Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PERKEMBANGAN STUDI ISLAM

DI

Oleh :

MASRUR MANSUR
NIM: 17310043

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


INSTITUT AGAMA ISLAM(IAI)
AS’ADIYAH SENGKANG
TAHUN AJARAN
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, dengan segala rahmat

dan karunia-Nya sehingga penyusunan makalah mata kuliah Metodologi Studi

Islam ini dengan judul “Perkembangan studi islam“ dapat diselesaikan dengan

baik dan tepat pada waktu yang telah ditentukan.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih banyak

kekurangan baik dari segi susunan serta cara penulisan makalah ini, karenanya

saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini sangat

penulis harapkan. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembaca pada

umumnya dan juga bermanfaat bagi penulis pada khususnya.

Sengkang, 03 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Awal Studi Islam..........................................................................


B. Perkembangan Studi Islam di Barat..........................................................
C. Perkembangan Studi Islam di Timur ........................................................
D. Perkembangan Studi Islam di Indonesia...................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................
B. Saran..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... iv

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kedatangan islam telah memberikan dimensi-dimensi baru terhadap
agama-agama lain. Hal ini menunjukkan bahwa islam adalah agama Allah Swt
yang diturunkan kedunia melalui Nabi Muhammad Saw untuk ummat manusia.
Secara eksitensial islam adalah nama agama 1. Agama adalah
“Kepercayaan” dan “cara hidup” 2. Islam sebagai agama yang lahir pada masa
waktu diwahyukanya ayat pertama Al-Qur’an yakni Qs. Al-alaq ayat 1 sampai 5
Oleh Allah swt melalui perantara Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad saw 3.
Sejak saat itu, ajaran yang disebarkan oleh Nabi Muhammad saw dikenal dengan
ajaran islam (Dinul Islam) yang memiliki sumber pokok ajaran dari Al-Qur’an
dan As-Sunnah.Orang-orang yang beragama islam disebut dengan “Muslim”.
Dari penjelasan singkat tersebut, istilah islam dipandang berhubungan dengan
segala sesuatu yang kongkret dari objek studi islam.
Agama islam tidak lagi agama yang diterima secara dogma, yang artinya
harus diterima apabila orang ingin selamat dari siksa yang selama-lamanya. Akan
tetapi, Islam diterima sebagai agama yanag menjadi pilihan Tuhan yang
bersanding disisi-Nya, yang diturunkan sebagai wahyu yang sangat diperlukan
bagi perkembangan manusia. Artinya wahyu tersebut merupakan sebuah
pedoman bagi ummat manusia, dalam tingkatan yang paling tinggi, wahyu

1
Endang Sifuddin Anshari, Wawasan Islam: Pokok-pokok Fikiran Ttentang Islam dan
Umatnya, (Jakarta: Rajawali Press, 1991). Ed, II, cet. Ke-3, hlm. 23.
2
Ibid. hlm. 25.
3
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahanya, (Semarang: Cv Toha Putra
Semarang 1989), hlm.59.

iv
merupakan pemberian Tuhan kepada semua ummat manusia dengan perantara
Nabi.4

4
A, Mukti Ali, Memahami Beberapa Aspek Ajaran Islam, (Bandung: Mizan, 1999), hlm.
52

v
6
1

Al-Qur’an tidak hanya sebagai kitab suci, tetapi ia sekaligus merupakan


pedoman hidup, sumber ketenangan jiwa serta dengan membaca Al-qur’an dan
mengetahui isinya dapat diharapkan mendapat rahmat dari Allah swt.
Sebagaimana firman Allah dalam Qs. Al isra’/17: 82.

          
   

Terjemahanya

“Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat
bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada
orang-orang yang zalim selain kerugian”5.

Disamping itu Al-Qur’an juga berfungsi sebagai sumber ajaran agama


islam, serta sebagai dasar petunjuk di dalam berfikir, berbuat dan beramal sebagai
khalifah dimuka bumi. Untuk dapat memahami fungsi Al-Qur’an tersebut, maka
setiap manusia yang beriman harus belajar membaca,memahami, dan
menghafalkan Al-Qur’an dengan fasih dan benar sesuai dengan aturan membaca
(ilmu tajwid),makhorijul huruf, dan berusaha memahami serta mengamalkan isi
kandungan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.6
Melihat pentingnya sebuah metode dalam proses pembelajaran, maka
metode perlu diterapkan oleh berbagai institusi, baik lembaga formal maupun non
formal, karena dengan adanya bantuan sebuah metode pada semua lembaga akan
menghasilkan kesuksesaan yang gemilang untuk membantu sebuah institusi
menjadi lebih baik, dengan baiknya semua institusi akan menjadikan negara
menciptakan generasi yang berkualitas, membangun generasi yang dapat merubah
negara menjadi semakin maju. Karena suatu metode akan mendatangkan hasil,
baik dalam waktu dekat maupun dalam waktu yang relatif lama.7

5
H. Abdul Aziz Abdur Rauf, Lc., Al-Hafiz, Al-Hufaz, (Bandung: Cordoba, 2018), hlm
290.
6
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahanya, (Bandung : CV Mikraj Khasanah
ilmu, 2011), hlm.146.
7
1

Lembaga formal seperti sekolah umum, madrasah dan pesantren


menggunakan berbagai macam metode untuk melancarkan pembelajarannya
hingga menjadi sekolah-sekolah unggulan berprestasi yang diminati oleh banyak
orang, sama halnya dengan lembaga formal dan lembaga non formalpun
membutuhkan metode agar hasil belajar yang diinginkan bisa tercapai.

B . Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Jelaskan sejarah awal studi Islam?
2. Bagaimana perkembangan studi Islam di Barat?
3. Bagaimana perkembangan studi Islam di Timur?
4. Bagaimana perkembangan studi Islam di Indonesia?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui sejarah awal studi islam
2. Untuk mengetahui perkembangan studi Islam di Barat
3. Untuk mengetahui perkembangan studi Islam di Timur
4. Untuk mengetahui perkembangan studi Islam di Indonesia

7
Jamal Ma’mur Asmani, 7 Tips Pakem (Pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan

menyenangkan) (Cet. IX; Jogyakarta: Diva Press, 2013), hlm. 30.


BAB II
PEMABAHASAN

1. Sejarah Awal Studi Islam


Dalam tradisi pendidikan Islam, institusi pendidikan tinggi lebih dikenal
dengan nama al-jami’ah, yang secara historis dan kelembagaan berkaitan
dengan masjid jami (tempat berkumpul jamaah untuk menunaikan shalat
jumat). Al-jami’ah yang paling awal dengan pretensi sebagai lembaga
pendidikan tinggi, tercatat Al-Azhar di Kairo, Zaituna di Tunis, dan
Qarawiyyin di Fez. Tetapi, al-jami’ah al-jami’ah itu, yang diakui sebagai
universitas tertua di muka bumi, hingga dilakukanya pembaharuan dalam
beberapa desawarsa silam, lebih tepat disebut “madrasah tinggi” daripada
“universitas”.8
Sepanjang sejarah Islam, baik madrasah maupun al-jami’ah diabdikan,
untuk mengajarkan ilmu-ilmu agama pada bidang fiqih,tafsir, dan hadis.
Sebenarnya sebelum kehancuran Mu’tazailah pada masa Makmun (198-218/
813-833), ilmu umum yang berlandaskan kajian-kajian empiris telah
dipelajari di madrasah. Dengan kesan mencurigai ilmu-ilmu umum yang
berbasis nalar itulah maka ilmu-ilmu tersebut dihapuskan dar madrasah. Para
pemniat ilmu umum tersebut akhirnya belajar sendiri-sendiri , karena ilmu
agama dipandang sebagai yang dapat menggugat kemapanan doktrin Sunni,
terutama dalam bidang ilmu kalam dan fiqih. Jadi, pada masa sebelum
khalifah al-makmun, sains mencapai puncaknya, hamper dipastikan bukan
muncul dari madrasah, tetapi hasil kegiatan ilmiah individu-individu ilmuwan
Muslim, yang disemangati oleh (penyelidikan ilmiah) untuk membuktikan
kebenaran-kebenaran Al-Qur’an, terutanma yang bersifat kauniyah
(kealaman).9

8
Supriana , Metodologi Studi Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2017), hlm. 12.
9
Ibid, hlm. 13

8
Menurut sejarah, ada empat kesarjanaan tinggi yang disebut-sebut sebagai
kiblat bagi pengembangan studi Iislam di dunia Muslim, yang selanjutnya di ikuti
oleh para oreantalis dalam studi islam dikalangan sarjana Barat. Pertama,
Madrasah Nizhamiyah di Nisyafur. Madrasah ini, menurut Ibnu Khalikan (w.
681-1282) dibangun oleh Nizham al-Mulk untuk al-juwaini, tokoh ASy’ariyah,
dan sekaligus sarjan besar dimadrasah ini selama tiga decade hingga waktunya
wafat pada 478/1085. Madrasah ini dibangun dengan 3 bangunan inti yaitu
Madrasah, Masjid, dan Perpustakaan.
Kedua, madrasah di Baghdad berdiri tahun 455/1063, yang dibangun oleh
khalifah al-Makmun (813-833 M). yang dilengkapi dengan perpustakaan
termasyhur, Bayt al-Hikmah, Namun madrasah ini tidak memiliki masjid. Sebagai
madrasah terbesar dizamanya , para pengajar dimadrasah ini adalah para sarjana
besar yang memiliki Reputasi yang baik dan tinggi seperti Abu Ishaq al-Syirazi,
al-Kiya Harrasi, dan al-Ghazali. Namun madrasah ini setelah berdiri hampir 2
abad akhirnya hancur, sekaligus melambangkan “kehancuran islam” pada masa
pemerintahan Abbasiyah. Setelah Hulagu Khan melakukan penyerbuan besar-
besaran ke Baghdad.
Ketiga, Universitas Al-Azhar di Kairo. Universitas ini tidak terlepas dari
eksitensi Abbasiyah-Syi’ah yang pengaruh kekuatan politiknya mulai melemah.
Di sinilah wilayah-wilayah kekuasaan Daulat Abbasiyah, seperti Thahiriyah,
Safawiyah, Samawiyah, Thuluniyah, Fathimiyah, Ghaznawiah, dan lain-lain
menuntut pengotonomian. Ubaidilah al-Mahdi diangkat sebagai khalifah pertama
Fathimiyah yang beraliran Syi’ah, Pada Tahun 567H/1171 M. Salahuddin Al-
ayyubi (1171-1193) berhasil merebut Daulat Fathimiyyah dam\n mendirikan
Daulat Ayubiyah (1171-1269 M). serta menyatakan tunduk kembali kepada
Abbasiyah. Al-Azhar saat itu beralih kurikulum dari orientas Syi’ah ke Sunni.10
Keempat, Universitas Cordova. Pemerintahan Abdurrahman dipandang
sebagai tonggak kemajuan ilmu dan kebudayaan di Cordova. Sejarah mencatat
bahwa Aelhoud dari Bath (Inggris) belajar di Cordova pada tahun 1120 M. 11

10
Ibid. hlm. 14
11
Ibid,. hlm 15

ix
B.Perkembangan Studi Islam di Barat

........... Kejayaan Islam dalam konteks ilmu pengetahuan telah menjadikan


kesarjanaan tinggi islam “dibanjiri” para mahasiswa dari berbagai kalangan,
termasuk mereka yang kemudian menjadi tokoh-tokoh atau pemikir Barat. Inilah
kontrak pertama dunia Barat dengan dunia Islam (Muslim).Kemajuan Barat juga
tidak terlepas dari kegiatan penerjemahan-penerjemahan manuskrip-manuskrip
berbahsa Arab ke dalam bahasa Latin, sejak abad ke-13 M.Tentu saja disponsori
oleh paa ilmuwan barat dan mendapat dukungan dari Kaisar Dinasti Romawi
(1198-1212) yakni Raja Frederick dari sicilia. Kegigihan sang raja menghasilkan
hasil yang sangat luarbiasa dengan bukti terbangunya beberapa keserjanaan tinggi
di italia, seperti Padua, Florence, Milano, Venezia, disusul oleh Oxford dan
Cmbridge di Inggris, Sorbonne di perancis, dan Tubingen di jerman. Bidan filsafat
merupakan paling menonjol dari kegiatan penerjemahan manuskrip tersebut.
Sehingga lahirlah aliran Rasionalisme,Empirisme, dan lain-lain.
Tercatat tokoh yang mengembangkan ilmu pengetahuan dari penerjemahan
manuskrip Arab tersebut, yakni Gerbert d’Advenge (999-1003 M.
) dalam bidang kedokteran dan matematika di abad ke 11 M. Pada abad ke 12
dibentuk semacam kelompok penerjemah yang diketuai oleh Archdeacon
Dominicues Gundsalvi. Kelompok ini untuk pertama kalinya menerjemahkan
himpunan komentar ibnu Sina dan al-Ghazali dalam bahsa latin. Karya ibnu sina
untuk pertama kalinya diterjemahkan dalam bidang kedokteran berjudul Canon of
Medicine oleh Cromena (w. 1187 M.). Kemudian ada juga yang menerjemahkan
karya-karya al-Farabes (al-Farabi). Hermanus Allemanus ini juga menerjemahkan
Retorica, terjemahan karya Aristo (384-322 M.) di dalam bahasa Arab, serta
menerjemahkan Poetic dan Ethica karya Avverous yang juga merupakan
terjemahan karya Aristo. 12

Setelah ilmu pengetahuan Islam (Muslim) ‘migran’ ke Barat dan


dikembangkan oleh para sarjana mereka, ternyata banyak ajaran islam yang
12
Ibid, hlm. 16.

x
menyimpang dari ajaran sebenarnya, karena telah dirasuki oleh paham sekuler.
Inilah yang menyebabkan para sarjana Muslim melakukan upaya pemurnian
ajaran. Ismail Raji al-Faruqi, Naquib al-Attas, Ali Ashraf, Ziauddin Sardar, dan
lain-lain. Dalam perkembangan selanjutnya, studi Islam di Barat sedikit
bervariasi, Di Chicago University, studi islam menekankan pada bidang
pemikiran Islam, bahasa Arab, naskah kalsik, dan bahasa-bahasa Islam non-Arab.
Di Amerika, studi Islam pada umumnya menekankan pada studi sejarah
Islam, bahasa-bahasa Islam selain bahasa Arab, sastra, dan ilmu-ilmu social, yang
berada dibawah pusat Studi Timur Tengah atau Timur Dekat. Kemudian di
London, studi islam digabungkan dalam School of Oriental and African Studies,
fakultas mengenai studi Ketimuran dan Afrika, yang memiliki berbagai jurusan
Bahasa dan Kebudayaan Asia dan Afrika, Salah satu program studi didalamnya
program tentang kemasyarakatan dan budaya islam yang dapat dilanjutkan sampai
kejenjang doktor. Di Kanada studi islam menekuni kajian budaya dan peradaban
Islam di zaman Nabi Muhammad Saw: hingga masa kontemporer, memahami
ajaran Islam dan masyarakat muslim di seluruh dunia, dan mempelajari berbagai
bahasa Muslim seperti bahasa Persia, Urdu, dan Turki. Sementara di Belanda,
yang dulunya menganggap tabu mempelajari Islam, ternyata masih menyisakan
kajian Islam di Indonesia Walaupun 13tidak menekankan pada aspek sejarah Islam
itu sendiri.

C. Perkembangan Studi Islam di Timur

13
Ibid. hlm. 17

xi
..... Studi Islam sekarang berkembang hampir di seluruh Negara bahkan di
Negara bagian Timur Tengah yang disana sangat menekankan pendekatan
normative dan ideologis terhadap Islam. Kajian Isam di Timur Tengah bertitik
tolak dari penerimaan terhadap Islam sebagai Agama wahyu yang bersifat
transenden. Islam tidaklah dijadikan semata-mata sebagai objek studi ilmiah yang
secara leluasa ditundukkan pada preinsip-prinsip yang berlaku di dunia
keilmuwan, tetapi diletakkan secara terhormat sesuai dengan kedudukanya
sebagai doktrin yang kebenaranya diyakini tanpa keraguan.
Dengan demikian sikap ilmiah yang terbentuk adalah komitmen dan
penghargaan. Usaha-usaha studi ilmiah ditujukan untuk memperluas pemahaman,
memperdalam keyakinan dan menarik maslahatnya bagi kepentingan ummat.
Orentasi studi di Timur lebih menekankan pada aspek doktrin disertai dengan
pendekatan yang cenderung normatif. Keterkaitan pada usaha untuk memelihara
keseimbangan tradisi dan menjamin stabilitas serta keseragaman bentuk
pemahaman, sampai batas-batas tertentu, mneimnbulkan kecenderungan untuk
menekankan upaya penghafalan daripada mengembangkan kritisme. Meskipun
kecenderungan ini tidak dominan, namun pengaruh kebangkitan fundamentalisme
di Timur Tengah telah mempengaruhi orientasi pendidikanya yang lebih
normativ.
Meski pendidikan Tinggi di Timur Tengah sangat menekankan pendekatan
normative dan ideologis terhadap Islam, lingkungan berfikir Mahasiswa tidaklah
seragam sebagaimana yang diharapkan. Buktinya terdapat contoh-contoh
liberalism pemikiran dilingkungan universitas dan dunia pemikiran umumnya.
Pemikiran liberal seperti ditampilkan Hasan Hanafi, Zaki Najib Mahmud,
Abdellahi Ahmed An-Na’im dalam masa-masa akhir ini, merupakan diskursus
yang abash dari pendekatan dan pemikiran tentang Islam di Timur Tengah.14

D. Perkembangan Studi Islam di Indonesia

14
Rahmat, Pengantar Studi Islam, (Yogyakarta: Bening Pustaka, 2018). hlm. 16.

xii
............... Perekembangan studi Islam di Indonesia dapat dilihat dari
perkembangan lembaga pendidikan, mulai dari sistem pendidikan laggar,
sistem pesantren, sistem pendidikan kerajaan-kerajaan Islam, hingga
munculnya sistem kelas. Pendidikan pesantren dan madrasah sangat
menonjol dalam studi Islam di Indonesia. Disamping pesantren,
kesarjanaan tinggi Islam tentu menjadi sebuah lembaga paling diminati
untuk studi Islam secara komprehensif. Kesarjanaan tinggi Islam di
Indonesia, seperti STAIN dan IAIN dapat dijadikan rujukan bagi
pengembangan studi islam.15
Munculnya gagasan pendirian kesarjanaan tinggi Islam seperti
IAIN/STAIN tidak terlepas dari kesadaran kaun Muslim yang
dilatarbelakangi berbagai faktor. Pertama, untuk mengakomodasi kalangan
yang tidak memiliki kesempatan melanjutkan pendidikan ke Timur Tengah.
Kedua, keinginan untuk mewujudkan lembaga pendidikan Islam sebagai
kelanjutan pesantren dan madrasah. Dr.satiman termasuk orang yang
mengusulkan gagasan kesarjanaan tinggi Islam ini. Di sumatera barat, pada
tahun 1940 sejumlah sarjana Muslim mendirikan Sekolah Tinggi Islam
(STI) walaupun hanya bertahun dua tahun karena pendudukan jepang.
Upaya yang sama dilakukan oleh tokoh-tokoh nasional seperti Muhammad
Hatta, Muhammad Natsir, KH. Wahid Hasyim, dan KH, Mas Mansyur.
Pada 8 Juli 1945 tokoh-tokoh tersebut mendirikan Sekolah Tinggi Islam
(STI) di Yogyakarta dibawah pimpinan Kahar Mudzakir. Ketika revolusi
kemerdekaan, STI berganti nama menjadi (UII) Universitas Islam
Indonesia dengan mengembangkan empat fakultas, yaitu Fakultas Agama,
Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi, dan Fakultas Pendidikan.16

15
Supriana, Op. cit, hlm. 18.
16
Ibid, hlm. 19

xiii
Lembaga pendidikan tinggi Islam tersebut, secara formal, baru
direalisasikan oleh pemeruntah pada tahun 1950 di Yogyakarta. Bersamaan
dengan itu, pemerintah mengubah status Universitas Gadjah Mada menjadi
universitas negeri sesuai dengan PP No. 37/1950 yang dibentuk bagi
golongan nasionalis. Pada saat yang sama, kepada kelompok Islam
diberikan kesarjanaan tinggi Agama Islam (PTAIN)
dengan mengubah status Fakultas Agama VII. Tidak berselang lama,
Departemen Agama mendirikan Akademi Dinas Ilmu Agama (AIDA) di
Jakarta pada 1 juli 1957.17
Seiring dengan tuntutan perkembangan zaman, orietasi kelembagaan
dan kurikulum kesarjanaan tinggi Islam tersebut mengalami berbagai
inovasi. Tetapi inovasi tersebut belum di imbangi oleh ketersediaan dosen
ahli dalam bidang ilmunya. Akan tetapi ada juga Perguruan Tinggi yang
brhasil mengembangkan ilmu pengetahuan dalam berbagai disiplin ilmu.
Tidak hanya ilmu keagamaan, tetatpi mencakup ilmu-ilmu eksakta,social,
humainora , dan lain-lain.Tampaknya IAIN Syarif Hidayatullah di Jakarta,
IAIN Sunan Kalijaga di Yogyakarta, IAIN Sunan Gunung Djati di
Bandung, IAIN Alauddin di Makassar, dan STAIN Malang, di Jawa
Ttimur. Telah lebih maju mengembangkan berbagai disiplin ilmu daripada
IAIN/STAIN lainya yang ada di Iindonesia. Dengan demikian sehingga
padsa tahun 2007, telah tercatat enam Univewrsitas Islam Negeru (UIN) di
Indonesia, yaitu Universitas Islam NEgeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
Universitas Islam Negei Yogyakarta, Universitas Islam Negeri Sunan
Gunung Djati Bandung, Universitas Islam Negeri Malang, dan Universitas
Negei Alauddin Makassar.18

17
Ibid, hlm. 20.
18
Iibid, hlm. 21

xiv
BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Belajar tentang sejarah perkembangan studi islam sangatlah diperlukam
supaya kita ummat muslim bisa menambah wawasan serta lebih mengetahui
secara spesifik pentingnya agama bagi ummat manusia, Islam sebagai Wahyu,
dam bagaimana sumber ajaran Islam sebenarnya yang berpedoman pada Al-
Qur’an dan Hadis.
Adapun dalam makalah ini ada 4 pokok bahasaab tentang bagaimana sejarah
perkembngan studi Islam, yaitu
a. Sejarah awal studi Islam
b. Perkembangan studi Islam di Barat
c. Perkembangan studi Islam di Timur
d. Perkembangan studi Islam di Indonesia
B.Saran
1. Sebagai seorang calon guru sejatinya untuk selalu memperbanyak
membaca agar jendela pintu-pintu ilmu pengetahuan selalu terbuka.
2. Kita harus mampu mengoptimalkan kualitas diri agar bisa mengembang
tanggung jawab yang berat sebagai seorang calon guru.

xv
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’anul Al-Karim

Anshari,Endang Sifuddin. 1991. Wawasan Islam: Pokok-pokok Fikiran Ttentang


Islam dan Umatnya Ed, II, cet. Ke-3. Jakarta: Rajawali Press.

Ali, A Mukti. 1999. Memahami Beberapa Aspek Ajaran Islam Bandung: Mizan.

Rauf, H. Abdul Aziz Abdur. 2018. Al-Hufaz. Bandung: Cardoba

Asmani Jamal Ma’mur. 2013 7 Tips Pakem Pembelajaran aktif, kreatif, efektif
dan menyenangkan Cet. IX. Jogyakarta: Diva Press.

Supriana. 2017. Metodologi Studi Isla. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Rahmat. 2018 Pengantar Studi Islam. Yogyakarta: Bening Pustaka.

xvi

Anda mungkin juga menyukai