dengan mengucapkan dua kalimah syahadat, tanpa upacara atau ritual yang rumit.
Setelah itu, mereka menjadi komunitas muslim di lingkungannya sendiri. Keislaman mereka
menempatkan diri dan keluarganya berada dalam status sosial dan ekonomi cukup tinggi,
Sebab, mereka menjadi muslim indonesia yang kaya dan berstatus sosial terhormat. Kemudian
setelah mereka memiliki keturunan, lingkungan mereka semakin luas, Akhirnya timbul
kampung kampung dan pusat pusat kekuasaan islam.

Dalam perkembangan berikutnya, ada pula para wanita muslim yang dikawini oleh keturunan
bangsawan lokal. Hanya saja, anak anak para bangsawan tersebut harus di Islamkan terlebih
dahulu. Dengan demikian, mereka menjadi keluarga muslim dengan status sosial ekonomi dan
politik penting di masyarakat.

Jalur perkawinan ini lebih menguntungkan lagi apabila terjadi antara saudagar muslim dengan
anak bangsawan atau anak raja atau anak adipati. Karena raja, atau bangsawan itu memiliki
posisi penting di dalam masyarakatnya, sehingga mempercepat proses Islamisasi. Beberapa
contoh yang dapat dikemukakan di sini adalah , perkawinan antara raden rahmat atau sunan
ngampel dengan nyai manila, antara sunan gunung jati dengan puteri Kawunganten, Brawijaya
dengan Puteri Campa, orangtua Raden Patah, raja kerajaan islam Demak dan lain lain.

3. Pendidikan
Proses Islamisasi di Indonesia juga dilakukan melalui media pendidikan. Para ulama banyak
yang mendirikan lembaga pendidikan islam, berupa pesantren. Pada lembaga inilah, para ulama
memberikan pengajaran ilmu keiislaman memlalui berbagai pendekatan sampai kemudian para
santri mampu menyerap pengetahuan keagamaan dengan baik. Setelah mereka dianggap
mampu, mereka kembali ke kampung halaman untuk mengembangkan agama islam dan
membuka lembaga yang sama. Dengan demikian, semakin hari lembaga pendidikan pesantren
mengalami perkembangan, baik dari segi jumlah maupun mutunya.

Lembaga pendidikan islam ini tidak membedakan status sosial dan kelas, siapa saja yang
berkeinginan mempelajari atau memperdalam pengetahuan islam, di perbolehkan memasuki
lembaga pendidikan ini. Dengan demikian, pesantren pesantren dadn para ulamanya teah
memainkan peran yang cukup penting di dalam proses pencerdasan kehidupan masyarakat,
sehingga banyak masyarakat yang kemudian tertarik memeluk islam.

Di antara lembaga pendidikan pesantren yang tumbuh pada masa awal islam di Jawa adalah
pesantren yang didirikan oleh Raden Rahmat di Ampel Denta. Kemudia pesantren Giri yang
didirikan oleh Sunan Giri, popularitasnya melampaui batas pulau jawa hingga ke maluku.
Masyarakat yang mendiami pulau Maluku, terutama Hitu, banyak yang berdatangan ke
pesantren sunan giri untuk belajar ilmu agama islam. Bahkan Sunan Giri dan para ulama lainnya
pernah di undang ke Maluku untuk memberikan pelajaran agama Islam. Banyak di antara
mereka menjadi Khatib, muadzin, hakim (Qadli) dalam masyarakat maluku dengan memperoleh
imbalan cengkeh.

Dengan cara cara seperti itu, maka agama islam terus tersebar ke seluruh penjuru Nusantara,
hingga akhirnya banyak penduduk indonesia yang menjadi muslim. Oleh karena itu, dapat
dikatakan bahwa model pendidikan pesantren yang tidak mengenal kelas menjadi media
penting di dalam proses penyebaran islam di indonesia, bahkan keemudian di adopsi untuk
pengembangan pendidikan keagamaan pada lembaga lembaga pendidikan sejenis di indonesia.

4. Tasawuf
Jalur lain yang juga tidak kalah pentingnya dalam proses Islamisasi di Indonesia adalah Tasawuf.
Salah satu sifat khas dari ajaran ini adalah akomodasi terhadap budaya lokal, sehingga
menyebabkan banyak masyarakat indonesia yang tertarik menerima ajaratan tersebut. Pada
umumnya, para pengajar tasawuf atau para sufi adalah guru guru pengembara, dengan
sukarela mereka menghayati kemiskinan, juga seringkali berhubungan dengan perdagangan,
mereka mengajarkan teosofi yang telah bercampur dengan ajaran yang sudah dikenal luas
masyarakat indonesia. Mereka mahir dalam hal magis dan memiliki kekuatan menyembuhkan.
Diantara mereka ada juga yang menikahi para gadis gadis para bangsawan setempat.

Dengan tasawuf, bentuk islam yang diajarkan kepada para penduduk pribumi mempunyai
persamaan dengan alam pikiran mereka yang sebelumnya memeluk agama Hindu sehingga
ajaran islam dengan mudah diterima mereka. Di antara para sufi yang memberikan ajaran yang
mengandung persamaan dengan alam pikiran indonesia Pra-Islam adalah Hamzah Fansuri dari
Aceh, Syeikh Lemah Abang, dan Sunan Pangggung di Jawa. Ajaran mistik seperti ini terus di anut
hingga sekarang.

5. Kesenian
Saluran Islamisasi melalui kesenian yang paling terkenal adalah melalui pertunjukkan wayang.
Seperti diketahui bahwa sunan Kalijagaa adalah tokoh yang paling mahir dalam mementaskan
wayang. Dia atidak pernah meminta upah materi dalam setiap pertunjukkan yang dilakukannya.
Sunan kalia jaga hanya meminta kepada para penonton untuk mengikutinya mengucapkan dua
kalimat syahadat. Sebagian besar cerita wayang masih diambil dari cerita RAmayana dan
Mahabbrata, tetapi muatannya berisi ajaran islam dan nama nama pahlawan Islam.

Selain wayang, media yang dipergunakan dalam penyebaran islam di indonesia adalah seni
bangunan, seni pahat atau seni ukir, seni tari, seni musik dan seni sastra. Di antara bukti yang
dihasillkan dari pengembangan islam awal adalah seni bangunan Masjid Agung Demak,
Sendang Duwur, Agung Kasepuhan, Cirebon, Masjid Agung Banten, dan lain sebagainya. Seni
bangunan masjid yang ada, merupakan bentuk alkuturasi dari kebudayaan lokal indonesia yang
sudah ada sebelum islam, seperti bangunan candi.

Salah satu dari sekian banyak contoh yang dapat kita saksikann hingga kini adalah Masjid Kudus
dengan menaranya yang sangat terkenal itu, Hal ini menunjukkan seklai lagi bahwa proses
penyebaran islam di indonesia yang dilakukan oleh para penyebar islam melalui cara cara damai
dengan mengakomodasi kebudayaan setempat. Cara ini sangat efekif untuk menarik perhatian
masyarakat pribumi dalam memahami gerakan islamisasi yang dilakukan oleh para mubaligh,
sehingga lambat laun mereka memeluk islam.

6. Politik
Di maluku dan Sulawesi Selatan, kebanyakan rakyat masuk islam setelah rajanya masuk islam
terlebih dahulu, Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya islam di wilayah ini. Jalur
politik juga ditempuh ketika kerajaan islam menaklukkan kerajaan non islam, baik di Sumatera,
Jawa maupun Indonesia bagian Timur

2.3 PERANAN PONDOK PESANTREN DALAM PERKEMBANGAN ISLAM DI


INDONESIA
Kata "pesantren" mengandung pengertian sebagai tempat para santri atau murid pesantren.
Sedangkan kata "santri" diduga berasal dari istilah sansekerta "sastri" yang berarti "melek
huruf", atau dari bahasa Jawa "cantrik" yang berarti seorang yang mengikuti gurunya kemana
pun pergi.

Dalam perkembangannya, pesantren tetap kokoh dan konsisten mengikatkan dirinya sebagai
lembaga pendidikan yang mengajarkan dan mengembangkan nilai-nilai Islam. Realitas ini tidak
saja dapat dilihat ketika pesantren menghadapi banyak tekanan dari pemerintah kolonial
Bbelanda, namun pada masa pasca-proklamasi kemerdekaan pesantren justru dihadapkan pada
suatu tantangan yang cukup berat yaitu adanya ekspansi sistem pendidikan umum dan
madrasah modern. Di tengah kondisi yang demikian, di mana masyarakat semakin
diperkenalkan dengan perubahan-perubahan baru, eksistensi lembaga pendidikan pesantren
tetap saja menjadi alternatif bagi pelestarian ajaran agama Islam. Pesantren justru tertantang
untuk tetap survive dengan cara menempatkan dirinya sebagai lembaga yang mampu bersifat
adaptatif menerima dinamika kehidupan.

Dalam perkembangan selanjutnya bentuk-bentuk pendidikan di pesantren ini, kini sangat


bervariasi, yang dapat diklasifikasikan sedikitnya menjadi lima tipe, yaitu: (1) Pesantren yang
menyelenggarakan pendidikan formal yang menerapkan kurikulum nasional, baik yang hanya
memiliki sekolah keagamaan (MI, MTs, MA dan PT Agama Islam) maupun yang juga memiliki
sekolah umum (SD, SLTP, SMU, SMK, dan Perguruan Tinggi Umum), seperti pesantren Tebu
Ireng Jombang, pesantren Futuhiyyah Mranggen Demak dan pesantren Syafi’iyyah Jakarta. (2)
Pesantren yang menyelenggarakan pendidikan keagamaan dalam bentuk madrasah dan
mengajarkan ilmu-ilmu umum meski tidak menerapkan kurikulum nasional, seperti pesantren
Gontor Ponorogo, pesantren Maslakul Huda Kajen Pati (Matholi’ul Falah) dan Darul Rahman
Jakarta. (3) Pesantren yang hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama dalam bentuk madrasah
diniyah, seperti pesantren Salafiyah Langitan Tuban, Lirboyo Kediri dan pesantren Tegalrejo
Magelang. (4) Pesantren yang hanya sekedar menjadi tempat pengajian (majlis ta’lim), dan (5)
Kini mulai berkembang pula nama pesantren untuk asrama anak-anak pelajar sekolah umum
dan mahasiswa. Maraknya pendidikan pesantren tipe ke-5 (Pesantren Mahasiswa) yang muncul
sejak dekade 80-an ini sebenarnya menjadi sebuah fenomena yang sangat menarik untuk
dicermati. Hal ini bukan saja karena usia kelahirannya yang masih relatif muda, akan tetapi
manajemen atau pengelolaan pesantren mahasiswa memiliki spesifikasi tersendiri. Berbeda
dengan pesantren pada umumnya yang rata-rata menyelenggarakan pendidikan keagamaan
untuk jenjang pendidikan dasar sampai menengah saja. Di tengah dinamika sistem kehidupan
dunia yang mulai meninggalkan nilai-nilai moral dan pranata sosial, tampak jelas geliat
lembaga-lembaga pendidikan Islam khususnya pesantren menyiapkan peserta didiknya menjadi
manusia yang tidak saja memiliki kompetensi keilmuan dan life skill yang memadahi, namun
juga menjunjung tinggi aspek moral sebagai landasan berpijak. Pesantren adalah tempat
dimana calon-calon pengemban amanah negara tumbuh dan belajar membekali diri dengan
menyeimbangkan kebutuhan material dan spiritual untuk menyongsong hiruk-pikuk masa
depan. Kekuatan elit pesantren tidak diragukan lagi sebagai bagian integral dari
kelompok agent of change diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi pencerahan
masyarakat. Berdasarkan fakta-fakta historis, sangat sulit dipungkiri keterlibatan pondok
pesantren dalam membentuk dan mencerdaskan bangsa Indonesia. Namun perkembangan
konstelasi politik dan sistem pendidikan di Indonesia telah sedikit banyak mengkaburkan peran
tersebut sehingga seakan-akan pondok pesantren tidak memiliki kontribusi yang memadai bagi
lahirnya Indonesia sebagai sebuah bangsa dan negara yang berdaulat serta berketuhanan.
2.4 PERANAN PARA WALI DALAM PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA
Walisongo mempunyai peranan yang sangat besar dalam perkembangan Islam di Indonesia. Bahkan
mereka adalah perintis utama dalam bidang dakwah Islam di Indonesia, sekaligus pelopor penyiaran
Islam di nusantara.

‘Wali’ adalah singkatan dari bahasa Arab, Waliyullah yang berarti ‘orang yang mencintai dan dicintai
Allah’ dan Songo berasal dari bahasa Jawa yang berarti ‘sembilan’, sehingga Wali songo merujuk pada
wali sembilan yaitu Sembilan orang yang mencintai dan dicintai Allah.
Mereka diberi gelar seperti itu karena mereka dianggap penyiar-penyiar agama Islam dan yang
terpenting adalah karena kesungguhan mereka dalam mengajarkan dan menyebarkan Islam. Disamping
itu, Para Walisongo adalah intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya. Dalam
perkembangannya, pesantren tetap kokoh dan konsisten mengikatkan dirinya sebagai lembaga
pendidikan yang mengajarkan dan mengembangkan nilai-nilai Islam.
Walisongo atau Walisanga dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad ke 14.
Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa
Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat.

Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi HinduBudha dalam budaya Nusantara untuk digantikan
dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa.
Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam
mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas
serta dakwah secara langsung, membuat para Walisongo ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.

Dari nama para Walisongo tersebut, pada umumnya terdapat sembilan nama yang dikenal sebagai
anggota Walisongo yang paling terkenal, yaitu:

1. Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim

2. Sunan Ampel atau Raden Rahmat

3. Sunan Bonang atau Raden Makhdum Ibrahim

4. Sunan Drajat atau Raden Qasim

5. Sunan Kudus atau Ja'far Shadiq

6. Sunan Giri atau Raden Paku atau Ainul Yaqin

7. Sunan Kalijaga atau Raden Said


8. Sunan Muria atau Raden Umar Said

9. Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah

2.5 PERANAN ORGANISASI ORGANISASI ISLAM DALAM


PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA
Dari aspek kesejarahan, dapat ditangkap bahwa kehadiran organisasi-organisasi Islam baik itu
yang bergerak dalam bidang politik maupun organisasi sosial membawa sebuah pembaruan
bagi bangsa, seperti kelahiran Serikat Islam sebagai cikal bakal terbentuknya organisasi politik,
Muhammadiyah, NU (Nahdlatul Ulama), Serikat Dagang, dan lain-lainnya pada masa
prakemerdekaan membangkitkan sebuah semangat pembaruan yang begitu mendasar di
tengah masyarakat. Organisasi keagamaan Islam merupakan kelompok organisasi yang terbesar
jumlahnya, baik yang memiliki skala nasional maupun yang bersifat lokal saja. Tidak kurang dari
40 buah organisasi keagamaan Islam yang berskala nasional memiliki cabang-cabang
organisasinya di ibukota propinsi maupun ibukota kabupaten/kotamadya, seperti : Nahdlatul
Ulama (NU), Muhammadiyah, Sarikat Islam (SI), Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI), Majelis
Ulama Indonesia (MUI), Gabungan Usaha Perbaikan Pendidikan Islam (GUPPI), Majelis Da'wah
Islamiyah (MDI), Dewan Mesjid Indonesia (DMI), Ikatan Cendekiawan Muslim se Indonesia
(ICMI), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Persatuan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII),
Aisyiah, Muslimat NU, dan sebagainya. Sedangkan organisasi keagamaan Islam yang bersifat
lokal pada umumnya bergerak di bidang da'wah dan pendidikan seperti: Majelis Ta'lim, Yayasan
Pendidikan Islam, Yayasan Yatim Piatu, Lembaga-Lembaga Da'wah Lokal, dan sebagainya.

2.6 PERANAN AGAMA ISLAM DALAM NEGARA INDONESIA


Islam mempunyai peran yang sangat penting di Negara Indonesia. Peran Islam di Negara
Indonesia sudah ada sejak zaman kelahiran Negara Indonesia, perkembangan Negara Indonesia
hingga kehidupan mendatang Indonesia

Peran Islam dalam Kelahiran bangsa Indonesia

Di dalam buku-buku sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia, sudah menjadi suatu
kepastian apabila muncul para pahlawan-pahlawan dari kalangan Islam seperti Teuku Umar,
Tuanku Imam Bonjol, Pangeran diponegoro, Fatahilah dan sebagainya. Mereka melakukan ini
semata-mata untuk jihad melawan penjajah yang mereka anggap sebagai kaum kafir. Sebagai
mana disebut dalam firman Allah:
Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu
melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui
batas.( Al Baqarah 190).

Tak hanya melalui perlawanan bersenjata saja, banyak di antara kaum muslim yang berjuang
dengan menngunakan organisasi. Contohnya: H.O.S Tjokroaminoto dan Ahmad Dahlan dengan
organisai-organisasi Islamnya seperti Muhammadiyah, Persatuan Islam, Persatuan Umat Islam,
Nadhlatul Ulama dan Majelis A’la Indonesia

Peran Islam dalam perkembangan bangsa Indonesia

Seiring dengan berlalunya zaman, maka muncullah gerakan-gerakan Islam yang baru. Antara
1950-1954, mereka menolak gagasan pendirian negara Islam sekaligus menerima Pancasila
sebagai dasar negara. Pada 1960-an, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Persatuan Islam
Indonesia (PII) memainkan peran besar dalam demonstrasi menjatuhkan rezim Sukarno.
Dominasi keduanya menandai signifikansi pertama inteligensia Muslim Indonesia pasca
kemerdekaan.

Selanjutnya, lahir generasi generasi baru yang sebagian anggotanya lahir pada 1970-an dan
1980-an seperti Ulil Abshar Abdalla, Fachri Hamzah. Generasi ini, menurut Yudi, tidak homogen
karena rivalitas para pengikutnya terutama mengenai masalah manhaj (metode penalaran),
jaringan intelektual dan persaingan memperebutkan kepemimpinan. Harakah yang paling
berpengaruh, ialah harakah yang dipengaruhi Ikhwanul Muslimin, yakni Kesatuan Aksi
Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) dan partai politiknya, Partai Keadilan Sejahteran (PKS)
sebagai sarana untuk menegakkan demokrasi di Indonesia.

Jangan dilepaskan juga peran mahasiswa Islam pada saat ini bagi Indonesia. Mereka sangat
besar adilnya dalam pnegakkan syariah Islam seperti melakukan aksi dukungan terhadap RUU
Pornografi, Penggalangan bantuan untuk Palestina dan studi-studi mengenai Islam.

Kemudian Kami jadikan kamu pengganti-pengganti (mereka) di muka bumi sesudah mereka,
supaya Kami memperhatikan bagaimana kamu berbuat.( Yunus : 14)

Peran Islam untuk masa depan Indonesia

Sebagai agama yang universal dan berlaku sepanjang zaman,Islam sudah pasti dapat diterapkan
guna menyongsong kehidupan masa depan yang lebih baik di Indonesia., Kita lihat sekarang
mulai muncul bank-bank syariah dan lembaga perkreditan syariah yang pada akhirnya
ditunjukkan kepadakemashlahatan ummat.
Tak ketinggalan juga peran politik di Indonesia yang semakin menjajikan. Hal ini dapat dilihat
dari banyaknya partai-partai yang bernafaskan Islam dalam Pemilihan Umum serta Calon-calon
legislative yang bernafaskan Islam. Bahakan ada partai Islam yang dapat menembus 4 besar
Pemilu legislative Indonesia beberapa waktu yang lalu.

2.7 HIKMAH MEMPELAJARI DAKWAH ISLAM DI INDONESIA


1. Menjadi pelajaran bagi para penggiat dakwah dan ummat hari ini Salah satu fungsi utama
sebuah sejarah adalah menjadi pelajaran bagi orang-orang generasi sesudahnya. Banyak
kejadian-kejadian penting yang telah terjadi di masa awal mula dakwah Islam dirintis oleh
generasi awwalun. Pelajaran kemenangan perang Badar, kekalahan perang uhud, kesulitan
dakwah Rasulullah di fase makiyyah, perjuangan Rasulullah di awal mula ia mendapatkan
perintah dari Allah untuk menyebarkan dakwah Islam, dan sebagainya. Seluruh hal dan kejadian
penting ini tak lain merupakan pelajaran berharga bagi aktivis dakwah hari ini. Bagaimana
mereka menjadikan peristiwa-peristiwa penting perjuangan dakwah Islam, merupakan
suplemen penting yang akan mendorong vitalitas dan semangat mereka untuk terus giat
berdakwah saat ini.

2. Menjadi contoh strategi dakwah yang akan dilakukan oleh para generasi penggiat dakwah
hari ini Sejarah dakwah Islam telah menorehkan banyak contoh strategi dakwah penting yang
mirip kondisinya dengan berbagai hambatan dan rintangan yang dihadapi generasi penggiat
dakwah hari ini. Strategi dakwah yang diajarkan Rasulullah dan para sahabatmenjadi referensi
yang cukup kuat untuk menentukan strategi dakwah yang diambil saat ini. Setiap hal sederhana
yang dilakukan oleh Rasulullah dan para sahabat merupakan suri tauladan yang paling baik,
mengingat kedekatan generasi ini terhadap Al-Quran lebih baik dari pada generasi hari ini.

3. Menambah keimanan dan keyakinan orang-orang beriman Menguak kembali sejarah panjang
perjuangan dakwah Islam akan membuat kita menemukan banyak mutiara berharga yang
mencengangkan. Amatlah jelas pertolongan yang Allah berikan terhadap mereka orang-orang
yang konsisten memperjuangkan dakwah Islam. Janji Allah pada orang-orang yang istiqomah
dan ikhlas memperjuangkan agama-Nya adalah ampunan dan syurga yang sangat luas. Orang-
orang beriman akan kian bertambah keimanannya saat mereka mempelajari
sejarah dakwah Islam yang spektakuler. Islam telah merambah ke seluruh dunia dalam kurun
masa beberapa masa saja di bawah perjuangan mulia seorang Rasul bernama Muhammad.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
a) Islam masuk di Indonesia dengan cara yang penuh kedamaian serta cinta
kasih.Perkembangan islam di Indonesia dijalankan dengan penuh kesabaran serta kegigihan
sebab tidak mudah untuk menjelaskan Islam kepada masyarakat pada saat itu.

b)Perdagangan, perkawinan, pendidikan, tasawuf, kesenian, politik.

c) Dalam perkembangannya, pesantren tetap kokoh dan konsisten mengikatkan dirinya sebagai
lembaga pendidikan yang mengajarkan dan mengembangkan nilai-nilai Islam.

d) Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi HinduBudha dalam budaya Nusantara untuk
digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia,
khususnya di Jawa

e) Organisasi keagamaan Islam merupakan kelompok organisasi yang terbesar jumlahnya, baik
yang memiliki skala nasional maupun yang bersifat lokal saja.

f) Islam mempunyai peran yang sangat penting di Negara Indonesia. Peran Islam di Negara
Indonesia sudah ada sejak zaman kelahiran Negara Indonesia, perkembangan Negara Indonesia
hingga kehidupan mendatang Indonesia

g) Menjadi pelajaran bagi para penggiat dakwah dan ummat hari ini Salah satu fungsi utama
sebuah sejarah adalah menjadi pelajaran bagi orang-orang generasi sesudahnya.

Menjadi contoh strategi dakwah yang akan dilakukan oleh para generasi penggiat dakwah hari
ini Sejarah dakwah Islam telah menorehkan banyak contoh strategi dakwah penting yang mirip
kondisinya dengan berbagai hambatan dan rintangan yang dihadapi generasi penggiat dakwah
hari .

Menambah keimanan dan keyakinan orang-orang beriman Menguak kembali sejarah panjang
perjuangan dakwah Islam akan membuat kita menemukan banyak mutiara berharga yang
mencengangkan. ini.
3.2 Saran

-Jangan lah kita sebagai umat Islam melakukan perbuatan yang mencoreng nama baik islam.

-Menjaga kemurnian ajaran agama Islam.

-Menjaga nilai nilai tauhid dan akidah .

-Mendorong semangat dalam meningkatkan kualitas diri.


DAFTAR PUSAKA

Agung Supriyadi.2009.peran islam dalam Negara.


https://recyclearea.wordpress.com/2009/04/28/peran-islam-dalam-negara/

Anda mungkin juga menyukai