Anda di halaman 1dari 9

I

PARADIGMA PEMAHAMAN ISLAM TEKSTUAL DAN


KONTEKSTUAL

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Pemikiran Moderen Dalam Islam

Dosen Pengampu:
Dr. Anas Amin Alamsyah, M.Ag.

Oleh:
Imam Syafiq Arrizal 07020123029
Pashya Nanda Mutya 07040123065

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2023
II

KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah pada Allah SWT.Yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayahnya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah kami yang berjudul “PARADIGMA
PEMAHAMAN ISLAM TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL”. Makalah
ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Al-Quran. Sholawat
serta salam tiada henti tercurah limpahkan kepada sang kekasih pemberi
syafaat, Nabiyullah wa Rasulullah Muhammad SAW, yang telah
mengorbankan jiwa dan raganya demi tegaknya agama Islam di muka
bumi ini.

Tidak lupa kami selaku penulis menyampaikan terima kasih kepada


bapak Dr. Anas Amin Alamsyah, M.Ag. selaku dosen pengampu mata
kuliah Pemkiran Modern dalam Islam, yang telah memberikan bimbingan
kepada kami. Penulis menyampaikan bahwasanya makalah ini, tidak lepas
dari kesalahan dalam teknis penulisan maupun yang lainnya. Oleh karena
itu, penulis menerima setiap evaluasi dan saran agar makalah ini semakin
terancang dengan sempurna. Kami mengharapkan karya ini tidak ada saran
dan kritik dari pembaca, karena makalah ini nantinya sangat bermanfaat
bagi kita semua. Kemudian, apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya karena kebenaran
hanyalah milik Allah SWT semata dan setan adalah sumber dari
kesalahan, dan kami (manusia) hanyalah korban.

Surabaya, 25 Februari 2024


III

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... II

DAFTAR ISI .................................................................................................. III

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan ............................................................................ 2

BAB II. PEMBAHASAN

A. Latar Historis ................................................................................ 3

B. ......................................................................................................... 4

C. ........................................................................................................ 5

D. ........................................................................................................ 9

BAB III. PENUTUP ....................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 11


1

Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Secara historis teks yang ada dalam kitab suci Al-Qur'an merupakan teks
yang sudah mapan, sementara pemahaman maknannya merupakan produk ijtihad
manusia yang memberikan intepretasi untuk menemukan maknanya. Sehingga
interpretasi terhadap teks yang termuat dalam al-Qur'an terjadi perbedaan antara
seorang penafsir dengan penafsir lainnya. Al-Qur’an adalah sebuah fenomena
yang selalu menarik untuk dikaji sepanjang sejarah. Ia bukan hanya menjadi objek
perhatian manusia yang percaya kepadanya, tapi juga mereka yang tertarik untuk
menelitinya sebagai salah satu karya sejarah yang besar peranannya dalam
membebaskan manusia dari sejarah yang kelabu. Al-Qur’an turun dengan
menggunakan bahasa Arab, oleh karena itu seluruh masyarakat Arab akan
memahami pesan yang terkandung di dalam Al-Qur’an. Kemudian Al-Qur’an
yang kini berbentuk mushaf tertulis dengan menggunakan terjemah dan arti ke
berbagai bahasa di belahan dunia. Ini merupakan fenomena linguistik, sehingga
kemampuan bahasa Arab menjadi salah satu fenomena kajian yang sarat dengan
multi-interprestasi.
Menurut Quraish Shihab, semakin sering mufassir membaca Al-Qur’an
akan semakin banyak makna pesan ditemukan dan juga semakin jelas maksudnya.
Beliau menggambarkan : Ayat-ayat Al-Qur’an bagaikan intan, setiap sudutnya
memancarkan cahaya yang berbeda dengan apa yang terpancar dari sudut lainnya.
Dan tidak mustahil jika kita mempersilahkan orang lain memandangnya dari sudut
lainnya, dia akan melihat lebih banyak dibanding apa yang kita lihat.1 Perbedaan
capaian pesan 1 Quraish, Shihab Tafsir Al-Misbah : Pesan, Kesan Dan Keserasian
Al-Qur’an (Jakarta: Lentera Hati, dengan multi-interprestasi akibat dari fenomena
linguistik itu menyebabkan kualitas pesan yang ditemukan dari AlQur’an
berbeda-beda dan bertingkattingkat, sesui dengan kemampuan manusia, juga
disebabkan disebabkan oleh budaya yang melingkupi mufassir. Sepeninggal Nabi
Muhammad SAW. yang diyakini sebagai penafsir AlQur’an yang paling otoritatif.
Penafsiran terhadap Al-Qur’an tidak pernah tuntas, karena para penafsir
dalam penafsirannya di dasarkan pada cara pemahaman yang mengikuti
perkembangan cara berfikir manusia itu sendiri, Ignaz Gholdizher mencatat ada
lima kecenderungan tafsir atau studi Al-Qur’an mulai klasik sampai era modern,
yakni studi Al-Qur’an tradisional, studi Al-Qur’an dogmatis, studi Al-Qur’an
mistik, studi Al-Qur’an sectarian dan studi Al-Qur’an Modern.2 Sebagian umat
Islam sendiri muncul kecenderungan untuk menyeragamkan penafsiran terhadap
Al-Qur’an, karena mereka memahami Al-Qur’an sebagai Arkoun sebuah korpus
resmi yang tertutup. Persoalan penafsiran di berbagai persoalan termasuk dalam
memaknai Islam dalam perspektif Al-Qur’an selalu menjadi perdebatan. Embrio
munculnya tafsir yang berorientasi tekstual dan kontekstual sebenarnya telah ada
2

sejak masa Nabi Muhammad saw. Kasus-kasus ijtihad yang dilakukan oleh para
sahabat Nabi, misalnya, Umar Bin Khathab, dapat dijumpai, dan terutama
menimbulkan kesan perdebatan. Perdebatan terjadi antara kelompok yang
berorientasi pada makna harfiah teks dengan yang berorientasi pada makna
kontekstual teks. Namun seiring dengan perkembangan dan perluasan wilayah
Islam serta bertambahnya komunitas
Konsep Islam dalam Al-Qur’an dimaknai dalam dua teknik interpretasi yaitu
dipahami secara tekstual dan kontekstual. Kedua perspektif ini memiliki fokus yang
berbeda, Islam dalam pemahaman tekstual lebih terfokus pada teks apa adanya dalam
pengertian sebuah keyakinan, akidah, dan doktrin yang telah baku, melembaga, dan
bersifat holistik, yang mengatur segala aspek kehidupan manusia. Sedangkan
kontekstual selain memperhatikan teks juga mempertimbangkan unsur konteks yang
melingkupi teks yang merupakan sebuah instrumen agama dengan seperangkat doktrin
yang bersifat universal dan progresif, dimaknai dalam pengertian sesuai dengan
fitrahnya sebagai agama rahmatan li al-‘alamin, tidak mungkin bersifat kaku atau statis.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Islam tekstual dan kontekstual?
2. Apa yang dimaksud paradigma islam tekstual dan kontekstual ?
3. Apa urgensi dari memahami islam tekstual dan kontekstual?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian Islam tekstual
2. Untuk memahami paradigma pemahaman tekstual terhadap Islam dan
ajaranya
3. Untuk mengetahui pengertian Islam kontekstual
4. Untuk memahami paradigma pemahaman kontekstual terhadap islam
dan ajaranya
3

Bab II
Pembahasan
A. Pengertian Islam Tekstual
Secara etimologis Pendekatan tekstual merupakan salah satu cara
yang dipergunakan dalam memahami kajian Islam. (lughowi), tekstual
berasal dari kata benda bahasa Inggris “text”, yang berarti isi, bunyi, dan
gambar-gambar dalam sebuah buku. Sedangkan dalam bahasa Arab kata
teks disebut dengan istilah nash, istilah tersebut telah digunakan dalam
wacana keilmuan Islam klasik (hukum Islam). Dalam Mu‟jam Maqayis al-
Lughah, nash diartikan dengan mengangkat atau batas akhir sesuatu. Di
kalangan ulama Ushul Fiqh nash berarti lafal yang hanya bermakna sesuai
dengan ungkapannya dan tidak dapat dialihkan pada makna lain. Secara
terminologis (isthilahan), teks adalah esensi wujud dari bahasa. Teks
merupakan wujud dari susunan kosa kata dan kalimat. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, teks adalah naskah yg berupa kata-kata asli dari
pengarang, atau kutipan dari kitab suci untuk pangkal ajaran atau alasan.
Pemahaman tekstual adalah pemahaman yang berorientasi pada teks dalam
dirinya. Sedangkan interpretasi tekstual ialah memahami makna dan
maksud Alquran dan hadist sebagai sumber hukum Islam hanya melalui
redaksi lahirnya saja. Oleh karena itu, melalui pendekatan tekstual, wahyu
dipahami melalui pendekatan kebahasaan, tanpa melihat latar sosio-
historis, kapan dan di mana wahyu itu diturunkan.

B. Paradigma Pemahaman Tekstual Terhadap Islam dan Ajaranya

Dalam mempelajari agama diperlukan berbagai macam pendekatan agar


substansi dari agama itu mudah dipahami. Adapun yang dimaksud dengan
pendekatan di sini adalah cara pandang atau paradigma yang terdapat dalam
suatu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan dalam memahami agama.
Berbagai pendekatan manusia dalam memahami agama dapat melalui
pendekatan paradigma tersebut. Dengan pendekatan ini semua orang dapat
sampai pada agama. Di sini dapat dilihat bahwa agama bukan hanya monopoli
kalangan teolog dan normalis, melainkan agama dapat dipahami semua orang
sesuai dengan pendekatan dan kesanggupannya. Oleh karena itu, agama
merupakan hidayah yang diberikan Allah kepada manusia. Dalam mempelajari
agama diperlukan berbagai macam pendekatan agar substansi dari agama itu
mudah dipahami. Adapun yang dimaksud dengan pendekatan di sini adalah cara
pandang atau paradigma yang terdapat dalam suatu bidang ilmu yang
selanjutnya digunakan dalam memahami agama. Berbagai pendekatan manusia
dalam memahami agama dapat melalui pendekatan paradigma tersebut.
Dengan pendekatan ini semua orang dapat sampai pada agama. Di sini dapat
dilihat bahwa agama bukan hanya monopoli kalangan teolog dan normalis,
4

melainkan agama dapat dipahami semua orang sesuai dengan pendekatan dan
kesanggupannya. Oleh karena itu, agama merupakan hidayah yang diberikan
Allah kepada manusia. Pemahaman tekstual adalah pemahaman yang
berorientasi pada teks dalam dirinya. Pemahaman tekstual adalah pemahaman
yang berorientasi pada teks dalam dirinya. Oleh karena itu, melalui pendekatan
tekstual, wahyu dipahami melalui pendekatan kebahasaan, tanpa melihat latar
sosio-historis, kapan dan di mana wahyu itu diturunkan. Abdullah Saeed
menawarkan pengakuan atas ketidakpastian dan kompleksitas makna, urgensi
konteks baik konteks linguistik, sosio-historis, dan budaya, serta legitimasi
keragaman interpretasi menjadi sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam
melakukan interpretasi wahyu untuk menghindari misunderstanding dalam
memahami makna yang terkandung dalam sebuah teks. Sehingga cara yang
bijak dalam tekstualitas Islam adalah bagaimana menentukan dan membatasi
hubungan antara yang universal (wahyu; sakral) dan yang partikular
(keterbatasan pemahaman manusia tentang kontekstualisasi wacana Ilahi). Hal
ini terutama berlaku pada penafsiran Alquran dan kerangka yang menerapkan
nalar Islam secara historis. Di sini, akan diselidiki dua sudut pandang mengenai
hubungan tersebut, yaitu konservatif dan kritis, untuk menelusuri metode-
metode penafsiran yang dihasilkan oleh keduanya, dan dampak dari metode-
metode itu terhadap penafsiran Alquran. Akan tetapi walaupun telah
diupayakan penelusuran (makna) teks melalui berbagai cara dan upaya,
kecenderungan mendasar golongan tekstualis. Misalnya karakteristik kajian fiqh
klasik yang law in book oriented dan kurang memperhatikan law in action
merupakan akibat dari kecenderungan tekstualitas metodologi golongan
tekstualis. Sehingga studi Islam dengan hanya mengandalkan pendekatan
tekstualis akan selalu tertinggal di belakang sejarah; sampai batas tertentu
bahkan mungkin ditinggalkan karena tidak releven lagi dengan situasi dan
kondisi aktual umatnya (konstektual). Oleh karena itu, dalam rangka memahami
kata, kalimat dan struktur bahasa Alquran harus ada kesadaran untuk mengakui
akan wujud teks-teks agama yang turun dalam konteks tertentu atau khusus (as-
siyaq al-khas) dan teks-teks yang turun dalam konteks yang lebih umum (as-
siyaq al-„am). Idealnya, sebuah interpretasi yang komprehensif harus dilakukan
dengan kombinasi dua pendekatan sekaligus yaitu pendekatan tekstual dan
kontekstual.

C. Pengertian Islam Kontekstual


Kontekstual, secara etimologis (lughowi), berasal dari kata benda
bahasa Inggris “context”, yang berarti suasana, keadaan. Dalam penjelasan
lain disebutkan konteks berarti bagian dari teks atau pernyataan yang
5

meliputi kata atau bagian tertulis tertentu yang menentukan maknanya; dan
situasi di mana suatu peristiwa terjadi. Konteks dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia adalah bagian suatu uraian atau kalimat yang dapat
mendukung atau menambah kejelasan makna; situasi yang ada
hubungannya dengan suatu kejadian. Sehingga kata kontekstual dapat
diartikan sebagai sesuatu cara, metode, pendekatan atau apa saja yang
mengacu pada konteks (realitas). Sedangkan kontekstual, berarti sesuatu
yang berkaitan dengan atau bergantung pada konteks. Jadi, pemahaman
kontekstual adalah pemahaman yang didasarkan bukan hanya pada
pendekatan kebahasaan, tetapi juga teks dipahami melalui situasi dan
kondisi ketika teks itu muncul.34 Dari pengertian ini, maka paradigma
kontekstual, secara umum dapat diartikan sebagai kecenderungan suatu
pandangan yang mengacu pada konteks.

C. Paradigma Pemahaman Kontekstual Terhadap Islam dan Ajaranya

Pemahaman kontekstual adalah pemahaman yang didasarkan bukan hanya


pada pendekatan kebahasaan, tetapi juga teks dipahami melalui situasi dan
kondisi ketika teks itu muncul. Dari pengertian ini, maka paradigma kontekstual,
secara umum dapat diartikan sebagai kecenderungan suatu pandangan yang
mengacu pada konteks. Abuddin Nata menegaskan bahwa yang dimaksud
dengan pemahaman kontekstual adalah upaya memahami ayat-ayat Alquran
sesuai dengan konteks dan aspek sejarah ayat itu, sehingga nampak gagasan
atau maksud yang sesungguhnya dari setiap yang dikemukakan oleh Alquran.
Alquran meruapakan wahyu Allah yang bersifat absolut. Di dalamnya terdapat
banyak ayat yang menjelaskan tentang Islam sebagai agama yang tidak
memberatkan umatnya. Ajaran Islam selalu relevan disepanjang zaman. Oleh
karena itu, maka diperlukan pemahaman Islam secara tekstual dan kontekstual.
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, bahawa Islam tekstual adalah Islam
yang dipahami berorientasi pada teks dalam dirinya. Oleh karena itu, wahyu
dipahami melalui pendekatan kebahasaan, tanpa melihat latar sosiohistoris,
kapan dan di mana wahyu itu diturunkanAlquran yang turun pada bangsa Arab,
awalnya ditanggapi secara serius oleh mereka karena adanya benturan antara
nilai-nilai yang dibawa oleh Alquran dengan nilai-nilai warisan leluhur yang telah
berakar kuat dan menyatu dengan kehidupan mereka. Benturan itu pada
umumnya berkaitan dengan misi Alquran yang ingin meluruskan bentuk-bentuk
keyakinan, budaya, dan ikatan-ikatan primordial bangsa Arab waktu itu. Bahkan
dalam memahami hadist Nabi pun melibatkan aspek konteks. Sebagaimana
pendapat Yusuf Qardhawi, diantara cara yang baik memahami hadis Nabi SAW
adalah dengan memperhatikan sebabsebab khusus yang melatarbelakangi
diucapkannya suatu hadis, atau kaitannya dengan suatu „illat (alasan/sebab)
yang dinyatakan dalam hadis tersebut ataupun dapat dipahami melalui kejadian
yang menyertainya.
6

Oleh karena itu, kontekstual dalam hal ini mengandung tiga pengertian utama
yaitu:
(1) upaya pemaknaan dalam rangka mengantisipasi persoalan dewasa ini yang
umumnya mendesak, sehingga arti kontekstual identik dengan situasional;
(2) pemaknaan yang melihat keterkaitan masa lalu, masa kini, dan masa
mendatang; di mana sesuatu akan dilihat dari sudut makna historis dulu, makna
fungsional saat ini, dan memprediksikan makna (yang dianggap relevan) di
kemudian hari.
(3) Mendudukkan keterkaitan antara teks Alquran dan terapannya.

BAB III

PENUTUP

Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai