Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ISLAM SEBAGAI SUMBER AJARAN

OLEH:

Roni Saputra Harahap (1830300007)

DOSEN PENGAMPU:
Maslina Daulay, M.A.

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYEKH ALI HASAN AHMAD ADDARY
PADANGSIDIMPUAN
T.A. 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa saya mengucapkan
terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Pemakalah sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan saya berharap lebih jauh lagi
agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya.
Untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Padangsidimpuan, 28 Juli 2023

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..........................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................2
C. Tujuan Masalah.......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................3
A. Otensititas Ajaran Islam..........................................................................3
B. Karakteristik Ajaran Islam......................................................................7
C. Dimensi Ajaran Islam.............................................................................10
D. Memahami Ajaran Islam dalam Struktur Islam, Iman, dan Ihsan..........12
BAB III PENUTUP............................................................................................16
A. Kesimpulan.............................................................................................16
B. Saran........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam mata kuliah metode studi Islam akan diajarkan bagaimana
seseorang baik muslim maupun non muslim yang ingin berpengetahuan tentang
agama Islam dapat memperoleh suatu cara untuk mengetahui agama Islam dengan
baik dan benar dan terhindar dari kesalahan atau kesesatan dalam mengetahui
ajaran agama Islam tersebut. Dengan mempelajari metode studi Islam maka
nantinya seseorang akan memperoleh kemudahan dan menghemat waktu dan
tenaga yang ada sehingga akan dapat diperoleh pengetahuan tentang agama islam
secara comprehensive, integrative dan collective yang tidak sebagian-sebagian
dalam memahaminya yang nantinya dapat memicu keadaan kesalah pahaman
yang fatal sebagai idealnya.
Cara-cara tersebut dilakukan dengan pemahaman awal tentang ideology
agama Islam yang pada umumnya ada dalam pandangan umum masyarakat social
yang ada mulai dari universalime, exclusivisme, pluralism, inklusivime dan
idealism. Kemudian dilakukan pendekatan-pendekatan dalam berbagai bidang
yang ada mulai dari pendekatan textual hermeneutic, pendekatan historis,
pendekatan social dan budaya, pendekatan filosofis, pendekatan psikologis,
pendekatan teologis, pendekatan anthropologis, pendekatan feminis, dan
pendekatan fenomenologis.
Cara-cara tersebut tidak luput dari suatu sumber bahan pemahaman dari
objek yang akan kita pelajari yaitu tentang agama islam. Secara kelangsungan
jujukan dari sumber pemahaman tentang agama Islam adalah seseorang yang
sebagai pembawa ajaran tersebut yaitu nabi Muhammad SAW. Yang kemudian
sesuatu yang memberikan wahyu tersebut yaitu malaikat jibril dan darimana
sumber wahyu tersebut adalah Tuhan Allah SWT ketiga komponen tersebut
adalah awal dari lahirnya sumber ajaran agama Islam.
Baru setelah kita ketahui tentang dimana dan siapa awal dari lahirnya
sumber ajaran agama Islam maka kita akan memperoleh sumber ajaran agama

1
Islam baru setelah itu kita dapat mempelajari tentang agama Islam dengan total.
Dengan sumber ajaran agama Islam tersebut nantinya seseorang akan terarah
dalam mempelajari agama Islam yang tidak akan menyimpang ke segala arah
sehingga akan menjadi tersistematis dalam pemahaman tersebut. Tanpa sumber
ajaran agama Islam kita tidak akan bisa mempelajari ajaran agama Islam dengan
baik dan benar.
Pada kenyataanya bila studi Islam hanya mengandalkan pemikiran
manusia saja tanpa didasari oleh bukti-bukti sumber dari ajaran agama Islam maka
akan menjadi sebuah keadaan anthroposentris meskipun manusia mungkin saja
memperoleh kebenaran tanpa sumber ajaran agama Islam dalam mempelajari
agama Islam dengan kemampuan intelektual manusia dalam menalarkan tentang
agama Islam sesuai yang dibudayakan oleh bangsa Arab. Rasionalisme menjadi
fondasi ilmu-ilmu pengetahuan modern yang bercorak antroposentris sebagai
antitesa terhadap filsafat abad tengah yang bercorak teosentris.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan otensititas ajaran Islam?
2. Apa yang dimaksud dengan karakteristik ajaran Islam?
3. Apa yang dimaksud dengan dimensi ajaran Islam?
4. Apa yang dimaksud dengan memahami ajaran Islam dalam struktur Islam,
Iman, dan Ihsan?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui tentang otensititas ajaran Islam.
2. Untuk mengetahui tentang karakteristik ajaran Islam.
3. Untuk mengetahui tentang dimensi ajaran Islam.
4. Untuk mengetahui tentang memahami ajaran Islam dalam struktur Islam,
Iman, dan Ihsan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Otensititas Ajaran Islam


1. Al-Quran
Secara etimologis, kata Al-Quran berasal dari kata qara’a yaqra’u
qur’anan. Yaitu bacaan atau mashdar yang di artikan dengan kata maqru’,
artinya: yang dibaca. Secara terminologis banyak definisi Al-Qur’an yang
dikemukakan oleh para ulama’. Akan tetapi dalam hal ini kita bisa melihat
definisi yang dikemukakan oleh abdul Wahab Khalaf. Menurut khalaf al-
Qur’an ialah firman Allah yang diturunkan kepada hati Rasulullah, nabi
Muhammad bin Abdullah, melalui jibril dengan menggunakan lafadz bahasa
arab dan maknanya yang benar, agar ia menjadi hujjah bagi Rasulullah,
bahwa ia benar-benar menjadi Rasulullah, menjadi undang-undang bagi
manusia, member petunjuk kepada mereka dan menjadi sarana untuk
melakukan pendekatan diri dan ibadah kepada Allah dengan membacanya. Ia
terhimpun dalam mushaf, dimulai dari surat Al-Fatikhah dan di akhiri dengan
surat An-nas, disampaikan secara mutawattir dari generasi ke generasi, baik
secara lisan maupun tulisan serta terjaga dari perubahan dan pergantian.
Al-Quran adalah wahyu dari Allah untuk nabi Muhammad saw
melalui perantara malaikat jibril . kemudian nabi menyampaikannya kapada
para sahabat. Lalu para sashabat menghafal dan menuliskannya diberbagai
media, seperti pelepah kurma, kertas maupun tulang hewan dan lain-lain. Hal
itu dilakukan terus menerus sampai wahyu yang terakhir dan akhirnya nabi
Muhammad wafat. Setelah nabi Muhammad wafat, Abu bakar, sebagai
khalifah yang menggantikan nabi Muhammad memulai usha untuk
mengumpulkan teks-teks Al-quran yang masih berserakan dimana-mana. Hal
itu didodrong oleh sahabat umar yang khawatir akan keutuhan Al-Quran
karena banyak dari penghafal Al-Quran yang gugur dalm peperangan
yamamah. Kemudian Abu Bakar menyetujuinya dan ditunjuklah sahabat Zaid
bib Tsabit sebagai pelaksana penulis Mushaf Al-Quran yang pertama. Tidak

3
sampai waktu setahun, mushaf Al-Quran yang pertama berhasil diselesaikan
oleh Zaid bin Tsabit.
Pad zaman khlifah usman bin affan, seiring dengan perkembangan dan
perluasn kekuasaan islam, muncul problem baru yaitu perbedaan dialek
karena keberagaman Negara-negara islam yang dikhawatirkan akn
meletuskansebuah pertentangan tentang Al-Quran. Lalu muncul upaya untuk
menyalin mushaf abu Bakar yang kemudian akan disebara ke beberapa kota,
yaitu: Kuffah, Bashrah, Mekkah, dan syuriah. Dalam upaya ini, zaid bin
Tsabit dipercaya lagi menjadi orang yang melaksanakan tugas mulia ini.
upaya ini berhasi dan menghasilkan beberapa mushaf hasil salinan dari
mushaf Abu Bakar, yaitu yang biasa disebut mushaf usmany. Kemudian
khalifah usman memerintahkan agar membakar semua catatan-catatan ayat
Al-Qur’an selain Mushaf tadi. Dan membaca Al-Qur’an menurut bacaan atau
qira’at yang terdapat dalam mushaf usmany.
Itulah cikal bakal mushaf al-Quran yang kemudian sampai ke tangan
kita sekarang ini. Sebagaimana disebutkan oleh abdul wahab khllaf (ilmu
ushul fiqh, 1990:24), bahwa kehujahhan Al-Qur’an itu terlatak pada
kebenaran dan kepastian isinya yang sedikit pun tidak ada keraguan atasnya.
Dengan kata dan Al-Qur’an itu betul-betul datang dari Allah dan dinukil
secara Qath’iy (pasti) Allah sendiri-lah yang juga menjaga ke-otentitisitasnya
dan merawatnya sehingga jauh dari rekayasa, perubahan berupa penambahan
atau pengurangan Al-Qu’an.
2. Al-Hadist
Hadist menirut bahasa yaitu kebalikannya qadim : dahulu, yaitu baru.
Ada juga yang mengatakan bahwa hadist menurut bahasa yaitu perkataan. Ini
berdasarkan ayat Al-Quran Surat An-Nisa’ : 87. Hadist sering dikaitkan
dengan sunnah. Menurut ulama’ jumhur hadist dan sunnah adalah sama.
Tetapi menurut Ibnu Taymiyyah hadist dan sunnah tidak sama. Menurut Ibn
Taymiyyah, al-hadis merupakan ucapan, perbuatan maupun taqrir Nabi
Mhammad sebatas beliau diangkat menjadi Nabi/Rasul. Sedangkan sunnah
lebih dari itu, yakni sebelum dan ssudah diangkat menjadi Nabi/Rasul.

4
Hadist menurut istilah ialah segala informasi mengenai perbuatan,
perkataan, keizinan nabi. Berdasarkan pengertian tersebut, maka hadist itun
terbagi menjadi tiga bentuk:
a. Hadist perkataan, yang biasa disebut Hadist Qauli (berupa perkataan)
b. Hadist perbuatan, yang biasa disebut Hadist Fi’li (berupa perbuatan)
c. Hadist penetapan, yang biasa disebut Hadist Taqriri (berupa penetapan)
Selain tiga jenis hadist tersebut, juga ada hadist qudsi, yaitu firman
allah yang disampaikan kepada nabi, kemudian kalimatnya disusun oleh nabi
Muhammad saw sendiri; bukan kalimat-kalimat langsung dari Allah swt.
Hadits tersebut dinamakan qudsi, kaerna berasal dari Allah swt. Yang maha
suci (Al-Qudsi), sedangkan kalimat atau bahasanya disusun oleh Rasul,
sehingga disebut Hadist. Al-Quran dan hadits, keduanya merupakan sumber
ajaran islam kepada umat islam. Dan untuk menjadi kemurnian serta
menghindari kemungkinan bercampur aduk antar keduanya, maka rasulullah
saw menggunakan cara dan jalan yang berbeda dalam menyampaikannya
kepada para sahabat. Terhadap Al-Quran, beliau secara resmi memerintahkan
kepada para sahabat untuk menulis serta menghafalkannya. Sedangkan
terhadap hadits, beliau hanya menyuruh menghafalkannya saja dan tidak
menulisnya secara resmi.
Adapun faktor-faktor utama dan terpenting yang menyebabkan
rasulullah melarang penullisan dan pembukuan hadits adalah :
a. Khawatir terjadi kekaburan antara ayat-ayat al-Qur’an dan hadits rasul
bagi orang-orang yang baru masuk Islam.
b. Takut berpegangan atau cenderung menulis hadits tanpa diucapkan atau
ditelaah.
c. Khawatir oprang-orang awam berpedoman pada hadits saja.
d. Rasulullah menyampaikan hadits dalam berbagai kesempatan, antara
lain; Pertama, melalui jamaah dalam majlis ilmi. Kedua, melalui sahabat-
sahabat tertentu. Ketiga, melalui ceramah atau pidato di tempat terbuka,
seperti saat haji wada dan futuh makkah (penaklukan kota mekkah)

5
Jadi, penyebaran hadits pada masa rasulullah hanya disebarkan lewat
mulut ke mulut (secara lisan). Hal ini bukan hanya dikaerenakan banyak
sahabat yang tidak bisa menulis hadits, tetapi juga karena nabi melarang
untuk menulis hadits[6]. Hali ini dikarenakan munculnya kekhawatiran beliau
seperti yang telah disebutkan diatas. Setelah rasulullah wafat, banyak sahabat
yang berpindah ke kota-kota diluar madinah. Sehingga memudahkan untuk
percepatan penyebaran hadits. Namun, dengan semakin mudah nya para
sahabat meriwayatkan hadits dirasa cukup membahayakan bagi otentisitas
hadits tersebut. Maka khalifah abu bakar meneraokan aturan yang membatasi
periwayatan hadits. Begitu juga dengan khalifah umar ibn al-khattab.
Pada masa khlifah ustman ibn affan, periwayatan hadits nabi tetap
berlanjut meskipun tidak setegas umar ibn al-khattab. ini disebabkan oleh
karakteristik pribadi usman yang lebih lunak jika dibandingkan dengan umar,
selain itu wilayah kekuasaan islam yang semakin luas juga menyulitkan
pemerintah untuk mengontrol pembatasan riwayat secara maksimal.
Sedangkan pada masa pemerintahan khalifah ali ibn abi thalib, situasi
pemerintahan islam telah berbeda dengan masa sebelumnya. Masa itu
merupakan krisis dan fitnah dalam masyarakat. Terjadinya peperangan antar
beberapa kelompok kepentingan politik juga mewarnai pemerintahan Ali.
Secara tidak langsung, hal ini membawa dampak negative dalam periwayatan
hadits. Kepentingan politik telah mendorong pihak-pihak tertentu melakukan
pemalsuan hadits. Dengan demikian, tidak seluruh periwayat hadits dapat
dipercaya riwayatnya. Pada masa pembatasan periwayatan ini, para sahabat
hanya meriwaytkan hadits jika ada permasalahan hokum yang mendesak.
Mereka tidak meriwayatkan hadits setiap saat, seperti dalam khutbah.
Sedangkan pada masa pembanyakan periwayatan, banyak dari sahabat yang
dengan sengaja menyebarkan hadits. Namun tetap dengan dalil dan saksi
yang kuat. Bahkan jika diperlukan, mereka rela melakukan perjalanan jauh
hanya untuk mencari kebenaran hadits yang diriwayatkannya. Pengumpulan
dan penulisan hadits, atau yang lebih popular disebut dengan istilah
pentadwinan hadits pada masa khalifah umar bin abdul aziz merupakan usaha

6
pengumpulan dan penulisan hadits-hadits dari para ulama’ penghafalnya
secara resmi yang pertama kali dilakukan oleh pihak pemerintah. Hal ini
dikarenakan kahalifah umar bin abdul aziz khawatir akan hilangnya hadits-
hadits rasulullah, karena banyak ulama yang meninggal dan juga akan
tercampurnya hadits yang asli dan hadits yang palsu.
B. Karakteristik Ajaran Islam
Karakteristik ajaran islam adalah suatu karakter yang harus dimiliki oleh
setiap muslim dengan berpedoman pada Al-qur’an dan Hadist. Dari berbagai
sumber tentang islam yang ditulis para tokoh, diketahui bahwa islam memiliki
karakteristik yang khas, yang dapat dikenali melalui konsepsinya dalam ajrannya.
Karakter tersebut anatara lain :1
1. Dalam Bidang Akidah
Karakteristik Islam yang dapat dikeetahui melalui bidang akidah ini
bahwa akidah islam bersifat murni baik dalam isinya maupun prosesnya.
Yang diyaniki daan diakui sebagai Tuhan yang wajib disembah hanya Allah.
Keyakinan tersebut sedikitpun tidak boleh diberikan kepada yang lain, karena
akan berakibat musyrik yang berdampak pada motivasi kerjaa yang tidak
sepenuhnya didasarkan atas panggilan Allah. dalam prosesnya keyakinan
tersebut harus langsung, tidak boleh melalui perantara. Akidah dalam Islam
meliputi keyakinan dalam hati tentang Allah sebagai Tuhan yang wajib
disembah; ucapan dengan lisan dalam bentuk dua kalimat syahadat yaitu
menyatakan tiada Tuhan selain allah, dan bahwa Nabi Muhammad sebagai
utusan-Nya; perbuatan dengan amal sholeh. Akidah demikian itu
mengandung arti bahwa dari orang yang beriman tidak adaa rasa dalam hati;
atau ucapan dimulut dan perbuatan melainkan secara keseluruhan
menggambarkan iman kepada Allah, yakni tidak ada niat, ucapan dan
perbuatan yang dikemukakan oleh yang beriman itu kecuali yang sejalan
dengan kehendak Allah.

2. Dalam Bidang Agama


1
http://makalahkampus15.blogspot.com/2017/12/makalah-karakteristik-ajaran-
islam.html, Diakses Pada Tanggal 28 Juli 2023 Pukul 18.05 WIB.

7
Menurut Nurcholis Madjid dalam bukunya yang berjudul Islam
Doktrin dan Peradapan. Beliau berbicara tentang karakteristik ajaran islam
dalam bidang agama, islam mengakui adanya Pluralisme. Pluralisme menurut
Nurcholis adalah sebuah aturan Tuhan yang tidak akan berubah, sehingga
tidak mungkin untuk dilawan atau diingkari. Dan islam adalah agama yang
kitab sucinya dengan tegas mengakui hak agama lain, kecuali yang
berdasarkan paganisme dan syirik, untuk hidup dan menjalankan ajran
masing-masing dengan penuh kesungguhan. Karakteristik ajaran islam dalam
bidang gama tersebut disamping mengkui adanya pluralism sebagai suatu
kenyataan, juga mengkui adanya universalisme, yakni mengajarkan
kepercayaan kepada Tuhan dan hari akhir, menyuruh berbuat baik dan
mengajak pada keselamatan. Dengan demikian, karakteristik ajaaran islam
dalam visi keagamaannya bersifat toleran, pemaaaf, tidak memaksakan, dam
saling menghargai kaarenaa dalam pluralisme agama tersebut terdapat unsur
kesamaan yaitu pengabdian pada Tuhan.
3. Dalam Bidang Ibadah
Secara harfiah berarti bakti manusia kepada Allah SWT, karena
didorong dan dibangkitkan oleh aqidah tauhid. Majeis Tarjih Muhammadiyah
dengan agak lengkap mendefinisikan ibadah sebagai upaya mendekatkan diri
kepada Allah dengan mentaati segala perintah-Nya, menjauhi segala
larangan-Nya dan mengamalkan segala yang dizinkan-Nya. Ibadah ada yang
umum dan ada yang khusus. Yang umum ialah segala amalan yang diinkan
oleh Allah. Allah sedangkan yang khusus ialah apa yang telah ditetapkan
Allah akan perincian-perinciannya, tingkat dan cara-cara yang tertentu.
Ibadah yang dibahas dalam bagiaan ini adalah dalam arti yang nomer dua,
yaitu ibadah khusus. Dalam yurisprudensi Islam telah ditetapkan bahwa
dalam urusan ibadah tidak boleh ada “kreatifitas”, sebab yang mengcreate
atau membentuk suatu ibadah dalam islam dinilai sebagai bid’ah yang
dikutuk Nabi sebagai kesesatan. Bilangan sholat lima waktu serta tata cara
mengerjakannya, ketentusn ibadah haji dan tata cara mengerjakannya

8
mislanya adalah termasuk masalah ibadah yang tata cara dan
mengerjakannyatela ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Ketentuan ibadah demikian itu termasuk salah satu bidang ajaran
islam dimana akal manusia tidak perlu campur tangan, melainkan hak dan
otoritas Tuhan sepenuhnya.
4. Dalam Bidang Pendidikan
Islam memandang bahwa pendidikan adalah hak bagi setiap orang,
laki-laki atau prempuan dan berlangsung sepanjang hayat. Dalam bidang
pendidikan islam memiliki rumusan yang jelas dalam tujuan, kurikulum,
guru, metode, sarana dan lain sebagainya. Semua aspek yang berkaitan
dengan pendidikan ini dapat dari kandungan surat al-Alaq. Di dalam Al-
Qur’an dapat djumpai berbagai metode pendidikan, seperti metode ceramah,
Tanya jawab, diskusi demonstrasi, penugasan, teladan, pembiasaan, karya
wisata, cerita, hukuman, nasihat dan lain sebagainya.
5. Dalam Bidang Sosial
Karakteristik ajaran islam dibidang sosial ini, Islam menjunjung tinggi
tolong menolong, saling menasihati, kesetiakawanan, kesamaan derajat,
tenggang rasa dan kebersamaan. Ukuran ketinggian derajat manusia dalam
pandangan islam bukan ditentukan oleh nenek moyangya, kebangsaannya,
warna kulit, bahasa, jenis kelamin, dan lain sebagainya yang berbau
rasialis. Kualitas dan ketinggian derajat seseorang ditentukan oleh
ketakwaannya yang ditunjukkan oleh prestasi kerjanya yang bermanfaat bagi
manusia.
6. Dalam Bidang Ekonomi
Karakteristik ajaran islam yang selanjutnya dapat dari konsepsinya
dalam bidang kehidupan yang harus dilakukan. Urusan di dunia dikejar dalam
rangka mengejar kehidupan akhirat, kehidupan akhirat dapat dicapai dengan
dunia. Pandangan islam mengenai kehidupan di bidang ekonomi itu
dicerminkan dalam ajaran fiqih yang menjelaskan bagaimana menjelaskan
sesuatu usaha ataupun ajaran islam mengenai berzakat juga dalam konteks
berekonomi.

9
7. Dalam Bidang Kesehatan
Ciri khas Islam selanjutnya dapat dilihat dari konsepnya mengenai
kesehatan. Ajaran islam memegang prinsip pencegaham yang lebih dari pada
penyembuhan. Prinsip ini berbunyi al-wiqayah khairmin al-‘laj. Untuk
menuju pada upaya pencegahan tersebut, islam menekankan segi kebersihan
lahir dan batin. Kebersihan lahir dapat mengambil bentuk kebersihan tempat
tinggal, lingkungan sekitar, badan, pakaian, makanan, minuman, dan lain
sebagainya.
8. Dalam Bidang Politik
Dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 156 terdapat perintah
mentaati ulil amri terjemahannya termasuk penguasa di bidang politik,
pemerintah dan agama. Dalam hal ini islam tidak menerangkan atau meyuruh
ketaatan yang buta. Tetapi menghendaki suatu ketaatan yang kritis dan
selektif, maksudnya adalah jika pemimpin tersebut berpegang teguh kepada
tuntunan Allah SWT., dan Rasul-Nya maka kita patut mentaatinya, tetapi jika
pemimpin tersebut bersebelahan dan bertentangan dengan kehendak Allah
SWT., dan Rasul-Nya maka boleh dikritik atau diberi saran agar kembali ke
jalan yang benar denga cara-cara yang persuasif. Dan jika pemimpin tersebut
juga tidak meghiraukan, boleh saja untuk tidak dipatuhi.[13]
9. Dalam Bidang Pekerjaan
Atas dasar ini maka kerja yang dikehendaki Islam adalah kerja yang
bermutu, terarah kepada pengabdian kepada Allah SWT., dan kerja yang
bermanfaat bagi orang lain. Untuk itu islam tidak menekankan pada
banyaknya pekerjaaan, tetapi pada kualitas manfaat kerja.
C. Dimensi Ajaran Islam
Islam adalah agama yang sempurna dan lengkap yang mengatur seluruh
aspek kehidupan manusia. Islam memiliki tiga dimensi utama yang saling
berkaitan dan melengkapi satu sama lain, yaitu iman, islam dan ihsan. Ketiga
dimensi ini merupakan kerangka dasar ajaran Islam yang harus dipahami dan
diamalkan oleh setiap muslim.

10
1. Iman: Keyakinan yang Kokoh
Iman adalah keyakinan atau percaya dengan cara membenarkan
sesuatu dalam hati, kemudian diucapkan oleh lisan, dan dikerjakan dengan
amal perbuatan. Iman tersebut meliputi enam perkara yang disebut dengan
rukun iman, yaitu percaya kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-
Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir dan qadar baik dan buruknya. Iman adalah
dasar dari agama Islam. Tanpa iman, seseorang tidak bisa disebut sebagai
muslim. Iman adalah sumber motivasi dan inspirasi bagi seorang muslim
untuk menjalankan ibadah dan ketaatan kepada Allah. Iman juga merupakan
penentu tingkat kebahagiaan dan keselamatan seseorang di dunia dan akhirat.
2. Islam: Ketaatan yang Menyeluruh
Islam adalah bersaksi tidak ada Tuhan yang haq disembah kecuali
Allah SWT dan bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah SWT,
mengerjakan shalat, membayar zakat, puasa di bulan Ramadhan, dan haji ke
Baitullah bagi yang mampu. Islam adalah lima perkara yang disebut dengan
rukun Islam. Islam adalah manifestasi dari iman. Dengan iman yang kuat,
seseorang akan menunjukkan ketaatan dan kesetiaannya kepada Allah dengan
menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
Islam adalah cara hidup yang sesuai dengan fitrah manusia dan syariat Allah.
Islam juga merupakan jalan menuju kesempurnaan dan kedamaian hidup.
3. Ihsan: Akhlak yang Mulia
Ihsan adalah beribadah kepada Allah seolah-olah kita melihat-Nya.
Jika kita tidak bisa melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihat kita. Ihsan
adalah tingkat tertinggi dari agama Islam. Ihsan adalah kesempurnaan dalam
beribadah dan berakhlak. Ihsan adalah buah dari iman dan islam. Dengan
iman dan islam yang mantap, seseorang akan mencapai ihsan, yaitu kesadaran
dan kecintaan yang mendalam kepada Allah sehingga selalu berusaha untuk
menyenangkan-Nya dengan segala ucapan dan perbuatan. Ihsan juga berarti

11
berbuat baik kepada diri sendiri, sesama manusia, binatang, tumbuhan dan
lingkungan.2

D. Memahami Ajaran Islam dalam Struktur Islam, Iman, dan Ihsan


1. Islam
Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada
manusia melalui Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul. Islam pada
hakikatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenai satu segi,
tetapi mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia. Sumber dari ajaran-
ajaran yang mengambil berbagai aspek-aspek dari Al-Qur’an dan hadits
Islam menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah agama yang diajarkan
oleh Nabi Muhammad saw. berpedoman pada kitab suci Alquran yg
diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah Swt. Dimensi Islam mempunyai
lima penyangga (rukun): Syahadat, Shalat, Zakat, Puasa Ramadhan dan Haji,
Dimensi Islam dibahas secara mendalam dalam buku-buku tentang Ilmu Fiqh.
Ada dua sisi yang kita dapat gunakan untuk memahami pengertian agama
islam, yatu sisi kebahasaan dan sisi peristilahan. Kedua sisi pengertian
tentang islam ini dapat dijelaskan sebagai berikut: Dari segi kebahasan Islam
berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata salima yang mengandung arti
selamat, sentosa dan damai. Kata salima selanjutnya diubah menjadi bentuk
aslama yang berarti berserah diri masuk dalam kedamaian. Senada dengan
pendapat diatas, sumber lain mengatakan Islam berasal dari bahasa Arab,
terambil dari kata salima yang berarti selamat dan sentosa. Dari asal kata itu
dibentuk kata aslama yang artinya memelihara dalam keadaan selamat,
sentosa dan berarti pula menyerahkan diri, tunduk, patuh, dan taat. Dari
pengertian itu, kata islam dekat dengan arti kata agama yang berarti
mengusai, menundukkan, patuh, hutang, balasan dan kebiasaan. Rasulullah
saw banyak menamakan beberapa perkara dengan sebutan Islam,
umpamanya: taslimul qalbi (penyerahan hati), salamat unnas minal lisan wal

2
https://an-nur.ac.id/dimensi-ajaran-islam-iman-islam-dan-ihsan/, Diakses Pada Tanggal
28 Juli 2023 Pukul 18.26 WIB.

12
yad (tidak menyakiti orang lain dengan lisan dan tangan), memberi makan,
serta ucapan yang baik. Semua perkara ini, yang disebut Rasulullah sebagai
Islam mengandung nilai penyerahan diri, ketundukkan dan kepatuhan yang
nyata.
2. Iman
Menurut bahasa iman berarti pembenaran dalam hati. Sedangkan
menurut istilah, iman adalah membenarkan dalam hati, mengikrarkan dengan
lisan dan mengamalkan dengan anggota badan. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, iman adalah kepercayaan yang berkenaan dengan agama;
keyakinan dan kepercayaan kepada Allah, Nabi, kitab, yang tidak akan
bertentangan dengan ilmu dapat pula berarti ketetapan hati; keteguhan batin;
keseimbangan batin. Akal tidak dapat sampai kepada kewajiban mengetahui
adanya tuhan,, iman tidak bisa mengambil bentuk ma’rifat atau amal tetapi
haruslah merupakan tasdiq. Adapun batasan yang di kemukakan al Bazdawi
tentang iman adalah menerima dalam hati dengan lidah bahwa tiada tuhan
selain Allah dan tidak ada yang serujpa dengan-Nya.
Sedangkan iman menurut pandangan para ulama terdahulu,
diantaranya adalah pendapat Imam Al-Baghawi r.a., beliau berkata :”Para
sahabat, Tabi’in, dan para ulama sunnah mereka bersepakat bahwa amal
shalih adalah bagian dari iman. Mereka berkata bahwasannya iman terdiri
dari ucapan dan perbuatan serta keyakinan. Iman bertambah karena ketaatan
dan berkurang karena kemaksiatan. Pengertian iman secara umum, yaitu
sikap percaya, dalam hal ini khususnya percaya pada masing-masing rukun
iman yang enam (menurut akidah Sunni). Karena percaya pada masing-
masing rukun iman itu memang mendasari tindakan seorang maka sudah
tentu pengertian iman yang umum dikenal itu adalah wajar dan benar.
3. Ihsan
Dalam hadits Nabi menjelaskan, "Ihsan ialah bahwa engkau
menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan kalau engkau tidak
melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihat engkau." Maka ihsan adalah
ajaran tentang penghayatan pekat akan hadirnya Tuhan dalam hidup, melalui

13
penghayatan diri sebagai sedang menghadap dan berada di depan hadirat-Nya
ketika beribadat. Ihsan adalah pendidikan atau latihan untuk mencapai dalam
arti sesungguhnya. Karena itu, ihsan menjadi puncak tertinggi keagamaan
manusia. Ia tegaskan bahwa makna Ihsan lebih meliputi daripada iman, dan
karena itu, pelakunya adalah lebih khusus daripada pelaku iman, sebagaimana
iman lebih meliputi daripada Islam, sehingga pelaku iman lebih khusus dari
pada pelaku Islam. Sebab dalam Ihsan sudah terkandung iman dan Islam,
sebagaimana dalam iman sudah terkandung Islam. Kemudian, kata-kata ihsan
itu sendiri secara harfiah berarti "berbuat baik." Seorang yang ber-ihsan
disebut muhsin, sebagai seorang yang ber-iman disebut mu'min dan yang ber-
Islam disebut muslim. Karena itu, sebagai bentuk jenjang penghayatan
keagamaan, ihsan terkait erat sekali dengan pendidikan berbudi pekerti luhur
atau berakhlaq mulia. Disabdakan oleh Nabi bahwa yang paling utama di
kalangan kaum beriman ialah yang paling baik ahlaqnya.
Ihsan memiliki tiga macam tindakan utama yakni:
a. Berbuat kebajikan terhadap sesama, baik itu dengan lisan dengan harta
maupun dengan tindakan (tenaga) dengan mengintegrasikan agama
(dinul Islam) pada seluruh segi kehidupan serta memasukkan kehidupan
itu sendiri ke dalam irama-irama ibadah dan tatanan nilai yang ditentukan
oleh agama yang melahirkannya. Dalam hal ini, ihsan (kebajikan) telah
menciptakan suatu keutuhan yang direfleksikan dalam tindakan dan
perbuatannya dengan tanpa pamrih.
b. Melakukan suatu ibadah dengan penuh kesadaran dan keikhlasan yang
senantiasa berhubungan dengan kehadiran Tuhan bersinar di dalam jiwa
manusia melalui prinsip-prinsip tentang realitas dan sesuai dengan
kebenarannya yang terletak dalam inti ajaran Islam, karena Islam itu
sendiri didasarkan pada sifat realitas.
c. Merenungkan dan memikirkan Tuhan Yang Maha Esa dalam segala
sesuatu dan setiap tarikan dan hembusan nafas, karena substansi
sesungguhnya dari makhluk Tuhan adalah pengentalan nafas Yang Maha

14
Pengasih (nafas Al'Rahman) yang ditupkan pada pola-pola dasar (al-
a'yan al-tsabitah) kemudian melahirkan alam.
Kemudian, kata-kata ihsan itu sendiri secara harfiah berarti "berbuat
baik." Seorang yang ber-ihsan disebut muhsin, sebagai seorang yang ber-
iman disebut mu'min dan yang ber-Islam disebut muslim. Karena itu,
sebagai bentuk jenjang penghayatan keagamaan, ihsan terkait erat sekali
dengan pendidikan berbudi pekerti luhur atau berakhlaq mulia.3

3
http://impetus20.blogspot.com/2016/04/makalah-dimensi-islam.html, Diakses Pada
Tanggal 28 Juli 2023 Pukul 18. 21 WIB.

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Iman, Islam dan ihsan adalah tiga dimensi ajaran Islam yang saling terkait
dan melengkapi satu sama lain. Tidak ada satu dimensi pun yang bisa dipisahkan
atau diabaikan dari dimensi lainnya. Seorang muslim harus berusaha untuk
mengembangkan ketiga dimensi ini dalam dirinya agar menjadi hamba Allah yang
sempurna.
B. Saran
Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi perbaikan penulisan di masa mendatang.

16
DAFTAR PUSTAKA

http://impetus20.blogspot.com/2016/04/makalah-dimensi-islam.html, Diakses
Pada Tanggal 28 Juli 2023 Pukul 18. 21 WIB.

http://makalahkampus15.blogspot.com/2017/12/makalah-karakteristik-ajaran-
islam.html, Diakses Pada Tanggal 28 Juli 2023 Pukul 18.05 WIB.

https://an-nur.ac.id/dimensi-ajaran-islam-iman-islam-dan-ihsan/, Diakses Pada


Tanggal 28 Juli 2023 Pukul 18.26 WIB.

17

Anda mungkin juga menyukai