Anda di halaman 1dari 15

AL QURAN SUMBER FILSAFAT ISLAM

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok


Mata Kuliah : Filsafat Islam
Dosen Pengampu : Taufik firdaus S.os M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok I

Imam Bayhaqi (2223.03.0217)


M. Chaerul sukardi (2223.03.0222)
Diah Ayu Komala (2223.03.0214)
Titi Herliani (2223.03.0230)
Rina Rosiana (2323.03.0229)
Hanipatisunna (2223.03.0215)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
MIFTAHUL HUDA
PAMANUKAN
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas segala nikmat yang
telah diberikan kepada kita semua sehingga penyusunan makalah dengan judul “Al
Qur'an sumber Filsafat Islam” dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Shalawat
serta salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, beserta
keluarga, para sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Penyusunan makalah ini tidak dapat penulis selesaikan dengan baik tanpa
adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis sangat
berterima kasih kepada Taufik Firdaus S.Sos M.pd. selaku dosen mata kuliah
“Filsafat Islam” STAI Miftahul Huda Subang yang telah mendukung pembuatan
makalah ini.
Merupakan suatu kebanggaan dari penulis apabila makalah ini dapat
digunakan dan bermanfaat bagi seluruh pembaca. Kritik dan saran yang membangun
penulis harapkan untuk perbaikan makalah di kemudian hari.

Tambakdahan, 13 Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………………… ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………… iii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………… 1
A. Latar Belakang ………………………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah …………………………………………………………… 2
C. Tujuan Pembahasan …………………………………………………………. 2
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………….. 3
A. Pengertian AL-Quran ………………………………………………………… 3
B. Pengertian Filsafat Islam ……………………………………………………... 4
C. Filsafat Islam: Antara Pilihan Kebenaran Wahyu dan Kebenaran Akal ……... 6
D. Peran AL-Quran dalam perkembangan Filsafat ……………………………… 7
E. Al-qur'an dan epistemologi pengetahuan makna Semantik Kata Ra’a, Naẓar
Dan Baṣar ..……………………………………………………………………… 8
BAB III PENUTUP ……………………………………………………………….. 9
A. Kesimpulan …………………………………………………………………... 9
B. Saran …………………………………………………………………………. 10
DAFTAR PUSTAK ……………………………………………………………….. 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Salah satu peninggalan Rasulallah kepada umatnya adalah Alquran


(setelah itu peninggalan yang berikutnya adalah al-hadis). Alquran, sebagai
salah satu peninggalan Rasulallah ini sesungguhnya telah menjadi sumber
hukum, sandaran utama dan inspirasi (pedoman) bagi manusia dalam
menjalani kehidupan di dunia. Banyak ayat dalam Alquran yang berisi
perintah kepada manusia untuk menggunakan potensi akal yang merupakan
karunia dari Allah swt. yang membedakan manusia dengan makhluk-makhluk
ciptaan-Nya yang lain. Penggunaan akal identik dengan filsafat. Manusia
sebagai makhluk yang berakal sekecil apapun ia menggunakan akalnya atau
berpikir.
Dengan demikian maka manusia adalah makhluk yang berfilsafat.
Anjuran Alquran kepada manusia untuk berpikir, maka sesungguhnya
memberi kejelasan bahwa Alquran menganjurkan manusia untuk berpikir
(berfilsafat). Bahkan dengan jelas bahwa Alquran telah menginspirasi
terhadap lahirnya filsafat. Dengan demikian, Alquran menjadi inspirator bagi
lahirnya ilmu filsafat yang sangat penting bagi manusia dalam menjalani
kehidupannya agar bahagia di dunia dan di akhirat. Ada dua perspektif untuk
melihat keadaan filsafat Islam. Pertama, perspektif sejarah, filsafat Islam
dilihat sebagai mata rantai dari filsafat-filsafat atau pemikiran-pemikiran yang
ada sebelumnya. Bentuk ekstrem dari perspektif sejarah ini adalah
kesimpulan yang menyatakan bahwa filsafat Islam merupakan filsafat
Yunani-Alexandria yang kemudian di kalangan filosof Islam dikemas dengan
Islam. Kedua, disamping akar sejarahnya tersebut, perkembangannya yang
begitu mengesankan dalam sejarah intelektual juga diiringi dengan kreativitas
dan orisinalitas islam. Oleh karena itu, seperti cabang ilmu Islam lainnya,
filsafat Islam bersumber dari Al-Qur’an dan Hadist disamping sumber
historinya. Salah satu peninggalan Rasulallah kepada umatnya adalah
Alquran (setelah itu peninggalan yang berikutnya adalah al-hadis).
Alquran, sebagai salah satu peninggalan Rasulallah ini sesungguhnya
telah menjadi sumber hukum, sandaran utama dan inspirasi (pedoman) bagi
manusia dalam menjalani kehidupan di dunia. Banyak ayat dalam Alquran
yang berisi perintah kepada manusia untuk menggunakan potensi akal yang
merupakan karunia dari Allah swt. yang membedakan manusia dengan
makhluk-makhluk ciptaan-Nya yang lain. Penggunaan akal identik dengan
filsafat. Manusia sebagai makhluk yang berakal sekecil apapun ia
menggunakan akalnya atau berpikir. Dengan demikian maka manusia adalah
makhluk yang berfilsafat. Anjuran Alquran kepada manusia untuk berpikir,
maka sesungguhnya memberi kejelasan bahwa Alquran menganjurkan

1
manusia untuk berpikir (berfilsafat). Bahkan dengan jelas bahwa Alquran
telah menginspirasi terhadap lahirnya filsafat. Dengan demikian, Alquran
menjadi inspirator bagi lahirnya ilmu filsafat yang sangat penting bagi
manusia dalam menjalani kehidupannya agar bahagia di dunia dan di akhirat. 
Ada dua perspektif untuk melihat keadaan filsafat Islam. Pertama, perspektif
sejarah, filsafat Islam dilihat sebagai mata rantai dari filsafat-filsafat atau
pemikiran-pemikiran yang ada sebelumnya.
Bentuk ekstrem dari perspektif sejarah ini adalah kesimpulan yang
menyatakan bahwa filsafat Islam merupakan filsafat Yunani-Alexandria yang
kemudian di kalangan filosof Islam dikemas dengan Islam. Kedua, disamping
akar sejarahnya tersebut, perkembangannya yang begitu mengesankan dalam
sejarah intelektual juga diiringi dengan kreativitas dan orisinalitas islam. Oleh
karena itu, seperti cabang ilmu Islam lainnya, filsafat Islam bersumber dari
Al-Qur’an dan hadits disamping sumber historinya.

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian AL QURAN
2. Apa pengertian filsafat islam
3. Bagaimana alquran sebagai sumber filsafat islam

C. Tujuan pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian AL QURAN
2. Untuk mengetahui pengertian filsafat islam
3. Untuk mengetahui Al Qur'an sebagai sumber filsafat islam

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Al-Quran

Secara bahasa diambil dari kata: ‫ وقرانا‬-‫ قراة‬-‫ يقرا‬- ‫ قر ا‬yang berarti
sesuatu yang dibaca. Arti ini mempunyai makna anjuran kepada umat Islam
untuk membaca Alquran. Alquran juga bentuk mashdar dari ‫ القراة‬yang berarti
menghimpun dan mengumpulkan. Dikatakan demikian sebab seolah-olah
Alquran menghimpun beberapa huruf, kata, dan kalimat secara tertib
sehingga tersusun rapi dan benar. Oleh karena itu Alquran harus dibaca
dengan benar sesuai sesuai dengan makhraj dan sifat-sifat hurufnya, juga
dipahami, diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dengan tujuan apa yang
dialami masyarakat untuk menghidupkan Alquran baik secara teks, lisan
ataupun budaya.
Menurut M. Quraish Shihab, Alquran secara harfiyah berarti bacaan
yang sempurna. Ia merupakan suatu nama pilihan Allah yang tepat, karena
tiada suatu bacaanpun sejak manusia mengenal tulis baca lima ribu tahun
yang lalu yang dapat menandingi Alquran, bacaan sempurna lagi mulia.
Dan juga Alquran mempunyai arti menumpulkan dan menghimpun qira’ah
berarti menghimpun huruf-huruf dan kata-kata satu dengan yang lain dalam
suatu ucapan yang tersusun rapih. Quran pada mulanya seperti qira’ah, yaitu
mashdar dari kata qara’a, qira’atan, qur’anan.
Alquran menurut istilah adalah firman Allah SWT. Yang disampaikan
oleh Malaikat Jibril dengan redaksi langsung dari Allah SWT. Kepada Nabi
Muhammad SAW, dan yang diterima oleh umat Islam dari generasi ke
generasi tanpa ada perubahan. Menurut Andi Rosa Alquran merupakan qodim
pada makna-makna yang bersifat doktrin dan makna universalnya saja, juga
tetap menilai qodim pada lafalnya.
Dengan demikian Alquran dinyatakan bahwasannya bersifat kalam
nafsi berada di Baitul Izzah (al-sama’ al-duniya), dan itu semuanya
bermuatan makna muhkamat yang menjadi rujukan atau tempat kembalinya
ayat-ayat mutasyabihat, sedangkan Alquran diturunkan ke bumi dan diterima
oleh Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi terakhir, merupakan kalam lafdzi
yang bermuatan kalam nafsi, karena tidak mengandung ayat mutasyabihat,
tetapi juga ayat atau makna-maknanya bersifat muhkamat.

B. Pengertian filsafat Islam

3
Filsafat merupakan ilmu yang sudah sangat tua. Bila kita
membicarakan filsafat maka pandangan kita akan tertuju jauh ke masa
lampau di zaman Yunani Kuno. Pada masa itu semua ilmu dinamakan
filsafat. Dari Yunanilah kata filsafat ini berasal, yaitu dari kata philos dan
sophia. Philos artinya cinta yang sangat mendalam, dan sophia artinya
kebijakan atau kearifan. Istilah filsafat sering dipergunakan secara populer
dalam kehidupan sehari-hari, baik secara sadar maupun tidak sadar. Dalam
penggunaan populer, filsafat dapat diartikan sebagai suatu pendirian hidup
(individu) dan dapat juga disebut sebagai pandangan masyarakat. Mungkin
anda pernah bertemu dengan seseorang dan mengatakan: filsafat hidup saya
adalah hidup seperti oksigen, menghidupi orang lain dan diri saya sendiri.
Atau orang lain lagi mengatakan: “Hidup harus bermanfaat bagi orang lain
dan dunia”. Ini adalah contoh sederhana tentang filsafat seseorang.
Selain itu, masyarakat juga mempunyai filsafat yang bersifat
kelompok. Oleh karena manusia itu makhluk sosial, maka dalam hidupnya ia
akan hidup bermasyarakat dengan berpedoman pada nilai-nilai hidup yang
diyakini bersama. Inilah yang disebut filsafat atau pandangan hidup. Bagi
bangsa Indonesia, Pancasila merupakan filsafat bangsa. Henderson
sebagaimana dikutip oleh Uyoh Sadulloh (2007:16) mengemukakan:
Populerly, philosophy menans one’s general view of lifeof men, of ideals, and
of values, in the sense everyone has a philosophy of life”.Di Jerman
dibedakan antara filsafat dengan pandangan hidup (Weltanscahuung).
Filsafat diartikan sebagai suatu pandangan kritis yang sangat
mendalam sampai ke akar-akarnya. Pernyataan ini sejalan dengan pendapat
Magnis Suseno (1995:20) bahwa filsafat sebagai ilmu kritis. Dalam
pengertian lain, filsafat diartikan sebagai interpretasi atau evaluasi terhadap
apa yang penting atau apa yang berarti dalam kehidupan. Di pihak lain ada
yang beranggapan bahwa filsafat sebagai cara berpikir yang kompleks, suatu
pandangan yang tidak memiliki kegunaan praktis. Ada pula yang
beranggapan bahwa para filsuf bertanggung jawab terhadap cita-cita dan
kultur masyarakat tertentu. Seperti halnya Karl Marx dan Fredrich Engels
yang telah menciptakan komunisme.
Thomas Jefferson dan John Stuart Mill telah mengembangkan suatu
teori yang dianut dalam masyarakat demokratis. John Dewey adalah peletak
dasar kehidupan pragmatis di Amerika. Sidi Gazalba (1974:7) mengatakan
bahwa filsafat adalah hasil kegiatan berpikir yang radikal, sistematis,
universal. Kata radikal‖ berasal dari bahasa Latin radix yang artinya akar.
Filsafat bersifat radikal, artinya permasalahan yang dikaji, pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan dan jawaban yang diberikan bersifat mendalam
sampai ke akar-akarnya yang bagi orang awam mungkin dianggap hal biasa
yang tidak perlu dibahas lagi, tetapi filsafat ingin mencari kejelasan makna
dan hakikatnya. Misal: Siapakah manusia itu? Apakah hakikat alam semesta
ini? Apakah hakikat keadilan? Filsafat bersifat sistematis artinya pernyataan-

4
pernyataan atau kajian-kajiannya menunjukkan adanya hubungan satu sama
lain, saling berkait dan bersifat koheren (runtut).
Di dalam tradisi filsafat ada paham-paham atau aliran besar yang
menjadi titik tolak dan inti pandangan terhadap berbagai pertanyaan filsafat.
Misal: aliran empirisme berpandangan bahwa hakikat pengetahuan adalah
pengalaman. Tanpa pengalaman, maka tidak akan ada pengetahuan.
Pengalaman diperoleh karena ada indera manusia yang menangkap objek-
objek di sekelilingnya (sensasi indera) yang kemudian menjadi persepsi dan
diolah oleh akal sehingga menjadi pengetahuan.
Filsafat bersifat universal, artinya pertanyaan-pertanyaan dan
jawaban-jawaban filsafat bersifat umum dan mengenai semua orang.
Misalnya: Keadilan adalah keadaan seimbang antara hak dan kewajiban.
Setiap orang selalu berusaha untuk mendapatkan keadilan. Walaupun ada
perbedaan pandangan sebagai jawaban dari pertanyaan filsafat, tetapi jawaban
yang diberikan berlaku umum, tidak terbatas ruang dan waktu. Dengan kata
lain, filsafat mencoba mengajukan suatu konsep tentang alam semesta
(termasuk manusia di dalamnya) secara sistematis.
Filsafat sering juga dapat diartikan sebagai berpikir reflektif dan kritis
(reflective and critical thinking). Namun, Randall dan Buchler sebagaimana
dikutip oleh Uyoh Sadulloh (2007:17) memberikan kritik terhadap pengertian
tersebut, dengan mengemukakan bahwa definisi tersebut tidak memuaskan,
karena beberapa alasan, yaitu:
1. Tidak menunjukkan karakteristik yang berbeda antara berpikir
filsafati dengan fungsi-fungsi kebudayaan dan sejarah,
2. Para ilmuwan juga berpikir reflektif dan kritis, padahal antara
sains dan filsafat berbeda,
3. Ahli hukum, ahli ekonomi juga ibu rumah tangga sewaktu-waktu
berpikir reflektif dan kritis, padahal mereka bukan filsuf atau
ilmuwan. Dalam Al Qur’an dan budaya arab terdapat istilah
“hikmat‖ yang berarti arif atau bijak.
Filsafat itu sendiri bukan hikmat, melainkan cinta yang sangat
mendalam terhadap hikmat. Dengan pengertian tersebut, maka yang
dinamakan filsuf adalah orang yang mencintai dan mencari hikmat dan
berusaha mendapatkannya. Al-Syaibani (1979) mengatakan bahwa hikmat
mengandung kematangan pandangan dan pikiran yang jauh, pemahaman dan
pengamatan yang tidak dapat dicapai oleh pengetahuan saja. Dengan hikmat
filsuf akan mengetahui pelaksanaan pengetahuan dan dapat
melaksanakannya.
Seorang filsuf akan memperhatikan semua aspek pengalaman
manusia. Pandangannya yang luas memungkinkan ia melihat segala sesuatu
secara menyeluruh, memperhitungkan tujuan yang seharusnya. Ia akan
melampaui batas-batas yang sempit dari perhatian yang khusus dan
kepentingan individual. Harold H. Titus (1959) mengemukakan pengertian
filsafat dalam arti sempit maupun dalam arti luas. Dalam arti sempit filsafat

5
diartikan sebagai ilmu yang berkaitan dengan metodologi atau analisis bahasa
secara logis dan analisis makna-makna. Filsafat diartikan sebagai science of
science yang bertugas memberi analisis secara kritis terhadap asumsi-asumsi
dan konsep-konsep ilmu, mengadakan sistematisasi atau pengorganisasian
pengetahuan.
Dalam pengertian yang lebih luas, filsafat mencoba mengintegrasikan
pengetahuan manusia yang berbeda-beda dan menjadikan suatu pandangan
yang komprehensif tentang alam semesta, hidup dan makna hidup. Ada
beberapa definisi filsafat yang dikemukakan Harold Titus, yaitu:
1. Filsafat adalah suatu sikap tentang hidup dan alam semesta;
2. Filsafat adalah suatu metode berpikir reflektif dan penelitian
penalaran;
3. Filsafat adalah suatu perangkat masalah-masalah;
4. Filsafat adalah seperangkat teori dan sistem berpikir.
Berfilsafat merupakan salah satu kegiatan manusia yang memiliki
peran penting dalam menentukan dan menemukan eksistensinya. Dalam
kegiatan ini manusia akan berusaha untuk mencapai kearifan dan kebajikan.
Kearifan merupakan hasil dari filsafat dari usaha mencapai hubungan-
hubungan antara berbagai pengetahuan dan menentukan implikasinya, baik
yang tersurat maupun yang tersurat dalam kehidupan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa berfilsafat merupakan
kegiatan berpikir yang khas, yaitu radikal, sistematis dan universal untuk
mencari kearifan, kebenaran yang sesungguhnya dari segala sesuatu.
Berfilsafat berarti berpikir merangkum (sinopsis) tentang pokok-pokok atau
dasar-dasar dari hal yang ditelaahnya(Filsafat & Yunanilah, 1995).

C. Filsafat Islam: Antara Pilihan Kebenaran Wahyu dan Kebenaran Akal

Salah satu fakta terpenting tentang keterkaitan filosof Islam dengan


sumber tekstual adalah pandangan tentang akal ('aql). Karena ketika seorang
filosof beragama, dalam Filsafat Islam:
Antara Pilihan Kebenaran Wahyu dan Kebenaran Akal Salah satu
fakta terpenting tentang keterkaitan filosof Islam dengan sumber tekstual
adalah pandangan tentang akal ('aql) Karena ketika seorang filosof beragama,
dalam pencarian kebenaran ia dihadapkan dengan dua sumber, yaitu sumber
kebenaran absolut yang diberikan oleh tuhan (reuealed knowledge) berupa
kitab suci dan kebenaran rasional sebagai hasil kreasinya dalam belpikir
(acquired knowledge), pengetahuan hasil pencarian manusia) Dua kebenaran
tersebut bertarung dalam kesadaran seorang filosof.
Dalam aktivitas berpikir rasional, apa yang disebut sebagai pemikiran
spekulatif mengambil dua macam bentuk,

6
1. Pemikiran spekulatif murni, yaitu pemikiran bebas rasional manusia
yang mendalam tanpa dibatasi oleh batas kebenaran lain, seperti
pemikiran filsafat Yunani.
2. pemikiran spekulatif yang tidak murni seluruhnya bebas, yaitu
spekulasi yang tidak mengasumsikan pemikiran yang bebas, tapi masih
mempertimbangkan kebenaran kitab suci.
Dalam katanya dengan pandangan filosof Islam tentang akal,
rasionalitas bukanlah mengasumsikan kebebasan tak terbatas, seperti
pemikiran spekulatif murni kalangan filosof Yunani, melainkan sebuah
pemikiran rasional yang mericari kesesuaian antara pemikiran rasional
manusia dengan kebenaran yang diberikan melalui kitab suci. Sebagai contoh
untuk menjelaskan posisi spekulasi filosof Islam untuk mencari kebenaran,
kita kemukakan argumen sebab-akibat atau yang dikenal juga dengan
argumen penyebaran (causation) untuk membuktikan secara rasional adanya
tuhan.
Argumen ini menjelaskan bahwa rangkaian sebab-akibat (A-B-C-D
dst...), di mana A menjadi sebab dan B menjadi akibat dari A sekaligus
sebagai sebab bagi C, dst. Seperti layaknya dalam kelahiran manusia.
Pemikiran spekulatif tidak bisa menerima berdasarkan pertimbangan rasional
bahwa rangkaian sebab akibat tersebut berlanjut tanpa akhir, karena jika A
sebagai sebab dan kembali ke A, maka sebenarnya tidak ada sebab dan
akibat. Untuk menjelaskan hal ini, para filosof memiliki konsep yang disebut
dengan ad infnitum, yaitu ketidakmungkinan secara rasional rangkaian sebab-
akibat tersebut berlanjut tanpa akhir. Dalam logika, prinsip ini mirip dengan
istilah yang dikenal dengan petitio principii atau fallacy of begging question.

D. Peran Al-Qur'an dalam perkembangan filsafat

Al-Qur'an adalah sentral bagi perkembangan filsafat Islam. Kita bisa


melihat peran al-Qur'an dalam perkembangan filsafat Islam dalam beberapa
segi.
1. istilah lain filsafat Islam, yaitu al-hikmah, diambil dari al-Qur'an (Qs.
al-Baqarah/ 2:269 dan Ali imran 3:48) dan hadits, sebagaimana
dikemukakan sebelumnya. Penyebutan al-hikmah untuk filsafat Islam
untuk menunjukkan bahwa di samping di akui peran nya dalam islam.
juga bahwa penggunaan akal harus tetap merupakan basis penguat
kebenaran-kebenaran yang disampaikan oleh wahyu. Ide bahwa filsafat
dan agama tidak bertentangan, seperti dikemukakan oleh Ibn Rusyd
dalam Fashl al- maqal fima bayn al hikmah wa asy syari'ah min al
ittishal, memperjelas peran kitab suci dalam pencarian kebenaran
melalui spekulasi akal.

7
2. Al-Qur'an mendorong manusia untuk menggunakan pemikiran akal
dengan intensif dalam memahami agama dengan ungkapan seperti afala
ta'qilun afala tataddabarun, dan afala yatadabbarun . Tidak diragukan
lagi bahwa akal merupakan sarana penting untuk memahami Islam.
Bahkan, al-Qur'an dalam menyampaikan ajaran-ajarannya, di samping,
menggunakan metode khithabi (retorik), yaitu menyampaikan pesan
secara retorik tanpa disertai dengan argumen rasional di dalamnya, juga
menggunakan metode burhani (demonstratif), yaitu menggunakan
alasan-alasan rasional yang dapat diterima oleh semua orang.
Penggunaan metode burhani terutama berkaitan dengan ajakan al-
Qur'an kepada manusia untuk bertauhid.

E. Al-qur'an dan epistemologi pengetahuan makna Semantik Kata Ra’a,


Naẓar Dan Baṣar Dalam Alquran

Epistemologi merupakan kajian filsafat tentang asal-usul, struktur,


metode kesahihan dan tujuan pengetahuan. Ia menjelaskan proses dan
prosedur memperoleh pengetahuan. Studi ini memfokuskan pada isyarat
bahasa Alquran tentang proses untuk memperoleh pengetahuan. Objek
kajiannya adalah sistem makna tiga kata dalam Alquran, yakni ra’a, naẓar dan
baṣar yang seringkali diterjemahkan dengan melihat. Melalui analisis
semantik, kajian ini menunjukkan bahwa terdapat konsistensi perbedaan
ketiga kata tersebut. Hampir semua kata ra’a menunjukkan makna melihat
secara inderawi pada suatu objek. Ini berbeda dengan kata naẓar yang
menunjukkan makna melihat melalui inderawi tetapi dikuatkan dengan akal,
perenungan dan menghubungkan dengan objek lain Sedangkan kata baṣar
mengandung makna melihat dengan hati. Karenanya, wawasan Alquran
tentang epistemologi pengetahuan dilihat dari tiga kata tersebut menunjukkan
pentingnya indera, akal dan hati dalam proses memperoleh
pengetahuan(Tekstual,2013).

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Alquran Menurut Bahasa secara bahasa diambil dari kata: -‫ يقرا‬- ‫قر ا‬
‫ وقرانا‬-‫راة‬YY‫ ق‬yang berarti sesuatu yang dibaca. Arti ini mempunyai makna
anjuran kepada umat Islam untuk membaca Alquran. Alquran juga bentuk
mashdar dari ‫ القراة‬yang berarti menghimpun dan mengumpulkan. Dikatakan
demikian sebab seolah-olah Alquran menghimpun beberapa huruf, kata, dan
kalimat secara tertib sehingga tersusun rapi dan benar. Oleh karena itu
Alquran harus dibaca dengan benar sesuai sesuai dengan makhraj dan sifat-
sifat hurufnya, juga dipahami, diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dengan
tujuan apa yang dialami masyarakat untuk menghidupkan Alquran baik
secara teks, lisan ataupun budaya.
Menurut M. Quraish Shihab, Alquran secara harfiyah berarti bacaan
yang sempurna. Ia merupakan suatu nama pilihan Allah yang tepat, karena
tiada suatu bacaanpun sejak manusia mengenal tulis baca lima ribu tahun
yang lalu yang dapat menandingi Alquran, bacaan sempurna lagi mulia. Dan
juga Alquran mempunyai arti menumpulkan dan menghimpun qira’ah berarti
menghimpun huruf-huruf dan katakata satu dengan yang lain dalam suatu
ucapan yang tersusun rapih. Quran pada mulanya seperti qira’ah, yaitu
mashdar dari kata qara’a, qira’atan, qur’anan. Alquran Menurut Istilah
Alquran menurut istilah adalah firman Allah SWT. Yang disampaikan oleh
Malaikat Jibril dengan redaksi langsung dari Allah SWT. Kepada Nabi
Muhammad SAW, dan yang diterima oleh umat Islam dari generasi ke
generasi tanpa ada perubahan.5 Menurut Andi Rosa Alquran merupakan
qodim pada makna-makna yang bersifat doktrin dan makna universalnya saja,
juga tetap menilai qodim pada lafalnya. Dengan demikian Alquran
dinyatakan bahwasannya bersifat kalam nafsi berada di Baitul Izzah (al-sama’
al-duniya), dan itu semuanya bermuatan makna muhkamat yang menjadi
rujukan atau tempat kembalinya ayat-ayat mutasyabihat, sedangkan Alquran
diturunkan ke bumi dan diterima oleh Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi
terakhir, merupakan kalam lafdzi yang bermuatan kalam nafsi, karena tidak
mengandung ayat mutasyabihat, tetapi juga ayat atau makna-maknanya
bersifat muhkamat.
filsafat dapat diartikan sebagai suatu pendirian hidup (individu) dan dapat
juga disebut sebagai pandangan masyarakat, Filsafat diartikan sebagai suatu
pandangan kritis yang sangat mendalam sampai ke akar-akarnya Dalam
pengertian lain, filsafat diartikan sebagai interpretasi atau evaluasi terhadap
apa yang penting atau apa yang berarti dalam kehidupan.

9
Al-Quran adalah sentral bagi perkembangan filsafat islam, peran Al-
Quran dalam perkembangan filsafat Islam bisa di lihat dari beberapa segi.
Istilah lain filsafat Islam dalam alquran (Al-hikmah). Alquran mendorong
manusia untuk menggunakan pemikiran akal dengan intensif.

B. Saran

Saran kami dalam makalah ini agar bisa bermanfaat dan diharapkan
perkembangan ilmu yang pesat di zaman modern ini tidak luput dari nilai-nilai
agama dan agama dapat dijadikan arah dalam menentukan perkembangan ilmu
selanjutnya. Tanpa adanya bimbingan terhadap ilmu, dikhawatirkan kehebatan ilmu
dan teknologi tidak semakin menyejahterakan manusia, tetapi justru merusak
bahkan menghancurkan kehidupan mereka. kami selaku penulis memohon kepada
para pembaca agar memberikan kritik dan saran atas makalah kami karena pasti
kami tidak akan lepas dari kekeliruan-kekeliruan.
Kami selaku penulis memohon kepada para pembaca agar memberikan
kritik dan saran atas makalah kami karena pasti kami tidak akan lepas dari
kekeliruan-kekeliruan. Kami selaku penulis memohon kepada para pembaca agar
memberikan kritik dan saran atas makalah kami karena pasti kami tidak akan lepas
dari kekeliruan-kekeliruan. Mungkin cukup sekian apabila ada kata-kata yang salah
dan tidak sesuai dalam tugas makalah ini kami mohon maaf.

10
DAFTAR PUSTAKA

Filsafat, A. P., & Yunanilah, D. (1995). No Title. 1–85.

Ii, B. A. B. (n.d.). No Title. 27–36.

Tekstual, S. (2013). Al-qur’an. 1(1).

11
12

Anda mungkin juga menyukai