Anda di halaman 1dari 19

ISLAM SEBAGAI SUMBER AJARAN

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah : Metodologi Studi Islam
Dosen : Nurul Hikmah, M.Pd.I

Oleh :
Dea Gustia Putri
2011120137
Indah Nurjelika
2011120154
Syinna Chairunnissa
2011120136

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN DAN BAHASA
PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INGGRIS
2021 M/1443 H
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Yang Maha Kuasa, yang karena izin dan karunia-Nya, serta sholawat
dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW. beserta keluarga, para sahabat dan seluruh
umatnya sampai akhir zaman. Penulis sangat bersyukur karena telah diberi hidayah dan taufik-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Islam Sebagai Sumber
Ajaran” ini disusun guna memenuhi salah satu tugas presentasi mata kuliah “Metodologi Studi
Islam”.
Penulis telah menyajikan materi ini dalam bentuk makalah, yang mana penulis
mengharapkan supaya para pembaca dapat memahami secara mendalam terkait apa itu makna
tasawuf falsafi dan dapat memahami perkembangan-perkembangan yang ada di tasawuf falsafi.
Penulis menyadari bahwasanya makalah ini memiliki banyak sekali kesalahan dan
kekurangan yang perlu diperbaiki, baik itu segi kebahasaan, penyusunan sistematis makalah,
materi yang kurang cukup luas dan hal-hal yang lainnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kepada pembaca untuk memberikan kritikan dan saran untuk memajukan makalah ini supaya
lebih baik lagi kedepannya.
Penulis tidak henti-henti mengucapkan banyak terimakasih kepada para pihak yang telah
membantu penulis dalam pembuatan dan penyusunan makalah ini. Semoga Allah Swt, membalas
kebaikan mereka, dengan kebaikan yang sebanyak-banyaknya, Aamiin Ya Robbal‟alamin.

Palangkaraya, 9 Oktober 2021

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................

A. Latar belakang ....................................................................................................... 1


B. Rumusan masalah ................................................................................................. 1
C. Tujuan masalah ..................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................

A. Otentisitas Ajaran Islam ........................................................................................ 3


B. Karakteristik Ajaran Islam .................................................................................... 4
C. Dimensi Ajaran Islam ........................................................................................... 7
D. Memahami Ajaran Islam Dalam Struktur Islam, Iman dan Ihsan ........................ 9
E. Munculnya Aliran Pemikiran Islam .................................................................... 12

BAB III PENUTUP ...........................................................................................................

A. Kesimpulan ......................................................................................................... 14
B. Saran ................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Islam sebagai pandangan hidup (way of life) mempunyai ajaran yang menjamin
keselamatan dunia akhirat,bahkan eksistensinya diperadaban manusia sebagai rahmatan lil
‘alamin. Hal ini termanifestasi dalam berbagai bidang kehidupan baik sosial, politik, ekonomi,
budaya, pendidikan dan sebagainya. Oleh karena itu, penerjemahan ajaran Islam akan terus
berkembang sesuai dengan percepatan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga dalam tataran
ini pemberdayaan dalam berbagai bidang tersebut mutlak sangat diperlukan.

Agama Islam adalah salah satu dari beberapa agama yang diturunkan Allah swt. Dengan
segala kesempurnaanya melalui perantara Nabi Muhammad SAW untuk mendakwakan Islam di
muka bumi ini sebagai jalan untuk menuju kebahagian dunia dan ahirat melalui petunjuk-
petunjuk al-Qur‟an dan as-Sunnah sehingga kita bisa memahami secara utuh Islam yang
sebenarnya dan segala bentuk perintah-perintah Allah swt dan laragan-Nya.

Sumber ajaran Islam yang pokok adalah al-Qur‟an dan hadis. Keduanya memiliki peranan
yang sangat penting dalam kehidupan umat Islam. Walaupun terdapat perbedaan dari segi
penafsiran dan aplikasi, namun setidaknya ulama sepakat bahwa keduanya harus dijadikan
rujukan. Dari keduanya ajaran Islam diambil dan dijadikan pedoman utama. Oleh karena itu,
kajian - kajian terhadapnya tidak pernah keruh bahkan terus berjalan dan berkembang seiring
dengan kebutuhan umat Islam.

2. Rumusan masalah
1. Bagaimana otentisitas ajaran Islam?
2. Apa saja karakteristik ajaran Islam?
3. Apa saja dimensi ajaran Islam?
4. Bagaimana memahami ajaran Islam dalam struktur Islam, iman dan ihsan?
5. Bagaimana munculnya aliran pemikiran Islam?

1
3. Tujuan masalah
1. Memgetahui tentang otentisitas ajaran Islam.
2. Mengetahui macam – macam karakteristik ajaran Islam.
3. Mengetahui macam – macam dimensi ajaran Islam.
4. Mengetahui cara memahami ajaran Islam dalam struktur Islam, iman dan ihsan.
5. Mengetahui sejarah munculnya ajaran Islam.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Otentisitas Ajaran Islam


Islam merupakan agama yang ajarannya bisa diterima oleh semua umat, kapanpun dan
dimana pun. Wilfred Cantwel Smith mengatakan, “pengamatan pertama ialah bahwa dari semua
tradisi keagamaan di dunia, tradisi Islam yang tampak sebagai satu-satunya nama yang built in
(terpasang tetap).1
Ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW secara khusus disebut sebagai agama
Islam atau dien Al-Islam. Nabi Muhammad telah membakukan ajaran agama Islam tersebut
secara sempurna, sehingga akan terjamin otentisitas dan sekaligus perkembangannya sesuai
dengan tuntutan perkembangan zaman dan tempat. Sistem pembakuan ajaran Islam tersebut
adalah sebagai berikut.
1. Membukukan secara otentik sumber dasar, pokok-pokok, dan ajaran Islam sebagai
wahyu dari Allah SWT yang tertuang dalam Al-Qur‟an.
2. Memberikan penjelasan, contoh dan teladan pelaksanaan agama Islam secara
operasional dalam sosial budaya umatnya, yang kemudian dikenal dengan sebutan
As-Sunnah/Al-Hadits.
3. Memberikan cara atau metode untuk mengembangkan agama Islam secara terpadu
dalam kehidupan sosial budaya umat manusia sepanjang sejarah dalam sisttem
Ijtihad.
Dengan sistem pembakuan tersebut, ajaran Islam akan tetap sempurna, dan dinamis, yakni
sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman dan tempat.
Al-Qur‟an adalah kumpulan otentik dari firman-firman Allah SWT yang disampaikan kepada
Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril, yang ditulis dalam bahasa Arab, sebagai sumber
ajaran Islam.Sebagai kumpulan otentik firman Allah SWT, Al-Qur‟an akan tetap otentik
sepanjang zaman, dan inilah yang akan menjamin bahwa ajaran agama Islam akan tetap
sempurna dan lurus.

1
Rosihon Anwar,Badruzzaman,Saehuddin, Pengantar Study Islam CV Pustaka Setia Bandung hlm 143

3
As-Sunnah adalah tradisi, kebiasaan, dan praktik-praktik pelaksanaan agama Islam yang
dilaksanakan, ditetapkan, dan direncanakan Nabi Muhammad SAW sebagai penjelasan secara
operasional serta contoh teladan pelaksanaan dari firman-firman Allah SWT sebagai mana
termaktub dalam Al-Qur‟an. As-Sunnah ini kemudian dibukukan dalam kitab-kitab Hadits. Oleh
karena itu, As-Sunnah juga merupakan sumber otentik dari ajaran Islam.
Al-Qur‟an sebagai sumber dasar dan As-Sunnah merupakan sumber operasionalnya,
sedangkan Ijtihad pada dasarnya merupakan penggunaan segenap dya dan kemampuan akal dan
intelektual manusia untuk memahami, mengambil kebijaksanaan, serta menetapkan hukum
terhadap masalah-masalah kehidupan sosial budaya umat manusia yang timbul dalam lingkungan
dan tempat dan zaman tertentu. Sistem Ijtihad tersebut merupakan sumber dinamika dari ajaran
Islam. Dengan berdasarkan ketiga sumber tersebut, yakni Al-Qur‟an sebagai sumber dasarnya,
As-Sunnah/Al-Hadits sebagai sumber operasionalnya dan Ijtihad sebagai sumber dinamikanya,
ajaran Islam mengalami pertumbuhan dan perkembangan sepanjang sejarahnya sehingga
mewujudkan dan membentuk suatu sistem kebudayaan dan peradaban yang lengkap dan
sempurna secara dinamis, yang meliputiseluruh aspek kehidupan manusia. Dalam naungan
sistem dan lingkungan budaya serta peradaban Islam seperti itulah, manusia mendapatkan
kehidupan yang aman dan sejahtera. Itulah kehidupan Islam yang Universal dan dinamis yang
dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.

B. Karakteristik Ajaran Islam


Istilah “karakteristik ajaran Islam” terdiri dari dua terma utama yang berbeda
pengertiannya, yaitu karakteristik dan ajaran Islam. Kata karakteristik dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), diartikan sebagai sesuatu ciri khas/bentuk-bentuk watak/karakter yang
dimiliki oleh individu, corak tingkah laku, dan tanda khusus. Sedangkan kata Islam secara
etimologi dalam perspektif bahasa Arab adalah as-silm (damai), aslama (menyerahkan
diri/pasrah), istislam (penyerahan secara total kepada Allah), salim (bersih dan suci), dan salam
(selamat).

4
Kata Islam secara terminologi diartikan sebagai pesan bahwa umat Muslim hendaknya
cinta damai, pasrah kepada ketentuan Allah SWT., bersih dan suci dari perbuatan nista, serta
dijamin selamat dunia dan akherat jika melaksanakan risalah Islam.2
Maka dapat diartikan karakteristik ajaran Islam adalah suatu watak/karakter yang dimiliki
oleh setiap umat Muslim dengan berpedoman pada alQur‟an dan al-Hadist dalam berbagai ilmu
pengetahuan dan kehidupan manusia dalam bidang agama, muamalah (kemanusian), ekonomi,
sosial, politik, pendidikan, kesehatan, pekerjaan, lingkungan hidup, dan disiplin ilmu. Dengan
banyaknya bidang bidang keilmuan tersebut diperlukan kepada umat Muslim untuk memahami
secara mendalam ajaran Islam yang senantiasa membawa umat manusia dalam kehidupan yang
cinta damai dan sejahtera.
Dari berbagai sumber tentang Islam yang ditulis para tokoh, dapat diketahui bahwa Islam
memiliki karakteristik yang khas yang dapat dikenali melalui konsepsinya dalam berbagai
bidang, seperti bidang agama, mu‟amalah (kemanusiaan) yang di dalamnya termasuk masalah
pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan, sosial, ekonomi, politik, kehidupan, lingkungan
hidup, kesehatan pekerjaan, serta Islam sebagai sebuah disiplin ilmu.
Apabila meneliti sumber kepustakaan Islam yang ditulis oleh para cendekiawan atau para
ulama, kita akan mengetahui bahwa ajaran-ajaran Islam memiliki karateristik yang khas, yang
berbeda dari ajaran-ajaran agama lainnya.
Ali Anwar Yusuf menyebutkan bahwa karateristik agama Islam tersebut adalah
sebagai berikut.:
1.Komprehensif
Walaupun umat Islam itu berbede-beda bangsa dan berlainan suku, dalam
menghadapi asas-asas yang umum, umat Islam bersatu padu untuk mengamalkan asas-asas
tersebut.
2.Moderat
Islam memenuhi jalan tengah, tidak berat kekanan untuk mementingkan kejiwaan
(rohani) dan tidak berat kekiri untuk mementingkan kebendaan (jasmani). Inilah yang
diistilahkan dengan teori wasyatiyah, menyelaraskan antara kenyataan dan fakta.

2
Pengertian Islam menurut al-Qur‟an, meliputi: as-silm (Q.S. al-Anfal, 8: 61); aslama (Q.S. an-Nisa‟, 4: 125);
mustaslim (Q.S. ash-Shaffat, 37: 26); salim (Q.S. asySyu'ara‟, 26: 89); salam (Q.S. Maryam, 19: 47). A. W.
Munawwir, Kamus Bahasa Arab-Indonesia Terlengkap, (Surabaya: Penerbit Pustaka Progressif, 1984).

5
3.Dinamis
Ajaran Islam mempunyai kemampuan bergerak dan berkembang, mempunyai daya
hidup, dapat membentuk diri sesuai dengan perkembangan dan kemajuan agama Islam
terpencar dari ssumber yang luar dan dalam, yaitu memberikan sejumlah hukum positif
yang dapat dipergunakan untuk segenap masa dan tempat.
4.Universal
Ajaran Islam tidak ditujukan kepada suatu kelompok atau suatu bangsa tertentu,
melainkan sebagai rahmatan lil alamin, sesuai dengan misi yang diemban oleh Rasulullah
SAW. Ajaran Islam diturunkankan untuk dijadikan pedoman hidup seluruh manusia untuk
meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Dengan demikian, hukum Islam bersifat
Universal.
5.Elastis dan Fleksibel
Ajaran Islam berisi disiplin-disiplin yang dibebankan kepada setiap individu. Disiplin
tersebut wajib ditunaikan dan orang yang melanggarnya akan berdosa.
6.Tidak memberatkan
Ajaran Islam tidak pernah membebani seseorang sampai melampaui kadar
kemampuannya, karena Islam mempunyai misi sebagai rahmatan bagi manusia.
7.Graduasi (berangsur-angsur)
Ajaran-ajaran Islam yang diberikan kepada manusia secara psikologis sesuai dengan
fitrahnya sendiri. Allah SWT menurunkan agama Islam secara berangsur-angsur bertujuan
agar manusia melaksanakannya dengan sebaik-baiknya.
8.Sesuai dengan fitrah manusia
Ajaran Islam sesuai dengan fitrah manusia, dalam arti sesuai dengan watak hakiki dan
asli yang dimiliki oleh manusia. Kondisi awal ciptaan manusia memiliki potensi untuk
selalu mengetahui dan cenderung pada kebenaran, yang dalam Al-Qur‟an disebut dengan
Hanif.
9.Argumentatif filosofis
Ajaran Islam merupakan ajaran yang argumentatif, tidak cukup dalam menetapkan
persoalan-persoalan dengan mengandalkan doktrin lugas dan instruksi keras.

6
Akan tetapi, harus dapat mengikuti dan menguasai segala persoalan dengan diserta alasan
yang kuat dan argumentasi yang akurat.3

C. Dimensi Ajaran Islam


Allah menurunkan ajaran Islam kepada Nabi Muhammad SAW. Dalam nilai dengan
kesempurnaan tertinggi. Bisa kita lihat pada sebuah keterangan:
“Islam itu tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi dari Islam”
Dimensi-dimensi Islam, secara garis besar terhimpun dalam tiga hal yaitu : Aqidah, Syari‟at dan
Akhlaq yang masing masing adalah susistem ajaran Islam. Aqidah dan syariat tanpa akhlaq
adalah omong kosong, begitu pula syari‟at tanpa akhlaq adalah kemunafikan, dan aqidah tanpa
akhlaq adalah kesesatan.4
1. Aqidah
Aqidah Islam merupakan penutup agama-agama yang diturunkan allah sebelumnya,
dengan di utusnya Nabi Muhamad sebagai Rasul terakhir. Secara Harfiyah aqidah adalah
mengikat atau terikat. Adapun secara istilah adalah sistem kepercayaan dalam Islam.
Kenapa di sebut aqidah? Karena kepercayaan itu mengikat pada diri sesseorang dalam
bertingkah laku. Orang yang kuat aqidahnya, keyakinan itu mengikatnya pada suatu nilai
(misalnya dalam berkorban dalam kebaikan) dan seterusnya mengikay pada prilakunya
(misalnya tidak mau kompromi dalam kedzaliman). Sebaliknya orang yang lemah
aqidahnya akan mudah terpengaruh oleh hal hal yang tidak baik dan tentunya mudah
putus asa dalam hal kebaikan selain itu akan selalu memandang rendah nilai kebaikan.
Sistem kepercayaan ini berkembang dengan nama lain yaitu Ilmu Tauhid yang
membahas tentang Rukun Iman yang enam. Kajian Filosofis tentang Ilmu Tauhid adalah
Ilmu Kalam disebut juga dengan Teologi (ilmu yang mempelajari tentang ketuhanan).

2. Syari‟at
Kata syari‟at secara harfiyah artinya adalah jalan raya atau jalan menuju sumber mata
air, atau bermakna jalannya suatu hukum atau perundang-undangan. Kemudian di imbuhi
kata islam yang kemudian menjadi syariat islam yang dapat di artikan suatu jalan yang

3
Ibid op.cit hlm 145-146
4
Ibid hlm 147

7
mengatur umat islam dan yang harus di patuhi yang berisi perintah, anjuran dan larangan
yang akan menentukan kehidupan manusia dan sebagai muslim hal itu harus di patuhi.
Sebagai istilah keislaman, syariat adalah dimensi hukum atau peraturan dari ajaran islam.
Disebut syari‟at karena di maksudkan untuk memberikan jalan atau mengatur lalu lintas
perjalanan hidup manusia.
Perjalanan hidup manusia itu ada yang bersifat vertikal dan horizontal, aturan hidup
manusi dengan sang kholiq dan aturan hidup manusia ddengan sesama manusia. Aturan
manusia dengan sang kholiq di wujudkan dalam ritual ibadah, dan prinsif ibadah itu ialah
tunduk merendah kepada sang kholiq tanpa banyak menanyakan mengapa dan kenapa
begini dan begitu, pokonya siap untuk mengerjakan perintah sang kholiq dan menjauhi
larangan-Nya. Dan hubungan yang bersifat horizontal disebut dengan muamalah. Prinsif
dalam bermuamalah adalah saling memberi manfa‟at dan saling mengingatkan juga
berlomba dalam kebaikan tanpa rasa ingin menjatuhkan satu sama lain. Dari sudut
keilmuan, ilmu yang membahas tentang syari‟at adalah Ilmu Fiqih dan ahlinya-ahlinya
disebut Faqih atau juga Fuqaha dan ilmu ini adalah ilmu yang di hasilkan melalui teori
ijtihad.
3. Akhlaq
Ada dua pendekatan untuk mengetahui pengertian akhlaq yaitu secara etimologis dan
terminologis, secara etimologis akhlaq adalah perangai, tabi‟at, (kelakuan atau watak
dasar), kebiasaan atau kelaziman, dan peradaban yang baik dan akhlaq menurut istilah
ialah seperti yang di lontarkan Al-Gozali akhlaq ialah sifat yang tertanam dalam jiwa dan
yang dapat menimbulkan macam-macam perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan
pertimbangan dan pemikiran.5
Meruju pada ilmu tasawuf akhlaq ialah berasal dari bahasa arab, jamak dari yang
menurut bahasa adalah budi pekerti. Kata kata tersebut mengandung persesuaian dengan
kata kholqun yang berarti kejadian dan juga erat dengan kholiq berarti pencipta dan juga
memilki kaitan erat dengan makhluqun yang berarti yang diciptakan. Perumusan akhlaq
timbul sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan baik antara kholiq dan
makhluq.

5
H.A Musthofa, AkhlaqTasawuf, Pustaka Setia hlm 11

8
Akhlaq merupakan dimensi nilai dari syari‟at Islam. Kualitas keberagaman justru
ditentukan oleh nilai akhlaq. Jika syari‟at berbicara tentang syarat rukun, sah dan bathal,
akhlaq menekankan pada kualitas perbuatan. Contohnya adalah setiap perbbuatan dilihat
dari niat orang yang mengamalkan perbuatan tersebut. Akhlaq juga mempunyai dua
dimensi yaitu dimensi vertikal dan horizontal sama dengan dimensi syariat.

D. Memahami Ajaran Islam Dalam Struktur Islam, Iman dan Ihsan.


Diantara pembendaharaan kata dalam islam ada istilah muslim, mu‟min, dan muhsin. Kata
tersebut berasal dari kata islam, iman, dan ihsan. Para ulama‟ muhaqqiq/peneliti menyatakan
bahwa setiap mu‟min pasti muslim, karena orang yang telah merealisasikan iman sehingga iman
itu tertanam kuat di dalam hatinya pasti akan melaksanakan amal-amal islam/amalan lahir. Dan
belum tentu setiap muslim itu pasti mu‟min, karena bisa jadi imannya sangat lemah sehingga
hatinya tidak meyakini keimanannya dengan sempurna walaupun dia melakukan amalan-amalan
lahir dengan anggota badannya, sehingga statusnya hanya muslim saja dan tidak tergolong
mu‟min dengan iman yang sempurna.

Sebagaimana Allah SWT telah berfirman, “Orang-orang Arab Badui itu mengatakan
„Kami telah beriman‟. Katakanlah „Kalian belumlah beriman tapi hendaklah kalian mengatakan:
„Kami telah berislam‟.” (QS: Al Hujurat: 14).

Dengan demikian jelaslah sudah bahwasanya agama ini memang memiliki tingkatan-
tingkatan, dimana satu tingkatan lebih tinggi daripada yang lainnya. Tingkatan pertama yaitu
Islam, kemudian tingkatan yang lebih tinggi dari itu adalah iman, kemudian yang lebih tinggi
dari tingkatan iman adalah ihsan. Ketiga tingkatan ini disebut Trilogi Ajaran Islam.

Berdasarkan pemahaman para ulama, menjelaskan pengertian ketiga istilah itu dan
wujudnya didalam hidup keagamaan seorang pemeluk Islam. Dengan memahami ketiga hal
penting dalam islam mungkin dapat membantu memahami ma‟na luhur agama dan pesan-pesan
sucinya dapat di tingkatkan.

9
1. Makna Dasar Islam
Kita akan membahas dulu pengertian Islam menurut ulama Fiqih. Menurut ulama
fiqih Islam di ambil dari masdar kata yang artinya keselamatan dan menurut istilah ialah:
“ Turut kepada aturan aturan hukum syara”

Dan adapun hukum syara tersebut telah kita bahas pada bab sebelumnya yang berisi
tentang atursn, perintah, larangan, dan anjuran. Dalam artian orang islam adalah orang
yang menjalankan aturan-aturan yang telah di tetapkan.6

Namun ada indikasi bahwa islam adalah inisial seseorang masuk ke dalam lingkaran
ajaran Illahi. Sebuah keterangan menjelaskan bahwa bagaimana orang-orang arab Badui
mengakui telah beriman, tetapi nabi diperintahkan mengatakan kepada mereka bahwa
mereka belumlah beriman melainkan baru ber-Islam sebab Iman belum masuk pada diri
mereka. Iman lebih mendalam dari pada Islam, sebab dalam konteks keterangan itu ,
kaum Arab Badui tersebut baru tunduk pada nabi secara lahiriyah, dan itulah makna
kebahasaan Islam, yaitu tunduk atau menyerah, tentang hadits terkenal yang
menggambarkan pengertian Islam, Iman, dan Ihsan, Ibn Taimiyah bahwa Agama terdiri
dari beberapa unsur: Islam, Iman, dan Ihsan, yang dalam makna itu terselip makna
kesenjangan: orang mulai dengan Islam, berkembang ke arah Iman, dan memuncak ke
arah Islam.

Tentunya kata Al-Islam mempunyai perluasan istilah dan tentunya sering kita
temukan di dalam kitab suci Al-Qur‟an yaitu Islam berarti sikap pasrah atau menyerahkan
diri kepada Allah.

Oleh karena itu selain nama agama yang sering di sebut-sebut ternyata Al-Islam
mempunyai arti yang lebih umum yaitu menurut asal generiknya yang berarti pasrah
kepada Tuhan. Dasar pandangan dalam Al-Qur‟an bahwa semua agama yang benar
adalah agama Islam, dalam pengertian semuanya mengajarkan sikap pasrah kepada
Tuhan, sebagai mana antara lain bisa di simpulkan dari Firman Allah yang artinya:

6
Safinatunnajah halaman 4

10
“Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahlul kitab, melainkan dengan cara yang baik,
kecuali dengan orang-orang yang zalim diantara mereka, dan katakanlah, kami telah
beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang di turunkan
kepadamu, Tuhan kami dan Tuhan kamu satu; dan hanya kepada-Nya kami berserah
diri”. (QS: Al-'Ankabut Ayat 46)

Sama dengan perkataan “Al-Islam” di atas, perkataan “Muslimun” dalam Firman itu
lebih tepat di artikan pada ma‟na generiknya, yaitu orang-orang yang pasrah kepada
tuhan. Seperti di isyaratkan pada Firman itu, perkataan Muslimun dalam ma‟na asalnya
juga menjadi kualifikasi bagi pemeluk agama lain. Khususnya khususnya para penganut
kitab suci.

2. Pengertian Dasar Iman

Kita telah mengetahui pengertian Iman secara umum yaitu percaya, khususnya
percaya pada rukun Iman yang enam (Menurut akidah sunny). Karena percaya pada
rukun Iman itu memang mendasari pada tindakan seseorang, sudah tetntu pengertian
Iman yang umum dikenal dengan wajar dan benar. Namun dalam dimensinya yang lebih
mendalam, Iman tidak hanya cukup dengan sikap batin yang percaya atau memercayai
belaka, tetapi menuntut perwujudan lahiriyah atau eksternalisasinya di dalam tindakan-
tindakan. Dalam pengertian inilah kita dapat memahami sabda nabi bahwa Iman
mempunyai lebih dari tujuh puluh tingkat, yang paling tinggi ialah ucapan Tiada Tuhan
selain Allah dan yang paling rendah ialah menyingkirkan bahaya di jalan.

Sesungguhnya makna Iman dapat berarti sejajar dengan kebajikan karena ini di
kuatkan dengan adanya seseorang yang bertanya tentang keimanan dan turunlah wahyu
tentang kebajikan yang di dalam isinya adalah orang yang beriman itu ialah orang yang
iman pada rukun iman yang enam.

3. Pengertian Dasar Ihsan

Dalam sebuah Hadits di sebutkan bahwa Nabi menjelaskan ” Ihsan ialah bahwa
engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya dan apabila tidak melihatnya
maka sesungguhnya Dia melihat engkau”.

11
Dengan demikian Ihsan adalah ajaran tentang penghayatan pekat akan hadirnya Tuhan
dalam hidup, melalui penghayatan diri dengan menghadap dan berada di depan hadirat-
Nya ketika beribadah.7

Menyangkut pada penjelasan Ibn Taimiyah di atas memang benar bahwa Ihsan ialah
tingkatan tertinggi umat manusia karena apabila sudah mencapai Ihsan berarti mencakup
Iman dan Islam sedang belum tentu orang yang ber-Iman atau ber-Islam itu Ber-Ihsan.

Syaikh Ibnu Utsaimin menjelaskan: Diantara faedah yang bisa dipetik dari hadits ini
adalah penjelasan tentang ihsan yaitu seorang manusia menyembah Rabb-Nya dengan
ibadah yang dipenuhi rasa harap dan keinginan, seolah-olah dia melihat-Nya sehingga
diapun sangat ingin sampai kepada-Nya, dan ini adalah derajat ihsan yang paling
sempurna. Tapi bila dia tidak bisa mencapai kondisi semacam ini maka hendaknya dia
berada di derajat kedua yaitu: menyembah kepada Allah dengan ibadah yang dipenuhi
rasa takut dan cemas dari tertimpa siksa-Nya. Jadi tingkatan ihsan ini mencakup perkara
lahir maupun batin.

E. Munculnya Aliran Pemikiran Islam

Membahas aliran-aliran dalam pemikiran Islam dan sejarahnya, maka tak lain membahas
agama Islam itu sendiri. Dalam sebuah perguruan tinggi, aliran-aliran atau ajaran ajaran itu biasa
disebut dengan studi Islam. Di kalangan para ahli masih terdapat perdebatan di sekitar
permasalahan apakah studi Islam (agama) dapat dimasukkan kedalam bidang ilmu pengetahuan,
mengingat sifat karakteristik antara ilmu pengetahuan dan agama berbeda.
Ilmu kalam, Fiqih dan tasawuf adalah ilmu yang dilahirkan dari persentuhan umat Islam
dengan berbagai masalah sosiokultural yang dihadapi oleh masyarakat sedang berkembang kala
itu mencari dan mempertahankan kebenaran. Dari itu pula lahirlah para pakar dunia yang telah
berhasil mempertahankan kebenaran mereka masing- masing, walaupun dengan cara atau jalan
yang ditempuh berbeda.
Sejarah Singkat munculnya Aliran Pemikiran dalam Islam berbicara masalah aliran
pemikiran dalam Islam berarti berbicara tentang ilmu kalam. Kalam secara harfiah berarti “kata
kata”.

7
http://bagundal-hendy.blogspot.com/2012/10/metodologi-stadi-islam-msi.html?m=1

12
Kaum teologi Islam berdebat dengan kata kata dalam mempertahankan pendapat dan
pemikirannya sehingga teolog disebut sebagai mutakallim yaitu ahli debat yang pintar mengolah
kata. Ilmu kalam juga diartikan sebagai teologi Islam atau ushuludin, ilmu yang membahas
ajaran-ajaran dasar dari agama.8

1. Ilmu kalam merupakan ilmu berisi alasan-alasan yang mempertahankan kepercayaan-


kepercayaan iman dengan menggunakan dalil-dalil pikiran dan berisi bantahan terhadap
orang orang yang menyeleweng dari kepercayaan-kepercayaan aliran salaf dan ahli sunah
2. Ilmu fiqih atau hokum Islam merupakan sal;ah satu bidang studi Islam yang paling di
kenal oleh masyarakat.Hal ini antara lain karena fiqih terkait langsung dengan kehidupan
masyarakat.
3. Ilmu tasawuf merupakan salah satu bidang studi Islam yang memusatkan perhatian pada
pembersihan aspek rohani manusia yang selanjutnya dapat menmimbulkan akhlak muli

8
https://www.bintusapawi.com/2015/03/makalh-msi-aliran-dalam-pemikiran-islam.html

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Islam merupakan agama yang ajarannya bisa diterima oleh semua umat, kapanpun dan
dimana pun. Nabi Muhammad SAW pun telah membakukan ajaran agama Islam secara
sempurna, sehingga akan terjamin otentisitas dan sekaligus perkembangannya sesuai dengan
tuntutan perkembangan zaman dan tempat. Ada 3 sumber ajaran Islam. Yang pertama Al-
Qur‟an, As-Sunnah, dan Ijtihad. Dengan berdasarkan ketiga sumber tersebut, yakni Al-Qur‟an
sebagai sumber dasarnya, As-Sunnah/Al-Hadits sebagai sumber operasionalnya dan Ijtihad
sebagai sumber dinamikanya, ajaran Islam mengalami pertumbuhan dan perkembangan
sepanjang sejarahnya.
Istilah “karakteristik ajaran Islam” terdiri dari dua terma utama yang berbeda
pengertiannya, yaitu karakteristik dan ajaran Islam. Karakteristik ajaran Islam adalah suatu
watak/karakter yang dimiliki oleh setiap umat Muslim dengan berpedoman pada alQur‟an dan al-
Hadist dalam berbagai ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia dalam bidang agama,
muamalah (kemanusian), ekonomi, sosial, politik, pendidikan, kesehatan, pekerjaan, lingkungan
hidup, dan disiplin ilmu.
Menurut Ali Anwar Yusuf, karateristik agama Islam diantaranya; Komprehensif, Moderat,
Dinamis, Universal, Elastis dan Fleksibel, Tidak memberatkan, Graduasi (berangsur-angsur),
Sesuai dengan fitrah manusia, dan Argumentatif filosofis. Sedangkan Dimensi Ajaran Islam
secara garis besar terhimpun dalam tiga hal yaitu : Aqidah, Syari‟at dan Akhlaq yang masing
masing berkaitan dan berperan penting dalam ajaran Islam. Aqidah dan syariat tanpa akhlaq
adalah omong kosong, begitu pula syari‟at tanpa akhlaq adalah kemunafikan, dan aqidah tanpa
akhlaq adalah kesesatan.
Agama Islam juga memiliki tingkatan-tingkatan, dimana satu tingkatan lebih tinggi
daripada yang lainnya. Tingkatan pertama yaitu Islam, kemudian tingkatan yang lebih tinggi dari
itu adalah iman, kemudian yang lebih tinggi dari tingkatan iman adalah ihsan. Ketiga tingkatan
ini disebut Trilogi Ajaran Islam.

14
Membahas aliran-aliran dalam pemikiran Islam dan sejarahnya, maka tak lain membahas
agama Islam itu sendiri. Ilmu Kalam, Fiqih dan Tasawuf adalah ilmu yang dilahirkan dari
persentuhan umat Islam dengan berbagai masalah sosiokultural yang dihadapi oleh masyarakat
dalam mencari dan mempertahankan kebenaran. Dari situ pula lahirlah para pakar dunia yang
telah berhasil mempertahankan kebenaran mereka masing- masing, walaupun cara atau jalan
yang ditempuh berbeda.

B. Saran
Penulis menyarankan kepada para pembaca agar banyak-banyak membaca buku, hal ini
dilakukan supaya mempermudah dalam menyusunkan kalimat-kalimat yang mendukung
makalah kedepannya, semakin banyak membaca buku, maka semakin bagus serta lebih kreatif
lagi dalam penulisan makalah. Dan penulis menyarankan, agar para pembaca, untuk
memanfaatkan ilmu-ilmu yang ada di makalah ini dengan baik, dipelajari dengan baik, tanpa
menyimpang dari syi‟ar Agama Islam.

15
DAFTAR PUSTAKA
Rosihon Anwar,Badruzzaman, Saehuddin, Pengantar Study Islam CV Pustaka Setia
Bandung hlm 143
Pengertian Islam menurut al-Qur‟an, meliputi: as-silm (Q.S. al-Anfal, 8: 61); aslama (Q.S.
an-Nisa‟, 4: 125); mustaslim (Q.S. ash-Shaffat, 37: 26); salim (Q.S. asySyu'ara‟, 26: 89); salam
(Q.S. Maryam, 19: 47). A. W. Munawwir, Kamus Bahasa Arab-Indonesia Terlengkap,
(Surabaya: Penerbit Pustaka Progressif, 1984).

Buku Safinatunnajah halaman 4

http://bagundal-hendy.blogspot.com/2012/10/metodologi-stadi-islam-msi.html?m=1

http://bagundal-hendy.blogspot.com/2012/10/metodologi-stadi-islam-msi.html?m=1

16

Anda mungkin juga menyukai