Disusun Oleh:
SURAKARTA
2021
KATA PENGANTAR
Kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih banyak kekurangan.
Sehingga kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian demi perbaikan di masa
mendatang. Kami berharap makalah ini dapat diterima dan dipahami dengan baik serta dapat
bermanfaat dalam rangka menambah wawasan bagi para pembacanya.
Penulis
i
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................................2
PEMBAHASAN..............................................................................................................................3
PENUTUP.......................................................................................................................................8
A. Kesimpulan...........................................................................................................................8
B. Saran.....................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemahaman terhadap keislaman selama ini dipahami sebagai dogma yang baku dan
menjadi suatu norma yang tidak dapat dikritik, dan dijadikan sebagai pedoman mutlak yang tidak
saja mengatur tingkah laku manusia, melainkan sebagai pedoman untuk menilai dogmatika yang
dimiliki orang lain, meskipun demikian dogmatika tersebut tidak dapat dilepaskan dari segi
sejarah pembentukan dogma itu sendiri. Kecenderungan salah penafsiran terhadap norma
mengakibatkan truth claim, dimana klaim mengasumsikan bahwa tidak ada kebenaran dan
keselamatan manusia kecuali dalam agamanya. Dogmatika yang dipahami secara fanatik tersebut
disosialisasikan sejak dini dan dilaksanakan dalam kehidupan manusia. Sehingga norma dan
tingkah laku umat beragama terkotak, di satu sisi ia menekankan ketertundukan dengan
mematikan potensi berpikir, tetapi di sisi yang lain terjadi pemberhalaan sedemikian rupa yang
menyebabkan doktrin tersebut menjadi pembatas kesatuan antar manusia. Sehingga agama yang
sebenarnya pada esensinya sebagai bentuk ekspresi religiousitas, dimana makna cinta
kemanusiaan menjadi inti dari agama, berubah menjadi sumber konflik atas nama Tuhan.
1
Dalam penelitian tersebut, peneliti menemukan bentuk pemikiran Amin Abdullah tentang
pendekatan historisitas dan normativitas. Sisi historisitas merupakan bentuk sejarah bagaimana
dogmatika itu muncul, sedangkan normativitas adalah aturan baku itu sendiri, yang mana tidak
dapat dilepaskan dari pemikiran tentangnya. Dimana penafsiran tentang dogmatika tersebut,
tidak hanya ditentukan oleh teks tunggal, melainkan juga kepentingan, kondisi, maupun
prejudice yang mendasari penafsiran juga muncul dalam pemikiran keIslaman, yang kini telah
dibakukan dan dijadikan pedoman mutlak.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kata normatif berasal dari bahasa Inggris norm yang berarti norma ajaran, acuan,
ketentuan tentang masalah yang baik dan buruk yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh
dilakukan. Pada aspek normativitas, studi Islam agaknya masih banyak terbebeni oleh misi
keagamaan yang bersifat memihak sehingga kadar muatan analisis, kritis, metodologis,
historis, empiris terutama dalam menelaah teks-teks atau naskah keagamaan produk sejarah
terdahulu kurang begitu ditonjolkan, kecuali dalam lingkungan peneliti tertentu yang masih
sangat terbatas.
Dari pengertian demikian kita dapat mengatakan bahwa yang dimaksud dengan
sejarah Islam adalah peristiwa atau kejadian yang sungguh-sungguh terjadi yang sluruhnya
berkaitan dengan ajaran Islam diantara cakupannya itu ada yang berkaitan dengan sejarah
proses pertumbuhan, perkembangan dan penyebarannya, tokoh-tokoh yang melakukan
pengembangan dan penyebaran agama Islam tersebut, sejarah kemajuan dan kemunduran
yang di capai umat Islam dalam berbagai bidang,seperti dalam bidang pengetauan agama dan
umum, kebudayaan, arsitektur, politik, pemerintahan, peperangan, pendidikan, ekonomi dan
lain sebagainya.
3
Selanjutnya periode pertengahan yang berlangsung dari tahun 1250-1800 M dibagi
menjadi dua masa, masa kemunduran I dan masa III kerajaan besar. masa kemunduran I sejak
1250-1500 M.Mas III kerajaan besar berlangsung Sejak 1500-1800 M.
Sains Islam dikembangkan oleh kaum muslimin sejak abad Islam kedua, yang
keadaannya sudah tentu merupakan salahsatu pencapaian besar dalam peradaban Islam.
Selama kurang lebih tujuh ratus tahun, sejak abad kedua hingga kesembilan masehi,
paradaban Islam merupakan peradaban yang paling produktif di bandingkan dengan
baradaban manapun di wilayah sains dan sains Islam berada pada garda depan dalam
berbagai kegiatan, mulai dari kedokteran, astronomi, matematika, fisika dan sebagainya yang
di bangun atas arahan nilai-nilai Islami.
Ketika melakukan studi atau penelitian Islam, perlu lebih dahulu ada kejelasan islam
mana yang diteliti; Islam pada level mana. Maka penyebutan Islam normati dan islam
Historis adalah salahsatu dari penyebutan level tersebut. Istilah yang hamper sama dengan
islam Normatif dan Islam Historis adalah Islam sebagai wahyu dan Islam sebagai produk
sejarah. Sebagai wahyu, Islam didefinisikan sebagaimana ditulis sebelumnya di atas, yakni:
Artinya:
Sedangkan Islam Historis atau Islam sebagai produk sejarah adalah Islam yang
dipahami dan islam yang dipraktekkan kaum muslim di seluruh penjuru dunia, mulai dari
masa nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassalam sampai sekarang. Pengelompokkan
Islam normatif dan Islam historis menurut Nasr Hamid Abu Zaid mengelompokkan menjadi
tiga wilayah (domain).
Pertama, wilayah teks asli Islam (the original text of Islam), yaitu Al-qur’an dan
sunnah nabi Muhammad yang otentik. Kedua, pemikiran Islam merupakan ragam
menafsirkan terhadap teks asli Islam (Al-qur’an dan sunnah nabi Muhammad Shallallahu
‘Alaihi Wassalam). Dapat pula disebut hasil ijtihad terhadap teks asli Islam,seperti tafsir dan
fikih. Secara rasional ijtihad dibenarkan, sebab ketentuan yang terdapat di dalam al-Qur’an
dan al-Sunnah itu tidak semua terinci, bahkan sebagian masih bersifat global yang
4
membutuhkan penjabaran lebih lanjut. Di samping permasalahan kehidupan selalu
berkembang terus, sedangkan secara tegas permasalahan yang timbul itu belum/tidak
disinggung. Karena itulah diperbolehkan berijtihad, meski masih harus tetap bersandar
kepada kedua sumber utamanya dan sejauh dapat memenuhi persyaratan. Dalam kelompok
ini dapat di temukan empat pokok cabang : (1) hukum/fikih,(2) teologi,(3) filsafat, (4)
tasawuf. Hasil ijtihad dalam bidang hukum muncul dalam bentuk : (1) fikih, (2) fatwa, (3)
yurisprudensi (kumpulan putusan hakim), (4) kodikfikkasi/unifikasi, yang muncul dalam
bentuk undang-undang dan komplikasi.
Ketiga, praktek yang dilakukan kaum muslim. Praktek ini muncul dalam berbagai
macam dan bentuk sesuai dengan latar belakang sosial (konteks). Contohnya : praktek sholat
muslim di Pakistan yang tidak meletakkan tangan di dada. Contohnya lainnya praktek duduk
miring ketika tahiyat akhir bagi muslim Indonesia, sementara muslim di tempat/ negara lain
tidak melakukannya. Sementara Abdullah Saeed menyebut tiga tingkatan pula, tetapi dengan
formulasi yang berbeda sebagai berikut :
Pada level teks, sebagaimana telah ditulis sebelumnya, Islam didefinisikan sebagai
wahyu. Pada dataran ini, Islam identik dengan nash wahyu atau teks yang ada dalam al-
Qur’an dan sunnah nabi Muhammad. Pada masa pewahyuannya memakan waktu kurang
lebih 23 tahun. Pada teks ini Islam adalah nash yang menurut hemat penulis, sesuai dengan
pendapat sejumlah ilmuwan(ulama) dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni :
2. Nash praktis-temporal
5
langsung (respon) terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat muslim Arab
ketika pewahyuan. Pada kelompok ini pula Islam dapat menjadi fenomena sosial atau Islam
aplikatif atau Islam praktis.
Dari perspektif filsafat ilmu, setiap ilmu, baik itu ilmu alam, humaniora, sosial, agama
atau ilmu-ilmu keIslaman, harus diformulasikan dan dibangun di atas teori-teori yang
berdasarkan pada kerangka metodologi yang jelas. Teori-teori yang sudah ada terlebih dahulu
tidak dapat dijadikan garansi kebenaran. Anomali-anomali dan pemikiran-pemikiran yang
tidak, kenyataannya ilmu pengetahuan tidak tumbuh dalam kevakuman, akan tetapi selalu
dipengaruhi dan tidak dapat terlepas dari pengaruh cita rasa sejarah social dan politik.
Pemikiran ini muncul dari adanya kesadaran bahwa teori-teori ilmu pengetahuan hanyalah
merupakan produk, hasil karya manusia.
Dalam pengertian ini, penerapan filsafat ilmu pada diskusi akademik ilmu-ilmu
keIslaman harus dilakukan, karna filsafat ilmu saling berkaitan dengan sosiologi ilmu
pengetahuan. Dua cabang ilmu pengetahuan ini jarang didiskusikan dan tidak pernah
dimasukan dalam tradisi ilmu keIslaman yang ada. Padahal keduanya merupakan prasyarat
dan wacana awal yang harus dimengerti bagi para ilmuan muslim yang ingin terhindar dari
6
tuduhan pembela tipe studi Islam yang hanya bersifat pengulang-ngulangan, statis,
disakralkan dan dogmatik.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
a. Kata normatif berasal dari bahasa Inggris norm yang berarti norma ajaran, acuan, ketentuan
tentang masalah yang baik dan buruk yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.
b. Dalam kamus umum bahasa Indonesia, W.J.S. Poerwadaminta mengatakan sejarah adalah
kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau atau peristiwa penting
yang benar-benar terjadi.
c. Ruang lingkup sejarah Islam dilihat dari segi periodesasinya dibagi menjadi peride klasik,
periode pertengahan dan periode modern.
d. Pengelompokkan Islam normatif dan Islam historis menurut Nasr Hamid Abu Zaid
mengelompokkan menjadi tiga wilayah yaitu: Pertama, wilayah teks asli Islam (the original
text of Islam), yaitu Al-qur’an dan sunnah nabi Muhammad yang otentik. Kedua, pemikiran
Islam merupakan ragam menafsirkan terhadap teks asli Islam (Al-qur’an dan sunnah nabi
Muhammad SAW), Ketiga, praktek yang dilakukan kaum muslim.
e. Keterkaitan normativitas dan historisitas dalam studi keIslaman. hanya dapat dibangun
secara sistematik dengan menggunakan model gerakan tiga pendekatan secara sirkuler,
dimana masing-masing dimensi dapat berinteraksi, berinterkomunikasi satu dengan lainnya.
B. Saran
Demikian makalah ini kami buat, dalam pembuatan makalah ini tentunya masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu,kritik dan saran yang konstruktif senantiasa kami
harapkan demi perbaikan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca.
8
DAFTAR PUSTAKA
Azizi, Qodri, Elektisisme Hukum Nasional: Kompetensi antara Hukum Islam dan Hukum
Umum, Yogyakarta: Gama Media Offset, 2002.
Nasution, Harun, Islam di Tinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid I, Jakarta: UI Press, 1979.
Syukur, Amin, Pengantar Studi Islam, cet. Ke-5, Semarang: CV. Bima Sejati, 2006.
Zaid, Abu, Nasr, The Textuality of the Koran, Islam and Europe in Past and Present, by W.
R. Hugenkoltz and K. Van Vliet-leigh (eds.), Wassenaar: NIAS, 1997.
W.J.S Poerwadaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta; Balai Pustaka, 1991), cet.
XII hlm.887.
Harunasution,Islam di tinjau dari berbagai aspeknya, Jilid I (Jakarta: UI Press, 1979), hlm
56-75
[4] H. M. Atho Mudzar, Pendekatan Studi Islam dalam teori dan praktek, (Yogyakarta:
pustaka Pelajar, 1998), hlm.19-22
Amin Syukur, Pengantar Studi Islam, cet. Ke-5 (Semarang: CV. Bima Sejati, 2006), Hlm.
34.
9
Nasr Abu Zaid, “the textuality of the koran”, Islam and Europe in Past and present, by W.
R. Hugenkoltz and K. Van Vliet-leigh (eds.), (Wassenaar : NIAS, 1997), Hlm.43.
Qodri Azizi, Elektisisme Hukum Nasional: Kompetensi antara Hukum Islam dan Hukum
Umum (Yogyakarta : Gama Media Offset, 2002), hlm. 56-57.
10