Anda di halaman 1dari 8

KARAKTERISTIK AJARAN ISLAM LOKAL

MAKALAH
Diajukan Sebagai Tugas Mata kuliah Islam Nusantara dan Fiqih Kebangsaan Pada Program
Studi Hukum Ekonomi Syariah Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Nahdlatul Ulama (STISNU)
Nusantara Tangerang

Dosen Pengampu:
Ahmad Saikhu, M.Hum

Oleh:
Kelompok 7
Hermawati Hidayah
Khoirul Anwar
M. Rizal

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


STISNU NUSANTARA TANGERANG

TAHUN 2020
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Karakteristik adalah watak,sifat,sifat yang khas atau yang membedakan satu dengan
yang lainnya. Dalam bahasa Indonesia karakter bararti sifat yaitu rupa atau keadaan yang
tampak pada suatu benda ,atau kata  yang menyatakan keadaan sesuatu seperti
panjang ,keras,dan besar. Jadi karakter ajaran Islam adalah sifat-sifat  khas Islam itu sendiri yang
menjadi pembedanya dengan agama lain dalam meyakinkan pemeluk-pemeluknya.

Kalau berbicara karakter,maka kita harus tahu bagaimana sifat pribadinya,dengan


mengenal sedekat mungkin,jangan dari sampulnya saja. Begitu juga dengan Islam. Islam tidak
bisa dinilai hanya dari sampulnya saja,Islam mempunyai kekhasan ajaran-ajaran yang apabila
dibandingkan dengan kepercayaan lain maka disanalah akan tampak keunggulan dan keunikkan
ajaran Ilahi Rabbi ini. Banyak orang yang hanya memandang Islam dari luarnya saja,bahwa Islam
itu Taqlid,keras,terorisme dan lain-lain sehingga membuat ia meragukan agama yang diridhoi
Allah ini.

Islam dan budaya lokal, tentu merupakan pembahasan yang menarik, di mana
Islam sebagai agama universal merupakan rahmat bagi semesta alam, dan dalam
kehadirannya di muka bumi ini, Islam berbaur dengan budaya lokal (local culture),
sehingga antara Islam dan budaya lokal pada suatu masyarakat tidak bisa dipisahkan,
melainkan keduanya merupakan bagian yang saling mendukung. Maka dari itu, mudah-
mudahan makalah ini dapat dipahami dengan baik untuk mengenal karakteristik ajaran
Islam lokal.
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Karakteristik Ajaran Islam

Karakteristik berasal dari bahasa Inggris, “Character”, yang berarti watak, karakter, dan
sifat. Selanjutnya, kata ini menjadi Characteristik yang berarti sifat yang khas, yang
membedakan antara satu dengan yang lainnya. Dalam bahasa Indonesia, character berarti sifat
yaitu rupa atau keadaan yang tampak pada suatu benda. Atau kata yang menyatakan keadaan
sesuatu seperti panjang, keras, dan besar.[1] Sedangkan Islam mempunyai arti agama yang
diajarkan Nabi Muhammad SAW yang berpedoman pada Al-Quran dan diturunkan di dunia ini
melalui wahyu Allah[2]. Dari definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa karakter
ajaran Islam adalah sesuatu karakter yang harus dimiliki oleh setiap umat manusia dengan
berpedoman pada Al-Quran dan hadis.

Sebagai muslim, kita tentu ingin menjadi muslim yang sejati. Untuk itu, seorangmuslim harus
menjalankan ajaran Islam secara kaffah (total, menyeluruh), bukan hanya mementingkan satu
aspek dari ajaran Islam lalu mengabaikan aspek yang lainnya. Oleh karena itu, pemahaman kita
terhadap ajaran Islam secara syamil (menyeluruh) dan kamil (sempurna) menjadi satu
keharusan.Disinilah letak pentingnya kita memahami karakteristik atau ciri-ciri khas ajaran Islam
dengan baik.

B.    Pengertian Prinsip Ajaran Islam

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, prinsip diartikan sebagai asas, kebenaran yang jadi
pokok dasar orang berpikir, bertindak, dan sebagainya. Dalam bahasa Inggris dijumpai
kata prinsiple yang diartikan asas, dasar, prinsip, dan pendirian.

Dalam bahasa Arab, kata prinsip merupakan terjemahan dari kata asas, dan jamaknya
usus, yang berarti Fundation (dasar bangunan), Fundamental (yang utama), grounwork 
(landasan kerja), Basis (tiang utama), Keynote (kata kunci)[6].

Dengan demikian prinsip diartikan sebagai tempat yang dijadikan sandaran atau pijakan
dalam membangun sesuatu, atau sebagai landasan yang digunakan untuk mengembangkan
konsep atau teori

C. Persamaan Ajaran Islam Dengan Ajaran Agama Lainnya

Semua agama meyakini kebenaran filosofis . Secara filosofis,kebenaran yang sebenarnya adalah
satu ,tunggal,dan tidak majemuk,yakni sesuai dengan realitas. Dalam konteks agama,semua
agama : yahudi,Kristen,islam,budha,hindu,termasuk aliran kepercayaan, ingin mencapai  realitas
tertinggi (the ultimate reality). Kristen dan islam menerjemahkan realitas tertinggi sebagai Allah
( dengan pelafalan yang sedikit berbeda), yahudi sebagai yehova,juga dengan keyakinan yang
lain[8]. Agama islam sendiri sangat meyakini kebenaran ajarannya,bahwa hanya islam lah agama
yang benar ,hal ini dibuktikan dengan adanya keterangan sendiri dari tuhan melalui kitab Al-
Quran. Sebaimana firman Allah :

Artinya: “sesungguhnya agama yang diridhoi disisi Allah adalah islam”[9].

Walaupun demikian,semua agama-agama maupun aliran kepercayaan mempunyai


ajaran- ajaran yang tidak jauh berbeda.  Karena tergolong rumpun yang sama dengan agama
samawi,maka terdapat lebih  banyak kesamaan   ajaran  agama Islam dengan Yahudi dan
Nasrani dari pada kepercayaan lainnya. Beberapa persamaan ajaran Islam dengan beberapa
ajaran agama lainnya diantaranya,yaitu:

1. Persamaan dalam monotheisme kepercayaan


2. Kepercayaan akan  adanya surga dan neraka
3. persamaan dalam anjuran untuk berbakti kepada  orang tua
4. persamaan dalam anjuran untuk berakhlak baik

D. Perbedaan Ajaran Islam Degan Ajaran Agama Lain

    Walaupun terdapat beberapa kesamaan antara ajaran Islam dengan ajaran agama lain,
namun Islam tetaplah Islam. Perbedaan di antara agama-agama dan aliran kepercayaan jelas
sekali terlihat. Dalam beberapa peristiwa sejarah, perbedaanlah yang menjadi penyebab
terjadinya peperangan di antara umat-umat beragama. Agama-agama samawi yang  merupakan
satu rumpun, syari’atnya sama-sama datang dari Tuhan yang Esa, memiliki persamaan sekaligus
perbedaan. Syari’at agama Yahudi dan Kristen tidak berlaku lagi, dikarenakan telah datang
syari’at yang nyata dari Allah swt. sebagai pelengkap syariat-syariat sebelumnya yakni Islam.
Begitu juga dengan agama Ardhi, Islam sangatlah berbeda dari mereka semua. Adapun
beberapa perbedaan ajaran agama Islam dengan ajaran agama lain, yakni:

1. perbedaan dalam mengimani keesaan tuhannya


2. Kitab wahyu Islam (Alquran) itu unik dan membedakan wajah agama ini dari agama-
agama lainnya.
3. Islam memproklamirkan persamaan yang lengkap di antara umat manusia tanpa
mengindahkan perbedaan kasta, kepercayaan, dan warna kulit. 

E. Sejarah Islam Lokal

Sejarah membuktikan bahwa perkembangan Islam di tanah Jawa tidak menimbulkan goncangan
yang besar dalam kehidupan masyarakat Padahal sewaktu Islam datang, masyarakat Jawa telah memiliki
kebudayaan yang mengandung nilai-nilai yang bersumber pada keyakinan animisme, dinamisme, Hindhu,
dan Budha. Ajaran Islam dan budaya Jawa justru saling terbuka untuk berinteraksi dalam praktek
kehidupan masyarakat. Hal ini tidak terlepas dari pendekatan yang dipakai oleh penyebar Islam di Jawa.
Sikap toleran terhadap budaya lama yang dilakukan wali sanga dalam menyebarkan agama Islam di Jawa
ternyata cukup berhasil. Dengan semangat tut wuri handayani, para wall tetap membiarkan budaya lama
tetap hidup namun diisi dengan nilai-nilai keislaman. Pendekatan akulturatif yang dilakukan para penyebar
Islam pertama di Jawa tersebut, akhirnya diteruskan oleh generasi berikutnya Pendekatan semacam ini
sangat sesuai dengan watak orang Jawa yang cenderung bersikap moderat serta mengutamakan
keselarasan dalam hidupnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Franz Magnis Suseno yang menyatakan
bahwa budaya Jawa memiliki ciri khas yang lentur dan terbuka. Walaupun suatu saat terpengaruh budaya
lain, tetapi budaya Jawa masih dapat mempertahankan keasliannya. Ketika budaya Hindhu dan Budha
datang, kebudayaan Jawa tidak larut begitu saja ke dalam kedua budaya tersebut. Budaya Hindhu dan
Budha bercorak religius magis dapat sejalan dengan budaya Jawa pra Hindhu yang animistik dan magis.
Demikian pula ketika Islam datang ke Jawa, unsur-unsur budaya Islam yang monotheistic bertemu dengan
budaya Jawa yang animistik magis. Maka terjadilah perpaduan yang menghasilkan Jawa Islam yang
akulturatif. Di kalangan masyarakat Jawa, perpaduan budaya Jawa Islam tersebut yang tumbuh dan
berkembang serta diterima oleh hampir seluruh kalangan. Perpaduan Islam Jawa yang telah dilakukan
oleh para penyebar agama Islam di Jawa masa lampu ternyata memberikan sumbangan yang besar
terhadap perkembangan budaya Jawa. Budaya Jawa semakin diperkaya dengan nilai-nilai ajaran Islam
yang menjadi sumber inspirasi dan pedoman kehidupan bagi masyarakat pendukungnya.

F.. Islam dan Budaya Lokal

Islam sejak kehadiranya di muka bumi ini, telah memainkan peranannya sebagai
salah satu agama yang menjadi rahmat bagi semesta alam. Ini, tentunya membawa
Islam sebagai bentuk ajaran agama yang mampu mengayomi keberagaman umat
manusia di muka bumi ini. Islam sebagai agama universal sangat menghargai akan ada
budaya yang ada pada suatu masyarakat, sehingga kehadiran Islam ditengah-tengah
masyarakat tidak bertentangan, melainkan Islam dekat dengan kehidupan masyarakat,
di sinilah sebenarnya, bagaimana Islam mampu membuktikan dirinya sebagai ajaran
yang flexsibel di dalam memahami kondisi kehidupan suatu masyarakat. Hal ini pun
terjadi di Indonesia, di mana Islam yang ada di Indonesia merupakan hasil dari proses
dakwah yang dilaksanakan secara cultural, sehingga Islam di Indonesia, mampu
berkembang dan menyebar serta banyak dianut oleh mayoritas masyarakat Indonesia
dalam waktu yang cukup singkat. Karena kehadiran Islam di Indonesia yang pada saat
itu budaya lokal sudah dianut masyarakat Indonesia mampu masuk secara halus tanpa
kekerasan, hal ini berkat dari ajaran Islam yang sangat menghargai akan pluralitas suatu
masyarakat. Banyak kajian sejarah dan kajian kebudayaan yang mengungkap betapa
besar peran Islam dalam perkembangan kebudayaan bangsa Indonesia. Hal ini dapat
dipahami, karena Islam merupakan agama bagi mayoritas penduduk Indonesia. Bahkan
dalam perkembangan budaya. Daerah terlihat betapa nilai-nilai budaya Islam telah
menyatu dengan nilai-nilai budaya di sebagian daerah di tanah air, baik dalam wujud seni
budaya, tradisi, maupun peninggalan pisik. Sementara itu dalam pengembangan budaya
nasional, peran Islam dalam terbentuknya wawasan persatuan dan kesatuan bangsa
telah dibuktikan dalam sejarah. Islam dapat menjadi penghubung bagi berbagai
kebudayaan daerah yang sebagian besar masyarakatnya adalah Muslim(Djojonegoro,
1996: 112).Peran tersebut secara ekplisit dikemukakan oleh Presiden pada sambutan
Seminar Nasional Budaya Bangsa 10 November 1995, bahwa “Agama bukan saja telah
menghindarkan berkembangnya yang sempit, tetapi secara tidak langsung juga ikut
meletakan dasar-dasar kebudayaan nasional… Ajaran agama yang di anut oleh bangsa
kita telah memberikan motivasi yang kuat bagi tumbuh dan berkembangnya pergerakan
kebangsaan, lancarnya proklamasi kemerdekaan, gigihnya perjuangan bersenjata
mengusir penjajah dan terarahnya pembangunan nasional. Walaupun pengaruh nilai-
nilai Islam telah nyata dalam perkembangan seni budaya nasional, namun pengaruh
tersebut lebih ditekankan kepada upaya perkembangan budaya nasional dalam makna
yang dinamis. Dengan demikian, bangsa Indonesia yang terdiri atas berbagai suku
bangsa, agama dan kebudayaan lokal, perlu menumbuhkan dua macam sistem budaya
itu adalah:

1) Sistem budaya nasional (supra etnik)

2) Sistem budaya daerah (etnik)

Sementara itu, bangsa Indonesia yang terdiri dengan banyak suku bangsa dengan
sistem budaya etnik-lokanya masing-masing. Sistem-sistem budaya yang otonom itu
ditandai oleh pewarisan nilai-nilai melalui tradisi. Nilai-nilai tersebut telah berakar kuat
dalam masyarakat yang bersangkutan. Seterusnya, dalam masyarakat etnik lokal itu
sepanjang waktu terjadi vitalisasi dan aktualisasi nilai-nilai budayanya yang khas. Dalam
rangka perkembangan budaya nasional, kebudayaan etnik lokal itu sering kali berfungsi
sebagai sumber atau sebagai acuan dalam penciptaan-penciptaan baru (dalam bahasa,
seni, tata masyarakat, teknologi, dan sebagainya) yang kemudian ditampilkan dalam peri
kehidupan lintas budaya. Sistem-sistem budaya etnik lokal inilah yang pada umumnya
memberikan rasa berakar kepada rakyat Indonesia. Berdasarkan kondisi tersebut di
atas, diperlukan strategi untuk mencapai dua tujuan dasar pembinaan kebudayaan,
yaitu:

1) Semakin kuatnya nilai-nilai penghayatan nilai-nilai budaya nasional agar mampu


menyongsong masa depan bangsa yang ditandai oleh semakin canggihnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan semakin meningkatnya persaingan
ekonomi anter bangsa dan semakin kompleksnya arus informasi dan proses
penduniannya yang lain.

2) Semakin kokohnya kesadaran bangsa akan jati dirinya yang ditandai oleh pewarisan
nilai-nilai luhur, kokohnya kehidupan beragama, kesadaran sejarah dan daya cipta yang
dimiliki (Djojonegoro, 1996: 109-110).
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Dengan karakteristik ajaran Islam yang demikian itu, maka sangatlah beralasan jika ada
sementara orang yang berpendapat bahwa Islam adalah jalan hidup yang terbaik ( Islam is the
best way of life). Dengan sifatnya yang demikian itu, tidak pula berlebihan jika ada sementara
pendapat yang mengatakan, bahwa di masa depan Islam akan dijadikan alternantif utama dalam
memecahkan berbagai masalah yang dihadapi umat manusia.
Islam sebagai agama universal dan agama bagi semesta alam, telah
membuktikannya sebagai agama besar yang menghargai akan keberadaan budaya lokal
suatu masyarakat. Bila Islam dan Budaya Lokal berakulturasi, maka pemahaman
keagamaan yang terjadi pada suatu masyarakat akan beragam pula. Hal ini,
menunjukkan apabila Islam berbaur dengan budaya lokal, maka Islam mampu mewarnai
budaya lokal tersebut yang dianut oleh masyarakat. Akibat dari akulturasi ini, maka
Islam dalam tataran ritualnya sangat beragam. Islam dan budaya lokal merupakan dua
komponen yang saling mendukung terhadap perkembangannya, di mana Islam
berkembang karena menghargai budaya lokal, begitu pula budaya lokal tetap eksis
karena mengalami perbauran dengan ajaran Islam.
DAFTAR PUSTAKA

1.      Abdullah Muhammad Yatimin. 2006. Studi Islam Kontemporer. Jakarta: Sinar Grafika Offset.

2.      Nata Abuddin. 2011. Studi Islam Komprehensif. Jakarta: Prenada Media Group

3.     

4.      Dr.Atang Abd Hakim,Dr.Jaih Mubarok.2011.Metodologi Studi Islam.Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

5. DjojonegoroDjojonegoro, Wardiman. (1996). Ruh Islam Dalam Budaya Bangsa:

Wacana Antar Agama dan Bangsa. Jakarta: Yayasan Festival

Istiqla

Anda mungkin juga menyukai