Anda di halaman 1dari 21

Kelompok 3

“Metode Pendidikan dalam Al-Qur’an”


Ditujukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata kuliah : Tafsir dan Hadist Tarbawi
Dosen: Syahmidi, S.Th.I .,M.Pd.I
HALAMAN JUDUL

HALAMAN JUDUL
Disusun Oleh:
Lathifah Nor Thoybah
1701140482
Erdayanti Safitri
1701140491
Mahliana
1701140494

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA
TAHUN 2019 M

i
ii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi ALLAH SWT yang telah melimpahkan karunia dan rahmat-
Nya kepada kita semua, karena dapatlah penyusun menghimpun dan menyelesaikan
tugas mata kuliah Tafsir dan Hadist Tarbawi sesuai dengan jadwal. Shalawat serta
salam tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad Saw, beserta keluarga dan sahabat
serta orang-orang yang mengikuti jejak langkah beliau sampai hari kiamat.
Pembuatan makalah ini bertujuan antara lain untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Tafsir dan Hadist Tarbawi. Selain itu juga sebagai bahan untuk
menambah wawasan penyusun.
Harapan penyusun pada makalah sederhana ini dapat berguna bagi pembaca
sebagai bahan tambahan dalam proses belajar mengajar di dalam ruang kuliah dan
lainnya. Kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penyusun harapakan demi
perbaikan makalah sederhana ini dan dalam pembuatan makalah kedepannya lagi.
Akhir kata penyusun ucapkan Terimakasih.

Palangkaraya, Mei 2019

Tim Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 2
C. Tujuan................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 3
A. Pengertian Metode Belajar ................................................................................ 3
B. Metode dalam Tafsir Al-Qur’an ........................................................................ 4
C. Metode dalam Hadist ........................................................................................ 9
BAB III PENUTUP .................................................................................................... 17
A. Kesimpulan...................................................................................................... 17
B. Saran ................................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 18

iii
BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an adalah dasar utama agama Islam yang merupakan way of life yang
menjamin kebahagiaan hidup pemeluknya di dunia dan di akhirat. Al-Qur’an
bukan sekedar kitab suci yang hanya mengurus tentang ibadah (hablun nim
Allah), lebih dari sekedar kitab suci yang mengurus hal integral tetapi mencakup
berbagai segi kehidupan dan mengatur bebagai aspek kehidupan serta mengatur
bebagai hal yang menjadi kebutuhan mahluk termasuk juga sebagai pedoman
metode-metode pendidikan.1
Hadist pula merupakan segala tingkah laku, persetujuan dan sabda Nabi,
banyak hadits yang mengajarkan suatu materi keislaman kepada umat manusia
dengan metode tertentu. Bahkan terkadang suatu materi disampaikan Nabi SAW
dengan metode berbeda dalam kondisi yang bebeda.
Hal ini menunjukan betapa metode penyampaian bahan pelajaran agar dapat
diterima anak didik dengan baik. Metode pembelajaran sebagai alat mencapai
suatu tujuan yang telah dirumuskan.2
Pada dasarnya, bila ditelaah secara cermat, dalam Al-Qur’an dan hadits
banyak dijumpai metode yang bisa digunakan dalam pembelajaran peserta didik
mencapai tujuan islami yang ingin dicapai.
Oleh karena itu dalam makalah ini akan disampaikan beberapa tafsir Al-
Qur’an dan hadis yang didalamnya terkandung metode-metode pendidikan
seperti metode ceramah, metode perantara dan metode kisah dan sebagainya.

1
Saiful Lutfi. 2017. Tafsir Tarbawi. Yogyakarta: Idea Prees. Hlm. 1
2
Abdul Majid Khon. 2012. Hadis Tarbawi Hadis-Hadis Pendidikan. Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group. Hlm.33

1
2

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Metode Pendidikan ?
2. Bagaimana Metode Pendidikan dalam Al-Qur’an ?
3. Bagaimana Metode Pendidikan dalam Hadits ?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Metode Pendidikan.
2. Untuk Mengetahui Metode Pendidikan dalam Al-Qur’an.
3. Untuk Mengetahui Metode Pendidikan dalam Hadist.
BAB II PEMBAHASAN

PEMBAHASAN
A. Pengertian Metode Belajar
Kata metode berasal dari bahasa Yunani. Secara etimologi, kata metode
berasal dari dua suku perkataan, yaitu meta dan hodos. Meta berarti "melalui"
dan hodos berarti "jalan" atau "cara". Dalam bahasa Arab metode dikenal dengan
istilah thariqah yang berarti langkah-langkah strategis yang harus dipersiapkan
untuk melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan dalam bahasa Inggris metode
disebut method yang berarti cara dalam bahasa Indonesia.
Sedangkan menurut terminologi (istilah) para ahli memberikan definisi
yang beragam tentang metode, terlebih jika metode itu sudah dibandingkan
dengan kata pendidikan atau pengajaran diantaranya:
1. Winarmo Surakhmad mendefinisikan bahwa metode adalah cara yang di
dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan.
2. Abu Ahmadi mendefinisikan bahwa metode adalah suatu pengetahuan tentang
cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur.
3. Ramayulis mendefinisikan bahwa metode mengajar adalah cara yang
dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan peserta didik pada
saat berlangsungnya proses pembelajaran. Dengan demikian metode mengajar
merupakan alat untuk menciptakan proses pembelajaran.
4. Omar Mohammad mendefinisikan bahwa metode mengajar bermakna segala
kegiatan yang terarah yang dikerjakan oleh guru dalam rangka kemestian-
kemestian mata pelajaran yang diajarkannya, ciri-ciri perkembangan
muridnya, dan suasana alam sekitarnya dan tujuan menolong murid-muridnya
untuk mencapai proses belajar yang diinginkan dan perubahan yang
dikehendaki pada tingkah laku mereka.3

3
Cindy Pratiwi. 2014. Metode Pendidikan dalam Persfektif Al-Qur’an. Jakarta: UIN Sarif
Hidayatullah. Hlm 7.

3
4

B. Metode dalam Tafsir Al-Qur’an


Abuddin Nata sedikitnya mengemukakan tujuh jenis metode dalam
pendidikan Islam yaitu metode teladan, metode kisah-kisah, metode nasihat,
metode pembiasaan, metode hukum dan ganjaran, metode ceramah, dan metode
diskusi.4
1. Metode Teladan
Dalam Alquran kata teladan diproyeksikan dengan kata uswah yang
kemudian diberi sifat di belakangnya seperti sifat hasanah yang berarti baik.
Sehingga terdapat ungkapan uswatun hasanah yang artinya teladan yang
baik. Suatu hal yang tak dapat dipungkiri bahwa anak-anak cendrung suka
dan senang meniru tingkah laku orang tua, guru/pendidik serta orang lain
yang dikaguminya. Bahwa setiap pribadi secara psikologis akan mencari
tokoh yang dapat diteladani.
Kata-kata uswah dalam Alquran diulang sebanyak enam kali dengan
mengambil sampel pada diri para Nabi, yaitu Nabi Muhammad SAW, Nabi
Ibrahim, dan kaum yang beriman teguh pada Allah. Salah satu ayat yang
menyinggung tentang uswah sekaligus menjelaskan bahwa Rasul lah yang
menjadi teladan bagi kita.
Firman Allah Swt.:

٢١ ‫َّٱَّللََّ َكثِيرَّا‬ ۡ ‫َّو ۡٱليَ ۡو َم‬


َ ‫َّٱۡل ٓ ِخ َر‬
َّ ‫َّوذَ َك َر‬ َ ‫سو ِلَّٱَّللَِّأ ُ ۡس َوةٌَّ َح‬
َ َ‫َة َِّل َمنَّ َكانَ َّ َي ۡر ُجواَّْٱَّلل‬ٞ ‫سن‬ َ ِ‫لَّقَ ۡدَّ َكانَ َّلَ ُك ۡمَّف‬
ُ ‫يَّر‬

Artinya :
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah5

Dalam diri Nabi Muhammad, seolah-olah Allah ingin menunjukkan


suatu petunjuk tentang metode pendidikan Islam. Muhammad merupakan

4
Abuddin Nata ,1997, Filsafat Pendidikan Islam 1, Jakarta: Logos Wacana Ilmu. Hlm.95
5
Q.S Al-Ahzab [33]:21
5

teladan terbesar bagi segenap umat manusia. Muhammad adalah seorang


pendidik, pejuang dan seorang yang memberikan bimbingan dan petunjuk
kepada umat manusia dengan berbagai sunnahnya.
2. Metode Kisah-kisah
Metode yang menampilkan cerita sejarah faktual tentang kehidupan
manusia yang dimaksudkan agar kehidupan manusia bisa seperti pelaku
yang ditampilkan oleh kisah-kisah yang terdapat di dalam sumber
pendidikan Islam itu sendiri. Ramayulis mengartikan metode kisah ialah
suatu cara mengajar dimana guru memberikan materi pembelajaran melalui
kisah atau cerita.
Kisah dalam Alquran merupakan peristiwa yang benar-benar terjadi
pada orang-orang terdahulu, dan merupakan peristiwa sejarah yang dapat
dibuktikan kebenarannya secara filosofis dan ilmiah melalui saksi-saksi
berupa peninggalan orang-orang terdahulu. Salah satu contohnya menurut
Abdurrahman Shaleh adalah di dalam Alquran diceritakan kisah antara Nabi
Musa a.s dengan Raja Fir’aun, dari kisah ini terdapat beberapa contoh
perbuatan baik yang dilakukan oleh Nabi Musa dan contoh perbuatan buruk
oleh Fir’aun.
Firman Allah:
ََّ ‫َّو َٰلَ ِكنَّت َصۡ دِيقَ َّٱلذِيَّبَ ۡي‬
َّ‫ن‬ ِ ِۗ ‫يَّٱۡل َۡل َٰ َب‬
َ ‫ب َّ َماَّ َكانَ َّ َحدِيثاَّي ُۡفت ََر َٰى‬ ۡ ‫ة َِّۡل ُ ْو ِل‬ٞ ‫ص ِه ۡم َّ ِع ۡب َر‬ َ َ‫لَقَ ۡد َّ َكانَ َّ ِفيَّق‬
ِ ‫ص‬

١١١ ‫ون‬
ََّ ُ‫ىَّو َر ۡح َمة َِّلقَ ۡو ٖمَّي ُۡؤ ِمن‬
َ ‫َّو ُهد‬ ِ ‫َّوت َۡف‬
َ ‫صيلََّ ُك ِلَّش َۡي ٖء‬ َ ‫َيدَ ۡي ِه‬

Artinya:
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-
orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat,
akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan
segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.6

6
Q.S Yusuf [12]:111
6

Pendidik mampu memetik hikmah dan pelajaran dari sebuah cerita


untuk disampaikan kepada peserta didik. Pelajaran tersebut harus relevan
dengan kondisi dan zaman. Serta dapat melibatkan peserta didik untuk
menemukan pelajaran-pelajaran yang terkandung dalam kisah melalui tanya
jawab.
3. Metode Nasihat.
Alquran juga menggunakan kalimat-kalimat yang menyentuh hati
untuk mengarahkan manusia kepada ide yang dikehendakinya. Inilah yang
kemudian dikenal dengan nasehat. Dalam mewujudkan interaksi antara
pendidik dan pesrta didik, nasehat merupakan cara mendidik yang bertumpu
pada bahasa. Cara ini banyak sekali dijumpai dalam Alquran, karena nasehat
pada dasarnya bersifat penyampain pesan dari sumbernya kepada pihak yang
dipandang memerlukannya.
Dalam firman Allah Swt.:

َّْ‫ص ۡوا‬
َ ‫َّوت ََوا‬
َ ‫ت‬ َٰ ْ‫ع ِملُوا‬
ِ ‫َّٱلص ِل َٰ َح‬ َ ْ‫ إَِّل َّٱلذِينَ َّ َءا َمنُوا‬٢ َّ‫سنَ َّلَ ِفي َّ ُخ ۡسر‬
َ ‫َّو‬ ِ ۡ ‫ إِن‬١ ‫َو ۡٱل َعصۡ َِّر‬
َ َٰ ‫َّٱۡلن‬

٣ ِ‫ص ۡواَّْبِٱلص ۡبر‬


َ ‫َّوت ََوا‬
َ ‫ق‬ ِ ‫بِ ۡٱل َح‬

Artinya:
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian.
Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan
nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati
supaya menetapi kesabaran.7

4. Metode Pembiasaan
Cara lain yang digunakan Alquran dalam memberikan materi
pendidikan adalah melalui kebiasaan yang dilakukan secara bertahap. Dalam
hal ini termasuk merubah kebiasaan-kebiasaan yang negatif. Ahmad Tafsir,
Inti pembiasaan adalah pengulangan. Jika guru setiap masuk kelas

7
Q.S Al-Ashr [103]:1-3
7

mengucapkan salam, itu telah dapat diartikan sebagai usaha membiasakan.


Bila murid masuk kelas tidak mengucapkan salam, maka guru mengingatkan
agar bila masuk ruangan hendaklah mengucapkan salam, ini juga satu cara
membiasakan.
Allah berfirman:

٦‫ى‬ َ ‫سنُ ۡق ِرئُكَ َّفَ ََلَّت َن‬


ََّٰٓ ‫س‬ َ

Artinya:
Kami akan membacakan (Al Quran) kepadamu (Muhammad) maka kamu
tidak akan lupa8
5. Metode Hukum dan Ganjaran
Terhadap metode hukuman tersebut terdapat pro dan kontra, setuju
dan menolak. Kecendrungan-kecendrungan pendidikan modern sekarang
memandang tabu terhadap itu, padahal dalam kenyataan, manusia banyak
melakukan pelanggaran, dan ini tidak dapat dibiarkan. Islam memandang
bahwa hukuman bukan sebagai tindakan yang pertama kali yang harus
dilakukan oleh seorang pendidik, dan bukan pula cara yang didahulukan.
Nasihatlah yang paling didahulukan. Didalam Al-Quran hukuman biasa
dikenal dengan nama azab yang didalamnya diulang sebanyak 373 kali.
Jumlah yang besar ini menunjukkan perhatian yang amat besar terhadap
masalah hukum ini, dan meminta perhatian dari ummat manusia. Sedangkan
kata ganjaran disebutkan dalam kata ajrun yang diulang sebanyak 105 kali.
Menurut Abdullah relevansi hukuman dan ganjaran hendaknya
dilihat kearah tabiat atau sifat dasar manusia melalui pengaruhnya atas
keamanan individu dan pilihan-pilihan yang dilakukan. Maka hal ini akan
mengacu kepada pengujian terhadap kekuatan motivasi. Hukuman dan
ganjaran kiranya dipergunakan oleh guru untuk meneguhkan ataun
melemahkan respon-respon khusus tertentu. Penekanan-penekanan yang
8
Q.S Al-A'la [87]: 6
8

lebih besar hendaknya diberikan disini kepada metode hukuman karena


perbuatan yang sangat bertentangan, namun hukuman hendaknya menjadi
pijakan awal yang tidak akan diberikan kecuali ganjaran telah gagal
membawa hasil yang diinginkan. Salah satu contoh yang berkaitan dengan
hukuman di dalam Al-Quran adalah tentang hukuman potong tangan bagi
yang mencuri.
Allah berfirman:

٣٨ ‫يم‬ ٌ ‫ع ِز‬
َّٞ ‫يزَّ َح َِّك‬ َ َُّ‫َّوٱَّلل‬ ِ ‫سبَاَّنَ َٰ َكَل‬
ِۗ َ‫َّمن‬
َ ِ‫َّٱَّلل‬ َ ‫ارقَةَُّفَ ۡٱق‬
َ ‫طعُ ٓواَّْأ َ ۡي ِديَ ُه َماَّ َجزَ آ َۢ َءَّ ِب َماَّ َك‬ َ ‫ار ُق‬
ِ ‫َّوٱلس‬ ِ ‫َوٱلس‬

Artinya:
Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan
keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan
sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana9

6. Metode Ceramah (Khutbah)


Ceramah atau khutbah termasuk cara yang paling banyak digunakan
dalam menyampaikan atau mengajak orang lain mengikuti ajaran yang telah
ditentukan. Metode ceramah ini dekat dengan kata tabligh yaitu
menyampaikan suatu ajaran. Dalam hal metode ceramah Saleh,
menggabungkan metode ceramah dengan metode cerita karena kebiasaan
metode cerita akan diungkapkan melalui ceramah oleh para pendidik.10
Sejak zaman Rasulullah metode ceramah merupakan cara yang
paling awal dilakukan Rasulullah Saw. Dalam menyampaikan wahyu kepada
umat.
Dalam sebuah Hadits Nabi Saw. bersabda yang artinya:
Sampaikanlah apa yang datang dariku walaupun satu ayat, dan

9
Q.S Al-Maidah [5]: 38
10
Ahmad Sukri Harahap. 2018. Metode Pendidikan Islam Dalam Perspektif Filsafat
Pendidikan Islam. Jurnal Hikmah. Vol 19 No 1. Hlm 15-17.
9

ceritakanlah apa yang kamu dengar dari Bani Isra'il, dan hal itu tidak ada
salahnya, dan barang siapa berdusta atas namaku maka bersiap-siaplah
untuk menempati berkenaan tempatnya di neraka.(HR. Bukhari)
Hal ini berkenaan dengan firman Allah Swt.:

َّٓ‫ص َّبِ َما ٓ َّأ َ ۡو َح ۡينَا‬ ۡ َ‫سن‬


َ َ‫َّٱلق‬
ِ ‫ص‬ َ ‫علَ ۡيكَ َّأ َ ۡح‬ ُّ ُ‫ ن َۡح ُن َّنَق‬٢ َّ‫ون‬
َ َّ ‫ص‬ َ َّ‫َّإِنا ٓ َّأَنزَ ۡل َٰنَهَُّقُ ۡر َٰ َءنًا‬
َ ُ‫ع َربِياَّلعَل ُك ۡم َّت َعۡ ِقل‬

٣ ‫ين‬ ۡ َ‫َّمنَّقَ ۡب ِل ِهۦَّلَ ِمن‬


ََّ ‫َّٱل َٰغَ ِف ِل‬ ۡ َ‫ِإلَ ۡيكَ َّ َٰ َهذ‬
َ َ‫اَّٱلقُ ۡر َءان‬
ِ َ‫َّو ِإنَّ ُكنت‬

Artinya:
Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa
Arab, agar kamu memahaminya. Kami menceritakan kepadamu kisah yang
paling baik dengan mewahyukan Al Quran ini kepadamu, dan sesungguhnya
kamu sebelum (Kami mewahyukan) nya adalah termasuk orang-orang yang
belum mengetahui.
C. Metode dalam Hadist
Cukup banyak Hadist yang mengandung konsep metode dan pendekatan
pembelajaran. Hadits-hadits yang mengandung metode pembelajaran seperti
metode drill dan eksperimen, asistensi, tanya jawab dan sosiodrama.
1. Metode Drill dan Eksperiment
a. Hadist
َ َ‫لَّف‬
َّ‫صلى‬ ََّ ‫لَّ ْال َمس ِْخ َّدَََّّفَدَ َخ‬
ٌَّ ‫لَّ َر ُج‬ َ ‫علَ ْي َِّهَّ َو‬
ََّ ‫سل ََّمَّدَ َخ‬ َ َُّ‫للا‬
َّ َّ‫صلى‬
َ َِّ‫للا‬
َّ َّ‫ل‬
ََّ ‫س ْو‬ َّْ َ ‫نَّأَبِيَّ ُه َري َْر َّة ََّأ‬
ُ ‫نَّ َر‬ َّْ ‫ع‬
َ
َ ُ‫لَّفَ ََّرَّ َجعَي‬
َّ‫ص ِلي‬ َ ُ ‫كَّلَ َّْمَّت‬
َِّ ‫ص‬ ََّ ‫لَّفَإِن‬ َ َ‫لَّا َ َّْرَّ ِج َّْعَّف‬
َِّ ‫ص‬ َ ‫علَ ْي َِّهَّ َو‬
ََّ ‫سل ََّمَّفَ َردََّّ َوقَا‬ َ َُّ‫للا‬
َّ ََّّ‫صل‬
َ َِّ ‫ي‬
َّ ِ‫لَّالنب‬
ََّ ‫ع‬ َ َ‫ف‬
َ َّ‫سل ََّم‬
َّ‫ل‬
َِّ ‫ص‬ َ ُ ‫كَّلَ َّْمَّت‬ ََّ ‫لَّفَإِن‬ َ َ‫لَّا َ َّْرَّ ِج َّْعَّف‬
َِّ ‫ص‬ َ ‫علَ ْي َِّهَّ َو‬
ََّ ‫سل ََّمَّفَقَا‬ َ َُّ‫للا‬
َّ ََّّ‫صل‬َ َِّ ‫ي‬
َّ ‫لَّالن ِب‬ ََّ ‫ع‬
َ َّ‫سل ََّم‬ َ َ‫صلىَّثُمََّّ َجا ََّءَّف‬ َ َّ‫َك َما‬
َّ َ ‫تَّاِلَىَّالص‬
َّ‫َلَّةََِّّفَ َك ِب َّْر‬ ََّ ‫لَّ ِإذَاَّقُ ْم‬ ََّ ‫غي َْر َّهَُّفَ َع ِل ْمنِيَّفَقَا‬ َُّ ‫قَّ َماَّأُحْ س‬
َ َّ‫ِن‬ َِّ ‫كَّ ِب ْال َح‬ََّ َ ‫لَّ َوالذِيَّبَ َعث‬ ََّ ‫ثََلَثًاَّفَقَا‬
ََّ ‫ار َك َّْعَّ َحتىََّّت َْط َمئِنََّّ َرا ِكعًاَّثُمََّّا َ ْرفَ َّْعَّ َحتىَّت َ ْع ِد‬
َّ‫لَّقَائ ًما‬ ْ ََّّ‫نَّثُم‬
َِّ َ ‫نَّالقُ ْرا‬ ََّ ‫ثُمََّّا ْق َرَّأَّْ َماَّتَيَس ََّرَّ َم َع‬
َّْ ‫كَّ ِم‬
‫كَّ ُكل َها‬
ََّ ِ‫صَلَت‬ ََّ ‫لَّذَ ِل‬
َ َّ‫كَّفِي‬ ً ‫ارفَ َّْعَّ َحتىَّت َْط َمئِنَََّّّ َجا ِل‬
َّْ ‫ساَّ َوا ْف َع‬ ْ ََّّ‫اجدًاَّثُم‬
ِ ‫س‬َ ََّّ‫ثُمََّّا َ ْس ُج َّْدَّ َحتىَّت َْط َمئِن‬
10

b. Terjemahan
Dari Abu Hurairah R.a bahwa Rasullah SAW masuk mesjid,
kemudian ada seorang laki-laki masuk juga untuk melaksanakan sahalat.
Setelah shalat memberi salam kepada Nabi pun menjawab dan bersabda:
“Ulangi, maka shalat sesungguhnya engkau belum shalat” sampai tiga
kali. Laki-laki itu mengulangi shalat sebagaimana yang telah
dilaksanakan. Kemudian datang memberi salam kepada Nabi, beliau
bersabda lagi: “ulangi shalatlah, sesungguhnya engkau belum shalat”
sampai tiga kali. Laki- laki itu berkata: “Demi Dzat yang mengutus engkau
dengan mebawa kebenaran aku tidak dapat memperbaiki shalat selainnya,
maka ajarkanlah aku. Beliau bersabda: “jika kamu berdiri akan shalat
maka bertakbirlah kemudian bacalah apa yang mudah bersamamu
daripada Al-qur’an, kemudian rukuklah sehingga tenang sebagai orang
yang rukuk benaran (thumakninah). Kemudian bangunlah dari rukuk
sehingga tegak berdiri (I’tidal). Kemudian sujudlah sehingga tenang
sebagai orang yang sujud benaran (thumakninah). Kemudian bangunlah
dari sujud sehingga tenang sebagai orang yang duduk (thumakninah) dan
kerjakanlah demikian itu di seluruh shalatmu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

c. Penjelasan (Syarah Hadis)


Metode pengajaran shalat yang dilakukan Nabi pada Hadis di atas
dapat disebut metode Drill, eksperiment dan demonstrasi. Karena seorang
laki-laki tersebut memperlihatkan bagaimana cara shlat yang benar dan
berusaha melaksanakanya secara benar, sehingga diulang-ulang hingga tiga
kali. Kemungkinanan ia sudah pernah belajar dari orang lain. Tetapi masih
belum memenuhi sasaran yang benar. Kemammpuannya terbatas
pelaksanaannya kurang benar kemudian diluruskan dan didemonstrasikan
Nabi SAW begini cara shalat yang benar. Metode eksperiment disini guru
yakni Nabi SAW bersama seorang sahabat tersebut sebagai muridnya
mengerjakan cara shalatnya yang benar sebagai latihan praktis dari apa
yang diketahui. Ia dicoba melakukan sesuai dengan pengetahuan dan
kemampuannya, setelah tidak ada kemmapuan memperbaiki sahalatnya
baru diluruskan oleh nabi SAW. Metode ini juga disebut inkuiri (inquiry)
11

artinya harfiah adalah pertanyaan, pemeriksaaan dan penyelidikan.


Maksudnya rangkaian pembelajaran yang menekankan pada proses
berpikir kritis dan analisa untuk mencari dan menemukannya sendiri
jawaban dan satu masalah yang dipertanyakan.
2. Metode Asistensi
a. Hadist

َّ‫صلَّللاَّعلَ ْي ِه‬ َ َّ َ‫عاَّ َمرَّأََّنهَُّا ْست َأَّذََّن‬


َ َّ‫علَىَّالنبِي‬ َ َ‫َّرَّ ْب ِعيَّقَاَّلََّ َحدَّثَب‬
َ َّ‫اَّرَّ ُجلٌَّ َم ْنَّبَنِي‬ ِ ‫ع ْن‬
َ
َّ‫َّاخ ُرَّجْ َّإََِّّلَى‬
ْ ‫سل َمَّ ِلخَاَّد ِِم ِه‬ َ ‫عَّلَ ْي ِه‬
َ ‫َّو‬ َ َّ‫صلَّاَّهلل‬ ُّ ِ‫َّو ُه َوَّفِيَّبَيْتَّفَقَاَّلََّأََّ ِل ُجَّفَقَاَّلََّاَّلَنب‬
َ َّ‫ي‬ َ ‫سل َم‬
َ ‫َو‬
َ َ‫َُّاََّّلسْـتِئْذََّنَ َّفَقُ ْلَّلَهَُّقُ ْلَّالسَلََّ ُمَّعلَيْل ُك ْمَّأَأََّ ْد ُخلَُّف‬
َّ‫س ِمعَهَُّالرَّ ُجلَُّفَقَاَّلََّالسََّلَ ُم‬ ِ ‫َهذََّاَّفَعَ ِل ْمه‬
َََََََََََََََََّّّّّّّّّّّّّّّّّ)‫سل َمَّفََّدَ َخلََّ(أخرجهأبوداود‬ َ ‫علَ ْي ِه‬
َ ‫َّو‬ َ َّ‫صلىَّللا‬ ُّ ِ‫علَ ْي ُك ْمَّأَأَدَّْ ُخلَُّفَأَذِنَ َّلَهَُّالنب‬
َ َّ‫ي‬ َ
b. Terjemahan
Dari Rib’y Hirasy berkata: “seseorang dari Bani Amir
menceritakan kepada kami bahwa ia minta izin untuk masuk ke rumah
Nabi SAW, sedangkan beliau berada di dalam rumah. Orang itu
mengucapkan “Bolehkah saya masuk?” kemudian Rasullah SAW bersabda
pada pelayannya: “Keluarlah dan ajarkan kepada orang itu tentang tata
cara minta izin. Katakan kepadanya: “ Ucapkanlah assalamu’alaikum
bolehkah saya masuk?” Orang itu mendengar apa yang disabdakan
Beliau, maka ia mengucapkan: “ Assalamu’alaikum bolehkah saya
masuk?” Kemudian Nabi member izin kepadanya dan ia pun masuk”. (HR.
Abu Daud)
c. Penjelasan
Hadist di atas menjelaskan adab masuk ke rumah orang lain. Nabi
tidak mengizinkan seseorang masuk ke dalam rumah Beliau sebelum
mengucapkan sama dan minta izin atau permisi. Seorang sahabat yang
bernama Rib’I bin Hirasy memberitakan bahwa ada seorang laki-laki dari
Bani Amir ingin bertemu dengan Rasullah hanya minta izin atau permisi
‫‪12‬‬

‫‪saja tidak memberi salam terlebih dahulu. Rasullah SAW mengajarkannya‬‬


‫‪melalui pembantunya atau asisten untuk memberi pengajaran bagaimana‬‬
‫‪sebenarnya dalam Islam etika masuk ke rumah orang lain yaitu dengan‬‬
‫‪memberi salam kepada penghuninya dan minta izin. Hal ini dilakukan‬‬
‫‪sudah menjadi kewajiban seorang Nabi atau seorang guru ketika melihat‬‬
‫‪ketimpangan atau kekeliruan yang dilakukan seorang sahabat atau murid‬‬
‫‪segera diluruskan.‬‬
‫‪Asisten Rasul itu disuruh keluar berhadapan dengan tamu yang‬‬
‫‪akan bertemu tersebut. Artinya antar pengajar dan yang diajar memang‬‬
‫‪harus ada pertemuan secara langsung, agar materi ajar dapat disampaikan‬‬
‫‪dan dapat diterima dengan baik. Setelah tatap muka barulah dimulai‬‬
‫‪dengan proses pembelajaran.‬‬
‫‪3.‬‬ ‫‪Metode Tanya Jawab‬‬
‫‪a. Hadist‬‬
‫علَيْهَّ‬
‫للاُ َّ َ‬
‫صلَّ َّ َّ‬
‫للاِ َّ َ‬
‫ل َّ َّ‬ ‫ن َّ ِع ْن َّدَ َّ َر ُ‬
‫س ْو َِّ‬ ‫للاُ َّع ْن َّهُ َّقَا ََّ‬
‫ل‪:‬بَ ْينَ َما َّنَحْ َُّ‬ ‫ي َّ َّ‬
‫ض ََّ‬ ‫ْنَّ َّ ْالخَطا َِّ‬
‫ب َّ َر ِ‬ ‫ع َم ََّر َّب َُّ‬ ‫ع َّْ‬
‫ن َّ ُ‬ ‫َ‬
‫علَي َِّهَّ‬
‫س َوا َِّد َّالش ْع َِّر‪ََّّ,‬لَي َُرى َّ َ‬
‫ش ِد ْي َّدَُّ َ‬
‫ب َّ َ‬ ‫ش ِد ْي َّدٌَّبَيَ ِ َّ‬
‫اض َّالثِيَا َِّ‬ ‫علَ ْينَا َّ َر ُج ٌَّ‬
‫ل َّ َ‬ ‫ات َّيَ ْومَّ َّاِ َّْذ َّ َ‬
‫طلَ ََّع َّ َ‬ ‫سل ََّم َّذَ ََّ‬
‫َو َ‬
‫سل ََّم َّفَأ َ ْسنَدَ ُر ْكبَت َي َِّه َّإِلَىَّ‬
‫علَ ْي َِّه َّ َو َ‬
‫للاُ َّ َ‬
‫صلَّ َّ َّ‬ ‫أَث َ ُرالسفَ َِّر‪َ َّ,‬وَّلَيَ ْع ِرفُ َّهُ َّ ِمنا َّأ َ َح َّد ٌَّ َحتى َّ َجلَ ََّ‬
‫س َّإِلَىالنبِ َّ‬
‫ي َِّ َ‬
‫للاَُّ‬
‫صلََّّ َّ‬‫للاَِّ َ‬
‫لَّ َّ‬ ‫س ْو َِّ‬
‫لَّ َر ُ‬ ‫لَّأ َ ْخبَ َرنِيَّ ِع َِّ‬
‫نَّا َ ِۡلس ََْل َِّمَّفَقَّا ََّ ََّ‬ ‫علَىَّفَ ِخ ْيذَ ْي َِّهَّ َوقَا ََّ‬ ‫ض ََّعَّ َكفي َِّهَّ َ‬ ‫ُر ْكبَت َي َِّه‪َ َّ,‬و َو َ‬
‫للاَِّ‪َ َّ,‬وت ُ ِقي ََّْم َّالصَلََّة َ‪َّ,‬‬
‫ل َّ َّ‬ ‫س ْو َُّ‬ ‫َّلََّإلَه َّاَِّلَّ َّ َّ‬
‫للاَِّ ََّو َّاَنَّ َّ ُم َحمد ًا َّر ُ‬ ‫ن َّ َّ‬ ‫ن َّت َ ْش َه َّدََّأ َ َّْ‬
‫سل ََّم‪َّ:‬ا َ ِۡلس ََْل َُّم َّأ َ ََّ‬
‫علَ ْي َِّهَّ َو ََّ‬
‫َ‬
‫لََّّ ‪َ ,‬وتُؤْ تِ ََّ‬
‫يَّالز َكا َّة َ‬ ‫صدَ ْق ََّ‬
‫تَّقَا ََّ‬ ‫َلًَّقَا ََّ‬
‫لَّ َ‬ ‫تَّإِلَ ْي َِّهَّ َ‬
‫سبِ ْي َّ‬ ‫نَّا ْست َ َ‬
‫ط ْع ََّ‬ ‫انَّ‪َ ,‬وت َ ُحخََّّالبَي ََّ‬
‫ْتَّإِ َِّ‬ ‫ض ََّ‬ ‫َوت َ ُ‬
‫ص ْو ََّمَّ َر َم َ‬
‫للاِ‪ََّ َّ ,‬و َّ َم ََلئِ َكتِ َِّه‪َّ,‬‬
‫ن َّبِا َّ‬ ‫ان َّقَال‪َّ :‬أ َ َّْ‬
‫ن َّتُؤْ ِم َِّ‬ ‫اۡل َم َِّ‬
‫ن َّ ِ‬ ‫ل‪:‬فَأ َ ْخبِ ْرنِي َّ َ‬
‫ع َِّ‬ ‫فَعَ ِج ْبنَا َّلَ َّهُ َّيَسْألُ َّهُ َّ َوي ِ‬
‫ُصدقُ َّهُ َّقَا ََّ‬
‫ل َّفَأ َ ْخبِ ْرنِيَّ‬ ‫صدَ ْق ََّ‬
‫ت َّقَا ََّ‬ ‫س ْو ِل َِّه‪َ ,‬واليَ ْو ََّم َّاۡل َ ِخ َِّر‪َ ,‬وتُؤْ ِم ََّ‬
‫ن َّبِالقَد َِّْر َّ َخي ِْر َِّه َّ َوش َِر َِّه َّقَا ََّ‬
‫ل‪َ َّ :‬‬ ‫َو ُكتُبِ َِّه َّ‪َ ,‬و ُر ُ‬
‫نَّ‬ ‫لَّفَأ َ ْخبِ ْرنِيَّ َ‬
‫ع َِّ‬ ‫اكَّقَا ََّ‬ ‫نَّلَ َّْمَّت َ ُك َّْ‬
‫نَّت ََرا َّهَُّفَإِن َّهَُّيَ َر ََّ‬ ‫للاَِّ َكاَن ََّ‬
‫كَّت ََرا َّهَُّفَإ ِ َّْ‬ ‫لَّأ َ َّْ‬
‫نَّت َ ْعبُ َّدَُّ َّ‬ ‫انَّقَا ََّ‬
‫س َِّ‬
‫اَّلَّحْ َ‬
‫نَّ َِّ‬
‫ع َِّ‬
‫َ‬
‫نَّ‬ ‫ن َّأ َ َما َّ َراتِ َها َّقَا ََّ‬
‫ل َّ‪:‬ا َ َّْ‬ ‫ل َّفَأ َ ْخبِ ْرنِي َّ َ‬
‫ع َّْ‬ ‫ل َّقَا ََّ‬ ‫ع ْن َها َّبِأ َ ْعلَ ََّم َّ ِم ََّ‬
‫ن َّالسا َّئِ َِّ‬ ‫ل َّ َما َّ ْال َمسْؤُ ْو َُّ‬
‫ل َّ َ‬ ‫ع َِّة َّقَا ََّ‬
‫السا َ‬
‫ن َّفِي َّ ْالبُ ْنيَ َِّ‬
‫ان َّثُمََّّ‬ ‫ط َاولُ ْو ََّ‬ ‫ن َّت ََرى َّ ْال ُحفَا َّة َ َّ ْالعُ َرا َّة َ َّالعَلَ َّةَ َّ ِر َ‬
‫عا ََّء َّالشا َ َِّء َّيَت َ َ‬ ‫ت َ ِل َّدَ َّاۡل َ َم َّةُ َّ َربت َ ََّها َّ َوا َ َّْ‬
‫س َّْوَّلُ َّهَُّا َ ْعلَ َُّمَّقَا َلَّ‬
‫للاَُّ َو َر ُ‬ ‫نَّاسائِ ِل؟َّقُ ْل َُّ‬
‫ت‪َّ َّ:‬‬ ‫ع َم ََّرَّأَتَد ِْر َّْ‬
‫ييَّ َم َِّ‬ ‫لَّ ِليَّ‪:‬يَاَّ ُ‬ ‫قَّفَلَ ِبثْ َُّ‬
‫تَّ َم ِلياَّثُمََّّقَا ََّ‬ ‫طلَ ََّ‬
‫ال ْن َ‬
‫لََّّا َت َاَّ ُك َّْمَّيُ َع ِل ُم ُك َّْمَّ ِد ْينَ ُك ْمَّ‬
‫‪:‬فَإِن َّهَُّ ِجب ِْر ْي َُّ‬
13

b. Terjemahan
Dari Umar bin Khattab r.a berkata : Pada suatu hari ketika kami
ada disamping rasul datanglah seorang laki- laki yang berpakaian sangat
putih ,berambut hitam dan tidak diketahui dari arah mana diadatang dan
tidak ada yang mengenalnya di antara kami satupun , sehingga dia duduk
mendekati Nabi dan menyandarkan lututnya pada kedua lutut Nabi dan
meletakkan telapak tangannya di atas kedua pahanya . lalu berkata “Hai
Muhammad beritakan lah kepadaku tentang islam” , lalu rasul bersabda:
“islam itu , kamu bersaksi bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah dan
bahwasanya Muhammad itu utusan Allah, dan kamu menegakkan sholat,
menunaikan zakat, berpuasa di bulan ramadhan, dan pergi haji ke
baitullah , jika kamu mampu”. Lalu orang ituberkata :”kamu benar”. Lalu
ia berkata lagi “Beritakan kepadaku tentang iman” . lalu rasul bersabda:
“ kamu percaya kepada allah, malaikat-Nya, kitab-Nya, rasul-Nya, hari
akhirat, dan kamu percaya pada takdir baik danburuknya”. Lalu orang itu
berkata “kamu benar”. Kemudian ia berkata lagi “Beritakan kepadaku
tentang ihsan”. Lalu rasul bersabda “kamu menyembah Allah seakan akan
kamu melihatnya dan jika kamu tidak dapat melihat, maka sesungguhnya
Allah melihatmu”. Orang itu berkata lagi “Beritakan kepada ku tentang
kiamat” Nabi berasabda “Tidaklah orang yang ditanya tentang kiamat
lebih tau dari pada orang yang menanya”. Lalu ia berkata lagi “Beritakan
kepadaku tanda tanda hari kiamat”. Lalu nabi bersabda “diantara tanda
tanda nya jika muncul budak yang melahirkan majikannya, dan kamu
melihat orang berjalan tanpa alas kaki, telanjang, miskin berlomba lomba
membangun berbagai bangunan”. Kemudian pergi lah orang itu,maka
diamlahaku beberapa waktu. Kemudian nabi bersabda kepada ku “ Hai
umar taukah kamu siapa yang bertanya itu?” saya menjawab “hanya
Allah dan Rasul-Nya lah yang mengetahui”. Nabi bersabda.
“Sesungguhnya di adalah malaikat jibri ldatang kepadamu untuk
mengajarkan tentang agama kamu.” (HR. Muslim)
c. Penjelasan (syarah hadist)
Hadis di atas mengajarkan kepada para sahabat dan kita semua
tentang rukun agama, yaitu ada tiga perkara : Iman, Islam dan Ihsan, serta
tanda –tanda hari kiamat. Ketika Malaikat Jibril menjelma seperti seorang
laki-laki yang berpakaian putih dan berambut hitam muncul dihadapan
Nabi. Namun para sahabat yang duduk bersama Rasulullah tidak ada yang
tahu dari mana munculnya seorang putih tersebut dihadapan Beliau.
14

َّْ ََّ ‫فَََّّأ‬


...‫سنَ َّدََّ َُّرَّ َّْكبَََّّت ََّْي َِّهَّالىَّ َُّرَّ َّْكبَََّّت ََّْي َِّه‬
“menyandarkan kedua lututnya pada kedua lutut Nabi dan meletakan
kedua telapak tangannya ke atas kedua pahanya.”
Kondisi ini mendidik etika atau adab para pelajar, murid dan santri
dihadapan seorang alim atau gurunya. Duduk yang paling sopan di tahiyat
akhir (tawarruk) dalam shalat atau minimal bersila. Dunia pendidikan
modern sekarang menggunakan kursi, bangku dan lain-lain. Tentunya
sekalipun duduk etika seperti di atas sulit dilaksanakan pada saat sekarang
karena situasi dan kondisi. Namun pesan moral penting disini adalah tetap
menjaga sopan santun di hadapan guru sesuai dengan tradisi dan budaya
setempat, misalnya tidak etis duduk salah satu kaki nya diatas yang lain
atau diatas yang lainnya atau meja dan lain-lain. Kemudian laki-laki itu
memanggil nam Muhammad sebelum bertanya sesuatu.

4. Metode Sosiodrama
a. Hadist

َّ‫سلم َّبِ ِح ْف ِظ‬ َ ‫علَ ْي ِه‬


َ ‫َّو‬ َ َّ ‫س ْو ُل َّللا‬
َ َّ ‫صلىاهلل‬ َ ‫َّوكلَنِي‬
ُ ‫َّر‬ َ ‫ع ْنهُ َّقَا َل‬
َ َّ ‫ي َّللا‬ ِ ‫ع ْن َّأ َ َّبَي َّ ُه َري َْرة ََر‬
َ ‫ض‬ َ
ََّ‫س ْول‬ َ َ‫َّرفَعَنكَ َّ ِإل‬
ُ ‫ىَّر‬ َ ُ‫َُّوقُ ْلت‬
ْ َ ‫َّوللاِ ََّۡل‬ َ ‫امفَأ َ َخ ْذتُه‬
ِ َ‫ضانَفَأَت َانِيَّآت َّفَ َجعَ َل َّيَحْ ث ُ ْو ِم ْن َّالطع‬
َ ‫ِز َكاةِ َر َم‬
َُّ‫ع ْنه‬ َ َّ ٌ‫َّو ِليَّ َحا َجة‬
َ َّ ُ‫شدِيدَةٌقَا َل َّفَخَليْت‬ َ ‫علَي َّ ِعيَا ٌل‬
َ ‫َّو‬ ِ َ َ‫سل َم َّق‬
َ ‫اۡلنِيَّ ُمحْ ت َا ٌج‬ ََّ ‫علَ ْي ِه‬
َ ‫َّو‬ َ َّ ُ‫صلىَّللا‬
َ ‫الل ِه‬
َّ‫ش َكا‬
َ َّ ِ‫سو َل َّللا‬ َ َ‫ار َحةَقَالَقُ ْلتُ َّي‬
ُ ‫ار‬ ْ َ‫سل َم َّيَاأَبَا ُه َرة َ َمافَ َع ََل َ ِسي ُْرك‬
ِ َ‫َّالب‬ َ ‫علَ ْي ِه‬
َ ‫َّو‬ َ َّ‫صلىَّللا‬ ُّ ‫فَقَا َل َّالن ِب‬
َ َّ ‫ي‬
َُّ‫سيَعُودُفَ َع َر ْفتُ َّأَنه‬ َ َ‫س ِبيلَهُ َّقَا َل َّأ َ َما ِإنهُ َّ َكذَ َّبَك‬
َ ‫َّو‬ َ َّ ً‫َحا َجة‬
َ َّ ُ‫شدِي ِدة ً َو ِعيَ ًاَّلفََّ َر ِح ْمتُهُ َّفَخَليْت‬
ََّ‫اَّمَّفََّأ‬
ِ َ‫وم ْنَّالطع‬ ِ ُ ‫ص ْدتُهَُّفَخَا َءيَحْ ث‬
َ ‫سيَعُودُفَ َر‬ َ ‫علَ ْي ِهَّو‬
َ َُّ‫سل َمَّإِنه‬ َ َّ‫صلىَّاَّهلل‬
َ َِّ‫سو ِلَّللا‬ ُ ‫سيَعُودُ ِلقَ ْو ِل َر‬
َ
َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َّ‫سل َم َّقَا َل َّدَ ْعنِي َّفَإِنِي َّ ُمحْ ت َا َّ ٌج‬ َ َّ ‫صلى َّللا‬
َ َّ ‫سو ِل َّللا‬
ُ ‫َّر‬ ْ َ ‫َخ ْذتُهُ َّفَقَ ْلتُ ََّۡل‬
َ ‫َّرفََّ َعنكَ َّ ِإلَى‬
َ َّ ِ‫سو ُل َّللا‬
َّ‫صلىَّللا‬ ُ ‫يَّر‬ ْ ََّ ‫سبِيلَهَُّفَأ‬
َ ‫ص َبحْ تُ َّفَقَاَّ َل َّ ِل‬ ُ َ ‫علَي َّ ِع َياَّ ٌل َََّّلأ‬
َ َّ ُ‫عودَُّفَ َر ِح ْمتُهَُّفَ َخلَيْت‬ َ ‫َو‬
َ َّ ً‫ش َكا َّ َحا َجة‬
َّ‫شدِي ِدة ً َو ِع َيا‬ َ َّ ِ‫سو َل َّللا‬ ُ ‫ار‬َ ‫يركَ َّقُ ْلتُ َّ َي‬
ُ ‫ل َّأ َ ِس‬ ََّ ‫سل َم َّ َيا َّأ َ َبا َّ ُه َري َْرة َ َّ َما َف َع‬ َ ‫ع َل ْي ِه‬
َ ‫َّو‬ َ
َّ‫ومَّْنالط َع ِام‬ ِ ُ ‫ص ْدتُهُ َّالثا ِلثَةَفَ َجا َء َّ َيحْ ث‬
َ ‫س َيعُو َّدُفَ َر‬
َ ‫َّو‬َ َ‫سبِيلَهُ َّقَا َل َّأ َ َما ِإنهُ َّقَ ْد َكذَ َبك‬
َ ُ ‫ًَّلفَ َر ِح ْمتُهُ َّفَخَل ْيت‬
ُ ‫اَّآَّخ ُرثََلَمَِّ َمراتأَنكَ َّت َْز‬
َّ‫ع ُم َََّّلتَعُودُقَا َلَّدَ ْعنِي‬ ِ َ‫َّوَّ َهذ‬
َ ِ‫للا‬
َّ َّ‫سو ِل‬ َ َ‫فَأ َ َخ ْذتُهَُّفَقُ ْلتُ ََّۡل َ ْرفَ َعنكَ َّ ِإل‬
ُ ‫ىَّر‬
15

َّ‫َّللاََّّل ِإلَهََّإََّل‬ ْ َ‫ع ِل ْمكَ َّ َك ِل َماتَّيَ ْنفَعُكَ َّللاَّ ِب َهاقُ ْلتُ َّ َما ُه َوقَا َلَّ ِإذَأ َ َو ْيتَإِلَىَّفِ َراثِ َكفَا ْق َرأَّْآيَة‬
َّ َ ِ ‫َّال ُك ْر ِسي‬ َ ُ‫أ‬
َِّ‫صبِح‬ْ ُ ‫انَّ َحتىَّت‬ ٌ ‫ط‬ َ ‫ش ْي‬َ ‫اَّو ََّليَ ْق َربَن َك‬
َ ‫ظ‬ ِ َ‫ُه َو ْالقَبُّو ُمَّ َحتىَّتَحْ تِ ِم ْاْليَ َّةَفَإَِّنكَ َّلَ ْنَّيَزَ الَ َعلًيْك‬
ٌ ِ‫َّم ْنَّالل ِه َحاف‬

ِ َ‫ير َك ْالب‬
ََّ‫ار َحة‬ ُ ‫َّم َّفَ َع َل َّأ َ ِس‬
َ ‫سل َم‬ َ ‫علَ ْي ِه‬
َ ‫َّو‬ َ َّ‫صلىَّللا‬ َ َّ ِ‫سو ُل َّللا‬ َ ‫صبَ َحتُ َّفَقَالَ ِل‬
ُ ‫يَّر‬ ْ َ ‫س ِبيلَهَُّفَأ‬
َ َّ ُ‫فَخَليْت‬
َّ‫ِيَّقُ ْلتُ َّقَا َل‬ َ َّ ُ‫ع َمَّأَنهََُّّيُ َع ُمنِيَّ َك ِل َماتَّيَ ْنفَعُنِيَّللاَّ ِب َهاَّفَخَليْت‬
َ ‫س ِبيلَهَُّقَلََّ َماه‬ ُ ‫قُ ْلتُ َّيَ َر‬
َ َ‫سولَّالل ِهز‬

َََََََّّّّّّّ)‫(أخرجهَّالبخاري‬....ََّ َ‫َّ ِليَّإِذَأ َ َويْتَ َّإِلَىَّفِ َرَّاشِك‬

b. Terjemahan
Dari Abu Hurairah r.a berkata: Rasulullah SAW mewakilkan saya
untuk menjaga zakat pada bulan Ramadhan, kemudian ada seorang datang
dan mengambilkan segenggam makanan maka orang itu saya tangkap dan
saya berkata: “Sungguh kamu akan saya laporan kepada Rasulullah
SAW”, Ia berkata: “Sungguh saya adalah orang miskin dan saya
mempunyai banyak tanggungan keluarga serta saya sangat membutuhkan
makanan.” Maka saya lepaskan orang itu, pagi harinya Rasulullah SAW
bersabda: “Wahai Abu Hurairah apa yang di perbuat oleh tawananmu
tadi malam?” saya menjawab: “ Wahai Rasulullah ia mengeluh sangat
membutuhkan makanan sedangkan ia mempunyai banyak tanggungan
keluarga maka saya kasian kepadanya saya lepaskan”. Beliau bersabda :
“Sesungguhnya ia berdusta kepada mu dan ia akan datang lagi”. Saya
percaya ia akan datang lagi karena Rasulullah SAW telah menyabdakan
hal itu, maka saya awasi dia. Kemudian orang itu datang lagi dan
mengambil segenggam makanan, maka saya berkata: “ sunggih kamu
akan saya laporakan kepada Rasulullah SAW”. Ia menjawab “Maafkan
saya, karena sesungguhnya saya adalah orang miskin dan mempunyai
banyak keluarga, saya tidak akan mengulanginya lagi”, saya pun merasa
kasihan kepadanya maka saya lepaskan. Pagi harinya Rasulullah SAW
bertanya kepada saya:”Wahai Abu Hurairah apa yang diperbuat oleh
tawananmu”. Saya menjawab: “Wahai Rasulullah ia mengeluh sangat
membutuhkan makanan sedangkan ia mempunyai banyak keluarga maka
saya merasa kasihan padanya lantas saya lepaskan”, Beliau bersabda:
“Sesungguhnya ia berdusta kepadamu dan ia akan kembali lagi”.
Kemudian saya jaga benar untuk ketiga kalinya (HR. Al-Bukhari)

c. Penjelasan (Syarah Hadist)


Hadist di atas menjelaskan bahwa Abu Hurairah dipercayakan atau
di jadikan wakil Rasul untuk menjaga zakat fitrah. Wakil tentunya akan
melaksanakan segala pekerjaan yang diwakilkan. Atau akan mengatur
16

segala kebijakan dengan izin yang mewakilnya. Harta zakat ini dicuri oleh
seseorang yang berpenampilan seorang miskin sebanyak segenggam
tangannya. Lalu, ia ditangkap oleh Abu Hurairah dan akan dilaporkan
kepada Rasulullah SAW. Tetapi pencuri tersebut beralasan: saya ini orang
miskin, saya punya keluarga yang sangat membutuhkan. Maka pencuri ini
dilepaskan. Pagi harinya Abu Hurairah ditanya Rasulullah: “apa yang
engkau lakukan terhadap tawananmu tadi malam?”. Abu Hurairah
menceritakan kejadian semalam dan karena kasihan pencuri itu di lepaskan.
Rasul bersabda :

ََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََُّّّّّّّّّّّّّّّّّّّّّّّّّّّّّّّّّّّّّّّّّّّّّّّّ‫سيَعَود‬ َ ‫أ َ َماَّإِنهَُّقَ ْد َكذَبَ َك‬


َ ‫َّو‬
“Sesungguhnya ia berdusta kepadamu dan ia akan kembali lagi.”
Rasulullah member isyarat bahwa alasan pencuri itu bohong atau
sekedar membohongi Abu Hurairah dan Beliau mengetahui bahea pencuri
itu akan kembali. Ini di antara mukjizat Beliau mengetahui apa yan tidak
diketahui oleh umumnya manusia termasuk Abu Hurairah.
Dalam hadist tersebut terjadi proses pembelajaran, guru yang
sebenarnya adalah Nabi dan Abu Hurairah sebagai murid. Metode
pengajaran yang digunakan dramatisasi atau sosiodrama, yakni bentuk
metode mengajar dengan memerankan cara bertingkah laku di dalam
hubungan sosial suatu tema.11

11
Abdul Majid Khon. 2012. Hadis Tarbawi Hadis Hadis Pendidikan. Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group. Hlm 34-62.
BAB III PENUTUP

PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Secara etimologi, kata metode berasal dari dua suku perkataan, yaitu meta dan
hodos. Meta berarti "melalui" dan hodos berarti "jalan" atau "cara". Dalam
bahasa Arab metode dikenal dengan istilah thariqah yang berarti langkah-
langkah strategis yang harus dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan
2. Metode dalam Al-Qur’an yaitu metode teladan, metode kisah-kisah, metode
nasihat, metode pembiasaan, metode hukum dan ganjaran, metode ceramah,
dan metode diskusi.
3. Metode dalam hadist yaitu metode drill dan eksperimen, metode tanya jawab,
metode asistensi dan metode sosiodrama.

B. Saran
Penyusun menyadari banyak terdapat kekurangan dalam pembuatan
makalah ini, maka dari itu kami mengharapkan kritikan yang membangun dan
semoga dalam pembuatan makalah ini bisa menjadi sumber informasi bagi
pembaca.

17
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI. 2010. Al-Qur’an dan Terjemahan. Bandung : CV.َّ


Diponegoro

Fauziah, Annisa Khanza. 2017. Metode Pendidikan dalam Persfektif Al-Qur'an


(Kajian Tafsir terhadap Surah An-Nahl Ayat 125-126). Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah.

Khon, Abdul majid. 2012. Hadis Tarbawi Hadis Hadis Pendidikan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.

Lutfi, Saiful. 2017. Tafsir Tarbawi. Yogyakarta: Idea Press.

Nata, Abuddin, Filsafat Pendidikan Islam 1, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.

Pratiwi, Cindy. 2014. Metode Pendidikan dalam Persfektif Al-Qur’an. Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah.

18

Anda mungkin juga menyukai