Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

METODOLOGI STUDI ISLAM


ANEKA METODOLOGI MEMAHAMI ISLAM

Dosen Pengampu:
Yani Rohayani, S.Pd.I., M.Pd

Disusun oleh :
Fadilah (21030802231017)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
Jl. Soekarno-Hatta No.530, Sekejati kecamatan Buahbatu Kota Bandung, Jawa Barat 40286

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-
Nya kami dapat menyusun makalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi studi Islam
dengan tema ‘‘Aneka metodologi memahami islam.’’
Makalah ini disusun berdasarkan sumber-sumber yang kami peroleh baik dari media
internet maupun buku. Makalah ini berisi tentang penjelasan-penjelasan Aneka metodologi
memahami Islam.
Pada kesempatan ini kami sebagai penyusun juga ingin mengucapkan terima kasih
kepada Dosen kami yaitu Ibu Yani Rohayani, S.Pd.I.,M.Pd. yang telah memberikan tugas
untuk membuat makalah ini. Dengan membuat makalah ini wawasan kami mengenai Aneka
metodologi memahami Islam semakin bertambah.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan kata atau kalimat dan tata letak dalam
makalah ini tentunya banyak sekali kekurangan dan kekhilapan,baik kata atau kalimat dan tata
letak. Untuk kebaikan dan sempurnanya makalah ini,kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Bandung, 10 Oktober 2023


Penyusun,

( Fadilah )

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii


DAFTAR ISI................................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar belakang....................................................................................................... 1
B. Rumusan masalah ................................................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................................... 1
BAB 2 PEMBAHASAN

A. Metodologi ulumul tafsir ...................................................................................... 2


B. Metodologi ulumul hadits ..................................................................................... 3
C. Metodologi filsafat dan Teologi (Kalam) ............................................................ 5
D. Metodologi Tasawwuf dan Mistis Islam ............................................................... 7
E. Metodologi Kajian Fiqh dan Kaidah Ushuliyah ................................................... 7
F. Metodologi Pemikiran Modern ............................................................................. 8
G. Metodologi Pendidikan Islam .............................................................................. 8
H. Metodologi Tekstualitas dan Kontekstualitas ...................................................... 9
I. Metodologi Muqaranah Madzhab ....................................................................... 10
BAB 3 PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 12

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sejak kedatangan Islam hingga saat ini pemahaman tentang metodologi studi Islam sangat
berbeda-beda. Hal itu disebabkan karena seseorang tersebut hanya menguasai salah satu bidang
saja. Seperti yang dapat kita lihat ada orang yang penguasaannya terhadap salah satu bidang
keilmuan cukup mendalam, tetapi kurang memahami disiplin ilmu keislaman lainnya, hingga
saat ini pemahaman Islam yang terjadi di masyarakat masih bercorak. Demikian pentingnya
metodologi ini. Dan penguasaan metode yang tepat dapat menyebabkan seseorang
mengembangkan ilmu yang dimilikinya.
Metode-metode yang digunakan untuk memahami Islam suatu saat mungkin dipandang tidak
cukup lagi, sehingga diperlukan pendekatan baru yang harus digali oleh para pembaharu.
Diantara metodologi-metodologi hasil galian para pembaharu adalah metodologi ulumul tafsir,
metodologi ulumul hadist, metodologi filsafat dan teologi ( kalam ), metodologi tassawuf dan
mistis Islam, metodologi kajian fiqh dan kaidah ushuliyah, metodologi pemikiran modern,
metodologi pendidikan Islam, metodologi tekstualitas dan kontekstualitas, serta metodologi
muqarrah madzhab.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka setidaknya ada beberapa masalah yang
akan dibahas dalam makalah ini, yaitu :
1. Bagaimana cara memahami islam dalam Metodologi ulumul tafsir ?
2. Bagaimana cara memahami islam dalam Metodologi ulumul hadist ?
3. Bagaimana cara memahami islam dalam Metodologi filsafat dan teologi ( kalam ) ?
4. Bagaimana cara memahami islam dalam Metodologi Tasawwuf dan Mistis Islam?
5. Bagaimana cara memahami islam dalam Metodologi Kajian Fiqh dan Kaidah
Ushuliyah?
6. Bagaimana cara memahami islam dalam Metodologi Pemikiran Modern?
7. Bagaimana cara memahami islam dalam Metodologi Pendidikan Islam ?
8. Bagaimana cara memahami islam dalam Metodologi Tekstualitas dan Kontekstualitas?
9. Bagaimana cara memahami islam dalam Metodologi Muqaranah Madzhab?

C. TUJUAN

1. Memahami Islam dalam metodologi ulumul tafsir


2. Memahami Islam dalam metodologi ulumul hadits
3. Memahami Islam dalam metodologi dalam filsafat serta memahami berbagai
metodologi Islam lainya. (yang disebut dalam rumusan masalah)

1
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Metodologi Ulumul Tafsir

Lahirnya metode-metode tafsir disebabkan oleh tuntutan perubahan sosial yang selalu
dinamik. Dinamika perubahan sosial mengisyaratkan kebutuhan pemahaman yang lebih
kompleks. Kompleksitas kebutuhan pemahaman atas al-qur’an itulah yang mengakibatkan,
tidak boleh tidak, para mufassir harus menjelaskan pengertian ayat-ayat al-qur’an yang
berbeda-beda. Metodologi tafsir menduduki posisi yang teramat penting didalam tatanan ilmu
tafsir, karena tidak mungkin sampai kepada tujuan tanpa menempuh jalan yang menuju kesana.

Al-qur’an secara tekstual memang tidak berubah, tetapi penafsiran atas teksnya selalu
berubah, sesuai dengan konteks ruang dan waktu manusia. Karenanya, al-qur’an selalu
membuka diri untuk dianalisis, dipersepsi, dan diinterpretasikan (ditafsirkan) dengan berbagai
alat, metode, dan pendekatan untuk menguak isi sejatinya.

Menurut Rosihan Anwar metodologi tafsir adalah ilmu tentang metode penafsiran al-
Qur’an. Disini dapat dibedakan antara metode tafsir dan metodologi tafsir. Metode tafsir adalah
cara-cara menafsirkan al-Qur’an, sedangkan metodologi tafsir adalah ilmu tentang cara
penafsiran al-Qur’an.
Nashruddin Baidan dalam bukunya metodologi penafsiran al-Qur’an menulis bahwa metode
tafsir itu dibagi menjadi empat jenis yaitu:

❖ Metode Global (Ijmali)

Metode Global (Ijmali) ialah menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an secara ringkas tapi
mencakup, tanpa uraian panjang lebar, mudah dimengerti dan enak dibaca. Dengan metode ini,
mufassir menjelaskan arti dan maksud ayat dengan uraian singkat yang dapat menjelaskan
sebatas artinya tanpa menyinggung hal-hal selain arti yang dikehendaki.
Menurut Al-Farmawi metode tafsir ijmali adalah suatu metode tafsir yang menafsirkan
ayat-ayat al-qur’an dengan cara mengungkapkan makna global. Makna yang diungkapkan
biasanya diletakkan dalam rangkaian ayat-ayat atau menurut pola-pola yang diakui oleh ulama
dan mudah dipahami oleh semua orang.

❖ Metode Analitis (Tahlili),

Metode Analitis (Tahlili), yaitu metode penafsiran ayat-ayat al-Qur’an dengan


memaparkan segala aspek yang terkandung didalam ayat-ayat yang ditafsirkan itu dengan
menerangkan makna-makna yang tercakup didalamnya sesuai dengan keahlian dan
kecenderungan mufassir yang menafsirkan ayat-ayat tersebut. Menggunakan metode tahlili ini
para mufassir menafsirkan ayat mengikuti rentetan ayat demi ayat sesuai dengan
urutan/susunan ayat dan surat yang tercantum dalam al-Qur’an.

Menurut Al-Farmawi metode tafsir tahlili adalah suatu metode yang bermaksud
menjelaskan kandungan ayat-ayat al-Qur’an dari seluruh aspeknya. Penafsiran memulai
uraiannya dengan mengemukakan arti kosa kata diikuti dengan penjelasan mengenai arti global
ayat. Ia juga mengemukakan munasabah (korelasi) ayat-ayat serta menjelaskan hubungan
maksud ayat-ayat tersebut satu sama lainnya.

2
Kelebihan metode ini antara lain adanya potensi untuk memperkaya arti kata-kata melalui
usaha penafsiran terhadap kosa kata ayat, syair-syair kuno dan kaidah-kaidah ilmu dahulu. Cara
penafsiran ayat-ayat dalam tafsir al-kasysyaf karangan al-zamakhsyari dan tafsir dengan cara
tahlili.

❖ Metode Komparatif (Muqaran)

Metode Komparatif (Muqaran) adalah suatu metode penafsiran perbandingan. Metode


tafsir muqaran mengemukakan penafsiran-penafsiran ayat-ayat al-Qur’an yang ditulis oleh
sejumlah para penafsir. Disini seorang penafsir menghimpun sejumlah ayat-ayat al-qur’an,
kemudian ia mengkaji dan meneliti ayat tersebut melalui kitab-kitab tafsir mereka.
Metode tafsir muqaran dapat juga dilakukan dengan cara memperbandingkan sejumlah ayat al-
Qur’an dengan yang lainnya yaitu ayat-ayat yang mempunyai kemiripan redaksi dalam dua
atau lebih kasus yang berbeda, atau yang memiliki redaksi yang berbeda untuk masalah atau
khusus yang sama. Dan juga memperbandingkan ayat-ayat al-Qur’an dengan hadits-hadits nabi
yang secara lahiriyah tampak berbeda.

❖ Metode Tematik (Maudhu’i)

Metode Tematik (Maudhu’i), adalah tafsir yang membahas ayat-ayat al-qur’an dalam tema
yang sesuai dengan tema atau judul yang telah ditetapkan. Metode tematik ini adalah metode
tafsir yang membahas mengenai satu topik masalah secara menyeluruh menjelaskan
maksudnya secara umum dan khusus serta rinci menghubungkan masing-masing pokok
masalah. Dalam metode tematik ini terdapat dua cara yang digunakan, yaitunya:

a. Cara yang pertama, metode ini menentukan urutan ayat-ayat itu sesuai dengan masa
turunnya, mengemukakan sebab turunnya sepanjang hal itu dimungkinkan (jika ayat-ayat itu
turun karena sebab-sebab tertentu), menguraikannya dengan sempurna, menjelaskan makna
dan tujuannya, dan lain-lain sehingga satu tema itu dapat dipecahkan secara tuntas berdasarkan
seluruh ayat al-Qur’an itu dan oleh karenanya tidak diperlukan ayat-ayat lain. Cara ini
merupakan cara yang sangat penting dalam metode tematik.
b. Cara yang kedua, penafsiran yang dilakukan seorang mufassir dengan cara mengambil satu
surat dari surat-surat al-Qur’an. Surat itu dikaji secara keseluruhan, dari awal sampai akhir
surat. Kemudian ia menjelaskan tujuan-tujuan khusus dan umum dari surat itu serta
menghubungkan antara masalah-masalah (tema-tema) yang dikemukakan pada ayat-ayat dari
surat itu, sehingga jelas surat itu merupakan suatu rantai emas yang setiap gelang-gelang
darinya bersambung satu dengan lainnya, sehingga ia menjadi satu kesatuan yang sangat
kokoh.

B. Metodologi Ulumul Hadist

Para peneliti hadits dalam melakukan penelitian berbekal metodologi yang baku dan ketat.
Mereka menggolongkan hadits kedalam empat golongan utama, yaitu shahih atau asli, hasan
atau baik, dha’if atau lemah, dan maudhu’ atau palsu. Apabila kita akan meneliti keshahihan
sebuah hadits tersebut satu persatu mulai dari sanadnya, matannya, rawinya. Caranya dengan
metode yang disebut takhrijul-hadits. Dalam proses pentadwinan sunnah atau hadits dari
periode ke periode mengalami beberapa perkembangan, mulai zaman Nabi sampai zaman
pembuatan syarah. Takhrij hadits adalah fase kedelapan dari periode dimaksud, yaitu periode
metode takhrij al- hadits (suatu metode penelitian hadits).

3
❖ Metode Takhrij atau Penelitian Hadits

Menurut Muhaimin (Roaniati Hakim, 2009), metode penelitian hadits disebut dengan
dengan takhrijul hadits. Secara terminologi takhrij berarti menunjukkan letak hadits dalam
sumber-sumber yang asli (sumber primer) dimana diterangkan rangkaian sanadnya., kemudian
dijelaskan nilai hadits tersebut bila perlu. Takhrij hadits sangat berguna antara lain untuk
memperluas pengetahuan seseorang tentang seluk beluk kitab-kitab hadits dalam berbagai
bentuk dan sistem penyusunannya, mempermudah seseorang dalam mengembalikan sesuatu
hadits yang ditemukannya dalam sumber-sumber aslinya, sehingga dengan demikian akan
mudah pula mengetahui derajat keshahihan atau tidaknya hadits tersebut. Ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam melakukan takhrij hadits, yaitu :

a. Memperhatikan sahabat yang meriwayatkannya, jika disebutkan


b. Memperhatikan lafadz-lafadz pertama dari matan hadits
c. Memperhatikan salah satu lafadz hadits
d. Memperlihatkan tema hadits
e. Memperhatikan sifat khusus sanad/matan hadits

Dengan demikian, untuk melakukan takhrij hadits dapat ditempuh salah satu metode dari
beberapa metode berikut :

1) Metode takhrij melalui pengetahuan tentang nama sahabat perawi hadits, metode ini hanya
dipergunakan bila nama sahabat itu tercantum pada hadits yang akan ditakhrij.
2) Metode takhrij melalui lafadz awal dari matan hadits, metode ini dipakai apabila permulaan
lafadz hadits-hadits itu dapat diketahui dengan tepat.
3) Metode takhrij melalui pengetahuan tema hadits, metode ini akan mudah digunakan oleh
orang yang sudah terbiasa dan ahli dalam hadits.
4) Metode takhrij melalui pengetahuan tentang sifat khusus atau sanad hadits itu, maksudnya
adalah memperhatikan keadaan-keadaan dan sifat hadits yang baik pada matan atau sanadnya,
kemudian mencari asal-asal hadits-hadits itu dalam kitab-kitab khusus mengumpulkan hadits-
hadits yang mempunyai keadaan atau sifat-sifat tersebut, baik dalam matan maupun sanadnya.

❖ Metode Pemahaman Hadits

Menurut Bukhari, ada beberapa kecenderungan ulama dalam memahami hadits Nabi, untuk
mendapatkan pelajaran dengan berbagai metode. Maka metode-metode pemahaman hadits
dimaksud dapat diklasifikasikan kepada metode pemahaman hadits tradisional dan metode
pemahaman hadits modernis. Berikut ini akan dideskripsikan kedua metode tersebut :

1) Metode pemahaman hadits tradisional yaitu memahami hadits dengan pendekatan


kontekstual historis.
2) Metode Pemahaman Hadits Modernis

Metode pemahaman hadits modernis adalah memahami hadits-hadits Rasul dengan pendekatan
ilmiah dan logika deduktif (filosofis). Bukhari juga mengemukakan metodologis dalam rangka
memahami hadits dengan langkah-langkah berikut:

4
a. Penentuan tema hadits yang akan dipahami
b. Penghimpunan hadits-hadits tentang tema yang dipilih
c. Penentuan orisinalitas hadits yang dijadikan sampel
d. Pemahaman makna hadits
e. Pengambilan spirit atau pandangan hidup yang terkandung dalam keseluruhan hadits.

Ilmu-ilmu muthalahul-hadits, rijalul-hadits dan lain-lain adalah merupakan bentuk intervensi


atau campur tangan keilmuan para ulama hadits lewat metodologi yang mereka gunakan untuk
menentukan mana yang shahih, hasan dan maqtu’, mursal, dha’if, dan seterusnya.

C. Metodologi Filsafat dan Teologis (kalam)

1. Filsafat

Filsafat dalam kajian studi Islam merupakan salah satu cara yang digunakan untuk
mengungkap permasalahan dan memperoleh solusi atas permasalahan tersebut. Metode filsafat
terus berubah dan berkembang seiring dengan perkembangan filsafatnya itu sendiri. Meskipun
disebut perkembangan, bukan berarti penemuan terbaru adalah metode yang terbaik. Nyatanya,
dalam dunia filsafat yang spekulatif, tidak ada metode terbaik. Yang ada adalah metode tepat
guna untuk suatu kebutuhan filsafat tertentu atau kembali kepada efektifitas filosofnya sendiri
dalam menggunakan metode tersebut. Berikut ini adalah beberapa metode filsafat berdasarkan
urutan kronologi sejarah zamannya.

a. Metode Kritis
Metode kritis bersifat analisa istilah dan pendapat, kemudian disistematiskan dalam
hermeneutika yang menjelaskan keyakinan dan berbagai pertentangannya. Caranya adalah
dengan bertanya, membedakan,membersihkan, menyisihkan dan menolak suatu keyakinan.
Dengan begitu, akhirnya akan ditemukan keyakinan yang terbaik di antaranya. Keyakinan atau
filsafat terbaik inilah yang dikatakan hakikat sesuatu yang lebih baik.

b. Metode Filsafat Intuitif


Metode yang dikembangkan oleh Bergson dan Plotinus ini sering dikatakan tidak
bertumpu pada intelek dan rasionalisasi manusia, tetapi tidak bersifat anti-intelektual. Manusia
terkadang harus mengambil jarak dan berjauhan dengan logika, serta menyerahkan diri pada
kemurnian kenyataan dan keaslian fitrah manusia. Bukan berarti pula bahwa logika harus
dibungkam dan rasio ditinggalkan. Tetapi metode ini mengajak kita berpikir dalam semangat
untuk bisa menganalisis suatu keyakinan tanpa terjerat oleh rasio dan logika. Agak sulit untuk
dibayangkan namun akan mengalir ketika dicoba dilakukan.

c. Metode Skolastik
Metode ini berkembang pada Abad Pertengahan. Seseorang (biasanya seorang
guru/senior) akan membacakan atau mengutarakan suatu pokok bahasan filsafat. Kemudian
pokok bahasan tersebut akan diberi penafsiran dan komentar oleh filsuf lain. Agar topik
dipahami, semua istilah, ide dan kenyataan dirumuskan, dibedakan dan diuji dari segala sisi.
Segala pro dan kontra kemudian dihimpun dan dibandingkan. Melalui proses ini, yang disebut
“lectio” diharapkan tercapai suatu pemahaman baru yang lebih baik. Namun, jika tidak
berhasil, maka akan dilanjutkan ke tahap “disputatio” atau perdebatan.

5
2. Teologis (kalam)

Dari istilah “kalam” dan “teologi” terdapat beberapa perbedaan, namun ada kesamaan
dari pengertian kedua istilah tersebut yaitu ketuhanan. Kata kunci inilah yang menjadi alasan
mengapa kalam dan teologi kerap disandingkan bahkan sama-sama digunakan dalam menyebut
ilmu ketuhanan. Sehingga secara umum dapat kita simpulkan bahwa ilmu kalam juga disebut
sebagai teologi yaitu ilmu yang membahas tentang ketuhanan dalam agama. Dalam
pembahasan ketuhanan masing-masing agama memiliki dasar yang berbeda berdasarkan
kepercayaan yang dianut dan sumber sumber yang dijadikan rujukan seperti kitab suci.
Metodologi kalam adalah ilmu yang mempelajari cara kerja yang dipakai tokoh-tokoh
kalam dalam mendudukkan persoalan-persoalan akidah secara dialogis dan sistematis agar
dipahami masyarakat dengan baik. sebagaimana diketahui bahwa menurut mutakallimun,
dasar-dasar akidah sudah ada dalam nash. Atas dasar itu, mereka terlebih dahulu menetapkan
teks ayat sebagai patokan akidah (Harun Nasution, 1987). Setelah itu, mereka mencari berbagai
argumentasi yang tepat untuk memperkuat akidah. Ketika menjadi konsentrasi keilmuan,
perbedaan pendekatan yang digunakan mutakallimun dalam mengkaji persoalan kalam
melahirkan metode kalam yang berbeda. Menurut Ibn Taimiyah, seperti dikutip Abu Zahrah,
metode kalam dapat dibagi ke dalam empat bentuk, yaitu metode filosofis, metode semi
filsafat, metode keseimbangan nash dan akal, dan metode tradisional.

1. Metode filosofis, membahas persoalan kalam dengan mengumatakan burhan. Mereka tidak
puas dengan kaum khithabi, karena berada pada tingkat paling dasar yaitu kembali kepada al-
Qur’an. Orang-orang yang berpengetahuan luas harus mencari argumen lain agar mereka
benar-benar yakin.
2. Metode keseimbangan nash dan akal. Al-Maturidi menggunakan metode ini dengan
mengambil al-Qur’an sebagai dasar akidah kemudian memperkuatnya dengan logika supaya
keyakinan lebih sempurna. Al-Maturidi berada di bawah Mu’tazilah dalam penggunaan akal
dan wahyu. Penggunaan logika pada al-Maturidi tidak sebanyak penggunaan akal pada
Mu’tazilah.
3. Metode tradisional yang dipakai Asy‘ariyyah, menggunakan nash lebih dominan daripada
akal. Apabila nash sudah cukup, alAsy’ari tidak lagi berusaha memperkuatnya dengan logika.
Argumen logika versi al-Asy’ari sangat sedikit dibandingkan Mu’tazilah dan alMaturidi ( Abu
Zahra, t.t).
4. Metode Salaf kata Ibn Taimiyyah, berbeda dari empat metode di atas. Kaum Salaf hanya
menggunakan nash, tidak menggunakan dalil logika mantiq yang bersumber dari filosof
Yunani, karena akal menurut mereka dapat menyesatkan dan memberikan penafsiran yang
bermacam-macam. Orang Salaf memandang mantiq sebagai mufsadah dan tidak ada di masa
Sahabat dan tabi’in
.
Masyarakat Islam awal (al-sabiqun alawwalun) hanya mengenal nash sebagai dasar
akidah. Yang dikatakan nash langsung mereka terima dan yakini. Ternyata keyakinan para
Sahabat dan tabi’in saat itu sangat kuat. Oleh sebab itu, dengan nash tanpa mantiq, akidah
mereka tetap mantap. Jadi wajar juga Ibn Taimiyah menolak logika dijadikan dasar akidah.
Dalam sejarah pemikiran kalam, pemakaian logika tidak mudah karena tidak semua umat Islam
mampu menggunakannya. Ibn Taimiyah berasumsi, ketika ada sebagian Sahabat yang kurang
memahami pesan nash, penjelasan Nabi sudah cukup untuk mengatasi masalah tersebut.
Dengan demikian, pemakaian logika ketika itu belum diperlukan. Fungsi akal hanya sebagai
pendukung nash semata. Akal hanya dipakai sebagai saksi atas pernyataan al-Qur’an dan
Hadis, dan tidak berwenang memutuskan persoalan akidah.

6
D. Metodologi Tasawuf dan Mistis Islam

Mistisme berasal dari kata mistik yang berasal dari bahasa Yunani yakni mystikos yang
artinya rahasia, tersembunyi, gelap atau terselubung dalam kekelaman. Mistisme dalam Islam
disebut tasawuf dan oleh kaum orientalis Barat disebut sufisme.

Kata sufisme dalam istilah orientalis barat khusus dipakai untuk mistisme Islam. Sufisme
tidak dipakai untuk mistisisme yang terdapat dalam agama-agama lain. Mistisme atau tasawuf
mempunyai tujuan memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan, sehingga
disadari benar bahwa seseorang berada di hadirat Tuhan. Secara sederhana Tasawuf adalah
suatu sistem latihan dengan kesungguhan (riyadlah- mujahadah) untuk membersihkan,
mempertinggi, dan memperdalam kerohanian dalam rangka mendekatkan (taqarrub) kepada
Allah, sehingga dengan itu maka segala konsentrasi seseorang hanya tertuju kepada-Nya.
Dengan pengertian seperti itu, maka dapat dikatakan bahwa tasawuf adalah bagian ajaran
Islam, karena ia membina akhlak manusia (sebagaimana Islam juga diturunkan dalam rangka
membina akhlak umat manusia di atas bumi ini, agar tercapai kebahagiaan dan kesempurnaan
hidup dunia dan akhirat. Oleh karena itu, siapapun boleh menyandang predikat mutasawwif
sepanjang berbudi pekerti tinggi, sanggup menderita lapar dan dahaga, bila memperoleh rizki
tidak lekat di dalam hatinya, dan begitu seterusnya yang pada pokoknya sifat-sifat mulia, dan
terhindar dari sifat-sifat tercela.

Tidak ada tasawuf kecuali dengan fiqih, karena kita tidak akan mengetahui hukum- hukum
Allah SWT yang lahir kecuali dengan fiqih. Dan tidak ada fiqih kecuali dengan tasawuf, karena
tidak ada amal dengan kebenaran pengarahan (kecuali dengan tasawuf). Dan juga tidak ada
tasawuf dan fiqih kecuali dengan Iman, karena tidaklah sah salah satu dari keduanya (fiqih dan
tasawuf) tanpa iman. Maka wajiblah mengumpulkan ketiganya (iman, fiqih, dan tasawuf).
Imam Malik berkata : “Barangsiapa bertasawuf tapi tidak berfiqih maka dia telah kafir zindiq
(pura-pura beriman), dan barangsiapa yang berfiqih tapi tidak bertasawuf maka dia telah
(berdosa) dan barangsiapa yang mengumpulkan keduanya (fiqh dan tasawwuf) maka dia telah
benar.

Jadi Tasawuf itu harus melalui Iman (akidah), Islam (syari’ah) dan Ihsan (Hakikat).
Atau amal Syari’ah, Thoriqoh dan Hakikah. Syari’ah adalah menjalankan agama Allah yaitu
melaksanakan perintah-perintahnya dan menjauhi larangannya. Thoriqoh adalah melaksanakan
dengan yang lebih hati-hati seperti wira’i dan tekun beribadah seperti melatih dan menekan
hawa nafsu. Hakikah adalah sesampainya seseorang kepada tujuan dan bias melihat dengan
hatinya cahaya dzatnya Allah dengan jelas.

E. Metodologi Kajian Fiqh dan Kaidah Ushuliyah

Kaidah Ushuliyah merupakan asas-asas hukum yang bersifat umum diambil dari hasil
ekstraksi dalil Al-Quran dan Hadits yang dapat digunakan sebagai standar hukum-hukum yang
sifatnya lebih detail dan terperinci. Kaidah ushuliyyah tersebut menentukan penetapan hukum
misalnya amr, nahi dan sebagainya serta penerimaan atau penggalian dalil-dalil dhanniyah
seperti qiyas, istishab, istihsan dan sebagainya.

7
Adapun corak metode yang digunakan ada tiga jenis yaitu:

1. Metode Mutakallimin. Metode dilakukan dengan cara pola berfikir deduktif. Mereka
menggali suatu makna secara rasional dari suatu nash atau dalil berdasarkan nalar dan
nash yang berpetunjuk. Kemudian dari makna dalil itu ditarik suatu kaidah yang logis
dan umum didasarkan atas pemikiran nalar yang rasional.
2. Metode Ahnaf. Metode ini menggunakan jalan istiqra (induksi) terhadap pendapat-
pendapat imam sebelumnya dan mengumpulkan pengertian makna dan batasan-batasan
yang mereka pergunakan, kemudian mengkonklusikan hal tersebut. Mereka tidak
menetapkan kaidah-kaidah amaliyah sebagai cabang baru dari kaidah-kaidah itu,
hukum- hukum yang telah ditetapkan oleh imamnya, melainkan hanya menguatkan
saja.
3. Metode penggabungan antara metode mutakallimin dan metode ahnafiyah, yakni
dengan cara memperhatikan kaidah-kaidah ushuliyyah dan mengemukakan dalil-dalil
atas kaidah-kaidah itu. Juga memperhatikan aplikasinya terhadap masalah fiqh
far'iyyah dan relevansinya terhadap kaidah-kaidah tersebut.

F. Metodologi Pemikiran Modern

Pemikiran modern dapat diartikan arah pemikiran yang maju menuju kepada pembaharuan.
Menurut Muhammad Abduh, terdapat 2 macam metodologi pemikiran modern, yaitu:

1. Pemikiran modern yang sekuler, yakni pemikiran yang menjaga aqidah Islam, tetapi
juga mengaplikasikan pemikiran barat sebagai hukum positif. Pemikiran ini cenderung
kepada sekularisme, yang bertujuan memisahkan agama dan negara dan menjadikan
hukum positif barat sebagai pengganti syariat Islam yang masih memerlukan
pembenahan. Prinsip-prinsip tersebut telah diterapkan di Turki tahun 1924, dan juga
diterapkan di negara-negara lain. Namun, dengan sikap netral terhadap tradisi dan
lembaga-lembaga agama Islam.

2. Pemikiran modern yang agamis, yakni pemikiran yang masih menjunjung tinggi nilai-
nilai mobilisasi rohani dan keagamaan. Pemikiran ini menerapkan aqidah dan syari’at
Islam sebagai sumber hukum paling utama dalam kehidupan beragama.

G. Metodologi Pendidikan Islam

Pendidikan Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.
Ki Hajar Dewantara mendefinisikan pendidikan Islam adalah daya upaya untuk memajukan
pertumbuhan budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelect),dan tubuh anak yang
antara satu dan yang lainnya saling berhubungan agar dapat memajukan kesempurnaan hidup.
Bisa ambil kesimpulan bahwa pendidikan Islam adalah pendidikan yang berdasarkan ajaran
Islam.

8
Metodologi pendidikan Islam merupakan cara atau usaha yang dilakukan untuk kegiatan
bimbingan dan pengajaran dalam memahami Islam. Metodologi pendidikan Islam adalah jalan
atau proses yang harus dilalui dimana faktor iman dan kemampuan bertakwa dalam perilaku
pribadi dan sosial, dijadikan pusat program kurikuler baik di lembaga pendidikan umum
maupun keagamaan
Metode yang digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup umat Islam sebaiknya metode
yang digali dalam sumber-sumber pokok ajaran Islam sendiri. Metode tersebut juga
berdasarkan pada pendekatan ilmu dan teknologi

Ada beberapa metode yang digunakan dalam pendidikan Islam, diantaranya:

1. Ta’lim (Memberi Tahu/ceramah)

Ta’lim diartikan juga sebagai pengajaran. Biasanya ta’lim ini salah satunya adalah ceramah
yang biasa digunakan oleh para pendidik dalam mengajar. Ta’lim merupakan metode dasar
dalam pendidikan.

2. Tabyiin (Penjelasan)

Metode ini biasanya pendidik harus menjelaskan materi atau objek dengan benar supaya
materi tersebut benar-benar jelas dan dimengerti oleh orang tersebut.

3. Tafshil (Perincian, sumber perinci haruslah jelas)

Pendidik harus menjelaskan secara detail tentang persoalan yang dibahas. Penjelasan
tersebut tidak dikarang atau dibuat-buat serta mempunyai sumber yang jelas yang menyangkut
persoalan tersebut.

4. Tafhim (Pemahaman/penganalogian)

Metode ini digunakan pendidik untuk memberikan kesamaan persepsi mengenai benda,
permasalahan, ataupun kasus yang dibicarakan.

H. Metodologi Tekstual dan Kontekstual

Tekstual dapat diartikan mengacu pada teks. Metodologi tekstual menekankan pada
signifikansi teks-teks sebagai kajian Islam dengan merujuk pada sumber-sumber suci dalam
Islam, terutama Al-Qur’an dan Hadits. Pemahaman hukum mengacu apa adanya yang tertera
dalam Al-Qur’an atau Hadits. Tidak memandang latar belakang sosial dan kultur masyarakat
dan faktor yang melatarbelakangi permasalahan yang terjadi.

Metodologi kontekstual merupakan metode untuk memahami dalam kerangka konteksnya,


baik ruang dan waktu. Pendekatan ini merupakan perangkat komplementer yang menjelaskan
motif-motif kesejahteraan dalam ritual Islam, untuk memperkuat asumsi bahwa Islam
merupakan entitas yang komprehensif yang melingkupi elemen normatif dan elemen praksis,
selain itu menepis pandangan bahwa Islam itu radikal dan keras. Metode ini juga mengacu pada
sumber-sumber ajaran Islam yaitu Al-Qur’an dan Hadist, akan tetapi dipahami secara berbeda
dengan metodologi tekstual, dilihat dari waktu, latar belakang sosial, kultur budaya serta faktor
penyebab dan akibatnya.

9
I. Metodologi Muqaranah Madzhab

Secara etimologi muqaranah berarti membandingkan. Membandingkan dua hal atau dua
perkara atau lebih. Menurut bahasa madzhab berarti jalan atau tempat yang dilalui. Muqaranah
madzhab yaitu bidang yang mengkaji dan membahas tentang hukum yang terdapat dalam
berbagai madzhab dengan membandingkan satu sama lain agar dapat melihat tingkat
kehujjahan yang dimiliki oleh masing-masing madzhab tersebut, serta mencari segi-segi
persamaan dan perbedaannya.

10
BAB 3
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Metodologi memiliki peranan penting dalam mempelajari sumber ajaran Islam.


Diantaranya Metodologi Ulumul Tafsir, adalah ilmu tentang metode penafsiran al-Qur’an.
Metode tafsir dibagi menjadi empat jenis yaitu : metode global (ijmali), metode analitis
(tahlili), metode komparatif (muqaran), dan metode tematik (maudhu’i).

Metodologi Ulumul Hadits, caranya dengan metode yang disebut takhrijul-hadits (suatu
metode penelitian hadits). Metode ulumul hadits dibagi menjadi dua yaitu : metode takhrij atau
penelitian hadits dan metode pemahaman hadits.

Metodologi Filsafat dan Teologis (kalam), metode filsafat terus berubah dan berkembang
seiring dengan perkembangan filsafatnya itu sendiri. Beberapa metode filsafat berdasarkan
urutan kronologi sejarah zamannya yaitu : metode kritis, metode filsafat intuitif, dan metode
skolastik.

Metodologi Teologis (kalam) adalah ilmu yang mempelajari cara kerja yang dipakai tokoh-
tokoh kalam dalam mendudukkan persoalan-persoalan akidah secara dialogis dan sistematis.
Metode kalam dapat dibagi ke dalam empat yaitu : metode filosofis, metode semi filsafat,
metode keseimbangan nash dan akal, dan metode tradisional.

Metodologi Tasawuf dan Mistis Islam, mistisme atau tasawuf mempunyai tujuan
memperoleh hubungan langsung dengan Tuhan. Metode tasawuf itu harus melalui iman
(akidah), islam (syari’ah) dan ihsan (hakikat). Atau amal syari’ah, thoriqoh dan hakikah.
Metodologi Kajian Fiqh dan Kaidah Ushuliyah. Kaidah ushuliyah merupakan asas-asas hukum
yang bersifat umum diambil dari hasil ekstraksi dalil Al-Quran dan Hadits yang dapat
digunakan sebagai standar hukum-hukum. Metode yang digunakan ada tiga yaitu : metode
mutakallimin, metode ahnaf, dan metode penggabungan antara metode mutakallimin dan
metode ahnafiyah.
Pemikiran modern dapat diartikan arah pemikiran yang maju menuju kepada pembaharuan,
pemikiran ini ada dua macam yaitu metode pemikiran modern yang sekuler dan agamis.

Metodologi pendidikan Islam merupakan cara atau usaha yang dilakukan untuk kegiatan
bimbingan dan pengajaran dalam memahami Islam.

Metodologi tekstual menekankan pada signifikansi teks-teks Al-Qur’an dan Hadits sebagai
kajian Islam dan mengacu apa adanya yang tertera dalam Al-Qur’an atau Hadits. Metodologi
kontekstual merupakan metode untuk memahami dalam kerangka konteksnya, baik ruang dan
waktu.

Metodologi muqaranah madzhab yaitu cara memahami Islam dengan membandingkan


hukum yang terdapat dalam berbagai madzhab.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://angsaranghaechinguya.blogspot.com/2012/10/makalah-aneka-metodologi-memahami-
islam_5305.html
https://www.studocu.com/id/document/universitas-negeri-medan/tugas/6makalah-tentang-
metodologi-memahami-islam/42913781
https://vhocket.wordpress.com/2018/09/12/aneka-metodologi-memahami-islam/
https://www.kompasiana.com/dimasfani9218/5d8ecc4e0d8230541764df22/kelompok-1-
metodologi-memahami-islam
https://www.pengetahuanku13.net/2022/01/resume-metodologi-memahami-islam.html
https://jurnal.unma.ac.id/index.php/am/article/download/3837/2496
http://msitadriskimia.blogspot.com/2010/09/aneka-metodologi-studi-islam-ii.html
http://mychipmunks.blogspot.com/2017/09/metodologi-pemikiran-modern.html

12

Anda mungkin juga menyukai