Anda di halaman 1dari 21

METODOLOGI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL

DAN METODOLOGI MUQARANAH MADZHAB


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Keislaman

Disusun
Oleh :

1. Sidiq Rilo Pambudi (2020103122)


2. Panji Kurniansah (2020103123)
3. Mas Adi Prabowo (2020103124)

DOSEN PENGAMPUH : SITI ZAHARA, M.PD.

PRODI HUKUM PIDANA ISLAM


FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt. yang telah melimpahkan rahmat-Nya


sehingga penulis dapat menyusun makalah Studi Keislaman yang berjudul
“Metodologi tekstual dan kontekstual dan metodologi muqaranah mazhab.”

Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.


yang telah membimbing umat Islam dari zaman ketidaktahuan kepada zaman
yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Keislaman .
Makalah ini tidak dapat terselesaikan tepat waktu tanpa bantuan dari berbagai
pihak. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak dosen mata kuliah Studi Keislaman


2. Teman-teman mahasiswa Program Studi Hukum Pidana Islam
3. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Penulis menyadari jika dalam penyusunan makalah ini masih terdapat


kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharap kritik dan saran sebagai
penyempurnaan ke depan.

i
Palembang, 8 Januari 2021

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1

ii
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan Makalah............................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
A. Metodologi tekstual dan kontekstual............................................................3
B. Pendekatan Tekstual dalam Studi Islam.......................................................3
C. Pendekatan Kontekstual Dalam Studi Islam.................................................6
D. Madzhab Tekstual dan Kontekstual..............................................................9
E. Metodologi Muqaranah Mazhab.................................................................10
F. Pengertian Metodologi Perbandingan Mahzab...........................................12
BAB III..................................................................................................................15
PENUTUP..............................................................................................................15
A. Kesimpulan.................................................................................................15
B. Saran............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam merupakan agama samawi yang memiliki banyak dimensi. Untuk


memahami dimensi itu, diperlukan berbagai metodologi yang digali dari
berbagai disiplin ilmu yang dapat dipahami dari segi theologis dan normatif.
Untuk memahami ajaran Islam secara benar dan utuh, diperlukan metodologi
yang sistematis, terstruktur dan terorganisir dengan baik.
Sejak kedatangan Islam hingga saat ini pemahaman tentang metodologi
studi Islam sangat berbeda-beda. Hal itu disebabkan karena seseorang tersebut
hanya menguasai salah satu bidang saja. Seperti yang dapat  dilihat ada orang
yang penguasaannya terhadap salah satu bidang keilmuan cukup mendalam,
tetapi kurang memahami disiplin ilmu keislaman lainnya, hingga saat ini
pemahaman Islam yang terjadi di masyarakat masih bercorak. Demikian
pentingnya metodologi ini. Dan penguasaan metode yang tepat dapat
menyebabkan seseorang mengembangkan ilmu yang dimilikinya.
Metode-metode yang digunakan untuk memahami Islam suatu saat
mungkin dipandang tidak cukup lagi, sehingga diperlukan pendekatan baru
yang harus digali oleh para pembaharu. Diantara metodologi-metodologi hasil
galian para pembaharu adalah metodologi ulumul tafsir, metodologi ulumul
hadis, metodologi filsafat dan teologi ( kalam ), metodologi tassawuf dan
mistis Islam, metodologi kajian fiqh dan kaidah ushuliyah, metodologi
pemikiran modern, metodologi pendidikan Islam, metodologi tekstualitas dan
kontekstualitas, serta metodologi muqarrah madzhab. Metodologi yang akan di
bahas pada makalah ini adalah Metodologi Tekstualitas Dan Kontekstualitas,
Serta Metodologi Muqarrah Madzhab.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada makalah


ini adalah sebagai berikut:

1
1. Apa itu metodologi tekstual dan kontekstual?
2. Apa saja yang ada pada pendekatan tekstual dalam studi islam?
3. Apa saja yang dipelajari dalam pendekatan kontekstual dalam studi islam?
4. Bagaimana cara mengetahui mazhab tekstual dan kontekstual?
5. Apa yang dimaksud dengan metodologi muqaranah mazhab?
6. Jelaskan pengertian metodologi perbandingan mazhab?

C. Tujuan Makalah

Berdasarkan rumusan makalah diatas maka tujuan penulisan pada makalah


ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian metodologi tekstual dan
kontekstual.
2. Untuk mengetahui dan memahami pendekatan tekstual dalam studi islam.
3. Untuk mengetahui dan memahami yang dipelajari dalam pendekatan
kontekstual dalam studi islam.
4. Untuk mengetahui dan memahami mazhab tekstual dan kontekstual.
5. Untuk mengetahui dan memahami pengertian metodologi muqaranah
mazhab.
6. Untuk mengetahui dan memahami pengertian metodologi perbandingan
mazhab.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Metodologi tekstual dan kontekstual

Metodologi Tekstual dapat diartikan mengacu pada teks. Metodologi


tekstual menekankan pada signifikansi teks-teks sebagai kajian Islam dengan
merujuk pada sumber-sumber suci dalam Islam, terutama al-Qur’an dan Hadis.
Pemahaman hukum mengacu apa adanya yang tertera dalam al-Qur’an atau
Hadist. Tidak memandang latar belakang sosial dan kultur masyarakat dan
faktor yang melatarbelakangi permasalahan yang terjadi.
Metodologi kontekstual merupakan metode untuk memahami dalam
kerangka konteksnya, baik ruang dan waktu. Pendekatan ini merupakan
perangkat komplementer yang menjelaskan motif-motif kesejahteraan dalam

3
ritual Islam, untuk memperkuat asumsi bahwa Islam merupakan entitas yang
komprehensif yang melingkupi elemen normatif dan elemen praksis, selain itu
menepis pandangan bahwa Islam itu radikal dan keras. Metode ini juga
mengacu pada sumber-sumber ajaran Islam yaitu alQur’an dan Hadis, akan
tetapi dipahami secara berbeda dengan metodologi tekstual, dilihat dari waktu,
latar belakang sosial, kultur budaya serta faktor penyebab dan akibatnya.1

B. Pendekatan Tekstual dalam Studi Islam

Dalam mempelajari agama diperlukan berbagai macam pendekatan agar


substansi dari agama itu mudah dipahami. Adapun yang dimaksud dengan
pendekatan di sini adalah cara pandang atau paradigma yang terdapat dalam
suatu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan dalam memahami agama.
Berbagai pendekatan manusia dalam memahami agama dapat melalui
pendekatan paradigma tersebut. Dengan pendekatan ini semua orang dapat
sampai pada agama. Di sini dapat dilihat bahwa agama bukan hanya monopoli
kalangan teolog dan normalis, melainkan agama dapat dipahami semua orang
sesuai dengan pendekatan dan kesanggupannya. Oleh karena itu, agama
merupakan hidayah yang diberikan Allah kepada manusia.
Pendekatan tekstual merupakan salah satu cara yang dipergunakan dalam
memahami kajian Islam. Secara etimologis (lughowi), tekstual berasal dari kata
benda bahasa Inggris “text”, yang berarti isi, bunyi, dan gambar-gambar dalam
sebuah buku. Sedangkan dalam bahasa Arab kata teks disebut dengan istilah
nash, istilah tersebut telah digunakan dalam wacana keilmuan Islam klasik
(hukum Islam). Dalam Mu‟jam Maqayis al-Lughah, nash diartikan dengan
mengangkat atau batas akhir sesuatu. Di kalangan ulama Ushul Fiqh nash
berarti lafal yang hanya bermakna sesuai dengan ungkapannya dan tidak dapat
dialihkan pada makna lain. Secara terminologis (isthilahan), teks adalah esensi
wujud dari bahasa. Teks merupakan wujud dari susunan kosa kata dan kalimat.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, teks adalah naskah yg berupa kata-kata
asli dari pengarang, atau kutipan dari kitab suci untuk pangkal ajaran atau

Rozali, M. Metodologi Study Islam Dalam Perspectives Multydisiplin Keilmuan.


1

(Depok : PT. Rajawali Buana Pusaka, 2020)

4
alasan. Pemahaman tekstual adalah pemahaman yang berorientasi pada teks
dalam dirinya. Sedangkan interpretasi tekstual ialah memahami makna dan
maksud Alquran dan hadist sebagai sumber hukum Islam hanya melalui
redaksi lahirnya saja. Oleh karena itu, melalui pendekatan tekstual, wahyu
dipahami melalui pendekatan kebahasaan, tanpa melihat latar sosio-historis,
kapan dan di mana wahyu itu diturunkan.
Abou El Fadl berpendapat bahwa makna teks sangat dipengaruhi metode
yang digunakan sang pembaca serta moralitas pembacanya Di dalam
tulisannya yang lain, Abou El Fadl mengungkapkan:
“Any text, including those that are Islamic, provides possibilities of
meaning, not inevitabilities. And those possibilities are exploited,
developed, and ultimately determined by the reader‟s efforts – good faith
efforts, we hope – at making sense of the text‟s complexities.
Consequently, the meaning of the text is often only as moral as its reader.
If the reader is intolerant, hateful, or oppressive, so will be the
interpretation of the text.”

Bagi kaum tekstualis, makna sebuah kata terdapat dan melekat dalam objek
yang dituju. Padahal model perujukan makna demikian hanya relevan pada
katakata tertentu dan sangat terbatas, mislanya nama dan objek fisik. Bagi
kaum tekstualis, makna objek yang tunggal merupakan sesuatu yang ideal
untuk dijunjung tinggi. Oleh karenanya, Abdullah Saeed menawarkan
pengakuan atas ketidakpastian dan kompleksitas makna, urgensi konteks baik
konteks linguistik, sosio-historis, dan budaya, serta legitimasi keragaman
interpretasi menjadi sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam melakukan
interpretasi wahyu untuk menghindari misunderstanding dalam memahami
makna yang terkandung dalam sebuah teks. Sehingga cara yang bijak dalam
tekstualitas Islam adalah bagaimana menentukan dan membatasi hubungan
antara yang universal (wahyu; sakral) dan yang partikular (keterbatasan
pemahaman manusia tentang kontekstualisasi wacana Ilahi). Hal ini terutama
berlaku pada penafsiran Alquran dan kerangka yang menerapkan nalar Islam
secara historis. Di sini, akan diselidiki dua sudut pandang mengenai hubungan

5
tersebut, yaitu konservatif dan kritis, untuk menelusuri metode-metode
penafsiran yang dihasilkan oleh keduanya, dan dampak dari metode-metode itu
terhadap penafsiran Alquran. Akan tetapi walaupun telah diupayakan
penelusuran (makna) teks melalui berbagai cara dan upaya, kecenderungan
mendasar golongan tekstualis ialah kurangnya analisis empiris metode
penemuan hukum Islam yang masih belum terselesaikan. Kecenderungan
golongan tekstualis yang berlebihan dalam metode penemuan hukum seperti
ini pada gilirannya telah memunculkan kesulitan dan ketidakcakapan hukum
Islam itu sendiri dalam merespon dan menyambut gelombang perubahan sosial
(terlihat saklek dan tidak fleksibel). Misalnya karakteristik kajian fiqh klasik
yang law in book oriented dan kurang memperhatikan law in action merupakan
akibat dari kecenderungan tekstualitas metodologi golongan tekstualis.
Sehingga studi Islam dengan hanya mengandalkan pendekatan tekstualis akan
selalu tertinggal di belakang sejarah; sampai batas tertentu bahkan mungkin
ditinggalkan karena tidak releven lagi dengan situasi dan kondisi aktual
umatnya (konstektual).

Oleh karena itu, dalam rangka memahami kata, kalimat dan struktur
bahasa Alquran harus ada kesadaran untuk mengakui akan wujud teks-teks
agama yang turun dalam konteks tertentu atau khusus (as-siyaq al-khas) dan
teks-teks yang turun dalam konteks yang lebih umum (as-siyaq al-„am).
Idealnya, sebuah interpretasi yang komprehensif harus dilakukan dengan
kombinasi dua pendekatan sekaligus yaitu pendekatan tekstual dan
kontekstual.2

C. Pendekatan Kontekstual Dalam Studi Islam

Kontekstual, secara etimologis (lughowi), berasal dari kata benda bahasa


Inggris “context”, yang berarti suasana, keadaan. Dalam penjelasan lain
disebutkan konteks berarti bagian dari teks atau pernyataan yang meliputi kata
2
Adinugraha, Hendri Hermawan dan Hasan, Ahmad. Memahami Studi Islam Dengan
Pendekatan Tekstual dan Kontekstual. Jurnal Pemikiran Konstruktif Bidang Filsafat dan Dakwah.
Vol. 17 No. 1, Hal 32-35.

6
atau bagian tertulis tertentu yang menentukan maknanya; dan situasi di mana
suatu peristiwa terjadi. Konteks dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
bagian suatu uraian atau kalimat yang dapat mendukung atau menambah
kejelasan makna; situasi yang ada hubungannya dengan suatu kejadian.
Sehingga kata kontekstual dapat diartikan sebagai sesuatu cara, metode,
pendekatan atau apa saja yang mengacu pada konteks (realitas). Sedangkan
kontekstual, berarti sesuatu yang berkaitan dengan atau bergantung pada
konteks. Jadi, pemahaman kontekstual adalah pemahaman yang didasarkan
bukan hanya pada pendekatan kebahasaan, tetapi juga teks dipahami melalui
situasi dan kondisi ketika teks itu muncul. Dari pengertian ini, maka paradigma
kontekstual, secara umum dapat diartikan sebagai kecenderungan suatu
pandangan yang mengacu pada konteks. Abuddin Nata menegaskan bahwa
yang dimaksud dengan pemahaman kontekstual adalah upaya memahami ayat-
ayat Alquran sesuai dengan konteks dan aspek sejarah ayat itu, sehingga
nampak gagasan atau maksud yang sesungguhnya dari setiap yang
dikemukakan oleh Alquran.
Alquran meruapakan wahyu Allah yang bersifat absolut. Di dalamnya
terdapat banyak ayat yang menjelaskan tentang Islam sebagai agama yang
tidak memberatkan umatnya. Ajaran Islam selalu relevan disepanjang zaman.
Oleh karena itu, maka diperlukan pemahaman Islam secara tekstual dan
kontekstual. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, bahawa Islam tekstual
adalah Islam yang dipahami berorientasi pada teks dalam dirinya. Oleh karena
itu, wahyu dipahami melalui pendekatan kebahasaan, tanpa melihat latar
sosiohistoris, kapan dan di mana wahyu itu diturunkan Sedangkan Islam
kontekstual adalah Islam yang dipahami sesuai dengan situasi dan kondisi
dimana Islam itu dikembangkan. Adanya Islam kontekstual didasarkan pada
latar belakang sejarah ketika Islam diturunkan, sebagaimana diturunkannya
Alquran. Alquran yang diturunkan selama tiga belas tahun di Makkah (Surat
Makkiyyah) misalnya, berbeda dengan Alquran yang diturunkan selama
sepuluh tahun di Madinah (Surat Madaniyah). terjadinya perbedaan corak dan
isi tersebut disebabkan antara lain karena perbedaan sasaran, tantangan, dan
masalah yang dihadapi di dua daerah tersebut.

7
Alquran yang turun pada bangsa Arab, awalnya ditanggapi secara serius
oleh mereka karena adanya benturan antara nilai-nilai yang dibawa oleh
Alquran dengan nilai-nilai warisan leluhur yang telah berakar kuat dan
menyatu dengan kehidupan mereka. Benturan itu pada umumnya berkaitan
dengan misi Alquran yang ingin meluruskan bentuk-bentuk keyakinan, budaya,
dan ikatan-ikatan primordial bangsa Arab waktu itu. Bahkan dalam memahami
hadist Nabi pun melibatkan aspek konteks. Sebagaimana pendapat Yusuf
Qardhawi, diantara cara yang baik memahami hadis Nabi SAW adalah dengan
memperhatikan sebabsebab khusus yang melatarbelakangi diucapkannya suatu
hadis, atau kaitannya dengan suatu „illat (alasan/sebab) yang dinyatakan dalam
hadis tersebut ataupun dapat dipahami melalui kejadian yang menyertainya.
Oleh karena itu, kontekstual dalam hal ini mengandung tiga pengertian
utama yaitu:
1. upaya pemaknaan dalam rangka mengantisipasi persoalan dewasa ini yang
umumnya mendesak, sehingga arti kontekstual identik dengan situasional;
2. pemaknaan yang melihat keterkaitan masa lalu, masa kini, dan masa
mendatang; di mana sesuatu akan dilihat dari sudut makna historis dulu,
makna fungsional saat ini, dan memprediksikan makna (yang dianggap
relevan) di kemudian hari; dan
3. Mendudukkan keterkaitan antara teks Alquran dan terapannya.
Kajian mengenai pendekatan kontekstual dalam studi Islam dewasa ini
tidak bisa dilepaskan dari sosok Fazlur Rahman, sebagai seorang intelektual
Islam, Rahman memiliki keperdulian yang tinggi dan berkhidmat untuk
menghidupkan khazanah keilmuan Islam dengan cara “menafsir” kembali
Islam lewat pengkajian Alquran secara kontekstual. Ia mengemukakan alasan-
alasan mengapa perlu memikirkan kembali Islam, di antarnya adalah Islam
pada masa kini yang sudah diwarnai oleh ketertutupan ijtihad. Akibatnya,
Islam tidak mengalami perkembangan yang cukup menggembirakan. Upaya
kontekstualisasi nilai-nilai universal Islam yang terkandung di dalam Alquran,
tampaknya, tidak akan pernah berhenti sepanjang sejarah kehidupan manusia.
Sejarah telah mencatat berbagai upaya tengah dilakukan para pemikir untuk
memberikan solusi terhadap berbagai problem kemanusiaan tersebut:

8
kemiskinan, peperangan, penindasan, dan bahkan dekadensi moral. Dalam
konteks inilah, Fazlur Rahman kemudian hadir dengan tawaran metodologis
bagaimana Alquran sebaiknya dipahami sehingga nilai-nilai yang terkandung
di dalamnya selalu aktual dan relevan dengan isu-isu dan problematika yang
dihadapi. Seperti halnya menyangkut masalah-masalah kekinian yang menjadi
persoalan mendesak umat diperlukan kontekstualisasi pesan Alquran.
Sebagaimana yang dilakukan oleh Fazlur Rahman, yang memandang latar
belakang ayat dan kondisi sosial yang melingkupi masyarakat Mekkah ketika
Alquran diturunkan sebagai sesuatu yang sangat membantu dalam memahami
pesan Alquran dan sarana dalam menemukan prinsip-prinsip umum yang
sangat bermanfaat dalam mengentaskan persoalan umat Islam kontemporer.
Metode kontekstual, seperti telah dikemukakan Rahman adalah metode
yang mencoba menafsirkan Alquran berdasarkan pertimbangan analisis bahasa,
latar belakang sejarah, sosiologi, dan antropologi yang berlaku dan
berkembang dalam kehidupan Arab pra-Islam dan selama proses wahyu
Alquran berlangsung. Metode kontekstual ini secara substansial berkaitan erat
dengan hermeneutika, yang merupakan salah satu metode penafsiran teks yang
dapat berangkat dari kajian bahasa, sejarah, sosiologis dan filosofis. Pendapat
Rahman ini senada dengan Abdullah Saeed, ia menegaskan bahwa pencarian
metode yang bisa diterima dalam periode modern seharusnya tidak
mengabaikan dan melupakan tradisi penafsiran klasik secara keseluruhan.
Saeed percaya akan perlunya menghargai, belajar dan memanfaatkan apa yang
masih relevan dan berguna dari tradisi klasik bagi masalah-masalah
kontemporer.
Dengan demikian, apabila metode ini dipertemukan dengan kajian teks
Alquran, maka persoalan dengan tema pokok yang dihadapi adalah bagaimana
teks Alquran hadir di tengah masyarakat, lalu dipahami, ditafsirkan,
diterjemahkan, dan didialogkan dalam rangka menghadapi realitas sosial
dewasa ini. Kehadiran metode ini setidaknya dipicu oleh kekhawatiran yang
akan ditimbulkan ketika penafsiran Alquran dilakukan secara tekstual, dengan
mengabaikan situasi dan latar belakang turunnya suatu ayat sebagai data
sejarah yang penting. Menurut penelitian Ngainun Naim, ia menyimpulkan

9
bahwa studi Islam masih membutuhkan perbaikan dalam berbagai aspek.
Langkah strategis dan tindakan aplikatif yang diperlukan untuk menghasilkan
kerangka yang lebih komprehensif ialah pengembangan dan reorientasi,
kontekstualisasi dan penguatan basis filsafat.
Pada dasarnya, kelompok tekstualis lebih mementingkan makna lahiriah
teks. sedangkan kelompok kontektualis yang lebih mengembangkan penalaran
terhadap konteks yang berada di balik teks. Dengan menggunakan pendekatan
tekstual sekaligus konstektual dalam menginterpretasikan wahyu, seyogyanya
dapat menghasilkan sebuah interpretasi yang komprehensif dalam studi Islam.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka metode tekstual dan kontekstual dapat
dijadikan sebagai sebuah pendekatan untuk memahami ajaran agama Islam.
Hal ini selaras dengan tujuan dari eksistensi agama secara fungsional, yaitu
agar kajian Islam dapat dirasakan oleh umat Muslim dengan mudah apabila
mereka mengetahui berbagai pendekatan tersebut.

D. Madzhab Tekstual dan Kontekstual

Aliran tekstual dalam perkembangan pemikiran Islam, mulai dimunculkan


saat terjadi kontestasi politik oleh dua kelompok yang berseberangan.
Perseteruan antara konservatisme dari pihak Ali bin Abi Thalib dengan
pragmatisme dari kelompok Muawiyah memunculkan radikalisme yang
bernama Khawarij. Khawarij yang tidak setuju dengan Ali bin Abi Thalib
lantas menyempalkan diri dari pasukan Ali sembari berikrar bahwa pemimpin
yang ingkar layak dibunuh.
Ungkapan “La Hukma Illallah” menjadi slogan kaum Khawarij saat
mereka kecewa dengan keputusan yang dihasilkan oleh dua kelompok tersebut.
Menurut mereka, berhukum dengan keputusan yang dihasilkan oleh
manusia adalah sesat, karena hukum hanya milik Allah. Dari situlah Khawarij
mulai mengembangkan pondasi mereka dimulai dari daerah Hurura. Pemikiran
Khawarij yang paling terkenal adalah takfiri (pengkafiran). Yaitu, siapa saja
yang melakukan dosa maka dia kafir. Mereka tidak membedakan antara dosa
karena melanggar syariat atau karena kesalahan dalam berfikir/berpendapat.
Setiap orang yang salah mengambil keputusan hingga menyebabkan perbedaan

10
pendapat dengan mereka maka dia telah melakukan sebuah dosa. Sedang
seseorang yang telah berbuat dosa maka dia dinyakan kafir. Oleh karena itu,
Ali bin Abi Thalib telah dinyatakan kafir oleh kaum Khawarij karena telah
bersalah dalam pengambilan keputusan tahkim (arbitrasi). Nalar berfikir
tersebut juga yang memunculkan anggapan bahwa kebenaran mutlak
merupakan segala keputusan yang datang dari kelompok mereka, karena
mereka mengaku “paling dekat dengan Tuhan”.3

E. Metodologi Muqaranah Mazhab


Secara etimologi muqaranah berarti membandingkan/perbandingan.
Membandingkan dua hal atau dua perkara atau lebih. Menurut bahasa madzhab
berarti jalan atau tempat yang dilalui. Muqaranah madzhab yaitu bidang yang
mengkaji dan membahas tentang hukum yang terdapat dalam berbagai
madzhab dengan membandingkan satu sama lain agar dapat melihat tingkat
kehujjahan yang dimiliki oleh masing-masing madzhab tersebut, serta mencari
segi-segi persamaan dan perbedaannya.4
Perbandingan Mazhab atau lebih sering disingkat dengan sebutan PM
adalah istilah yang digunakan - di Indonesia - untuk menama sebuah jurusan
atau program studi khususnya di Fakutas Syari'ah di lembaga Pendidikan
Tinggi Islam seperti IAIN dan UIN Nama Perbandingan Mazhab (PM) sendiri,
kadang digabung dengan kata Hukum atau Perbandingan Mazhab dan Hukum
(PMI) atau Perbandingan Hukum dan Mazhab (PHM Kenyataannya, istilah
Perbandingan Mazhab juga menjadi sebuah disiplin ilmu yang mempelajari
tentang mazhab, asal-usul mazhab, perkembangan mazhab dan hal-hal yang
berkaitan dengan penetapan hukum dalam mazlub tersebut. Perbandingan
mazhab merupakan terjemahan dari kata "maqaranah al-madzohih" yang dalam
perkembangan keilmuan dikenal juga istilah "fiqih magaran.”
Kata mazhab merupakan istilah Arab yang diserap ke dalam bahasa
Indonesia. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, in diartikan sebagai "halauan
3
Adinugraha, Hendri Hermawan dan Hasan, Ahmad. Memahami Studi Islam Dengan
Pendekatan Tekstual dan Kontekstual. Jurnal Pemikiran Konstruktif Bidang Filsafat dan Dakwah.
Vol. 17 No. 1, Hal 35-41.
4
Rozali, M. Metodologi Study Islam Dalam Perspectives Multydisiplin Keilmuan. (Depok
: PT. Rajawali Buana Pusaka, 2020).

11
atau aliran mengenai hukum fiqih yang menjadi ikutan umat Islam, dan juga
golongan pemikir yang sepaham di icon, ajaran atau aliran tertentu di bidang
ilmu, cabang kesenian dan lainnya yang berusalta untuk memajukan hal itu.
Sedangkan dalam bahasa Arab sendiri, mazhab diambil dan kata "laha
yazhabu-cahban-wa zuhuban wa mazhaban yang berarti pendapat (option),
jalan, metode atau sesuatu yang diikuti. Dan bahasa inilah kemudian
berkembang makna lain, seperti kepercayaan (belief), ideologi, doktrin, paham,
ajaran dan aliran atau organisasi dalam hukum Dengan makna demikian juga
kemudian sesuatu dikatakan mazhab bagi seseorang jika cara/ jalan hidup
tersebut menjadi ciri khasnya.
Mazhab adalah manhaj (metode) yang kemudian dibentuk melalui
pemikiran dan penelitian, kemudian orang menjalaninya dan menjadikan
mathab sebagai panutan dan pedoman yang jelas batasan-batasannya, bagian-
bagiannya, dibangun di atas prinsip prinsip dan kaidah-kaidah.
Menurut istilah, mazhab diartikan sebagai paham atau aliran pemikiran
yang berasal dari hasil ijtihad seorang mujtahid tentang hukum dalam Islam
yang digali dan hasil ijtihad dan ayat al-Quran atau Hadits Ahmad Djazuli
merinci lebih jauh bahwa mazhab adalah aliran aliran dalam fiqh yang
disebabkan oleh terjadinya perbedaan penggunaan metode sehingga berakibat
pada perbedaan pendapat dan membentuk kelompok pendukung (mund imam)
sebagai penerus imamnya dan terus berkembang menjadi mazhab tertentu.
Dari penjelasan ini, dapat diketahui bahwa machah berpusat pada suatu
gagasan atau daya intelektual sescorang yang menggali sumber hukum Islam,
kemudian dia mengajarkan hasilnya kepada orang sekitarnya, muridnya dan
terus berkembang menjadi komunitas. Dalam perkembangannya kemudian
dalam wacana fiqh dan hukum Islam dikenal beberapa mazhab. Beberapa di
antaranya mazhab yang muktabar adalah mazhab Imam Maliki, Mazhab Imam
Hanafi, Mazhab Imam Syafit dan Mazhab Imam Hanbali, dan lain-lain.5

5
Sukiati. Perbandingan Mazhab Sebagai Sebuah Metodologi Penelitian. Jurnal Al
Muqaranah Jurnal Perbandingan Hukum dan Mazhab. Vol. 3 No. 3, Hal 40-41.

12
F. Pengertian Metodologi Perbandingan Mahzab
Metodologi sudah difahami sebagai sebuah ilmu yang mempelajari metode
metode Metodologi juga dapat diartikan sebagai sebuah rangkaian atau
gabungan dari beberapa metode.
Secara etimologi, metode berasal dari Bahasa Inggris yaitu dari kata
method' yakni particular way of doing yang berarti cara tertentu untuk
melakukan sesuatu Dalam a Bahasa Arab metode disebut "thariqoh Thoriqoh
menurut Kamus Munjid berarti as- siroh al halah, al-matchah al-khoi fi as-syat,
yang artinya cara ataupun jalan Dan thoriqoh juga disebut al-manhaj (sistem),
dan al-wasilah (mediator atau perantara) Dari arti demikian kata Arab yang
berarti dekat dengan arti metode adalah al-tharigoh Dalam kamus besar bahasa
Indonesia, metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan
pelaksanaan guna mencapai apa yang telah ditentukan." Dengan kata lain
adalah suatu cara yang sistematis untuk mencapai tujuan tertentu.
Sedangkan penelitian adalah terjemahan dari kata riset berasal dari Bahasa
Inggris, research. Research terdiri dari dua kata, re dan search Re berarti
kembali dan search berarti mencari. Dengan demikian secara etimologi
research diartikan mencari kembali Menurut The Advanced Learner's
Dictionary of Current English ialah penyelidikan atau pencarian yang seksama
untuk memperoleh fakta baru dalam cabang ilmu pengetahuan Dari makna kata
dan dari pengertian kamus, research berarti mencari kembali suatu data atau
informasi yang sudah ada (atau sudah diteliti oleh orang lain) untuk diteliti
kembali Jadi research merupakan satu cara sistematik untuk maksud
meningkatkan memodifikasi mengembangkan yang pengetahuan yang dapat
disamakan (dikomunikasikan dan diuji (verifikase) oleh peneliti lain.
Penelitian dalam bahasa Indonesia berasal dari kata teliti yang bermakna
hati-hati atau sungguh-sungguh dalam melihat sesuatu Teliti menurut kamus
diartikan sebagai cermat dan seksama Kemudian kata "teliti' juga berasal dari
kata "titi yang mendapat sisipan "el' sehingga menjadi kata teliti.
Teliti sebagai kata dasarnya memiliki arti jembatan, atau alat penghubung
yang menghantarkan kepada tujuan di tempat seberang Teliti adalah istilah
yang digunakan untuk sifat yang berhati-hati, bersungguh-sungguh dalam

13
ketelitiannya, telaten, dan teratur. Dari makna ini dapat diketahui bahwa makna
teliti sejalan dengan proses yang harus dilakukan dalam penelitian Bahwa
penelitian dilakukan dalam rangka mencapai tujuan dan dilakukan dengan cara
yang teliti, seksama dan sistematis sesuai dengan proses-proses penelitian yang
harus ditempuh.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian perbandingan adalah
(1) perbedaan (selisih) kesamaan - pasukan musuh dng pasukan kita adalah
lima lawan dua (2) persamaan ibarat - bulan dng putri malam kurang tepat, (3)
pedoman pertimbangan pengalaman dapat dijadikan - dl memecahkan masalah
rumah tangga. Dalam Thesaurus perbandingan diartikan sebagai analogi,
ibarat, kesetaraan, kesetimpalan, komparasi nishah, parameter, patokan,
pedoman, perbedaan, perimbangan, perpadanan perpaduan, persamaan,
pertimbangan, perumpamaan, ntoporsi, rasio skala, tolok ukur.
Dalam hal melakukan perbandingan yang paling utama adalah objek yang
dijadikan perbandingan memiliki kedudukan yang setara dan sebanding untuk
diperbandingkan misalnya perbandingan pendapat ulamaharus dengan juga
denganpendapat ulama yang setingkat Sementara itu, perbandingan antara
pendapat ulama dengan sebuah undang undang tidak dapat dilakukan Atau
perbandingan pendapat mazhab dengan system hukum tidak dapat dilakukan
Perbandingan yang demikian dianggap tidak setara.
Mazhab dalam hal ini adalah hasil ijtihad seorang imam mujtahid tentang
hukum sesuatu masalah atau tentang kaidah-kaidah istinbath. Mazhab dalam
hal ini juga aliran pemahaman dan pemikiran fiqh berdasarkan hasil ijtihadnya
yang dikembangkan oleh ulama-ulama terdahulu seperti Imam Hanafi dan lain-
lain Ulama-ulama ini kemudian lebih dikenal dengan Imam-Imam Mazhab.
Cik Hasan Bisri dalam bukunya "Model Penelitian Fiqih menyebutkan
beberapa "rukun" (kata kunci) dalam mendefinisikan madzhab Rukun tersebut
adalah Imam Mujtahid, Metode Istinbath hukum yang diterapkan, Materi fiqih,
Komunitas, Kelompok pendukung atau pengikut, Istilah hukum yang
digunakan, Karya Imam atau para pengikutnya (kitab fiqih) Oleh karena itu,
dapat dikatakan bahwa Perbandingan madzhab diangggap sebagai suatu ilmu
yang mandiri yang memiliki ontologi, epistemologi dan aksiologi tersendiri.

14
Perbandingan madzhab adalah salah satu cabang dari fiqih muqaran Fiqh
muqaran sendiri memiliki empat buah cabang, yaitu muqaranah al-madzahab fi
al-fiqh (dalam bahasa Indonesia dapat diterjemahkan "perbandingan
madzhab"), muqaranah al madzahbi fi ushul al-fiqh (ushul fiqih perbandingan),
muquranah asy-syara'i (perbandingan syariah) dan muqaranah fi algawanin al-
wadh'iyyah (perbandingan hukum) Di samping suatu ilmu yang mandiri,
perbandingan madzhab juga adalah suatu metode Metode perbandingan
madzhab adalah suatu metode yang para fuqoha berusaha mencari masalah
yang diperselisihkan."6

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Metodologi tekstual menekankan pada signifikansi teks-teks Al-Qur’an


dan Hadits sebagai kajian Islam dan mengacu apa adanya yang tertera dalam
Al-Qur’an atau Hadits. Metodologi kontekstual merupakan metode untuk
memahami dalam kerangka konteksnya, baik ruang dan waktu.
kinerja pendekatan tekstual dan kontekstual dalam memahami Alquran,
sebagai upaya memahami teks dengan konteks yang harmoni dengan

6
Sukiati. Perbandingan Mazhab Sebagai Sebuah Metodologi Penelitian. Jurnal Al
Muqaranah Jurnal Perbandingan Hukum dan Mazhab. Vol. 3 No. 3, Hal 42-44..

15
kehidupan masyarakat. Pendekatan tekstual biasanya memfokuskan
pembahasannya pada kinerja gramatikal, melalui pemahaman  harfiah,
sehingga cenderung menggunakan analisis yang bergerak dari refleksi [teks] ke
praksis [konteks]. Sedangkan kinerja pendekatan kontekstual berusaha
memahami suatu teks dengan cara melacak konteks penggunaannya pada masa
ketika teks itu muncul, termasuk situasi dan kondisi di mana ayat Alquran
diturunkan, kemudian dipahami secara interdisiplin dengan ilmu-ilmu yang
berkembang saat ini
Metodologi muqaranah madzhab yaitu cara memahami Islam dengan
membandingkan hukum yang terdapat dalam berbagai madzhab.
Perbandingan Mazhab pada dasarnya tidak semata-semata tampil sebagai
sebagai sebuah materi kajian tetapi juga sekaligus sebagai metodologi. Oleh
karena itu perbandingan mazhab muncul sebagai sebuah kajian yang dilakukan
secara sistematis, tersusun dan kemudian menjadikan kajian perbandingan
mazhab sebagai suatu disiplin ilmu yang memiliki langkah-langkah dan
metode yang sistematis pula.

B. Saran

Penulis sadar dalam pembuatan makalah ini masih banyak kesalahan kata,
huruf, dan tanda baca, serta isi materi dan kekurangan lainnya. Penulis sangat
berharap masukan, saran serta kritik terhadap makalah ini agar bisa dijadikan
bahan pembelajaran yang berguna bagi para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Rozali, M. 2020. Metodologi Study Islam Dalam Perspectives


Multydisiplin Keilmuan. Depok: PT. Rajawali Buana Pusaka.

Adinugraha, Hendri Hermawan dan Hasan, Ahmad. 2020. ”Memahami


Studi Islam Dengan Pendekatan Tekstual dan Kontekstual.” Jurnal Pemikiran
Konstruktif Bidang Filsafat dan Dakwah. UIN Walisongo Semarang dan IAIN
Pekalongan. Vol. 17, No, 1.

16
Sukiati. 2015. “Perbandingan Mazhab Sebagai Sebuah Metodologi
Penelitian.” Jurnal Al Muqaranah Jurnal Perbandingan Hukum dan Mazhab. UIN
Sumatera Utara. Vol. 3 No. 3.

17

Anda mungkin juga menyukai