Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

METODOLOGI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL

Ditunjukkan untuk pemenuhan tugas mata kuliah Pengantar Studi Islam

Semester I

Dosen Pengampu: Muhammad Abduh, M.H.I,. CM.

Disusun Oleh:

Nama: Silvy Al Rizki

NIM: 22106005

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

INSTITUT AGAMA ISLAM TASIKMALAYA

2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum, Wr. Wb.

Alhamdullilah Puji Syukur ke hadirat Allah SWT senantiasa kita ucapkan


atas karunia-Nya berupa nikmat iman dan kesehatan ini akhirnya saya bisa
menyelesaikan makalah yang berjudul, “Metodologi Tekstual dan Kontekstual
Studi Islam”, ini dengan tepat waktu tanpa kendala apa pun. Tidak lupa shalawat
serta salam tercurah limpahkan bagi Baginda Agung Nabi Muhammad SAW, yang
syafaatnya akan kita nantikan kelak.

Makalah ini, berujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
semester I, yaitu mata kuliah Pendididkan Pancasila. Selain itu penulis juga
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca mengenai isi makalah, supaya makalah ini nantinya dapat
menjadi makalah mupun diari penulisnya sendiri bisa naik ke tingkat yamg lebih
baik. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan dalam makalah ini penulis
meminta maaf yang saebesar-besarnya.

Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa
bermanfaat untuk perkembangan serta peningkatan ilmu pengetahuan.

Waasalamu’alakum, Wr. Wb.

Tasikmalaya, 17 November 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................

DAFTAR ISI............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................

1.1 Latar Belakang Masalah.....................................................................................


1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................
1.3 Tujuan Makalah.................................................................................................
1.4 Manfaat dan Kegunaan Makalah.......................................................................

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................

2.1 Metodologi Tekstual.........................................................................................

2.2 Metodologi Kontekstual...................................................................................

BAB III KESIMPULAN SARAN DAN PENUTUP.........................................

3.1 Kesimpulan......................................................................................................

3.2 Saran dan Penutup............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Sejak islam ada dan lahir, keberadaanya merupakan agama yang rahmatan
lil’alamin, merupakan agama yang konkret dari segala hal baik dalam peraturannya,
hukum, tata cara dan lain sebagainya. Seabagai agama yang komprehensif, maka
perlu dilakukan studi islam untuk mempelajari, mengkaji dan mendalami hal-hal
yang berhubungan dengan praktik-praktik dan ajaran islam yang dilakukan dalam
sejarah umat manusia sesuai dengan pengetahuan Islam dan rnampu
menyesuaikan diri di era globalisasi ini. Dalam sejarah perturnbuhan studi Islam
dunia telah banyak melahirkan corak dan ragamnya, ini membuktikan luasnya
kajian Islam yang bisa di kaji, bukan hanya aspek teologis tetapi juga menyentuh
kajian Islam nornarif, yakni Islam ideal sebagaimana yang rerruang dalam Al-
Qur'an dan Hadits, maupun kajian Islam historis yaitu Islam yang berhubungan
dengan sejarah kehidupan manusia terrnasuk dalam hal relasi sosial masyarakat
dalam hubungannya dengan agama. Metodologi studi Islam secara benar sangat
diperlukan, sehingga Islam mampu menyesuaikan diri dengan pengaruh
globalisasi dalam membangun bangsa dan negara ini serta mampu hidup
toleran dalam keberagaman dengan mengacu pada sumber ajaran Islam yang
utama yaitu Al-Qur'an dan As-Sunnah.
Al-Qur'an adalah sumber hukum pertama umat Muhammad. Kemampuan
setiap orang untuk memahami tafsir dan ekspresi Al-Qur'an berbeda-beda.
Perbedaan kemampuan penalaran di antara mereka tidak terbantahkan. Kaum awam
hanya dapat mengetahui makna dan pemahaman tertinggi dari kitab suci dalam
skala global. Dan kalangan intelektual dan terpelajar akan dapat menyimpulkan
makna dibalik ayat ini.
Tafsir Alquran telah ditemukan, tumbuh dan berkembang sejak masa awal
pertumbuhan dan perkembangan Islam. Hal ini dikarenakan makna dan kandungan
beberapa ayat tidak dapat dipahami oleh para sahabat kecuali jika harus mengacu
pada Nabi Muhammad.
Teks al-Qur'an tidak berubah, tetapi interpretasi teks selalu berubah sesuai
dengan konteks ruang dan waktu manusia. Oleh karena itu, Al-Qur'an selalu
terbuka untuk dianalisis, dicermati dan ditafsirkan (ditafsirkan) melalui berbagai
alat, metode dan jalan untuk mengungkapkan isi yang sebenarnya. Berbagai metode
dan tafsir telah diajukan sebagai cara membedah makna Al-Qur'an yang paling
dalam.
Memenuhi kebutuhan umat Islam untuk memahami semua aspek konten.
Intensitas perhatian al-Qur'an dan ulama terhadap tafsir al-Qur'an, tafsir al-Qur'an
terus berkembang hingga saat ini. Dari sinilah Mufaslin menemukan segala macam
penjelasan, yaitu jalan-jalan penafsiran. Setiap metode interpretasi memiliki
kelebihan dan kekurangan. Metode yang digunakan juru bahasa bergantung pada
apa yang ingin mereka ketahui atau capai.
Tulisan ini akan menjelaskan salah satu metodologi pendekatan studi islam,
yaitu metodologi tekstual dan kontekstual, pendekatan ini adalah metode
pendekatan yang paling awal digunakan dalam mengkaji dan mempelajari islam
oleh kebanyakan orang. Contohnya dalam mengkaji Al-Qur’an, hadist-hadist Nabi
sebelum mencari melalui pendekatan lainnya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakangnya, maka rumuasan masalahnya adalah:

1. Apa yang dimaksud dengan metodologi tekstual dan kontekstual?


2. Apa yang dikaji oleh metodologi tekstual dan kontekstual dalam Stusi Islam?
3. Bagaimana cara analisis metodologi tekstual dan kontekstual?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah

Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan dari makalah ini adalah:

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan metodologi tekstual dan kontekstual.


2. Mengetahui apa yang dikaji oleh metodologi tekstual dan kontekstual dalam
Studi Islam.
3. Mengetahui cara analisi metodologi tekstual dan kontekstual.

1.4 Manfaat dan Kegunaan Makalah


a. Bagi Penulis

Manfaaat bagi penulis adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pengantar Studi Islam dan menambah wawasan penulis mengenai metodologi
tekstual dan kontekstual dalam studi Islam.

b. Bagi Pembaca

Manfaat bagi pembaca adalah memberikan wawasan dan pemahaman mengenai


metodologi tekstual dan kontekstual sebagai salah satu metodologi dalam studi
Islam. Meningkatkan kewaspadaan akan infomasi mengenai Islam atau ajaran
Islam yang belum jelas sumber dan maksudnya.
BAB II PEMBAHASAN

1.1 Metode Tektual


Pendekatan tekstual adalah pendekatan yang paling awal digunakan dalam
memahami Al-Qur’an, hadis-hadis Nabi dan sumber kajian studi islam berbentuk
teks lainnya. Karena memahami sebuah teks adalah terlebih dahulu dengan
mencoba menangkap makna asalnya, makna yang populer dan mudah ditangkap.
Bila tidak dapat dipahami, karena berbagai alasan, baru kemudian digunakan
pendekatan lainnya.
Tekstual dapat diartikan mengcu pada teks. Metodologi tekstual menekankan
padan signifikansi teks-teks sebagai kajian Islam dengan merujuk pada sumber-
sumber suci dalam Islam, terutama al-Qur’an atau Hadist. Tidak memandang latar
belakang permasalahan yang terjadi.
Kata teks bermakna “kata asli dari pengarangnya” atau “sesuatu yang
tertulis”. Kata tekstual adalah kata sifat dari kata teks sehingga bermakna “bersifat
teks” atau “bertumpu pada teks”. Dari sini maka secara istilah pendekatan tekstual
berkaitan dengan pemahaman hadis dengan memahami makna dan maksud yang
terkandung dalam hadis-hadis Nabi dengan cara bertumpu pada analisis teks hadis.
Dari definisi di atas, maka yang menjadi perhatian pendekatan ini adalah makna-
makna kata dan struktur gramatika teks. Pendekatan ini tentu menjadikan dominasi
teks sangat kuat.
Pendekatan tekstual merupakan salah satu cara yang dipergunakan dalam
memahami kajian Islam. Secara etimologis (lughowi), tekstual berasal dari kata
benda bahasa Inggris “text”, yang berarti isi, bunyi, dan gambar-gambar dalam
sebuah buku. Sedangkan dalam bahasa Arab kata teks disebut dengan istilah nash,
istilah tersebut telah digunakan dalam wacana keilmuan Islam klasik (hukum
Islam). Dalam Mu’jam Maqayis al-Lughah, nash diartikan dengan mengangkat atau
batas akhir sesuatu. Di kalangan ulama Ushul Fiqh nash berarti lafal yang hanya
bermakna sesuai dengan ungkapannya dan tidak dapat dialihkan pada makna lain.
Secara terminologis (isthilahan), teks adalah esensi wujud dari bahasa. Teks
merupakan wujud dari susunan kosa kata dan kalimat. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, teks adalah naskah yang berupa kata-kata asli daripengarang, atau
kutipan dari kitab suci untuk pangkal ajaran atau alasan. Pemahaman tekstual
adalah pemahaman yang berorientasi pada teks dalam dirinya. Sedangkan
interpretasi tekstual ialah memahami makna dan maksud Alquran dan hadist
sebagai sumber hukum Islam hanya melalui redaksi lahirnya saja. Oleh karena itu,
melalui pendekatan tekstual, wahyu dipahami melalui pendekatan kebahasaan,
tanpa melihat latar sosio-historis, kapan dan di mana wahyu itu diturunkan.
Pendekatan tekstual dalam mengkaji Al-Qur’an menjadikan lafal-lafal Al-
Qur’an sebagai obyek. Pendekatan ini menekankan analisisnya pada sisi
kebahasaan dalam memahami Al-Qur’an. Secara praktis, pendekatan ini dilakukan
dengan memberikan perhatian pada ketelitian redaksi dan teks ayat-ayat Al-Qur’an.
Pendekatan ini banyak dipergunakan oleh ulama-ulama salaf dalam menafsiri Al-
Qur’an dengan cara menukil hadits atau pendapat ulama yang berkaitan dengan
makna lafal yang sedang dikaji.
Secara sederhana pendekatan ini dapat diasosiasikan dengan tafsir bi al-
ma’tsur. Nash yang dihadapi ditafsirkan sendiri dengan nash baik AL-Qur’an
ataupun hadist. Penafsiran tekstual mengarah pada pemahaman teks semata, tanpa
mengaitkannya dengan situasi lahimya teks, maupun tanpa mengaitkannya dengan
sosiokultural yang menyertainya. Kesan yang ditimbulkannya mengarah pada
pemahaman yang sempit dan kaku, sehingga sulit untuk diterapkan pada era
modern ini dan sulit pula untuk diterima. Misalnya asas perkawinan Islam dipahami
oleh ulama klasik, boleh juga sampai kini, adalah asas poligami sesuai dengan
pemahaman ayat 3 surat An-Nisa' .
Contoh lain adalah masalah hak waris antara laki-laki dan perempuan yang
sudah tegas di dalam Al-Qur’an 1:2, dari segi teks perubahan pada arah penyamaan
hak waris itu menyalahi dan bertentangan dengan nash yang telah ditetapkan Al-
Qur’an.
Sisi lain dari penafsiran itu adalah penafsiran kontekstual yang semata-mata
tidak hanya melihat keumuman lafadz tetapi lebih dipengaruhi latar belakang
turunnya. Lebih jauh teks harus dipahami sesuai dengan sosio kultur masyarakat
dimana teks itu lahir. Karena tidak jarang ditemukan kekeliruan pemahaman sebuah
teks bila teks dipahami secara utuh tanpa mengaitkan sosio kultur yang melatar
belakanginya, atau kekeliruan seseorang karena tidak mengetahui apa
teks itu sebenarnya.
Abou El Fadl berpendapat bahwa makna teks sangat dipengaruhi metode
yang digunakan sang pembaca serta moralitas pembacanya. Di dalam tulisannya
yang lain, Abou El Fadl mengungkapkan: “Teks apa pun, termasuk yang Islami,
memberikan kemungkinan makna, bukan keniscayaan. Dan kemungkinan itu
dimanfaatkan, dikembangkan, dan akhirnya ditentukan oleh usaha pembaca – baik
upaya iman, kami berharap – untuk memahami kompleksitas teks. Akibatnya,
makna teks seringkali hanya bermoral seperti pembacanya. Jika pembaca tidak
toleran, penuh kebencian, atau menindas, demikian juga penafsiran teks.”
Bagi kaum tekstualis, makna sebuah kata terdapat dan melekat dalam objek
yang dituju. Padahal model perujukan makna demikian hanya relevan pada kata-
kata tertentu dan sangat terbatas, mislanya nama dan objek fisik. Bagi kaum
tekstualis, makna objek yang tunggal merupakan sesuatu yang ideal untuk
dijunjung tinggi. Oleh karenanya, Abdullah Saeed menawarkan pengakuan atas
ketidakpastian dan kompleksitas makna, urgensi konteks baik konteks linguistik,
sosio-historis, dan budaya, serta legitimasi keragaman interpretasi menjadi sesuatu
yang sangat dibutuhkan dalam melakukan interpretasi wahyu untuk menghindari
misunderstanding dalam memahami makna yang terkandung dalam sebuah teks.
Sehingga cara yang bijak dalam tekstualitas Islam adalah bagaimana
menentukan dan membatasi hubungan antara yang universal (wahyu; sakral) dan
yang partikular (keterbatasan pemahaman manusia tentang kontekstualisasi wacana
Ilahi). Hal ini terutama berlaku pada penafsiran Al-Qur’an dan kerangka yang
menerapkan nalar Islam secara historis. Di sini, akan diselidiki dua sudut pandang
mengenai hubungan tersebut, yaitu konservatif dan kritis, untuk menelusuri
metode-metode penafsiran yang dihasilkan oleh keduanya, dan dampak dari
metode-metode itu terhadap penafsiran Al-Qur’an. Akan tetapi walaupun telah
diupayakan penelusuran (makna) teks melalui berbagai cara dan upaya,
kecenderungan mendasar golongan tekstualis ialah kurangnya analisis empiris
metode penemuan hukum Islam yang masih belum terselesaikan. Kecenderungan
golongan tekstualis yang berlebihan dalam metode penemuan hukum seperti ini
pada gilirannya telah memunculkan kesulitan dan ketidak-cakapan hukum Islam itu
sendiri dalam merespon dan menyambut gelombang perubahan sosial (terlihat
saklek dan tidak fleksibel). Misalnya karakteristik kajian fiqh klasik yang law in
book oriented dan kurang memperhatikan law in action merupakan akibat dari
kecenderungan tekstualitas metodologi golongan tekstualis. Sehingga studi Islam
dengan hanya mengandalkan pendekatan tekstualis akan selalu tertinggal di
belakang sejarah; sampai batas tertentu bahkan mungkin ditinggalkan karena tidak
releven lagi dengan situasi dan kondisi aktual umatnya (konstektual).
Oleh karena itu, dalam rangka memahami kata, kalimat dan struktur bahasa
Alquran harus ada kesadaran untuk mengakui akan wujud teks-teks agama yang
turun dalam konteks tertentu atau khusus (as-siyaq al-khas) dan teks-teks yang
turun dalam konteks yang lebih umum (as-siyaq al-am). Idealnya, sebuah
interpretasi yang komprehensif harus dilakukan dengan kombinasi dua pendekatan
sekaligus yaitu pendekatan tekstual dan kontekstual.

Sebagai pendekatan yang bertumpu pada teks, maka ilmu bahasa dan ushul
fiqh merupakan bagian yang paling utama sebagai alat analisis utamanya. Para
ulama, terutama Imam al-Syafi’i dianggap paling berjasa dalam merumuskan
metodologi memahami dalil-dalil syara‟ dengan pendekatan tekstual. Dari sini
maka pendekatan tekstual dapat dilihat dalam tiga analisis, yakni 1) analaisis
kebahasaan, analisis di mana makna sebuah kata merupakan fokus utamanya, 2)
analisis kaedah ushul fiqh, yaitu analisis yang menitikberatkan pada persoalan
dilalah, dan 3) analisis dengan metode ta’wîl yakni analisis yang berusaha memberi
makna lain pada kata sebuah kata.

2.2Metodologi Kontekstual

Kontekstual, secara etimologis (lughowi), berasal dari kata benda bahasa


Inggris “context”, yang berarti suasana, keadaan. Dalam penjelasan lain disebutkan
konteks berarti bagian dari teks atau pernyataan yang meliputi kata atau bagian
tertulis tertentu yang menentukan maknanya; dan situasi di mana suatu peristiwa
terjadi. Konteks dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah bagian suatu uraian
atau kalimat yang dapat mendukung atau menambah kejelasan makna; situasi yang
ada hubungannya dengan suatu kejadian. Sehingga kata kontekstual dapat diartikan
sebagai sesuatu cara, metode, pendekatan atau apa saja yang mengacu pada konteks
(realitas). Sedangkan kontekstual, berarti sesuatu yang berkaitan dengan atau
bergantung pada konteks. Jadi, pemahaman kontekstual adalah pemahaman yang
didasarkan bukan hanya pada pendekatan kebahasaan, tetapi juga teks dipahami
melalui situasi dan kondisi ketika teks itu muncul. Dari pengertian ini, maka
paradigma kontekstual, secara umum dapat diartikan sebagai kecenderungan suatu
pandangan yang mengacu pada konteks. Abuddin Nata menegaskan bahwa yang
dimaksud dengan pemahaman kontekstual adalah upaya memahami ayat-ayat
Alquran sesuai dengan konteks dan aspek sejarah ayat itu, sehingga nampak
gagasan atau maksud yang sesungguhnya dari setiap yang dikemukakan oleh
Alquran.

Metodologi kontekstual merupakan metode untuk memahami dalam


kerangka konteksnya, baik ruang dan waktu. Pendekatan ini merupakan perangkat
komplementer yang menjelaskan motif-motif kesejahteraan dalam ritual Islam,
untuk memperkuat asumsi bahwa Islam merupakan entitas yang komprehensif yang
melingkupi elemen normatif dan elemen praksis, selain itu menepis pandangan
bahwa Islam itu radikal dan keras. Metode ini juga mengacu pada sumber-sumber
ajaran Islam yaitu Al-Qur’an dan Hadis, akan tetapi dipahami secara berbeda
dengan metodologi tekstual, dilihat dari waktu, latar belakang sosial, kultur budaya
serta faktor penyebab dan akibatnya.

Alquran meruapakan wahyu Allah yang bersifat absolut. Di dalamnya


terdapat banyak ayat yang menjelaskan tentang Islam sebagai agama yang tidak
memberatkan umatnya. Ajaran Islam selalu relevan disepanjang zaman. Oleh
karena itu, maka diperlukan pemahaman Islam secara tekstual dan kontekstual.
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, bahawa Islam tekstuaI adalah Islam yang
dipahami berorientasi pada teks dalam dirinya. Oleh karena itu, wahyu dipahami
melalui pendekatan kebahasaan, tanpa melihat latar sosio-historis, kapan dan di
mana wahyu itu diturunkan. Sedangkan Islam kontekstual adalah Islam yang
dipahami sesuai dengan situasi dan kondisi dimana Islam itu dikembangkan.
Adanya Islam kontekstual didasarkan pada latar belakang sejarah ketika Islam
diturunkan, sebagaimana diturunkannya Alquran. Alquran yang diturunkan selama
tiga belas tahun di Makkah (Surat Makkiyyah) misalnya, berbeda dengan Alquran
yang diturunkan selama sepuluh tahun di Madinah (Surat Madaniyah). terjadinya
perbedaan corak dan isi tersebut disebabkan antara lain karena perbedaan sasaran,
tantangan, dan masalaAlquran yang turun pada bangsa Arab, awalnya ditanggapi
secara serius oleh

Mereka karena adanya benturan antara nilai-nilai yang dibawa oleh Alquran
dengan nilai-nilai warisan leluhur yang telah berakar kuat dan menyatu dengan
kehidupan mereka. Benturan itu pada umumnya berkaitan dengan misi Alquran
yang ingin meluruskan bentuk-bentuk keyakinan, budaya, dan ikatan-ikatan
primordial bangsa Arab waktu itu. Bahkan dalam memahami hadist Nabi pun
melibatkan aspek konteks. Sebagaimana pendapat Yusuf Qardhawi, diantara cara
yang baik memahami hadis Nabi SAW adalah dengan memperhatikan sebab-sebab
khusus yang melatarbelakangi diucapkannya suatu hadis, atau kaitannya dengan
suatu „illat (alasan/sebab) yang dinyatakan dalam hadis tersebut ataupun dapat
dipahami melalui kejadian yang menyertainyah yang dihadapi di dua
daerah tersebut.Oleh karena itu, kontekstual dalam hal ini mengandung tiga
pengertian utama yaitu: (1) upaya pemaknaan dalam rangka mengantisipasi
persoalan dewasa ini yang umumnya mendesak, sehingga arti kontekstual identik
dengan situasional; (2) pemaknaan yang melihat keterkaitan masa lalu, masa kini,
dan masa mendatang; di mana sesuatu akan dilihat dari sudut makna historis dulu,
makna fungsional saat ini, dan memprediksikan makna (yang dianggap relevan) di
kemudian hari; dan (3) Mendudukkan keterkaitan antara teks Alquran
dan terapannya.Dengan demikian, apabila metode ini dipertemukan dengan kajian
teks Alquran, maka persoalan dengan tema pokok yang dihadapi adalah bagaimana
teks Alquran hadir di tengah masyarakat, lalu dipahami, ditafsirkan, diterjemahkan,
dan didialogkan dalam rangka menghadapi realitas sosial dewasa ini.
BAB III KESIMPULAN SARAN DAN PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pada dasarnya, kelompok tekstualis lebih mementingkan makna lahiriah


teks. Sedangkan kelompok kontektualis yang lebih mengembangkan penalaran
terhadap konteks yang berada di balik teks. Dengan menggunakan pendekatan
tekstual sekaligus konstektual dalam menginterpretasikan wahyu, seyogyanya
dapat menghasilkan sebuah interpretasi yang komprehensif dalam studi Islam.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka metode tekstual dan kontekstual dapat
dijadikan sebagai sebuah pendekatan untuk memahami ajaran agama Islam. Hal ini
selaras dengan tujuan dari eksistensi agama secara fungsional, yaitu agar kajian
Islam dapat dirasakan oleh umat Muslim dengan mudah apabila mereka mengetahui
berbagai pendekatan tersebut.

3.2 Saran dan Penutup

Secara ideal, sebuah interpretasi yang komprehensif harus dilakukan dengan


kombinasi dua pendekatan sekaligus yaitu pendekatan tekstual dan kontekstual.
Sehingga menghasilkan kajian Islam yang komprehensif, aktual dan faktual
(relevan dengan fakta/fenomena yang sedang terjadi saat itu).
DAFTAR PUSTAKA

Rozali, Muhammad. Metodologi Studi Islam Dalam Perspective Multydisiplin


Keilmuan. Banjarmasin: Rajawali Buana Pustaka, 2020.

Hermawan Adinugraha, Hendri “Memahami Studi Islam Dengan Pendekatan


Tekstual dan Kontekstual”. Jurnal Pemikiran Konstruktif Bidang Filsafat dan
Dakwah Vol. 17 No. 1 Juni (2020): 32-45.

Maizudin, “Pendekatan Tekstual Dalam Memahami Hadist”. Al-Mu’ashiran Vol.


11, No. 2 Juli (2014): 214

Anda mungkin juga menyukai