Makalah
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok pada Mata Kuliah
Hadis Maudui Program Magister Pendidikan Agama Islam
Oleh :
Kelompok VII
MUH. WILDAN
861082022015
JUMASRIANA
861082022024
ROHANI
861082022021
Dosen Pengampu :
Prof. Dr. H. M Amir HM., M.Ag.
Segala puji bagi Allah swt. yang maha Pencipta, menghidupkan dan
Alhamdulillah, segala syukur kami panjatkan kepada Allah swt. yang senantiasa
sebagai sosok pembawa perubahan yang luar biasa dari zaman jahiliah ke zaman
penuh ilmu ini. Sosok pemimpin yang mengangkat derajat seorang perempuan
dan seorang pemimpin yang menjadi sosok teladan bagi seluruh umat.
hambatan. Namun, berkat bimbingan dan dorongan semangat dari berbagai pihak
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya, selain itu penulis
juga menyadari bahwa tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Makalah
ini tidak akan terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis menyampaikan
Penyusun
Kelompok 7
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.........................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
C. Tujuan penulisan.......................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Simpulan....................................................................................................26
B. Saran..........................................................................................................27
DAFTAR RUJUKAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
prasarana, lingkungan, adminstrasi, dan sebagainya yang antara satu dan lainnya
saling berkaitan dan membentuk suatu sistem yang terpadu. Dalam proses
mencapai tujuan. Bahkan melalui metode sebagai seni dapat mentransfer ilmu
metode atau teknik pembelajaran yang digunakan guru sebagai sarana dalam
yang terencana.2
nilai-nilai intrinsik dan ekstrinsik sejalan dengan materi pelajaran dan secara
dalam tujuan pendidikan Islam. Antara metode, kurikulum (materi) dan tujuan
internalisasi dan transformasi nilai nilai Islam ke dalam pribadi peserta didik
1
2
dalam upaya membentuk pribadi muslim yang beriman bertakwa dan berilmu
pencapaian keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Metode yang tidak tepat
akan berakibat terhadap pemakaian waktu yang tidak efesien. Pemilihan metode
juga harus benar dan tepat sesuai dengan karakter dan sifat materi yang akan
belajar mengajar. Oleh karena itu metode yang digunakan oleh pendidik dapat
dikatakan berhasil apabila metode tersebut dapat dicapai tujuan yang diharapkan. 4
Dalam makalah ini, penulis akan membahas lebih lanjut mengenai hadis tentang
metode pendidikan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
pendidikan
pendidikan
3M.Kholil Asyari, Metode Pendidikan Islam, Qathruna, Vol. 1, No. 1, 2017, h. 193.
4Nurjannah Rianie, Pendekatan dan Metode Pendidikan Islam (sebuah perbandingan
dalam konsep teori pendidikan Islam dan barat), h. 105.
3
3. Untuk mengetahui dan memahami analisis sanad dan matan hadis tentang
metode pendidikan
pendidikan
PEMBAHASAN
mengemukakan letak asal suatu hadis dari sumbernya yang asli, yakni berbagai
Takhrij adalah upaya penelusuran atau pencarian hadis dari berbagai kitab
sebagai sumber asli dari hadis yang bersangkutan yang di dalam sumber itu
Dari pengertian tersebut, maka yang dimaksud dengan takhrij hadis dalam
hal ini ialah penelusuran hadis dari berbagai kitab terkait hadis yang bersangkutan
yang di dalam sumber tersebut dikemukakan secara lengkap matan dan sanad
hadis.
5Mifdhol Abdurrahman, Pengantar Studi Ilmu Hadits (Cet. II; Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2006), h. 189.
6Muhammad Qomarullah, Metode Takhrij Hadits dalam Menakar Hadits Nabi, h. 2.
7Abustani Ilyas dan La Ode Ismail Ahmad, Filsafat Ilmu Hadis (Cet. I; Surakarta:
Zadahaniva Publishing, 2011), h. 116.
4
5
Dalam melakukan takhrij hadis tentunya ada tujuan yang ingin dicapai.
Tujuan pokok dari takhrij yang ingin dicapai seorang peneliti adalah:
a. Mengetahui eksistensi suatu hadis apakah benar suatu hadis yang ingin
b. Mengetahui sumber otentik suatu hadis dari buku hadis apa saja
didapattkan.
c. Mengetahui ada berapa tempat hadis tersebut dengan sanad yang berbeda
di dalam buku sebuah buku hadis atau dalam beberapa buku induk hadis.
diantaranya:
dirujuknya. Semakin banyak kitab asal yang memuat suatu hadis semakin
lengkap.
periwayat.
mengumpulkan berbagai sanad dari sebuah hadis dan juga dapat mengumpulkan
perlu di maklumi adalah bahwa teknik pembukuan buku-buku hadis yang telah
dilakukan para ulama dahulu memang beragam dan banyak sekali macam-
didasarkan pada tema-tema tertentu seperti kitab Al- Jami Ash-Shahih li Al-
Bukhori dan sunan Abu Dawud. Diantaranya lagi ada yang didasarkan pada huruf
permulaan matan hadis diurutkan sesuai dengan alphabet Arab seperti kitab Al-
Jami Ash-Shaghir karya As- Suyuthi dan lain-lain. Semua itu dilakukan oleh para
ulama dalam rangka memudahkan umat Islam untuk mengkajinya sesuai dengan
ingin diteliti. Paling tidak ada 5 metode takhrij dalam arti penulusuran hadis dari
sumber buku hadis yaitu takhrij dengan kata (bi al-lafdzi), Takhrij dengan tema
(bi al- maudhui), takhrij dengan permulaan Matan (bi Awwal al-matan), takhrij
melalui sanad pertama (bi ar-rawi al-ala), dan takhrij melalui pengetahuan tentang
maka ditemukanlah hadis yang sesuai dengan metode pendidikan. Adapun hadis
yang menjadi objek utama dalam penelitian ini adalah hadis yang diriwatkan oleh
7
Sunan Nasai No. 458 pada kitab Salat bab Keutamaan Kelima Salat Waktu, yaitu
sebagai berikut:
َأْخ َبَر َنا ُقَتْيَبُة َقاَل َح َّد َثَنا الَّلْيُث َع ْن اْبِن اْلَهاِد َع ْن ُمَحَّمِد ْبِن ِإْبَر اِهيَم َع ْن َأِبي َس َلَم َة َع ْن َأِبي
ُهَر ْيَر َة َأَّن َر ُسوَل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل َأَر َأْيُتْم َلْو َأَّن َنَهًرا ِبَباِب َأَحِد ُك ْم َيْغ َتِس ُل ِم ْنُه
ُك َّل َيْو ٍم َخ ْمَس َم َّراٍت َهْل َيْبَقى ِم ْن َد َر ِنِه َش ْي ٌء َقاُلوا اَل َيْبَقى ِم ْن َد َر ِنِه َش ْي ٌء َقاَل َفَك َذ ِلَك َم َثُل
الَّص َلَو اِت اْلَخ ْم ِس َيْم ُحو ُهَّللا ِبِهَّن اْلَخ َطاَيا
Artinya: Telah mengabarkan kepada kami Qutaibah dia berkata, telah
menceritakan kepada kami Al-Laits dari Ibnu Al Haad dari
pintu -rumah- salah seorang dari kalian ada sungai, dia mandi di
sungai itu setiap hari lima kali, apakah ada sisa kotoran padanya?"
Beliau ﷺberkata, "Begitulah perumpamaan salat lima waktu.
Mereka menjawab, "Tidak ada kotoran yang tersisa sedikitpun."
Allah menghapus dosa-dosa dengan salat tersebut."8
Dari hadis utama tersebut, untuk menemukan hadis lain yang terkait
kata perumpaan yang diambil dari teks matan hadis utama. Dengan demikian,
dalam proses penelusuran hadis tentang metode pendidikan dengan kata kunci
ditemukan:9
8Lidwa Pustaka i-Software Kitab 9 Imam Hadis, diakses pada tanggal 18 April 2023.
9 Lidwa Pustaka i-Software Kitab 9 Imam Hadis, diakses pada tanggal 18 April 2023.
8
Kata itibar merupakan isim masdar dari kata itabara. Secara bahasa,
itibar artinya peninjauan terhadap berbagai hal dengan maksud agar dapat
yang hanya diriwayatkan oleh seorang rawi mengetahui apakah terdapat rawi lain
yang berserikat dalam riwayatnya atau tidak. Sedangkan menurut istilah ilmu
hadis, Itibar adalah meneliti dengan menyertakan mata rantai sanad yang lain
pada suatu hadis tertentu, agar dapat diketahui ada atau tidaknya periwayat yang
1. Hadis riwayat Ibnu Majah No. 3773 dalam kitab Adab bab Pahala Al-
Quran:
َح َّد َثَنا َأْح َم ُد ْبُن اَأْلْز َهِر َح َّد َثَنا َع ْبُد الَّر َّز اِق َأْنَبَأَنا َم ْع َم ٌر َع ْن َأُّيوَب َع ْن َناِفٍع َع ْن اْبِن ُع َم َر َقاَل
َقاَل َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َم َثُل اْلُقْر آِن َم َثُل اِإْلِبِل اْلُمَع َّقَلِة ِإْن َتَع اَهَدَها َص اِح ُبَها
ِبُع ُقِلَها َأْمَس َك َها َع َلْيِه َو ِإْن َأْطَلَق ُع ُقَلَها َذ َهَبْت
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Al Azhar, telah
menceritakan kepada kami Abdurrazaq, telah memberitakan kepada
seekor unta yang diikat, jika pemiliknya mengikat dengan erat berarti
ia telah menjaganya. Akan tetapi jika ia melepas ikatannya, niscaya
unta itu akan lepas."
2. Hadis riwayat Muslim No. 5025 dalam kitab Sifat Hari Kiamat, Surga, dan
َح َّد َثَنا َأُبو َبْك ِر ْبُن َأِبي َشْيَبَة َح َّد َثَنا َع ْبُد ِهَّللا ْبُن ُنَم ْيٍر َو ُمَحَّم ُد ْبُن ِبْش ٍر َقااَل َح َّد َثَنا َز َك ِر َّياُء ْبُن
َأِبي َز اِئَد َة َع ْن َس ْع ِد ْبِن ِإْبَر اِهيَم َح َّد َثِني اْبُن َكْع ِب ْبِن َم اِلٍك َع ْن َأِبيِه َكْع ٍب َقاَل َقاَل َر ُسوُل ِهَّللا
َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َم َثُل اْلُم ْؤ ِم ِن َك َم َثِل اْلَخاَم ِة ِم ْن الَّز ْر ِع ُتِفيُئَها الِّر يُح َتْص َر ُع َها َم َّر ًة
َو َتْع ِد ُلَها ُأْخ َر ى َح َّتى َتِهيَج َو َم َثُل اْلَك اِفِر َك َم َثِل اَأْلْر َز ِة اْلُم ْج ِذَيِة َع َلى َأْص ِلَها اَل ُيِفيُئَها َش ْي ٌء
َح َّتى َيُك وَن اْنِج َع اُفَها َم َّر ًة َو اِح َد ًة
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abi Syaibah, telah
menceritakan kepada kami Abdullah bin Numair dan Muhammad bin
Bisyr, keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Zakariya
bin Abi Za-idah dari Sa'ad bin Ibrahim, telah menceritakan kepadaku
3. Hadis riwayat Sunan Ahmad No. 10357 dalam kitab Sisa Musnad Sahabat
anhu:
َح َّد َثَنا َع ْبُد اْلَم ِلِك ْبُن َع ْم ٍرو َو ُس َر ْيٌج اْلَم ْعَنى َقااَل َح َّد َثَنا ُفَلْيٌح َع ْن ِهاَل ِل ْبِن َع ِلٍّي َع ْن َع َطاِء ْبِن
َيَس اٍر َع ْن َأِبي ُهَر ْيَر َة َأَّن الَّنِبَّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل َم َثُل اْلُم ْؤ ِم ِن َم َثُل َخ اَم ِة الَّز ْر ِع ِم ْن
ُأ
َح ْيُث اْنَتَهى الِّر يُح َكَفْتَها َفِإَذ ا َس َكَنْت اْعَتَد َلْت َو َك َذ ِلَك َم َثُل اْلُم ْؤ ِم ِن َيَتَك َّف ِباْلَباَل ِء َو َم َثُل اْلَك اِفِر
َم َثُل اَأْلْر َز ِة َص َّم اُء ُم ْعَتِد َلٌة َيْقِص ُمَها ُهَّللا ِإَذ ا َش اَء
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abdul Malik bin 'Amru dan Suraij
secara makna, mereka berkata, telah menceritakan kepada kami Fulaih
burung yang hinggap pada tanaman, jika angin bertiup ia akan goyang
dan jika tidak bertiup maka ia akan seimbang (di atas tanaman),
demikianlah permisalan seorang mukmin ia akan bergoyang ke kanan
dan ke kiri dengan musibah yang menimpanya. Sedangkan permisalan
orang kafir adalah seperti pohon jelagah yang tetap tegak dan
seimbang, dan Allah akan merusaknya jika menghendaki."
10
Berdasarkan Itibar tersebut, maka sanad dari semua hadis yang tertera
َع َطاِء ْبِن َيَس اٍر َأِبي َس َلَم َة َناِفٍع اْبُن َكْع ِب ْبِن َم اِلٍك
ِهاَل ِل ْبِن َع ِلٍّي ُمَح َّمِد ْبِن ِإْبَر اِهيَم َأُّيوَب َس ْع ِد ْبِن ِإْبَر اِهيَم
ُفَلْيٌح اْبِن اْلَهاِد َم ْع َم ر َز َك ِر َّياُء ْبُن َأِبي َز اِئَد َة
1. Kritik Sanad
Sanad menurut bahasa berarti sandaran, yang kita bersandar padanya, dan
keseluruhan rawi dalam suatu hadis dengan sifat dan bentuk yang ada.
Selanjutnya matan menurut bahasa berarti punggung jalan (muka jalan) tanah
yang keras dan tinggi. Sedangkan matan menurut istilah ialah bunyi atau kalimat
yang terdapat dalam hadis yang menjadi isi riwayat. Apakah hadis tersebut
berbentuk qaul (ucapan), fiil (per- buatan), dan taqrir (ketetapan dan sebagainya)
hadis.12Syuhudi Ismail menukil salah satu ahli hadis yang merumuskan kaidah
kesahihan hadis, yakni Abu Amr Usman ibn Abd al-Rahmnn Ibn al-Salah. Beliau
menjelaskan bahwa hadis Shahih ialah hadis yang sanadnya bersambung, yang
disampaikan seseorang yang Adl serta Dabit kepada orang-orang yang Adl serta
Dabit lain dan seterusnya, juga tidak memuat Syaz dan Illah.13 Kritik sanad dapat
hadis sebelumnya, serta tanggapan para ulama mengenai perawi hadis tersebut.
a. Biografi Sunan Nasai
Nama lengkap beliau adalah Ahmad ibn Syu’ayb ibn Alī ibn Sinān
ibn Bahr ibn dīnār Abu Abdurrahman al-Khurāsānī anNasā’ī, al-Qāḍī ,al-
Ḥāfiz. Beliau lahir pada tahun 215 H/830 M di Nasa’. Menurut sumber yang
lain, an-Nasā’ī lahir pada tahun 214 hijriyah, letak perbedaan mengenai
11Muhammad S Rahman. "Kajian Matan dan Sanad Hadits dalam Metode Historis."
Jurnal Ilmiah Al-Syir'ah, Vol. 8, No. 2, 2016, h. 3.
12Taufan Anggoro, Wacana Studi Hadis di Indonesia: Studi atas Hermeneutika Hadis
Muhammad Syahudi Ismail, (Online Jurnal Diya Afkar, no. 2, 2018), h. 240
13M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi (Jakarta: PT. Bulan Bintang,
2007), h. 61.
12
yang bernama Abū Said ibn Yūnus. Bahkan ada pendapat lain ada juga yang
mengatakan bahwa imam ini lahir pada 225 H, hal ini sebagaimana yang
dalam hal ini pendapat yang paling mahsyur adalah 215 H pendapat ini
sebagaimana dikutip oleh Nawir Yuslem bahwa ulama ahli hadis ini
di Khurasan, Asia Tengah, dekat dengan Morrow. Kota ini terkenal banyak
dinamai desa tersebut dengan nama Nasa adalah ketika pasukan Islam
maka semua kaum lelakinya melarikan diri dan meninggalkan desa tersebut,
penduduk kota ini hanya kaum wanita saja, yang dalam bahasa Arab-nya
desa yang tinggal; hanya kaum wanitanya saja. Maka sejaak saat itu desa
tersebut dikenal dengan nama Nasa’. Namun ada pendapat lain, seperti
Sejak kecil an-Nasā’ī sudah tertarik pada disiplin ilmu Hadis. Pada
usia lima belas tahun, an-Nasā’ī sudah menjelajahi berbagai kota, pusat ilmu
dan peradaban di dunia Islam, untuk mempelajari Sabda Nabi dari ulama-
Haramayn, Irak, Mesir, dan Syiria; bahkan pernah lama menetap di Mesir.
kepakarannya sebagai orang ahli dalam ilmu hadis, seperti dalam bidang
(230 H), Yaḥyā ibn Mūsā (230 H), Isḥāq ibn Rāhawaih (238 H), Abī
Syaibah (239 H), Ibrāhīm ibn Yūsūf (239 H), ‘Uṡmān ibn Mahmūd ibn
Ghilan (239 H), Muḥammad ibn Abdullah ibn Umar (242 H), Alī bin Hajr
(244 H), Aḥmad ibn Manīi’ (244 H), Sa’īd ibn Ya’qūb (244 H), Hisyām ibn
‘Umār (245 H), Abbās ibn Abdul alAdzīm (246 H), Isā ibn Ḥimād (248 H),
Abdurraḥman ibn Ibrahīm (248 H)), Muḥammad ibn al-Ilā’ (248 H), Amru
ibn Al Falās (249 H), Abū Thāhir Aḥmad ibn Umār (250 H), Abū Karīb
diri untuk mengajarkan hadis Nabi SAW kepada gubernur dan prajurit.
14
Sementara itu, sebagai ulama besar khususnya dalam bidang hadis, imam
anNasā’ī memiliki sejumlah murid atau ulama yang menerima hadis dari
beliau, di antaranya, adalah: anaknya sendiri yaitu Abd. alKarīm, Abū Bakar
Aḥmad ibn Muḥammad ibn Isḥāq as-Sunniy, Abū ‘Alī al-Ḥasan ibn al-
Khudari as-suyūṭiy, ‘Alī ibn Abī Ja’far alṭahawi, Imām Abū al-Hafizh al-
ṭabrānī.
Imam an-Nasā’ī adalah seorang ulama yang amat takwa dan wara’.
pindah ke Damaskus.
di antara Safa dan Marwah. Sebagai seorang ulama yang besar, imam an-
Nasā’ī telah meninggalkan sejumlah karya dalam bentuk buku dan naskah
yang selanjutnya dapat dipedomani dan dimanfaatkan oleh para ulama dan
umat islam yang datang kemudian, di antara karyanya adalah: kitab Musnad
b. Biografi setiap Rawi dalam jalur sanad yang menjadi hadis utama
yaitu melakukan kritik sanad. Jalur sanad yang terdapat dalam riwayat
1) Abu Hurairah
b) Kalangan : sahabat
d) Tahun Wafat : 57 H
Ulama Komentar
2) Abu Salamah
a) Nama Lengkap : Abdullah bin Abdur Rahman bin Auf
d) Tahun Wafat : 94 H
Ulama Komentar
Ulama Komentar
4) Ibnu Al Had
Ulama Komentar
An Nasai Tsiqah
17
Al Ajli Tsiqah
5) Al Laits
Ulama Komentar
6) Qutaibah
a) Nama Lengkap : Qutaibah bin Said bin Jamil bin Tharif bin Abdullah
Ulama Komentar
An Nasa’i Tsiqah
2. Kritik Matan
Menurut bahasa, kata matan berasal dari bahasa Arab matn متنyang artinya
punggung jalan (muka jalan), tanah yang tinggi dan keras. Sedangkan menurut
ilmu hadis, matan berarti penghujung sanad, yakni sabda Nabi Muhammad Saw.,
yang disebutkan setelah sanad.14 Singkatnya, matan hadis adalah isi hadis.
Meneliti kandungan (isi) matan. Adapun tolok ukur penelitian matan (ma yir
al-Adlabi, suatu matan hadis barulah dinyatakan sebagai maqbul (yakni diterima
karena berkualitas sahih), apabila: tidak bertentangan dengan petunjuk al-Qur an,
tidak bertentangan dengan hadis yang lebih kuat dan tidak bertentangan dengan
Kritik matan hadis dipahami sebagai upaya pengujian atas keabsahan matan
hadis yang dilakukan untuk memisahkan antara matan-matan hadis yang sahih
dan yang tidak sahih. Dengan demikian, kritik matan tidaklah dimaksudkan untuk
kelemahan sabda Rasulullah, akan tetapi diarahkan kepada telaah redaksi dan
َاَلْم َتَر َكْيَف َض َر َب ُهّٰللا َم َثاًل َك ِلَم ًة َطِّيَبًة َكَش َجَر ٍة َطِّيَبٍة َاْص ُلَها َثاِبٌت َّو َفْر ُع َها ِفى الَّس َم ۤا ِۙء
ُتْؤ ِتْٓي ُاُكَلَها ُك َّل ِح ْيٍن ِبِاْذ ِن َر ِّبَهۗا َو َيْض ِر ُب ُهّٰللا اَاْلْم َثاَل ِللَّناِس َلَع َّلُهْم َيَتَذَّك ُرْو َن
15M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), h.
126.
16M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), h.
126.
20
mengumpamakan kalimat yang baik (La ilaha illah) dengan pohon yang baik,
hidupnya.
Matan hadis utama yang penulis angkat dalam makalah ini tidak
bertenatangan dengan hadis yang lebih kuat, bahkan didukung oleh hadis
yang kualitasnya lebih kuat dan diriwayatkan oleh perawi yang terkenal yaitu
misalnya dalam shahih bukhari No. 529 pada Fathul Bari sebagai berikut:
َح َّد َثَنا ِإْبَر اِهيُم ْبُن َحْم َز َة َقاَل َح َّد َثِني اْبُن َأِبي َح اِز ٍم َو الَّد َر اَو ْر ِد ُّي َع ْن َيِز يَد َيْع ِني اْبِن َع ْبِد ِهَّللا
ْبِن اْلَهاِد َع ْن ُمَح َّمِد ْبِن ِإْبَر اِهيَم َع ْن َأِبي َس َلَم َة ْبِن َع ْبِد الَّرْح َمِن َع ْن َأِبي ُهَر ْيَر َة َأَّنُه َسِمَع
َر ُسوَل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َيُقوُل َأَر َأْيُتْم َلْو َأَّن َنَهًرا ِبَباِب َأَحِد ُك ْم َيْغ َتِس ُل ِفيِه ُك َّل َيْو ٍم
َخ ْم ًسا َم ا َتُقوُل َذ ِلَك ُيْبِقي ِم ْن َد َرِنِه َقاُلوا اَل ُيْبِقي ِم ْن َد َرِنِه َشْيًئا َقاَل َفَذ ِلَك ِم ْثُل الَّص َلَو اِت
اْلَخ ْم ِس َيْم ُحو ُهَّللا ِبِه اْلَخ َطاَيا
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Hamzah berkata, telah
menceritakan kepadaku Ibnu Abu Hazim dan Ad Darawardi dari
Yazid -yakni Ibnu 'abdullah bin Al Hadi- dari Muhammad bin
Dari hadis ini dapat diketahui bahwa hadis utama yang penulis angkat
justru sejalan dengan hadis tersebut, dan bahkan matannya semakna dengan
yang hadis yang diriwatkan oleh Sunan Nasai No. 458 sehingga secara matan
dapat diamalkan.
Metode amtsal juga kerap kali digunakan oleh Rasulullah untuk memperjelas
saat menjelaskan lebih mudah dipahami oleh peserta didik, sehingga tidak
menjadi bahagian dari kosa kata bahasa Indonesia. Secara bahasa, kata syarh
berarti al-kasyf, al-wadh, al-bayan, al-tawsi‘, al-hifz, al-fath, dan al-fahm, artinya
menampakkan, menjelaskan, menerangkan, memperluas, memelihara, membuka,
bahasan tertentu, dengan segala aspek berhubungan pada objek yang dibahas
secara lengkap.17
1. Metode mengajar adalah jalan seorang guru untuk memberi faham kepada
yang dinginkan.
2. Metode mempunyai arti lebih dari hanya sebagai alat untuk menyampaikan
maklumat dan pengetahuan kepada murid. Lebih tepat lagi untuk menolong
adalah:19
a. Metode Ceramah
penuturan secara lisan oleh pendidik kepada peserta didik. Metode ceramah
b. Metode Diskusi
d. Metode Demontrasi
e. Metode Eksperimen
percobaan, dan setiap proses dan hasil percobaan itu diamati oleh setiap
memberikan arahan.
f. Metode Amsal/perumpamaan
metode amsal membuat peserta didik dapat berpikir kritis terhadap sesuatu
menjauhi keburukan.
harus pandai dalam memvariasikan metode dalam mengajar agar tidak terjadi
kejenuhan pada peserta didik dan agar tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan
bisa tercapai. Metode pengajaran harus diadopsi atas dasar kriteria tertentu seperti
kurikulum akademik.
ketika guru ingin mengetahui keberhasilan suatu proses pembelajaran maka guru
25
harus melihat metode yang guru pakai disaat proses pembelajaran, bukan hanya
itu ketika guru diakhir pertemuan ingin mengetahui atau ingin menilai dari hasil
sebelum itu guru juga harus paham dan mengetahui betul tentang metode-metode
pembelajaran, jangan sampai ketika guru ingin menilai keterampilan siswa dalam
ranah psikomotorik tetapi guru malah menggunakan metode ceramah maka tidak
sesuai dan tidak akan mengetahui nilai keterampilan yang dimiliki oleh peserta
didik.
proses pembelajaran, makin baik metode itu, maka makin efektif pula pencapaian
tujuan, dengan demikian tujuan merupakan faktor utama dalam menetapkan baik
tidaknya penggunaan suatu metode. Dalam hal metode mengajar, selain faktor
tujuan, murid,situasi, fasilitas, dan faktor guru yang turut menentukan efektif
tidaknya penggunaan suatu metode, sebab metode yang kurang baik ditangan
seorang guru dapat menjadi metode yang baik sekali ditangan guru yang lain dan
metode yang baik akan gagal ditangan guru yang tidak mengetahui tehnik
pelaksanaannya.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Takhrij adalah upaya penelusuran atau pencarian hadis dari berbagai kitab
sebagai sumber asli dari hadis yang bersangkutan yang di dalam sumber
bersangkutan.
2. I‟tibar secara bahasa adalah melihat dengan seksama sebuah perkara untuk
mengetahui sesuatu yang lain dari jenisnya. Langkah ini dilakukan untuk
kualitas sanad hadis yang ingin diteliti. I‟tibar dalam penelitian ini
dilanjutkan dengan skema gabungan dari seluruh sanad yang ada dalam al-
kutūb al-tis’ah. Adapun yang menjadi hadis penguat yaitu hadist Muslim
No. 5025, hadis Muslim No. 5025 dan hadist Sunan Ahmad No. 10357.
3. Berdasarkan Kriteria sanad dan matan hadis tentang metode pendidikan
tidak bertentangan dengan akal dan tidak ada cacat atau illat dengan
26
guru untuk memberi faham kepada murid-muridnya dan merubah tingkah
proses pembelajaran, makin baik metode itu, maka makin efektif pula
mengajar agar tidak terjadi kejenuhan pada peserta didik dan agar tujuan
B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari dosen pemandu mata kuliah, pembaca, serta pihak-pihak lain
27
DAFTAR RUJUKAN
Abdurrahman, Mifdhol. Pengantar Studi Ilmu Hadits. Cet. II. Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar. 2006.
Ilyas, Abustani dan La Ode Ismail Ahmad. Filsafat Ilmu Hadis. Cet. I; Surakarta:
Zadahaniva Publishing. 2011.
Lidwa Pustaka i-Software Kitab 9 Imam Hadis, diakses pada tanggal 18 April
2023.