Anda di halaman 1dari 4

MAKALAH

STRATEGI DAKWAH MUBALIGH DALAM PROSES ISLAMISASI DI INDONESIA

DISUSUN OLEH
• Aji Sigit
• M Shidiq Maulana
• Nabila Nuraini
STRATEGI MUBALIGH DALAM PROSES ISLAMISSI DI INDONESIA

1. PERDAGANGAN
Hubungan perdagangan ini dimanfaatkan oleh para pedagang muslim sebagai sarana atau
media dakwah. Sebab, dalam Islam setiap muslim memiliki kewajiban untuk menyebarkan
ajaran Islam kepada siapa saja dengan tanpa paksaan. Oleh karena itu, ketika penduduk
Nusantara banyak yang berinteraksi dengan para pedagang muslim, dan keterlibatan mereka
semakin jauh dalam aktivitas perdagangan, banyak di antara mereka yang memeluk Islam.

Karena pada saat itu, jalur-jalur strategis perdagangan internasional hampir sebagian
besar dikuasai oleh para pedagang muslim. Apabila para penguasa lokal di Indonesia ingin
terlibat jauh dengan perdagangan internasional, maka mereka harus berperan aktif dalam
perdagangan internasional dan harus sering berinteraksi dengan para pedagang muslim.

2. PERKAWINAN
Proses penyebaran Islam di Indonesia juga banyak dilakukan melalui pernikahan antara
para pedagang muslim dengan wanita Indonesia. Jalur perdagangan internasional yang
dikuasai oleh para pedagang muslim menjadikan para pedagang Islam memiliki kelebihan
secara ekonomi.

Para pedagang muslim yang tertarik dengan wanita wanita Indonesia yang ingin menikah
mensyaratkan agar para wanita tersebut harus memeluk Islam sebagai prasyarat dalam
sebuah pernikahan. Karena dalam Islam tidak diperbolehkan pernikahan dengan orang yang
berbeda agama, dan para penduduk lokal pun tidak keberatan dengan prasyarat tersebut.
Melalui pernikahan ini tidak hanya menjadikan penganut agama Islam semakin banyak,
namun juga semakin mengukuhkan generasi-generasi Islam di Indonesia. Apalagi jika
pernikahan terjadi antara keluarga bangsawan dengan keluarga saudagar muslim, tentu akan
semakin menguatkan posisi tawar mereka di masyarakat. Dari pernikahan ini kemudian
terbentuklah komunitas komunitas muslim di Indonesia.

3. PENDIDIKAN
Proses Islamisasi di Indonesia juga dilakukan melalui media pendidikan. Para ulama
banyak yang mendirikan lembaga pendidikan Islam, berupa pesantren. Pada lembaga inilah,
para ulama memberikan pengajaran ilmu keislaman melalui berbagai pendekatan sampai
kemudian para santri mampu menyerap pengetahuan keagamaan dengan baik.
Setelah mereka dianggap mampu, mereka kembali ke kampung halaman untuk
mengembangkan agama Islam dan membuka lembaga yang sama. Dengan demikian,
semakin hari lembaga pendidikan pesantren mengalami perkembangan, baik dari segi
jumlah maupun mutunya. Proses Islamisasi di Indonesia juga dilakukan melalui media
pendidikan. Para ulama banyak yang mendirikan lembaga pendidikan Islam, berupa
pesantren. Pada lembaga inilah, para ulama memberikan pengajaran ilmu keislaman melalui
berbagai pendekatan sampai kemudian para santri mampu menyerap pengetahuan
keagamaan dengan baik.

Setelah mereka dianggap mampu, mereka kembali ke kampung halaman untuk


mengembangkan agama Islam dan membuka lembaga yang sama. Dengan demikian,
semakin hari lembaga pendidikan pesantren mengalami perkembangan, baik dari segi
jumlah maupun mutunya.

4. TASAWUF

Para pelaku tasawuf atau sufi umumnya adalah pengembara. Mereka dengan sukarela
mengajar penduduk lokal tentang berbagai hal. Mereka juga sangat memahami persoalan
para penduduk lokal dari berbagai sisi. Para sufi memiliki sifat dan budi pekerti yang luhur
sehingga memudahkan mereka bergaul dan memahami masyarakat.

Mereka memahami problem kemiskinan dan keterbelakangan sekaligus juga memahami


kesehatan spiritual masyarakat. Mereka juga memahami hal magis yang digandrungi
masyarakat penganut paham animisme dan dinamisme kala itu. Hal ini menjadikan para sufi
mampu melihat celah yang dapat dimasuki ajaran-ajaran Islam. Dengan tasawuf, bentuk
ajaran Islam yang disampaikan kepada penduduk pribumi dapat dengan mudah masuk ke
alam pikiran mereka. Di antara para sufi yang memberikan ajaran Islam kepada masyarakat
adalah Hamzah Fansury dari Aceh, Syaikh Lemah Abang, dan Sunan Panggung dari Jawa.

5. KESENIAAN DAN BUDAYA

Para tokoh penyebar Islam mengajarkan Islam menurut bahasa dan adat istiadat
masyarakat setempat. Sebagian besar nama-nama mereka telah melegenda, seperti
Walisongo. Penyebaran Islam melalui kesenian atau budaya termasuk yang paling banyak
mempengaruhi masyarakat, seperti wayang, sastra, dan berbagai kesenian lainnya.
Pendekatan jalur kesenian dilakukan para penyebar Islam untuk menarik perhatian
masyarakat, sehingga tanpa terasa mereka pun tertarik pada ajaranajaran Islam.
Misalnya, Sunan Kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam mementaskan wayang.
Dia tidak pernah meminta upah materi dalam setiap pertunjukan yang dilakukannya. Sunan
Kalijaga hanya meminta kepada para penonton untuk mengikutinya mengucapkan kalimat
dua syahadat. Selain wayang, media yang di pergunakan dalam penyebaran islam di
indonesia adalah seni bangunan, seni pahat dan seni ukir, seni tari, seni musik dan seni
sastra. Diantara hukti yang di hasilkan dari pengembangan Islam adalah seni bangunan
Masjid Agung Demak, Sendang Duwur, Agung Kasepuhan, Cirebon, Masjid Agung Banten,
dll.

Hal ini menunjukan sekali lagi bahwa proses penyebaran Islam di indonesia di lakukan
oleh para penyebar Islam melalui cara-cara damai dengan cara mengakomodasi kebudayaan
setempat.

6. POLITIK

Di beberapa daerah di Indonesia, kebanyakan rakyatnya memeluk Islam setelah


penguasa atau rajanya memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik para raja dan
penguasa sangat membantu tersebarnya islam di Nusantara. Di samping itu, kerajaan-
kerajaan yang sudah memeluk Islam aktif melakukan dakwah kepada kerajaan-kerajaan
non-Islam

Anda mungkin juga menyukai