Anda di halaman 1dari 10

AKULTURASI DAN ASIMILASI BUDAYA ISLAM DI

INDONESIA

RISTA MARIA HARTONO PUTRI


ADMINISTRASI BISNIS
ristamaria2034@gmail.com

Abstrak
Kebudayaan Islam di Indonesia telah menyatu dengan kebudayaan daerah asli
Bangsa Indonesia. Maraknya akulturasi dan asimilasi budaya ini kerap kali
menimbulkan banyak pro kontra, baik antar pemuka agama maupun budayawan.
Namun tak bisa dipungkiri bahwa proses ini banyak menghasilkan hal-hal positif
jika dimanfaatkan dengan semestinya. Percampuran budaya Islam dengan budaya
lokal menghasilkan budaya baru yang dapat lebih diterima oleh masyarakat.
Kata kunci : Budaya, Islam, Indonesia, akulturasi, asimilasi

Pendahuluan
Budaya merupakan adat kebiasaan yang timbul di suatu lingkungan tertentu.
Suatu kebiasaan yang dilakukan suatu kelompok masyarakat tertentu yang
dilakukan dengan berkelanjutan disebut budaya. Setiap tempat memiliki
budayanya sendiri yang berbeda satu sama lain. Budaya suatu kelompok
masyarakat dengan kelompok masyarakat lainnya dapat disatukan dan
menghasilkan suatu budaya baru, hal ini disebut dengan asimilasi 1. Percampuran
antara dua budaya tidak selalu menghasilkan suatu budaya baru. Adapula
percampuran budaya yang sama sekali tidak menghilangkan ciri khas dari budaya
masing-masing, inilah yang disebut dengan akulturasi budaya. Baik akulturasi
maupun asimilasi budaya tidak ada yang negatif, semuanya pasti mengarah ke
hal-hal positif. Budaya islam sudah masuk ke Indonesia sejak abad ke -7 masehi.
Budaya ini tentunya sudah banyak bercampur dengan kebudayaan asli Indonesia.
Budaya islam yang ada di Indonesia pastinya ada perbedaan pada tiap-tiap
1
Poerwanti Hadi Pratiwi, 2021, “ASIMILASI DAN AKULTURASI: Sebuah Tinjauan Konsep”
daerahnya. Hal ini disebabkan karena percampuran budaya di tiap daerah banyak
melahirkan kebudayaan baru dengan polesan ciri khas tersendiri dari daerah-
daerah tersebut2. Percampuran budaya ini terkadang juga melahirrkan pro kontra
dari berbagai sudut pandang, implementasi yang tidak sesuai di lingkungan
masyarakat menjadi penyebab utama dari masalah ini. Namun tentunya, sebelum
menilai terkait akulturasi dan asimilasi budaya islam di Indonesia, lebih dahulu
haruslah mengetahui macam-macam bentuk dari pencampuran budaya tersebut
serta budaya apa yang kemudian lahir. Setelah mengetahui berbagai macam
budaya dari tiap daerah, maka dapat membuat kesimpulan dan menentukan
budaya manakah yang baik untuk diterapkan.

Rumusan Masalah
1. Bagaimana masuknya budaya islam ke Indonesia?
2. Bagaimana asimilasi dan akulturasi budaya islam di Indonesia dapat
terjadi?
3. Bagaimana bentuk akulturasi dan asimilasi budaya islam pada tiap-tiap
daerah di Indonesia?
4. Bagaimana menyikapi percampuran budaya islam dengan budaya lokal?

2
Muhammad Haramain, “Akulturasi Islam Dalam Budaya Lokal”
Pembahasan Masalah
1. Budaya islam masuk ke Indonesia mulai pada abad ke-7 masehi dan dibawa
oleh pedagang Gujurat yang sedang singgah di Indonesia 3. Budaya islam di
Indonesia tergolong mudah diterima oleh masyarakat karena dianggap mudah
dan tidak membertkan dari segi ekonomi maupun tenaga. Pada zaman itu,
agama atau kepercayaan dianggap sebagai suatu hal yang mahal dan hanya
bisa dimiliki oleh kaum bangsawan atau rakyat yang kaya raya. Anggapan ini
membuat banyak masyarakat yang tidak beragama. Dengan masuknya agama
islam ke Indonesia membuat pandangan itu lambat laun hilang. Hal ini
disebabkan karena untuk masuk islam masyarakat hanya perlu memiliki
keyakinan lalu mengucapkan kedua kalimat syahadat di depan pemuka agama
islam. Masyarakat menerima agama islam dengan tangan terbuka, ajaran
islam juga dengan cepat menyebar luas ke berbagai pelosok nusantara. Mulai
dari saudagar kaya hingga miskin, tua maupun muda, rakyat biasa hingga
kaum bangsawan menyambut baik masuknya agama islam ke Indonesia.
Proses penyebarannya juga dilakukan dengan cara yang cukup beragam,
yakni melalui muluut ke mulut, melalui proses perdagangan, kesenian,
Pendidikan, hingga perkawinan. Pada zaman itu, metode penyebaran dengan
perdagangan dan perkawinan yang sangat marak dilakukan. sambil
berdagang, para penyebar agama islam berdagang sambil menyebarkan syi’ar
agama ke berbagai penjuru. Selain itu, kaum Gujurat yang menikah dengan
penduduk lokal juga secara tidak langsung menyebarkan syariat melalui
pernikahan dan bersatunya kedua keluarga tersebut.
Namun proses ini tidaklah semudah yang dibayangkan, banyak kesulitan dan
konflik yang harus dihadapi. Apalagi pada zaman itu bangsa Indonesia masih
dalam kondisi penjajahan. Penjajah beranggapan bahwa ajaran islam
merupakan ajaran sesat yang memberikan sugesti kepada bangsa Indonesia
untuk memberontak. Banyak ulama yang diboikot dan dihentikan
perjuangannya oleh penjajah, mereka dibuang dan diasingkan ke pulau-pulau
yang jauh dan tidak mereka kenal. Namun para ulama tidak kehabisan akal

3
IAIN Salatiga, 2016, “Sejarah Masuknya Islam di Indonesia”
dalam berdakwah, mereka memanfaatkan waktu di pengasingan untuk belajar
dan menyebarkan pengetahuan yang mereka miliki di lingkungan
pengasingan yang baru. Hal ini tentunya mempermudah mereka untuk lebih
menyebarluaskan ajaran islam yang mereka bawa. Halangan dan rintangan
terkadang juga timbul dari masyarakat yang memberontak dan tidak percaya
dengan yang mereka sampaikan, tentunya hal ini tidak membuat para ulama
menyerah begitu saja. Mereka menyampaikan dakwah dengan berbagai
metode yang dekat dengan masyarakat. Salah satunya melalui pendidikan.
Pada zaman itu, belum banyak masyarakat yang dapat memperoleh
Pendidikan. Maka dari itu, para pedagang yang menyebarkan agama islam
juga sekaligus merangkap sebagai mubaligh dan pendidik 4. Pada saat itu
belum ada fasilitas khusus seperti sekarang. Pembahasan dalam Pendidikan
juga sebataas mengenai islam dan kehidupan sehari-hari sesuai dengan
kemampuan pendidik. Lambat laun, mulai muncul madrasah pertama di
Indonesia yakni pada tahun 1902, dan mulai berkembang pesat dengan
pemeluk agama yang semakin banyak pula.
Dengan seiring berkembangnya waktu metode dakwah juga semakin
bertambah. Salah satunya melalui metode pertunjukan seni yang dekat
dengan masyarakat. Salah satu pendakwah yang menggunakan metode
dakwah ini ialah Sunan Kalijaga pada masa dahwah Wali Songo di pulau
Jawa. Metode dakwah ini juga dinilai berhasil menarik penganut agama
islam. Diantara banyak metode tersebut, sejarah mencatat bahwa pengaruh
besar masuknya islam ke Indonesia adalah melalui perdagangan. Hal ini
disebabkan karena lokasi bangsa Indonesia yang sangat strategis dan dilewati
oleh arus perdagangan dunia, sehingga memungkinkan penyebaran informasi
sangat mudah.

2. Asimilasi merupakan proses percampuran dua budaya berbeda yang


menghasilkan budaya baru. Sedangkan akulturasi merupakan percampuran
dua budaya tanpa menghilangkan ciri khas dari masing-masing budaya
4
Prof. Dr. H. Haidar Putra Daulay, M.A “Pendidikan Islam di Indonesia : Hostoris dan
Eksistensinya”
tersebut5. Seperti pada umumnya, dua budaya yang saling bersanding dalam
satu wilayah pasti terjadi percampuran. Ada yang menghasilkan suatu budaya
baru namun ada pula yang tidak. Hal ini disebabkan karena budaya tersebut
menyesuaikan dengan adat kebiasaan masyarakat sekitar agar dapat diterima
dengan baik oleh masyarakat. Jika tidak ada penyesuaian, maka budaya yang
masuk akan sulit diterima oleh masyarakat, sedangkan para pendakwah juga
butuh untuk mensyiarkan ajaran agama islam di Indonesia. Selain itu
penyebab utama terjadinya asimilasi adalah adanya dua budaya berbeda
dalam satu tempat dan kurun waktu yang sama 6. Sangat tidak mungkin
apabila dua budaya yang berbeda di satu tempat yang sama tidak terjadi
percampuran satu sama lain. Pasti diperlukan beberapa penyesuaian agar
kedua budaya tersebut dapat diterima oleh masyarakat. Sedangkan, penyebab
utama dari akulturasi adalah masuknya budaya baru dari luar yang terjadi
secara terus menerus sehingga lambat laun budaya tersebut akan diterima dan
menjadi bagian dari kebudayaan mereka tanpa menghilangkan ciri khas dari
masing-masing budaya tersebut.
Sesuai dengan penjelasan mengenai masuknya islam ke Indonesia maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa alasan utama akulturasi dan asimilasi budaya islam
dengan budaya Indonesia terjadi karena keperluan untuk menyebarkan ajaran
islam agar lebih mudah diterima oleh masyarakat Indonesia. Akulturasi dan
asimilasi ini menghasilkan banyak hal positif, salah satunya adalah dapat
membuat ajaran agama islam dapat lebih mudah diterima dan dimengerti oleh
masyarakat. Factor pendorong lain yang menyebabkan terjadinya asimilasi
dan akulturasi adlah sifat keterbukaan dan toleransi dari masyarakat terhadap
budaya yang masuk. Penyebab lain yang juga berperan besar adalah dari
factor perkawinan. Seperti definisi perkawinan yang menyatukan dua
keluarga maka percampuran budaya sangat mudah terjadi. Menurut beberapa
ahli, adanya konflik dalam sebuah kelompok masyarakat juga menjadi suatu

5
H. Khomsahrial Romli W, “AKULTURASI DAN ASIMILASI DALAM KONTEKS
INTERAKSI ANTAR ETNIK”
6
Olivia Sabat, 2021, “Asimilasi: Pengertian, Faktor Pendorong dan Penghambat, serta
Contohnya”
pemicu timbulnya akulturasi budaya7. Hal ini dikarenakan pasca konflik
seringkali ada beberapa orang yang berpindah dari tempat tinggalnya, yang
tentunya membawa budaya asli daerah mereka. Oleh karena itu, baik
asimilasi maupun akulturasi dapat dengan mudah terjadi. Terlebih lagi
akulturasi dan asimilasi antara budaya islam dengan budaya Indonesia sangat
mungkin terjadi, karena populasi umat islam di Indonesia cukup
mendominasi, sehingga budaya asli Indonesia yang ada bisa dipastikan akan
menyatu dengan kebudayaan islam baik diimplementasikan dalam
peribadatan maupun dalam kehidupan sehari-hari.

3. Akulturasi dan asimilasi budaya islam dengan budaya Indonesia melahirkan


berbagai bentuk budaya, beberapa diantaranya ialah berikut ini :
 Bentuk masjid yang disesuaikan dengan adat suatu daerah tertentu, contoh:
bentuk kubah Masjid Agung Demak yang mengusung tema adat Jawa
yakni berbentuk limas bersusun tiga. Contoh lain yakni Masjid Al-Aqsha
Menara Kudus yang mengadaptasi akulturasi budaya Islam dan Jawa yang
tergambarkan dari bentuk menaranya yang menyerupai candi.

Masjid Agung Demak Masjid Al-Aqsha Menara Kudus

 Seni Kaligrafi, yang menggabungkan budaya Islami dengan budaya


Indonesia yang tercermin melalui bentuknya yang beragam.

7
Yusuf Abdhul, 2021, “Akulturasi Budaya: Pengertian, Penyebab dan Contoh”
 Akulturasi antara kesenian Jawa yakni wayang dengan ajaran agama
islam. Hal ini yang diterapkan dalam metode dakwah sunan Kalijaga yakni
dengan mengadakan pertunjukan wayang dan menyelipkan ajaran agama
islam dalam cerita-ceritanya.
 Percampuran budaya pada system penanggalan, dimana Sultan Agung
mengadaptasi bulan-bulan hijriah di penanggalan Jawa kuno.
 Akulturasi budaya juga terjadi di Kalimantan, salah satunya ialah tradisi
Baayun Maulud, yakni sebuah tradisi mengayun anak bayi saat peringatan
Maulid Nabi Muhammad SAW diiringi pembacaan ayat-ayat suci Al-
Qur’an sebagai bentuk rasa syukur. Ini merupakan asimilasi dari budaya
Dayak dengan Islam di Kalimantan8.
 Tradisi Tepuk Tepung Tawar di Riau, yang merupakan akulturasi dari
budaya islam dan budaya melayu di Riau. Dilakukan sebagai bentuk rasa
syukur pada saat pernikahan atau sebelum keberangkatan haji. Dilakukan
dengan menaburkan bahan-bahan ‘tepung tawar’ sambil diiringi
pembacaan sholawat dan doa-doa untuk keselamatan9
 Bentuk lain ialah prosesi perayaan hari-hari besar keagamaan ysng
disesuaikan dengan adat istiadat daerah masing-masing.

4. Dalam menanggapi asimilasi dan akulturasi budaya ini yang harus kita
lakukan sebagai seorang umat beragama ialah tetap menjalankan syariat islam
sesuai dengan ajaran dalam Al-Qur’an dan Hadist. Di samping itu, tetap harus
menghormati dan memupuk toleransi terhadap segala budaya yang tumbuh
dan berkembang di Indonesia. Sebagai masyarakat yang baik dan
berpendidikan juga diharuskan untuk kooperatif terhadap segala perubahan
yang ada. Selain itu, penting pula untuk mengerti dan memahami apa yang
menjadi tujuan dan mana yang pas terhadap kebutuhan masing-masing
individu. Asimilasi dan akulturasi budaya ini tidak dapat dihindarkan dan
pasti terjadi serta mungkin berubah seiring dengan berkembangnya teknologi
8
Media Mahasiswa Indonesia, 2020, “Akulturasi Budaya dan Agama di Kalimantan Selatan”
9
Raja Adil Siregar, 2022, “Tepuk Tepung Tawar, Tradisi Raja-Raja Melayu yang Tak Hilang
Digerus Zaman”
dan zaman yang berubah. Yang dapat dikontrol adalah bagaimana bersikap
serta lebih selektif menghadapi perubahan serta mengontrol budaya-budaya
baru yang hendak diikuti.
Cara lain ialah dengan mempertebal iman dan memperdalam ilmu agama
dengan memahami maksud Al-Qur’an maupun hadist. Ketika telah memiliki
bekal ilmu agama yang bagus maka akan dapat mengetahui mana yang benar
dan salah. Sehingga terhindar dari ajaran yang salah dan tidak sesuai syariat
Islam. Selain itu, juga harus memegang teguh aturan dalam beragama dan
bernegara, menjauhi hal-hal yang berbau syirik dan terlalu mistik 10. Agama
islam telah mengajarkan detail mengenai akidah, akhlak, dan tauhid yang
harus dilaksanakan oleh umat-Nya. Maka segala bentuk perbuatan dan
tindakan harus dilakukan berdasarkan syariat yang ada.

Kesimpulan

10
Pitradi, 2021, “Pengaruh Akulturasi Keanekaragaman Budaya di Indonesia Terhadap Ajaran
Agama Islam”
Budaya Islam yang berkembang di Indonesia telah melalui berbagai proses
percampuran budaya dengan budaya lokal yang ada, sehinngga terjadi
berbagai penyesuaian dalam banyak sisi. Percampuran antara dua budaya atau
lebih yang menghasilkan suatu budaya baru dinamakan asimilasi, sedangkan
percampuran antar dua budaya atau lebih tanpa menghasilkan budaya baru
dan tanpa menghilangkan ciri khas budaya masing-masing disebut dengan
akulturasi budaya. Budaya islam ini masuk ke Indonesia sejak tahun ke-7
Masehi dan dibawa oleh pedagang asal Gujurat11. Persebaran budaya ini
melalui berbagai metode. Metode paling besar ialah melalui perdagangan dan
perkawinan. Metode lainnya ialah melalui pertunjukan kesenian yang telah
diadaptasi dan dimodifiksi sedemikian rupa sehingga lebih dapat diterima
oleh masyarakat. Banyak sekali bentuk akulturasi dan asimilasi antara budaya
islam dengan budaya Indonesia. Baik dari segi bentuk masjid, sastra/aksara,
seni/pertunjukan, maupun bentuk adat istiadat dan tradisi lainnya. Akulturasi
dan asimilasi ini terjadi karena adanya lebih dari satu budaya dalam satu
tempat dan kurun waktu yang sama. Oleh karena itu, penting untuk
memperteba iman dan pengetahuan agama sesuai syariat sebagai bekal untuk
membentengi diri dari budaya-budaya baru maupun percampuran budaya
yang sedang terjadi. Akulturasi dan asimilasi budaya tidak dapat dihindarkan.
Yang dapat dikontrol adalah sikap terhadap budaya tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

11
IAIN Salatiga, 2016, “Sejarah Masuknya Islam di Indonesia”
Poerwanti Hadi Pratiwi. 2021. “ASIMILASI DAN AKULTURASI: Sebuah
Tinjauan Konsep”
Muhammad Haramain. 2020. “Akulturasi Islam Dalam Budaya Lokal”
IAIN Salatiga. 2016. “Sejarah Masuknya Islam di Indonesia”
Prof. Dr. H. Haidar Putra Daulay, M.A 2020. “Pendidikan Islam di Indonesia :
Hostoris dan Eksistensinya”
H. Khomsahrial Romli W, “AKULTURASI DAN ASIMILASI DALAM
KONTEKS INTERAKSI ANTAR ETNIK”
Olivia Sabat, 2021, “Asimilasi: Pengertian, Faktor Pendorong dan Penghambat,
serta Contohnya”
Yusuf Abdhul, 2021, “Akulturasi Budaya: Pengertian, Penyebab dan Contoh”
Media Mahasiswa Indonesia, 2020, “Akulturasi Budaya dan Agama di
Kalimantan Selatan”
Raja Adil Siregar, 2022, “Tepuk Tepung Tawar, Tradisi Raja-Raja Melayu yang
Tak Hilang Digerus Zaman”
Pitradi, 2021, “Pengaruh Akulturasi Keanekaragaman Budaya di Indonesia
Terhadap Ajaran Agama Islam”

Anda mungkin juga menyukai