Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

Islam dan Budaya Sunda


Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Studi Islam Indonesia
Dosen Pengampu : Dr. Muhammad Aji Nugroho.LC.,M.Pd.I.

Disusun Oleh
Farid Jamalludin
53010210126

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SALATIGA
TAHUN 2023

1
PENDAHULUAN
Islam sebagai agama adalah agama ‘kitab suci’ yang mengklaim diri sebagai
penerus dan penyempurna tradisi Judio-Kristiani. Dari sini berkembang seperangkat
sistem kepercayaan, ritual dan etik behavioral yang kompleks. Dengan demikian,
walau inti ajaran Islam sama namun artikulasinya bisa berbeda sesuai dengan konteks
lokal dan sosial dimana pemeluknya tinggal dan berada.1
Akulturasi adalah proses perubahan sebuah kebudayaan karena kontak langsung
dalam jangka waktu yang lama dan terus menerus dengan kebudayaan lain atau
kebudayaan asing yang berbeda. Akulturasi juga dapat bermakna percampuran antara
satu kebudayaan dengan kebudayaan lain yang berbeda dan hal ini tidak terlepas dari
agama (kepercayaan).2

PEMBAHASAN
Islam dan budaya lokal
Berbicara Islam dan budaya lokal, tentu merupakan pembahasan yang menarik,
dimana Islam sebagai agama universal merupakan rahmat bagi semesta alam, dan
dalam kehadirannya di muka bumi ini, Islam berbaur dengan budaya lokal (local
culture), sehingga antara Islam dan budaya lokal pada suatu masyarakat tidak bisa
dipisahkan, melainkan keduanya merupakan bagian yang saling mendukung.
Islam sebagai agama yang diturunkan oleh Allah SWT untuk semua umat
manusia telah memainkan peranannya di dalam mengisi kehidupan umat manusia di
muka bumi ini. Kehadiran Islam di tengah-tengah masyarakat yang sudah memiliki
budaya tersendiri, ternyata membuat Islam dengan budaya setempat mengalami
akulturasi, yang pada akhirnya tata pelaksanaan ajaran Islam sangat beragam. Mamun

1
Abuddin Nata, Jurnal Pemikiran islam Kontekstual: Pendidikan Berbasis Masyarakat
Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Program Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah, 2001), vol 2, No. 2,
h. 193
2
Ensiklopedia Nasional Indonesia, Jilid I, (Jakarta: PT Cipta Adi Pusaka, 1990), h. 231.

2
demikian, Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai sumber hukum Islam tetap menjadi
ujung tombak di dalam suatu masyarakat muslim, sehingga Islam begitu identik
dengan keberagaman. Al-Quran sebagai wahyu Allah, dalam pandangan dan
keyakinan umat Islam adalah sumber kebenaran dan mutlak benarnya. Meskipun
demikian, kebenaran mutlak itu tidak akan tampak mana kala Al-Qur`an tidak
berinteraksi dengan realitas sosial, atau menurut Quraish Shihab, di bumikan: di baca,
di pahami, dan di amalkan. Ketika kebenaran mutlak itu disikapi oleh para
pemeluknya dengan latar belakang cultural atau tingkat pengetahuan yang berbeda
akan muncul kebenaran-kebenaran parsial, sehingga kebenaran mutlak tetap milik
Tuhan. Berdasarkan hal tersebut, maka kebenaran dalam Islam yang dikatakan
kebenaran yang mutlak itu bersumber dari Allah, sedangkan kebenaran yang parsial
itu hadir pada realitas sosial suatu masyarakat yang kebenarannya akan relatif.
Dengan demikian pula, bahwa Islam tetap menghargai keberagaman kebenaran yang
ada dalam masyarakat, termasuk keberagaman budaya yang dimiliki suatu masyarakat.
Quraish Shihab, dalam salah satu Kata Pengantar sebuah buku, pernah
menyatakan bahwa berdasarkan analisis MB. Hooker, Robert Hefner, John L.
Esposito, dan William Liddle, keberadaan Islam di Nusantara bercorak sangat spesifik
dimana ekspresinya secara intelektual, cultural, social, dan politik bisa jadi, dan
kenyataannya memang berbeda dengan ekspresi Islam yang berada di belahan dunia
yang lain. Islam Indonesia merupakan perumusan Islam dalam konteks sosio-budaya
bangsa yang berbeda dengan pusat-pusat Islam di Timur Tengah. Kenyataan ini
bukanlah peristiwa baru, melainkan berlangsung semenjak awal masuknya agama
yang diserukan Muhammad ini ke bumi Nusantara.
Islam sebagai ajaran keagamaan yang lengkap. Al-Quran (Q.S. 2: 148)
mengakui bahwa masyarakat terdiri atas berbagai macam komunitas yang memiliki
orientasi kehidupan sendiri- sendiri. Manusia harus menerima kenyataan keragaman
budaya dan agama serta memberikan toleransi kepada masing-masing komunitas
dalam menjalankan ibadahnya. Oleh karena itu kecurigaan tentang sifat Islam yang
antiplural, sangatlah tidak beralasan dari segi ideologis. Bila setiap muslim
memahami secara mendalam etika pluralitas yang terdapat dalam Al-Qur`an, tidak
perlu lagi ada ketegangan, permusuhan dan konflik dengan agama-agama lain, selama
mereka tidak saling memaksakan. Selanjutnya di dalam Islam kita mengenal adanya
konsep tauhid, suatu konsep sentral yang berisi ajaran bahwa Tuhan adalah pusat dari
segala sesuatu, dan bahwa manusia harus mengabdikan diri sepenuhnya kepada-Nya.

3
Konsep tauhid ini mengandung implikasi doctrinal lebih jauh bahwa tujuan kehidupan
menusia tak lain kecuali menyembah kepada-Nya. Doktrin bahwa hidup harus
diorientasikan untuk pengabdian kepada Allah. Inilah merupakan kunci dari seluruh
ajaran islam.3

Integrasi Islam dengan kebudayaan sunda


Sunda dalam kebudayaan Sunda apakah dipahami sebagai sebuah etnisitas
atau sebagai wilayah geografis. Manakala Sunda dipahami sebagai sebuah wilayah
geografis maka untuk menetapkan mana yang dimaksud wilayah atau tanah Sunda
bukanlah merupakan hal yang mudah. Jawa Barat sebagai tempat bermukimnya urang
Sunda tidaklah lantas dapat dikatakan sebagai wilayah Sunda. Era otonomi daerah
yang kini bergerak kencang semakin memperlihatkan sulitnya wilayah Jawa Barat
untuk dapat dikatakan sebagai tanah Sunda.
Untuk menetapkan sebuah wilayah geografis yang bernama wilayah Sunda
bukanlah sesuatu yang mudah, malahan bila hal tersebut dilakukan dengan tidak hati-
hati, bisa menimbulkan kegoncangan yang cukup serius, lantas kalau Jawa Barat
sudah sulit untuk direpresentasikan sebagai tanah Sunda, masih adakah wilayah yang
bisa dinamakan sebagai tanah Sunda atau daerah manakah sebenarnya yang bisa
dikatakan sebagai tanah Sunda. Dalam kaitan ini, Edi S. Ekadjati (1995: 7-8)
mengatakan bahwa tanah Sunda merujuk pada bekas wilayah Kerajaan Sunda
Pajajaran, yang kemudian berdiri sendiri, yakni Sumedang Larang, Banten, Cirebon,
dan Galuh. Sumedang Larang dan Galuh kemudian menjadi satu wilayah kesatuan
dengan nama Priangan. Dalam perkembangan berikutnya, Priangan sering dikatakan
sebagai pusatnya tanah Sunda.
Selanjutnya apabila Sunda dipahami sebagai sebuah etnisitas, maka
permasalahannya tidak serumit mendefinisikan wilayah atau tanah Sunda. Dalam
pengertian tersebut setidaknya tercakup dua kriteria besar yang dapat dijadikan
pegangan untuk menyebut seseorang sebagai urang Sunda atau bukan urang Sunda.
Kriteria pertama didasarkan atas keturunan atau hubungan darah. Dengan demikian,
seseorang dikatakan urang Sunda apabila orang tuanya, baik dari pihak ayah maupun
ibu, atau keduanya adalah orang Sunda, terlepas dimana ia berada atau dibesarkan.
Kriteria kedua didasarkan atas kondisi sosial budaya. Seseorang dikatakan urang

3
Deden Sumpena: Islam dan Budaya Lokal
Ilmu Dakwah : (Academic Journal for Homiletic Studies) Vol. 6 No. 1 | Juni 2012

4
Sunda apabila ia dibesarkan dalam lingkungan sosial budaya Sunda dan dalam
hidupnya menghayati serta mempergunakan norma-norma dan nilai-nilai budaya
Sunda.4
hubungan Islam dengan kebudayaan lokal pada masyarakat Indonesia, pada
umumnya terjadi dalam bentuk hubungan integrasi dengan beragam pola. kata
"integrasi" dalam sosiologi berarti penyatuan atau penyatu paduan. hal hal yang disatu
padukan itu tentu saja unsur-unsur yang terdapat dalam masyarakat seperti nilai,
norma, lapisan sosial, kelompok sosial dan institusi. Tokoh penting dari teori integrasi
sosial adalah Emile Durkheim. beliau lahir pada tahun 1858 di Epinal, suatu
perkampungan kecil yang kebanyakan orang Yahudi di bagian timur Prancis dan agak
terpencil dari masyarakat luas. konsep pandangan hidup yang berkembang dan
dikenal pada masyarakat Sunda, artinya setiap konsep pandangan hidup yang menjadi
identitas kesundaan dikenal baik oleh masyarakat sehingga dalam mengungkap
konsep pandangan hidup terdapat unsur sinkretiknya, lebih banyak terungkap dalam
ungkapan tradisional. konsep pandangan hidup yang memiliki unsur sinkretik terdapat
dalam naskah dan uga yang dikenal baik oleh masyarakat Sunda secara umum.5
Uga dikenal oleh masyarakat agraris tradisional terutama dikalangan orang tua.
uga dipahami sebagai "pertanda zaman", yaitu meramalkan keadaan sosial dan politik
dimasa mendatang pada lingkungan mereka tinggal. Uga diungkapkan dengan kata-
kata yang mengandung aspek siloka atau simbolik, dengan kata yang sederhana dan
bahasa yang sedang atau kasar serta diungkapkan secara lisan.6

Akulturasi budaya islam dan budaya sunda.


Akulturasi merupakan perubahan kultural yang terjadi melalui pertemuan-
pertemuan yang terus-menerus dan meningkat atau saling mempengaruhi antara dua
kelompok kebudayaan yang berbeda. Dalam pertemuan ini dapat terjadi tukar-
menukar ciri kebudayaan yang merupakan pembaruan dari kebudayaan tersebut atau
dapat juga ciri kebudayaan dari kelompok yang satu demikian dominannya, sehingga
menghilangkan ciri kebudayaan dari kelompok yang lain. Meskipun demikian dalam
4
Yat Rospia Brata: Aspek hukum Islam dalam kebudayaan sunda Vol 6
No. 1- Maret 2018
5
Debi Miharja: Islam dan budaya sunda intregari Nilai Nilai Islam dalam budaya Sunda, (Manggu
Makmur Tanjung Lestari), h.8

Debi Miharja: Islam dan budaya sunda intregari Nilai Nilai Islam dalam budaya Sunda, (Manggu
6

Makmur Tanjung Lestari), h.19

5
penggunaannya akhir-akhir ini cenderung diartikan terbatas hanya pada pengaruh satu
kebudayaan yang lain (unilateral).
Akulturasi budaya berlangsung dalam jangka waktu yang relatif lama. Hal itu
disebabkan adanya unsur budaya asing yang diserap secara selektif dan ada unsur-
unsur budaya yang di tolak hingga proses perubahan kebudayaan melalui akulturasi
masih mengandung unsur budaya lokal yang asli. Akulturasi atau yang sering disebut
acculturation atau culture contact diartikan oleh para sarjana Antropologi mengenai
proses sosial yang timbul ketika suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan
tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan
demikian unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam
kebudayaan sendiri tanpa hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.
Akulturasi juga dapat digunakan untuk menggambarkan proses kontak antara
budaya yang berbeda dan juga hasil dari kontak tersebut. Sebagai proses kontak antar
budaya akulturasi juga dapat melibatkan baik interaksi sosial langsung atau paparan
budaya lain melalui media komunikasi massa. Sebagai hasil dari kontak itu, akulturasi
mengacu pada asimilasi oleh satu kelompok budaya yang lain yang memodifikasi
yang telah ada sehinnga terjadi perubahan identitas kelompok. Mungkin ada tekanan
antara budaya lama dan budaya baru yang mengarah kepada adaptasi bagi
kebudayaan tersebut.
Akulturasi adalah cara untuk mengubah budaya karena kontak langsung sepanjang
rentang waktu yang luas dan terus-menerus dengan masyarakat yang berbeda atau
masyarakat asing yang beragam. Asimilasi juga dapat berarti perpaduan antara satu
budaya dengan budaya lain yang khas dan ini tidak dapat dipisahkan dari agama
(keyakinan)7
Setelah manusia memahami bahwa agama adalah bagian dari kebutuhan
hidupnya, selanjutnya mereka mencoba untuk mengaplikasikan keyakinan tersebut
dalam berbagai pola dan ritual keagamaan. Saat ini, manusia berusaha untuk
mendekatkan diri kepada Tuhan dengan berbagai ritual keagamaan yang mereka
yakini mampu menjadi wasilah bagi kedekatannya dengan Tuhan. Walaupun ada
banyak ritual keagamaan yang dilakukan oleh manusia, namun semuanya memiliki
mata rantai yang tidak bisa diputus dan terlihat dari esensi ritual keagamaan tersebut.
Semua itu dilakukan dalam upaya untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Mereka

7
Misno: Akulturasi Islam Sunda. h. 49

6
meyakini bahwa ritual tersebut akan menjadi satu jalan bagi kebahagiaan dan
kedamaian dalam kehidupan.
Di antara bentuk ritual keagamaan yang telah ada sejak dahulu adalah
penghormatan terhadap nenek moyang. Ritual ini adalah salah satu dari ritual khas
dari berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia, dari ujung barat Indonesia di Aceh
hingga ujung timur Indonesia di Merauke. Mereka memiliki ritual keagamaan dalam
bentuk penghormatan kepada nenek moyang. Ketika nenek moyang tersebut sudah
meninggal dunia, ritual penghormatan tersebut diarahkan ke makam atau kuburan
nenek moyang tersebut. Dari sinilah muncul ritual untuk menghormati leluhur, dalam
taraf lebih lanjut adalah muncul keyakinan bahwa arwah nenek moyang itu memiliki
kekuatan yang dapat memengaruhi kehidupan manusia (animisme).
Suku Sunda sebagai salah satu dari suku bangsa yang ada di Indonesia juga
memiliki ritual untuk menghormati para leluhurnya. Hal ini terlihat dari berbagai
ritual keagamaan yang ada di wilayah yang didiami oleh suku Sunda, terutama di
Provinsi Jawa Barat, Banten, sebagian Jawa Tengah dan DKI Jakarta. Di Panjalu
Kabupaten Ciamis terdapat ritual Nyangku yaitu ritual yang dilakukan sebagai bentuk
penghormatan kepada leluhur dari Kerajaan Galuh Panjalu. Di Kabupaten Garut ada
ritual ziarah Makam Karamah, yaitu mengunjungi makam leluhur Kampung Dukuh
agar keinginannya dapat tercapai. Di Kabupaten Bogor dan Kuningan ada Seren Taun
Guru Bumi sebagai bentuk syukur kepada Tuhan, ritual ini diawali dengan ziarah ke
beberapa makam leluhur. Di Propinsi Banten ada komunitas Badui yang memiliki
ritual Muja yaitu penghormatan kepada situs leluhur. Demikian pula di Indramayu
terdapat ritual sedekah Bumi sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan dengan
mengunjungi makam leluhur.8

Penutup
Dalam kesimpulannya, dapat dikatakan bahwa Islam memiliki pengaruh yang
signifikan pada budaya masyarakat Sunda dan menjadi salah satu faktor yang
membentuk identitas orang Sunda. Namun, budaya sunda memiliki keunikan dan ciri
khas tersendiri yang terbentuk sehingga akulturasi budaya sunda dan Islam
berlangsung relatif lama dikarenakan saling mempengaruhi antara dua kelompok
kebudayaan yang berbeda.

8
Abdurrahman Misno B.P: Akulturasi Islam Sunda,( Vol. 11, No. 1, Januari - Juni 2013) h. 71

7
DAFTAR PUSTAKA

Misno, Abdurrahman B.P. 2013. Akulturasi Islam Sunda. Vol. 11, No 1

Rospia, Yat Brata. 2018. Aspek hukum Islam dalam kebudayaan sunda. Vol 6, No. 1.

Miharja Debi. 2019. Islam dan budaya sunda intregari Nilai Nilai Islam dalam
budaya Sunda, Bandung: Manggu Makmur Tanjung Lestari.

1990. Ensiklopedia Nasional Indonesia, Jilid I, Jakarta: PT Cipta Adi Pusaka.

Nata, Abuddin. 2001. Jurnal Pemikiran islam Kontekstual: Pendidikan Berbasis


Masyarakat dalam perspektif Islam, Jakarta: Vol 2, No, 2.

Sumpena, Deden. 2012. Islam dan Budaya Lokal, Academic Journal for Homiletic
Studies: Vol. 6 No. 1

Khazanah, 2022, Masuknya Islam Ke Nusantara, Journal of Islamic Studies Vol 1, No


4

Misno: Akulturasi Islam Sunda. Vol. 11, No 1

Anda mungkin juga menyukai