Dosen Pengampu :
Abdi Azizurahman, M.Pd
DISUSUN OLEH :
Arie Sevtian (D1121231024)
Artika Dwi L. (D1121231003)
Safitri Ramadhanti (D1121231014)
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah Agama Islam,
Bapak Abdi Azizurahman, M.Pd, yang telah membimbing dan memberi arahan dalam
penyusunan makalah ini. Begitu pula kepada teman-teman seperjuangan yang telah memberi
masukan dan pandangan kepada kami selama menyelesaikan makalah ini.
Kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan
makalah ini. Karenanya, kami menerima kritik serta saran yang membangun dari pembaca agar
kami dapat menulis makalah secara lebih baik pada kesempatan berikutnya.
Besar harapan kami makalah ini dapat bermanfaat dan berdampak besar sehingga dapat
memberi inspirasi bagi para pembaca, terutama teman-teman mahasiswa akan pentingnya
Membumikan Islam di Indonesia (Corak, Ekspresi, dan Praktik Keberagamaan di Indonesia).
Penyusun
i
Daftar Isi
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara isti lah (terminologi), Islam berarti suatu nama bagi agama yang ajaran-
ajarannya diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang Rasul. Atau lebih tegasnya lagi
Islam adalah ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada masyarakat manusia melalui Nabi
Muhammad SAW sebagai Rasul. 1 Menurut Isma Hanifah (2018), kata Islam secara istilah yaitu
mengacu kepada agama yang bersumber pada wahyu yang datang dari Allah, bukan berasal
dari manusia. Posisi Nabi dalam agama Islam diakui sebagai utusan Allah untuk menyebarkan
ajaran Islam tersebut kepada umat manusia. Dalam proses penyebaran agama Islam, Nabi
terlihat dalam memberi keterangan, penjelasan, uraian, dan contoh praktiknya.2
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada
rasul-rasul-Nya untuk diajarkan kepada manusia. Dibawa secara berantai dari satu generasi ke
generasi selanjutnya, dari satu angkatan ke angkatan berikutnya. Islam adalah rahmat, hidayah,
dan petunjuk bagi manusia dan merupakan manifestasi dari sifat rahman dan rahim Allah SWT.
Mayoritas manusia di bumi ini memeluk agama Islam. Banyak juga yang memilih menjadi
mualaf setelah mengetahui semua kebenaran ajaran nabi Muhammad SAW. Ini yang tercantum
dalam al-Quran.
Akan tetapi, dewasa ini semakin banyak orang-orang yang beragama Islam, namun
mereka tidak mengerti apa arti Islam itu sendiri. Mereka hanya menjalankan syari’ah atau
ajaran-ajaran Islam tanpa mengerti makna Islam. Bahkan, ada orang yang beragama Islam
hanya di KTP saja, mereka benar-benar mencantumkan agama Islam di KTP tanpa
menjalankan kewajiban mereka sebagai umat Islam. Maka dari itu, pada makalah ini akan
dibahas mengenai bagaimana cara membumikan Islam di Indonesia. Perkembangan Islam di
Indonesia ini merasakan berbagai pengalaman, disebabkan oleh adanya keberagaman budaya
dan tradisi pada setiap pulau tersebut. Bahkan dalam satu pulau saja bisa melahirkan berbagai
1
Alim, M. (2011). Upaya Pembentukan Pemikiran dan Kepribadian Muslim. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
2
HANIFAH, I. (2018). PANDANGAN ISLAM TERHADAP MANUSIA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIKAN
ISLAM (Studi Analisis Buku Ilmu Pendidikan Islam Karya Prof. DR. H. Ramayulis) (Doctoral dissertation, UNISNU
JEPARA).
1
budaya dan tradisi. Perjumpaan Islam dengan budaya (tradisi) lokal itu seringkali menimbulkan
akulturasi budaya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa makna dan arti agama Islam di dalam kehidupan?
2. Mengapa muncul kewajiban untuk menyebarkan agama Islam kepada sesama manusia?
3. Bagaimana pentingnya membumikan Islam di Indonesia?
C. Tujuan
Makalah ini dirumuskan dengan tujuan agar mahasiswa dapat :
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian
a. Pengertian Islam
Menurut ilmu bahasa (etimologi), Islam berasal dari bahasa Arab yaitu kata salima yang
berarti selamat, sentosa, dan damai. Dari asal kata itu dibentuk kata aslama, yuslimu, Islaman,
yang berarti memelihara dalam keadaan selamat sentosa, dan berarti juga menyerahkan diri,
tunduk, patuh, dan taat. Seseorang yang bersikap sebagaimana maksud pengertian Islam
tersebut dinamakan muslim, yaitu orang yang telah menyatakan dirinya taat, menyerahkan diri,
patuh, dan tunduk kepada Allah SWT.3 Islam dari segi kebahasaan mengandung arti patuh,
tunduk, taat, dan berserah diri kepada Allah dalam upaya mencari keselamatan dan
kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di akhirat. Hal demikian dilakukan atas kesadaran
dan kemauan diri sendiri, bukan paksaan atau berpura-pura, melainkan sebagai panggilan dari
fitrah dirinya sebagai makhluk yang sejak dalam kandungan sudah menyatakan patuh dan
tunduk kepada Allah SWT.
Islam adalah agama samawi yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhamad
SAW sebagai Rasul utusan Allah dan Allah menjadikan Islam sebagai agama yang Rahmatan
lil ‘aalamiin (rahmat bagi seluruh alam). Istilah Islam Rahmatan lil ‘aalamiin merupakan
istilah yang bersumber dan tercantum dalam al-Qur’an, Allah SWT langsung yang memberikan
istilah tersebut untuk menyebut sebuah ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad akan
berdampak positif, inklusif, komprehensif dan holistik. 4
Islam juga berisi tentang panduan dan juga rahmat bagi seluruh umat manusia dalam
menjalankan kehidupan, sebagaimana yang termaktub dalam Al-Qur’an yang berbunyi :
س ْل ٰنكَ َو َما
َ ل ِْلعٰ لَ ِميْنَ َر ْح َمة ا َِّل ا َ ْر
Artinya : “Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta
alam” (Q.S. al-Anbiya: 107). Mursyid berpendapat bahwa Islam merupakan agama welas asih
(belas kasih) kepada semua makhluk yang ada di muka bumi baik (manusia, tumbuhan, hewan
dan sebagainya). Dengan begitu, Islam juga dapat dikatakan sebagai agama universal yang
3
Alim, M. (2011). Upaya Pembentukan Pemikiran dan Kepribadian Muslim. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
4
Rasyid, M. M. (2016). Islam Rahmatan Lil Alamin Perspektif KH. Hasyim Muzadi. Epistemé: Jurnal
Pengembangan Ilmu Keislaman, 11(1), 93-116.
3
termanifestasikan dalam ajarannya, baik dalam bidang tauhid (akidah), agama (fikih), dan
akhlak (etika). Maka, jelas bahwa Islam merupakan agama yang mengedepankan toleransi dan
saling menghargai terhadap sesama manusia serta menyerukan kepada penganutnya untuk
menebar kasih sayang dan mengayomi tanpa pandang bulu, baik bangsa, suku, ataupun
golongan. 5
Membumikan Islam di Indonesia dapat dilakukan melalui berbagai cara seperti edukasi,
media sosial, pemberdayaan ekonomi, budaya dan tradisi, serta pengentasan kemiskinan .
Edukasi dapat menyediakan sumber informasi dan pendidikan tentang Islam yang lebih
terpercaya, berkualitas, dan akurat. Penggunaan media sosial yang sangat signifikan meningkat
ini membuat penyebaran dakwah Islam menjadi lebih mudah dan berkembang pesat. Dengan
demikian, diharapkan seluruh umat Islam di Indonesia tak terkecuali, diharapkan dapat
membumikan Islam di Indonesia serta memperkuat pemahaman msyarakat terhadap ajaran
Islam yang sebenarnya. Kemudian, hal tersebut dapat menjalin terciptanya interaksi
antaragama. Mendorong dialog antaragama dan toleransi antar umat beragama di Indonesia
yang mayoritas penduduknya beragama Islam.
5
Azisi, A. M. (2020). Islam Nusantara: Corak Keislaman Indonesia Dan Perannya Dalam Menghadapi Kelompok
Puritan. Empirisma: Jurnal Pemikiran dan Kebudayaan Islam, 29(2), 123-136.
4
ekonomi untuk mengurangi kemiskinan di masyarakat Indonesia. Maka dari itu, dapat
disimpulkan bahwa, membumikan Islam di Indonesia harus tetap melibatkan kerjasama antara
pemerintah, masyarakat, dan pemuka agama untuk menciptakan lingkungan yang mendukung
bagi praktik Islam yang sejalan dengan nilai-nilai kebangsaan dan keberagaman Indonesia.
Artinya : “Dari ‘Abdullah bin ‘Umar RA. dituturkan, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda,
“Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat.” [HR. Bukhari]
Menurut H.R. Muslim
ان ف ِ ْ أضع َوذلك فَقَل ِب ِه َي ْستَطِ ْع لَ ْم فَإ ِ ْن فبلسانِ ِه يستطع لم فإن بيده فَليعيزة ُمنكَرا مِ ْنكُ ْم َرأَى َم ْن
ِ اْلي َم
Artinya : “Siapa saja yang melihat kemungkaran hendaknya ia mengubah dengan tangannya.
Jika dengan tangan tidak mampu, hendaklah ia ubah dengan lisannya; dan jika dengan lisan
tidak mampu maka ubahlah dengan hatinya; dan ini adalah selemah-lemah iman.” [HR.
Muslim]
QS. Al-Imran : 104
ْال ُم ْف ِلحُونَ هُ ْم َوأ ُ ْولَيكَ ِر ََال ُمنك عر وينهون ِب ْال َم ْع ُروفِ و َيأ ْ ُم ُرونَ الخير ِإلَى َيدْعُونَ أ ُ َمة مِنكُ ْم َو ْلتَكُن
Artinya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-
orang yang beruntung” (QS. Al-Imran : 104).
QS. Al-Imran : 110
ُ ْ منهم لهم َخيْرا لكان الكتب أَهل َمن ولو باهلل وتؤمنون المنكر عن َوت َ ُهونَ بِ ْال َم ْع ُروفِ تأ
مرونَ للكاي أخرجت أمة خير تحدتم
الفسقون وأكثرهم المؤمنون
Artinya : “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab
6
Utarianti, R. S. P., Hayati, I., & Nurlaili, N. (2023). Membumikan Islam Di Indonesia. Science and Education
Journal (SICEDU), 2(2), 364-371.
5
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik” (QS. Al-Imran : 110).
QS. An-Nahl : 125
Artinya : ”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan 5 Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS. An-Nahl : 125).
Riwayat-riwayat di atas merupakan dalil yang sharih mengenai kewajiban dakwah
(membumikan Islam ) atas setiap Mukmin dan Muslim. Bahkan, Allah SWT mengancam siapa
saja yang meninggalkan dakwah Islam (membumikan Islam), atau berdiam diri terhadap
kemaksiatan dengan “tidak terkabulnya doa”. Bahkan, jika di dalam suatu masyarakat, tidak
lagi ada orang yang mencegah kemungkaran, niscaya Allah akan mengadzab semua orang yang
ada di masyarakat tersebut, baik ia ikut berbuat maksiat maupun tidak. Kenyataan ini
menunjukkan dengan sangat jelas, bahwa hukum dakwah adalah wajib, bukan sunnah. Sebab,
tuntutan untuk mengerjakan yang terkandung di dalam nash-nash yang berbicara tentang
dakwah datang dalam bentuk pasti. Indikasi yang menunjukkan bahwa tuntutan dakwah
bersifat pasti adalah, adanya siksa bagi siapa saja yang meninggalkan dakwah. Ini
menunjukkan, bahwa hukum dakwah adalah wajib.
6
pembacaan teks-teks agama (Al-Quran, Al-Hadist, dan turats) maaf-memaafkan adalah ajaran
Islam yang universal, di Jawa pemohonan maaf si anak kepada orang tua diekspresikan dengan
‘sungkem’ sedangkan komunitas Betawi tentunya tradisi tersebut tidak dikenal. Uraian diatas
menunjukkan bahwa ekspresi tentang Islam tidak bisa tunggal. Hal itu dikarenakan Islam tidak
lahir diruang hampa sejarah. Tabiat, karakter, tradisi, budaya, lingkungan, dan lain-lain menjadi
penentu dan pembeda corak berfikir, cara bersikap, dan bentuk ekspresi seseorang, bahkan
masyarakat. Islam mengajarkan untuk bertutur kata halus dan penuh makna.
Corak Keberagaman Masyarakat Muslim Indonesia Sebagai Wujud Kekayaan Alam Nusantara
Dengan disahkannya Qanun Hukum Jinayah, maka di Aceh akan berlaku hukuman
cambuk atau denda dengan bayar emas murni bagi pelaku pemerkosaan, perzinaan, pelecehan
seksual, praktik gay, lesbian, mesum, perjudian, mengonsumsi minum keras dan bermesraan
dengan pasangan bukan muhrim. Bukan hanya pelaku, orang yang ikut menceritakan ulang
perbuatan atau pengakuan pelaku jarimah secara langsung atau melalui media juga dikenakan
hukuman cambuk
Sanksi cambuk bukan hanya berlaku bagi mereka yang beragama Islam. Warga non-
muslim, anak-anak dan badan usaha yang menjalankan bisnisnya di Aceh, jika melakukan
pelanggaran syariat, juga akan dikenakan hukuman dalam qanun ini. Hanya saja bagi non-
muslim diberi kelonggaran yakni bisa memilih apakah diproses dengan qanun atau hukum
nasional yang berlaku. Selain itu corak keberagamaan muslim di aceh terlihat dari tradisi orang
Aceh yang menganggap musholla lebih signifikan dibandingkan dengan masjid. Sebuah desa
di Aceh dapat bertahan tanpa masjid karena shalat Jumat dilakukan di sebuah mesjid
7
pemukiman. Tetapi tanpa musholla, maka kesalehan akan terhenti menjadi patokan normatik
kewajiban skriptual tetap kewajiban, tetapi solidaritas sesama muslim akan memudar.
Sidodadi merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Pekalongan Kabupaten
Lampung Timur. Kenyataannya muslim Sidodadi memang memiliki sebutan tersendiri terkait
orientasi keagamaan mereka, yakni orang Sunnah dan orang Yasin. Istilah orang Sunnah
terkadang digunakan secara bertukaran dengan istilah orang Pengajian. Orang Sunnah ini
cenderung tidak menggunakan adat kebudayaan dalam cara penyebaran ajaran agama Islam.
Istilah orang Yasin juga digunakan bertukaran dengan orang perwiridan (muslim tradisionalis).
Sebenarnya, kemunculan istilah ini di dasari oleh perbedaan dari cara penyebaran ajaran agama
Islam. Pada penyebarannya, di pulau Jawa sendiri yang masih kental akan adat dan kebiasaan
turun-temurun, maka hal tersebut tidak dapat dipisahkan dari keterlibatannya dalam
penyebaran ajaran agama Islam oleh para pemuka agama yang terkenal disana. Istilah orang
Yasin digunakan untuk menyebut golongan mereka yang masih memegang erat adat
kebudayaan setempat dalam penyebaran ajaran agama Islam tersebut. Adat kebudayaaan yang
sering dilaksanakan oleh orang Yasin ini bertujuan untuk menjaga silaturahmi antar
masyarakat, yang sama sekali tidak menyalahi syariat agama. Terdapat beberapa perbedaan
diantara orang Sunnah dan orang Yasin, sebagai berikut :
Orang Sunnah :
Orang Yasin :
Secara berkala membaca tahlil bersama termasuk tahlil untuk orang meninggal
Mentradisikan orang lebih muda mencium tangan orang lebih tua
Melakukan salaman setelah shalat
Orang Yasin mendukung tradisi pesejeuk (kenduri) saat mendirikan rumah, baca yasin
bersama, tahlilan, membacakan doa untuk mayat yang baru dikuburkan, sampai dengan
pementasan orgen tunggal dalam acara resepsi pernikahan..
8
Orang Sunnah menentang semua tradisi tersebut karena tidak ditemukan landasan
hukumnya dalam al-Qur'an dan hadist. Tradisi baca yasin bersama menurut orang sunnah sama
bid'ahnya dengan pementasan orgen tunggal saat resepsi pernikahan. Meskipun orientasi
keberagamaan orang Sunnah berbeda dari orang Yasin, keduanya masih tetap berpijak pada
landasan yang sama. Al-Quran dan hadis tetap dijadikan acuan utama dalam membangun
otoritas kehidupan agama. Definisi serta wilayah cakupan agama juga diturunkan oleh
keduanya melalui dua sumber ajaran Islam ini. Tetapi masing-masing pihak ingin
merealisasikan ideal yang terkandung dalam teks suci ke dalam kehidupan nyata dalam
versinya masing-masing. Kedua belah pihak menempuh jalan yang berbeda dalam
menghampiri Islam.
9
c. Praktik Keberagamaan Sebagai Implementasi dalam Membumikan Islam
Sedangkan secara praktik keberagamaan, membumikan Islam di Indonesia mencakup
berbagai aspek kehidupan sehari-hari yang mencerminkan nilai-nilai dan ajaran Islam. Hal
tersebut meliputi
1. Ibadah : Praktik ibadah seperti shalat, puasa, zakat, dan haji yang merupakan kewajiban
dalam Islam, diamalkan secara rutin oleh umat Muslim di Indonesia.
2. Pendidikan Islam : Memastikan anak-anak mendapatkan pendidikan agama Islam
melalui sekolah agama atau pesantren untuk memahami prinsip-prinsip ajaran Islam.
3. Etika dan Moral : Mengamalkan nilai-nilai etika dan moral Islam dalam kehidupan
sehari-hari, termasuk kejujuran, kesabaran, dan keramahan dalam interaksi sosial.
4. Kehidupan Keluarga : Menerapkan ajaran Islam dalam kehidupan keluarga, termasuk
dalam pola asuh anak, hubungan antara suami dan istri, serta kesejahteraan keluarga.
5. Pemberdayaan Masyarakat : Menggunakan prinsip-prinsip ekonomi Islam untuk
membangun perekonomian masyarakat, termasuk melalui kegiatan usaha yang halal
dan berkeadilan.
6. Lingkungan Sosial : Mengambil peran aktif dalam membantu sesama, baik melalui
program-program sosial, bantuan keuangan, atau sukarela, sejalan dengan ajaran
kepedulian sosial dalam Islam.
7. Dialog Antaragama : Berpartisipasi dalam dialog antaragama untuk memahami
keyakinan dan praktik keberagaman, serta membangun toleransi dan penghargaan
terhadap perbedaan keyakinan.
10
1. Meningkatkan Pemahaman Agama
Menyebarkan dan mengajarkan ajaran agama Islam secara mendalam dapat membuat
masyarakat memiliki pemahaman yang benar dan mendalam tentang keyakinan dan
praktik-praktik keberagamaan dalam Islam. Diharapkan masyarakat mendapatkan
pemahaman tentang agama Islam, dan meluruskan segala hal tentang agama Islam yang
mungkin masih menjadi pertanyaan dan banyak diperbincangkan di kalangan masyarakat.
Mendorong praktik Islam yang moderat dan toleran, menjauhkan diri dari radikalisme
dan ekstremisme, serta mempromosikan nilai-nilai kedamaian dan harmoni.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam mengkaji konsep membumikan Islam di Indonesia, dapat disimpulkan bahwa
ini adalah suatu upaya yang melibatkan integrasi ajaran Islam ke dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat Indonesia. Pendekatan ini bersifat inklusif, menghormati keragaman budaya, suku,
dan agama yang ada di Indonesia. Membumikan Islam mencakup berbagai aspek, termasuk
pendidikan, interaksi antaragama, ekonomi, budaya, dan praktik keberagamaan. Tujuan dari
membumikan Islam melibatkan peningkatan pemahaman agama, pembangunan toleransi
antaragama, pengembangan budaya Islam yang moderat, pemberdayaan ekonomi, kesetaraan
gender, peningkatan etika dan moral, serta memperkuat identitas kebangsaan Indonesia.
Dengan mencapai tujuan-tujuan ini, diharapkan masyarakat Indonesia dapat hidup harmonis,
damai, dan berkeadilan, menjadikan Islam sebagai sumber inspirasi untuk membangun
masyarakat yang beradab dan sejahtera.
B. Saran
Setelah adanya pembahasan makalah ini, diharapkan mahasiswa dapat memahami
pentingnya membumikan Islam di Indonesia. Selain untuk memperdalam ilmu agama,
membumikan Islam di Indonesia juga bertujuan untuk membentuk karakter diri. Penyusun
menyarankan agar para mahasiswa dapat belajar lebih lanjut mengenai Membumikan Islam di
Indonesia melalui media lain selain makalah ini karena, makalah ini masih jauh dari kata
sempurna.
12
DAFTAR PUSTAKA
Alim, M. (2011). Upaya Pembentukan Pemikiran dan Kepribadian Muslim. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Azisi, A. M. (2020). Islam Nusantara: Corak Keislaman Indonesia Dan Perannya Dalam
Menghadapi Kelompok Puritan. Empirisma: Jurnal Pemikiran dan Kebudayaan
Islam, 29(2), 123-136.
Rasyid, M. M. (2016). Islam Rahmatan Lil Alamin Perspektif KH. Hasyim Muzadi. Epistemé:
Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman, 11(1), 93-116.
Utarianti, R. S. P., Hayati, I., & Nurlaili, N. (2023). Membumikan Islam Di Indonesia. Science
and Education Journal (SICEDU), 2(2), 364-371.
13