Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

ISLAM DAN SOSIAL BUDAYA

Dosen Pengampu :
Islamiyati, S.Ag., M.SI., M.H.

Disusun Oleh :
Kelompok 3 Kelas A

1. Putri Hanum Salsabila 22030122130071


2. Idfi Aisyiah Qulma 22030122140119
3. Lana Maulida Syahara Ulya 22030122140125
4. Saniya Humaira Ravinsky 22030122140117

PROGRAM STUDI GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Agama merupakan pembahasan tentang realitas manusia. Sedangkan


manusia terbingkai dalam sebuah budaya. Manusia tidak bisa hidup sendiri,
manusia memerlukan bantuan orang lain sehingga manusia diberi label sebagai
makhluk sosial. Agama membahas tentang keberagaman baik beragama suku,
perbedaan keyakinan, semuanya merupakan rahmat bagi seluruh manusia karena
manusia merupakan makhluk yang diberikan akal untuk memilih apa yang menjadi
keyakinannya.1
Pada hakekatnya, setiap kebudayaan adalah unik atau tidak sama dengan
kebudayaan yang lain. Setiap masyarakat mempunyai kebudayaannya masing-
masing dan setiap agama untuk dapat berpijak di bumi, hidup dan berkembang
serta lestari dalam masyarakat haruslah menjadi pedoman yang diyakini
kebenarannya bagi kehidupan suatu masyarakat. Semua hal tersebut harus sanggup
mengubah masyarakat untuk dibawa ke arah cita-cita. Untuk dapat hidup dan
berkembang serta lestari dalam masyarakat, agama harus menjadi kebudayaan bagi
masyarakat karena setiap masyarakat memiliki kebudayaan yang digunakan
sebagai pedoman untuk memanfaatkan lingkungan hidupnya guna mencakup
kebutuhan biologi, kebutuhan sosial.1
Islam sebagai agama yang universal (rahmatan lil’alamin) memiliki sifat
mudah beradaptasi, Islam selalu sesuai dengan segala lingkungan sosialnya.
Namun, pengaruh lokalitas dan tradisi dalam kelompok suku bangsa, diakui atau
tidak, sulit dihindari dalam kehidupan masyarakat muslim. Sekalipun berhadapan
dengan budaya lokal di dunia, keuniversalan Islam tetap tidak akan batal. Hal ini
menjadi indikasi bahwa perbedaan antara satu daerah dengan daerah lainnya
tidaklah menjadi kendala dalam mewujudkan tujuan Islam, dan Islam tetap
menjadi pedoman dalam segala aspek kehidupan. Hanya saja pergumulan Islam
dan budaya lokal itu berakibat pada adanya keragaman penerapan prinsip-prinsip
umum dan universal suatu agama berkenaan dengan tata caranya (technicalities).2
Perkembangan dan perubahan yang kian pesat menghantarkan pada
kenyataan, bahwa kualitas generasi hendaknya memiliki ideologi pemahaman
yang dapat mengikuti perkembangan zaman. Kompleksitas permasalahan sosial
yang terjadi pada era modern membutuhkan teori sosial, sebagai alat dalam
menentukan solusi masalah sosial suatu bangsa dalam menciptakan peradaban dan
mebudayakan kebudayaan bangsa. Oleh karena itu, agama menjadi penuntun dan
petunjuk dimana aturan-aturan yang berlaku disadari dan dipahami oleh manusia
sehingga kehidupannya di dunia tidak kacau.3
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian dan makna sosial dan budaya?


2. Bagaimana pandangan sosial dan budaya menurut Islam?
3. Bagaimana Islam menyikapi perubahan sosial?
4. Bagaimana hubungan antara sosial dan budaya?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Mengetahui pengertian dan makna sosial dan budaya


2. Mengetahui pandangan sosial dan budaya menurut Islam.
3. Mengetahui cara Islam menyikapi perubahan sosial.
4. Mengetahui hubungan antara sosial dan budaya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. ARTI DAN MAKNA BUDAYA


Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal
yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.4 Dalam kamus besar bahasa
Indonesia, budaya (culture) diartikan sebagai; pikiran, adat istiadat, sesuatu yang
sudah berkembang, sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sukar diubah.
Dalam pemakaian sehari-hari, orang biasanya mensinonimkan pengertian budaya
dengan tradisi (tradition).
B. ARTI DAN MAKNA SOSIAL
Makna sosial merupakan istilah untuk menjelaskan suatu hal yang
berkaitan dengan proses maupun hasil dari aktivitas sosial. Makna sosial
didapatkan dari hasil interaksi antar individu ataupun kelompok ataupun
pemberian makna terhadap sesuatu serta pembentukan simbol. Blumer,
menyatakan ada tiga hal mengenai pemaknaan sosial, yaitu manusia bertindak
terhadap sesuatu berdasarkan makna makna yang ada pada sesuatu itu bagi
mereka. Maksud dari pernyataan tersebut adalah aktor bertindak terhadap sesuatu
sesuai dengan pemaknaan yang diyakini terhadap sesuatu itu. Kedua, makna
tersebut berasal dari interaksi sosial seseorang dengan orang lain. Maksud dari
pernyataan tersebut adalah makna bukan semata-mata berasal dari langit, akan
tetapi dibentuk melalui proses interaksi antar individu ataupun kelompok. Ketiga,
makna-makna tersebut disempurnakan pada saat proses interaksi sosial
berlangsung. Maksudnya, suatu makna diubah, disempurnakan atau dipertahankan
pada saat proses interaksi sosial.5
Selain itu, menurut Veeger makna sosial bisa didapat melalui sosialisasi,
yang mana mekanisme sosialisasi yang paling ampuh adalah interaksi dan
penyatuan diri dengan orang lain. Sosialisasi menjadi sarana untuk sosial
melakukan pemaknaan secara dikarenakan saat terjadinya sosialisasi, tentu ada
hubungan interaksi antara dua pihak atau lebih sehingga pada saat terjadinya
komunikasi inilah lahir pemaknaan sosial dan kemudian berkembang menjadi
simbol-simbol.
C. BUDAYA MENURUT ISLAM
Menurut Amer Al-Roubai, Islam bukanlah hasil dari produk budaya. Akan
tetapi Islam justru membangun sebuah budaya, sebuah peradaban. Peradaban yang
berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah Nabi tersebut dinamakan peradaban Islam.
Dengan pemahaman tersebut, kita dapat memulai untuk meletakan Islam dalam
kehidupan keseharian kita. Kita pun dapat membangun kebudayaan Islam dengan
landasan konsep yang berasal dari Islam pula.6
Agama Islam yang merupakan ajaran yang bersumber dari Allah SWT.
Melalui wahyu yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW. Merupakan agama
yang universal sehingga budaya lokal/daerah pun dapat menerima dengan baik
ajaran Islam ini. Sebagai contoh dari akulturasi perpaduan antara ajaran Islam dan
budaya lokal/daerah misalnya dalam setiap perayaan hari Raya baik itu Idul Fiti
maupun Idul Adha, setiap daerah mempunyai budaya sendiri untuk memeriahkan
hari Raya itu.7
Islam yang ada di Indonesia merupakan hasil dari proses dakwah yang
dilaksanakan secara cultural, sehingga Islam di Indonesia, mampu berkembang
dan menyebar serta banyak dianut oleh mayoritas masyarakat Indonesia dalam
waktu yang cukup singkat. Karena kehadiran Islam di Indonesia yang pada saat itu
budaya lokal sudah dianut masyarakat Indonesia mampu masuk secara halus tanpa
kekerasan, hal ini berkat dari ajaran Islam yang sangat menghargai akan pluralitas
suatu masyarakat.8
Dalam perkembangan budaya daerah terlihat betapa nilai-nilai budaya
Islam telah menyatu dengan nilai-nilai budaya di sebagian daerah di tanah air, baik
dalam wujud seni budaya, tradisi, maupun peninggalan pisik. Sementara itu dalam
pengembangan budaya nasional, peran Islam dalam terbentuknya wawasan
persatuan dan kesatuan bangsa telah dibuktikan dalam sejarah. Islam dapat
menjadi penghubung bagi berbagai kebudayaan daerah yang sebagian besar
masyarakatnya adalah Muslim.
Peran tersebut secara ekplisit dikemukakan oleh Presiden pada sambutan
Seminar Nasional Budaya Bangsa 10 November 1995, bahwa “Agama bukan saja
telah menghindarkan berkembangnya yang sempit, tetapi secara tidak langsung
juga ikut meletakan dasar-dasar kebudayaan nasional…” Ajaran agama yang di
anut oleh bangsa kita telah memberikan motivasi yang kuat bagi tumbuh dan
berkembangnya pergerakan kebangsaan, lancarnya proklamasi kemerdekaan,
gigihnya perjuangan bersenjata mengusir penjajah dan terarahnya pembangunan
nasional. Walaupun pengaruh nilai-nilai Islam telah nyata dalam perkembangan
seni budaya nasional, namun pengaruh tersebut lebih ditekankan upaya
perkembangan budaya nasional dalam makna yang dinamis.
Banyaknya wilayah Indonesia menjadikan setiap wilayah memiliki
karakteristik atau ciri-ciri yang berbeda. Kearifan lokal berkaitan erat dengan
budaya atau adat istiadat, di mana segala aktivitas yang berkaitan dengan kearifan
tersebut sebenarnya ditujukan untuk menjaga lingkungan dan sumber daya yang
ada. Kearifan lokal memiliki beberapa fungsi utama yakni sebagai benteng untuk
mempertahankan budaya yang ada di masyarakat, sebagai filtrasi terhadap budaya
asing yang kemungkinan besar tidak sesuai dengan nilai atau norma yang
berkembang di Indonesia, serta sebagai alat yang digunakan untuk menjaga
hubungan persaudaraan antar generasi. Hal ini didukung dengan firman Allah
subhanahu wa ta’ala dalam Surah An-Nisa ayat 1 :

Artinya : “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah


menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan
isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan
perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu.”
D. ISLAM MENYIKAPI PERUBAHAN SOSIAL
Islam melalui Muhammad SAW telah memberikan contoh nyata. Ia
membangun kerjasama dan memperlakukan semua orang baik dengan Yahudi,
Muslim atau Kristen; dengan perlakuan yang sama tanpa diskriminasi, perdamaian
universal akhirnya dapat diwujudkan pada saat itu. Dalam perkembangannya,
perdamaian universal mulai memudar, terulangnya diskriminasi berdasarkan
agama dan kepercayaan. Sekarang, semua Muslim di dunia memiliki kewajiban
sama untuk mencapai dan mempertahankan perdamaian universal yang
sebelumnya telah dicapai. Allah SWT Berfirman dalam Qur’an surah Ara’d Ayat
11 yang berbunyi:

Artinya : Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya


bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
Tujuan pokok Islam sebagai agama yang diturunkan oleh Allah SWT
melalui rasulnya kepada manusia antara lain adalah:
1. Memperkenalkan bahwa sumber segala yang ada adalah Tuhan yang Maha
Esa, yaitu Allah SWT. Dalam hal ini islam membawa ajaran aqidah yang
murni.
2. Memperkenalkan bahwa kehidupan ini, khususnya manusia adalah pemberian
dari Allah SWT yang harus dijunjung tinggi. Dalam hal ini, Islam menetapkan
seperangkat aturan untuk menjamin kelangsungan hidup manusia.
3. Memperkenalkan bahwa makhluk yang namanya An-Nas, adalah makhluk
yang termulia. Dan karenanya ia memiliki kehormatan yang abadi. Dalam
kaitan ini islam menetapkan seperangkat aturan yang menjaga dan menjunjung
kehormatan itu.
4. Memperkenalkan bahwa manusia mempunyai potensi yang unik, yaitu Al Aki
dan karena itu al-aki harus dijaga supaya bisa berfungsi sebagaimana mestinya.
Dalam kajian ini, islam menetapkan seperangkat aturan untuk menjaga
kesehatan akal.
5. Memperkenalkan bahwa segala sesuatu yang menjadi kebutuhan manusia
adalah pemberian Allah SWT. Yaitu al Mal. Dalam kaitan ini islam menetapkan
seperangkat aturan yang mengatur tentang perolehan dan pemanfaatan al-mal
tersebut.9
E. HUBUNGAN BUDAYA DAN SOSIAL
Kehidupan umat Islam terbangun atas konfigurasi sosial yang terbentuk
dari identitas-identitas kelompok seperti kelompok aliran keagamaan, organisasi
sosial keagamaan, etnisitas, profesi, dan sebagainya, yang melingkupi diri kaum
muslimin di masyarakat. Keberadaan kelompok pemilik identitas dalam umat
Islam tidak bisa dilepaskan dari masyarakat secara keseluruhan. Umat Islam
terbangun atas struktur sosial masyarakat yang memeluk agama Islam, yang
walaupun mengenakan identitas identitas yang saling berbeda, tetapi membangun
kesatuan utuh sebagai umat Islam. Umat Islam di Indonesia bukan suatu kelompok
yang monolitik, terdapat kemajemukan dalam berbagai tradisi, pemahaman, dan
praktek-praktek keagamaan yang merupakan ekspresi dari keislaman yang
diyakininya.10
Hubungan budaya dan sosial antar umat beragama, pada beberapa
kelompok masyarakat, khsususnya yang berada di wilayah tradisi dan budaya
keagamaan seperti penganut aliran Aboge menentukan bulan Ramadan tidak
memakai kalender hijriah, akan tetapi menggunakan kalender (almanac) Aboge.
Hal inilah yang menjadikan awal dan akhir bulan puasa bagi penganut aliran Islam
Aboge berbeda dengan umat Islam pada umumnya. Demikian pula dalam ibadah
lainnya sama, hanya yang khas dilakukan penganut Islam Aboge adalah Sholat Ied
yang disebut sholat Ngitqi (Itqi) setelah puasa Syawal pada tanggal delapan bulan
Syawal pagi hari, dan sholat Rebo Wekasan yang dilaksanakan pada hari Rabu pagi
terakhir bulan Safar.10
Perbedaan tersebut tidak menyebabkan adanya konflik di masyarakat
lingkungan Aboge. Hubungan antara penganut Islam Aboge dan umat Islam pada
umumnya (Islam mainstream) berjalan dengan baik dan rukun. Konteks relasi
agama dan tradisi lokal dapat dilihat dalam dinamika hubungan umat muslim yang
sangat menarik. Hubungan antara komunitas yang memegang tradisi budaya
dengan umat Islam lainnya berjalan secara positif.10
Hubungan harmonis antara agama dengan budaya dan sosial sebenarnya
bukan hal baru. Agama dan budaya adalah dua hal yang saling berinteraksi dan
saling mempengaruhi, baik dalam mengambil bentuk, simbol, maupun isi atau
nilai. Proses penerimaan Islam dalam masyarakat tradisional, terutama masyarakat
Jawa, akulturasi antara agama dengan budaya lokal cukup kuat. Hal ini dapat
sekaligus menjadi strategi dakwah dengan menyajikan Islam dalam kemasan yang
atraktif, khususnya dengan menekankan kesesuaian dengan Islam atau kontinuitas,
ketimbang perubahan dalam kepercayaan dan praktek keagamaan lokal.1
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Budaya adalah pola asumsi dasar sekelompok yang secara sistematis
diturunkan dari generasi ke generasi melalui berbagai proses pembelajaran
untuk menciptakan cara hidup tertentu yang paling cocok dengan
lingkungannya.
2. Menurut Koentjaraningrat kebudayaan memiliki 7 unsur yaitu sistem bahasa,
system pengetahuan, system sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi,
sistem mata pencaharian hidup, sistem religi, dan kesenian.
3. Makna sosial merupakan istilah untuk menjelaskan suatu hal yang berkaitan
dengan proses maupun hasil dari aktivitas sosial. Makna sosial didapatkan dari
hasil interaksi antar individu ataupun kelompok ataupun pemberian makna
terhadap sesuatu serta pembentukan simbol.
4. Agama Islam yang merupakan ajaran yang bersumber dari Allah SWT.
Melalui wahyu yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW. Merupakan
agama yang universal sehingga budaya lokal/daerah pun dapat menerima
dengan baik ajaran Islam ini.
B. SARAN
Dengan memahami hubungan Islam dan sosial budaya diharapkan kita
sebagai umat muslim hendaknya menjaga hubungan antar sesama umat Islam yang
memegang tradisi budaya dengan umat Islam lainnya berjalan secara positif, baik
dan rukun. Selain itu, adanya perubahan budaya dan sosial diharapkan dapat
menjadikan umat Islam memiliki pemikiran yang terbuka.
DAFTAR PUSTAKA

1. JT Haryanto. Relasi Agama dan Budaya Dalam Hubungan Intern Umat Islam. 2015;
1(1).
2. Dr. H. Ah. Zakki Fuad, M.Ag. Buku Modul Sejarah Peradaban Islam. 2015.
3. Prof. Dr. H. J. Suyuthi Pulungan, M.A. Sejarah Peradaban Islam di Indonesia
[Buku]. 2019.
4. M Fauzi, SA Jannah. Peradaban Islam; Kemajuan dan Kemundurannya. 2021;6(2).
5. Riyadi I. Manajemen Pendidikan Bermuatan Antropologi, Agama Dan Sosial.
Cendekia. 2019;17(2).
6. Nurhadi. Pernikahan Adat Jawa Dalam Persepektif Hukum Islam : Studi di
Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan [Masters thesis]. UIN
Raden Intan Lampung. 2017.
7. Nurmiyanti L. Pendidikan Agama Islam Sebagai Pondasi Sosial Budaya Dalam
Kemajemukan. ISTIGHNA. 2018;1(2).
8. Sumarto S. Budaya, Pemahaman dan Penerapannya. J Literasiologi. 2019;1(2):16.
9. Prayogi R, Danial E. Pergeseran Nilai-Nilai Budaya Pada Suku Bonai Sebagai Civic
Culture Di Kecamatan Bonai Darussalam Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau.
Humanika. 2016;23(1):61.
10. Sumaya F. Makna Sosial Dalam Pendidikan Bagi Masyarakat Di Desa Sungai Jaga B
Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Bengkayang. Sociol J S-1 Ilmu Pemerintah.
2017;5(2):1–20
PERTANYAAN

1. Bagaimana ilmu budaya menurut ajaran islam?


Jawab : Islam memandang budaya, tradisi/adat yang ada di masyarakat sebagai
hal yang memiliki kekuatan hukum. Seperti dalam salah satu kaidah fiqh yang
sering digunakan dalam menjawab berbagai pertanyaan mengenai hukum adat
pada masyarakat, yaitu al-'adah al-muhakkamah (adat itu bisa dijadikan patokan
hukum).
2. Bagaimana ilmu sosial menurut ajaran islam?
Jawab : ilmu-ilmu agama pada segi-seginya yang menyangkut masalah sosial,
dimatai dengan menggunakan piranti ilmiah atau metodologi ilmiah yang
didalamnya mengandung teori yang digunakan. Islam tampil sebagai agama yang
memberi perhatian pada keseimbangan hidup antara dunia dan akhirat, antara
hubungan manusia dengan tuhan, antara hubungan manusia dengan manusia, dan
antara urusan ibadah dengan urusan muamalah.
3. Balqis 22030122140089
Bagaimana caranya menyikapi kaum yg kadang menormalisasi hal2 di
masyarakat atas dasar "prinsip orang beda2" sedangkan islam adalah agama
yg dinamis
Jawab : Caranya adalah memperluas ilmu pengetahuan, memperdalam agama,
dan belajar memahami pendapat dan pola pikir orang lain. dengan memperdalam
agama, kita akan jauh lebih bisa menyaring akan sesuatu yg bisa dinormalisasi bsd
hukum islam atau tidak. dengan memperluas ilmu pengetahuan dan menjadi orang
yg open minded, kita akan jauh lebih bisa memahami pendapat dan bagaimana
orang lain dalam memilih suatu prinsip tanpa harus meyakini atau menyetujui
prinsip yg tidak sejalan dengan prinsip hidup kita
4. Chica 22030122130051
Sekarange era dimana budaya asing masuk, bagaimana sikap islam
menyikapi budaya asing?
Jawab : Islam tidak menolak adanya budaya. Bahkan dalam kaidah ushul fiqih,
adat istiadat atau budaya bisa menjadi sumber hukum (al-'adat muhakkamah).
Kaidah itu memposisikan budaya dan adat istiadat sebagai sumber hukum yang
diakui agama. seharusnya kita sebagai umat islam harus berpegang teguh dengan
aturan agama islam,dan mengenai akulturasi yang bertentangan dengan syariat
islam kita saring terlebih dahulu jika bertentangan dengan hukum islam maka kita
tolak dengan cara yang baik tetapi jika akulturasi tersebut tidak bertentangan
dengan hukum islam maka kita terima.

Anda mungkin juga menyukai