Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas kuliah Ilmu Pendidikan Islam
Nurhasanah 11200130000085
Kelas: 1C PBSI
JAKARTA
2020
2
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Metode Pendidikan dalam Perspektif Islam yang diselesaikan dengan baik untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah yaitu Ilmu Pendidikan Islam
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Sosok tiada dua yang patut menjadi suri tauladan umat beserta keluarga, sahabat dan para
pengikutnya hingga akhir zaman dengan akal untuk berfikir, dengan lisan untuk berargumen,
dengan hati untuk mempertimbangkan baik-buruknya perbuatan manusia dengan dua
petunjuk yang berupa Al-Qur’an dan AL-Sunnah. Hal ini merupakan sarana bagi penulis
untuk mengungkapkan berbagai argumentasi serta sarana untuk menuangkan berbagai fakta
hasil penelitian guna untuk dikaji dan dibahas lebih dalam lagi.
Tugas ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Metode Pendidikan
dalam Perspektif Islam yang kami sajikan berdasarkan sumber dari buku yang telah kita baca,
dan tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok 7. Sebagai sebuah karya sudah pasti
karya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun, agar kami selalu mampu memperbaiki segala kesalahan
dan mengembangkan segala kelebihan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 1
C. Tujuan Pembahasan ...................................................................................................... 2
D. Metode Pembelajaran ................................................................................................... 2
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik. Dalam pengajaran tentu terdapat metode
dalam mengajar, metode mengajar dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan oleh
guru dalam membelajarkan peserta didik saat berlangsungnya proses pembelajaran.
Pengertian lain metode belajar merupakan cara-cara yang digunakan guru untuk
menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Dengan demikian pengajaran merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, dan
untuk tercapainya tujuan pengajaran sangat ditentukan oleh metode yang diterapkan.
Islam sebagai ajaran yang terbuka, berorientasi pada masa sekarang dan masa depan
serta progresif sangat mendukung adanya upaya-upaya ijtihad dalam bidang metode
pengajaran. Pada makalah ini akan dibahas lebih dalam tentang metode pendidikan
dalam perspektif Islam.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, penulis dapat mengajukan
beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian metode pendidikan?
2. Sebutkan macam-macam metode pendidikan!
3. Apa yang dimaksud metode pendidikan dengan konsep behavioristik?
4. Apa yang dimaksud metode pendidikan dengan konsep konstruktivistik?
1
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah, adapun tujuan yang ingin dicapai penulis adalah sebagai
berikut:
1. Agar memahami pengertian metode pendidikan.
2. Agar memahami macam-macam metode pendidikan.
3. Agar memahami metode pendidikan dengan konsep behavioristik.
4. Agar memahami metode pendidikan dengan konsep konstruktivistik.
D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam pembuatan makalah ini yaitu dengan mencari referensi
dari buku-buku yang telah ada dan mengambil dari sumber lain yang berkaitan
dengan makalah ini yang telah diketahui kebenarannya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kata metode atau metoda berasal dari bahasa Greek (Yunani). Secara etimologi, kata
metode berasal dari dua suku perkataan yaitu metha dan hodos. Metha berarti melalui atau
melewati, dan hodos berarti jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam bahasa Arab metode diungkapkan dalam berbagai kata. Terkadang digunakan kata al-
thariqah, Manhaj, dan al- Wasilah. Al-thariqah berarti jalan, Manhaj berarti sistem, dan al-
Wasilah berarti perantara atau mediator. Dengan demikian, kata arab yang dekat dengan arti
metode adalah Al-thariqah. Kata-kata serupa ini banyak dijumpai dalam Al-Quran menurut
Muhammad Fuad Abd al- Baqi di dalam al-Qur'an kata al-Thariq- ah diulang sebanyak
sembilan kali. Kata ini terkadang dihubungkan dengan objeknya yang dituju oleh al-Thariqah
seperti neraka, sehingga jalan menuju neraka (Q.S 4:169) terkadang dihubungkan dengan
sifat dari jalan tersebut, seperti al-Thariqah al- Mustaqimah yang diartikan jalan yang lurus
(Q.S. 46:30). Jadi, metode adalah suatu sarana untuk menemukan, menguji, dan menyusun
data yang diperlukan bagi pengembangan. Ada lagi pendapat yang mengatakan bahwa
metode sebenarnya berarti jalan untuk mencapai tujuan. Jalan untuk mencapai tujuan itu
bermakna ditempatkan pada posisinya sebagai cara untuk menemukan, menguji, dan
menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan ilmu atau tersistematisasikannya suatu
pemikiran. 1
1
Nurjannah Rianie, Pendekatan dan Metode Pendidikan Islam (Sebuah Perbandingan dalam Konsep Teori
Pendidikan Islam dan Barat), Jurnal Management of Education, Volume 1, h. 107.
3
(Yunani) logos berarti "akal" atau "ilmu”.2 Dalam penggunaan metode pendidikan Islam yang
perlu dipahami adalah bagaimana seorang pendidik dapat memahami hakikat metode dan
relevansinya dengan tujuan utama pendidikan Islam, yaitu terbentuknya pribadi yang beriman
yang senantiasa siap sedia mengabdi kepada Allah SWT
Sebagai suatu ilmu, metodologi merupakan bagian dari perangkat disiplin keilmuan
yang menjadi induknya. Hampir semua ilmu pengetahuan mempunyai metodologi tersendiri.
Oleh karena itu ilmu pendidikan sebagai salah satu disiplin ilmu, juga memiliki metodologi
yaitu metodologi pendidikan. Yaitu suatu ilmu pengetahuan tentang metoda yang
dipergunakan dalam pekerjaan mendidik.
Demikian pula Ilmu Pendidikan Islam merangkum metodologi pendidikan islam yang
tugas dan fungsinya adalah memberikan jalan atau cara yang sebaik mungkin bagi
pelaksanaan operasional dari ilmu pendidikan islam tersebut. Pelaksanaanya berada dalam
ruang lingkup proses kependidikan yang berada di dalam suatu sistem dan struktur
kelembagaan yang diciptakan untuk mencapai tujuan pendidikan islam.3
4
Seperti anak-anak, metode pembelajaran pendidikan Islam juga harus disesuaikan
dengan pola pikirnya. Metode pembelajaran dengan pendekatan dan mencontohkan dirasa
lebih efektif disbanding didikte satu persatu atau diajarkan dengan cara yang sulit. Anak
biasanya akan suka dengan hal yang sederhana dan dapat dipraktikkan olehnya. Perlu
digarisbawahi bahwa pendidikan Islam bukan semata-mata ajaran Islam yang seperti kita
tahu seperti zakat, puasa, naik haji, dsb, bukan hanya itu. Pendidikan Islam mengajarkan
pendidikan moral, tanggung jawab, disiplin, sopan santun, dsb yang mengatur tentang
kebiasaan terpuji sehari-hari. Jadi, pendidikan Islam pada anak bisa diajarkan dengan
mendisiplinkan anak mulai dari hal kecil, yaitu seperti membuang sampah pada tempatnya
agar mencerminkan jiwa yang peduli terhadap lingkungan, membiasakan membaca doa
sebelum melepas pakaian selain untuk menghindarkan dari perbuatan tidak diinginkan juga
sebagai latihan untuk tetap waspada dan hati-hati di mana saja, juga dengan cara-cara lain
yang bisa dicontohkan kepada anak-anak.
Lalu untuk orang dewasa, bisa menggunakan metode yang lebih mengedepankan
diskusi dan pengarahan yang dikemas dengan cara menarik. Di era modern yang serba digital
ini, kita bisa memanfaatkan teknologi untuk keperluan yang positif yang pastinya menunjang
pengetahuan akan pendidikan Islam bagi generasi milenial dan generasi Z. Kita bisa
melakukan dakwah-dakwah yang tidak terkesan monoton dan konvensional, bukan hanya
bicara tentang Islam itu sendiri, tetapi kajian moral dan pengarahan agar bersikap “waras”
dalam menghadapi tantangan zaman yang membutakan.
5
Menurut al-Quran metode nasihat itu hanya diberikan kepada mereka yang melanggar
peraturan dan nasihat itu sasaranya adalah timbulnya kesadaran pada orang yang
diberi nasihat agar mau insaf melaksanakan ketentuan.
4. Metode pembiasaan
Metode pembiasaan ini digunakan untuk mengubah seluruh sifat-sifat baik menjadi
kebiasaan, sehingga jiwa dapat menunaikan kebiasaan itu tanpa kehilangan banyak
tenaga dan tanpa menemukan banyak kesulitan
5. Metode hukum dan ganjaran.
Metode hukuman ini digunakan dalam pendidikan Islam adalah sebagai sarana untuk
memperbaiki tingkah laku manusia yang melakukan pelanggaran dan dalam taraf sulit
untuk dinasihati sementara ganjaran itu diberikan sebagai hadiah atau penghargaan
kepada orang yang melakukan kebaikan atau ketaatan atau berprestasi yang baik
6. Metode ceramah (khutbah)
Metode ceramah termasuk cara yang paling banyak digunakan dalam menyampaikan
atau mengajak orang lain mengikuti ajaran yang telah ditentukan.
7. Metode diskusi
Metode diskusi digunakan dalam pendidikan Islam adalah untuk mendidik dan
mengajar manusia dengan tujuan lebih memantapkan pengertian dan sikap
pengetahuan mereka terhadap sesuatu masalah
6
Wicaksono, Ahmad, Skripsi: Metode Pendidikan Islam dalam Al-Quran Surat An-Nahl ayat 125 dan
Surat Al-Ahzab ayat 21(Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2018), hal. 24
6
Metode dialog Qurani dan Nabawi.
Menurut Abdurrahman Annahlawi, “dialog dapat diartikan sebagai pembicaraan
antara dua pihak atau lebih yang dilakukan melalui tanya jawab dan di dalamnya
terdapat kesatuan topik atau tujuan pembicaraan”. Abdurrahman Annahlawi juga
menjelaskan,“bentuk dialog yang terdapat dalam al-Quran dan sunnah sangat variatif.
Namun, bentuk yang paling penting adalah dialog khithabi (seruan dengan Allah) dan
ta’abbudi (penghambaan terhadap Allah), dialog deskriptif, dialog naratif, dialog
argumentatif, serta dialog nabawiah”.
Mendidik melalui kisah-kisah Qurani dan Nabawi
Pendidikan melalui kisah-kisah diharapkan dapat menggiring anak didik pada
kehangatan perasaan, kehidupan, dan yang mendorong manusia untuk mengubah
perilaku dan memperbaharui tekadnya selaras dengan tuntutan, pengarahan,
penyimpulan, dan pelajaran yang dapat diambil dari kisah tersebut.
Mendidik melalui keteladanan.
Kurikulum yang dibuat dan direncanakan manusia masih tetap memerlukan pola
pendidikan yang dia perlihatkan kepada anak didiknya sambil tetap berpegang pada
landasan, metode, dan tujuan kurikulum pendidikan. Untuk kebutuhan itu Allah
mengutus Nabi Muhammad sebagai hamba dan Rasul-Nya menjadi teladan bagi
manusia dalam mewujudkan tujuan pendidikan Islam, melalui firman-Nya.
Mendidik melalui Ibrah dan Mauizhah.
a. Mendidik melalui Ibrah
Ibrah yang terdapat dalam al-Quran mengandung dampak edukatif yang sangat
besar, yaitu mengantarkan penyimak pada kepuasan berpikir mengenai persoalan
akidah. Kepuasan edukatif tersebut dapat menggerakkan kalbu, mengembangkan
perasaan ketuhanan; serta menanamkan, mengkokohkan, dan mengembangkan
akidah tauhid, ketundukkan kepada syariat Allah, atau ketundukkan pada berbagai
perintah-Nya
b. Mendidik melalui mauizhah
al-wazhu berarti nasihat dan peringatan dengan kebaikan dan dapat melembutkan
hati serta mendorong untuk beramal. Yakni nasihat melalui penyampaian had
(batasan-batasan yang ditentukan Allah yang disertai dengan hikmah, targhib dan
tarhib.
7
Mendidik melalui targhib dan tarhib7.
“Targhib dan tarhib dalam pendidikan Islam lebih memiliki makna dari apa yang
diistilahkan dalam pendidikan barat dengan “imbalan dan hukuman”. Metode targhib
dan tarhib merupakan kasih sayang yang diberikan seorang pendidik kepada peserta
didik ketika proses belajar sangat diperlukan dalam arti mengikuti dan menerima
segala hal yang dilakukan peserta didik dengan cara-cara yang baik, tetapi jika dalam
proses pembelajaran terdapat peserta didik yang melanggar atau melewati batas
kenakalannya, seorang pendidik wajib menggunakan cara tepat untuk memberikan
peringatan dengan batas-batas yang diperbolehkan dengan tanpa menyakiti.
Teori belajar behavioristik merupakan teori belajar yang lebih mengutamakan pada
perubahan tingkah laku siswa sebagai akibat adanya stimulus dan respon. Dengan kata lain,
belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya yang
bertujuan merubah tingkah laku dengan cara interaksi antara stimulus dan respon. Menurut
Watson tingkah laku siswa merupakan hasil dari pembawaan genetis dan pengaruh
lingkungan, sedangkan menurut Pavlov merujuk pada sejumlah prosedur pelatihan antara
satu stimulus dan rangsangan muncul untuk menggantikan stimulus lain dalam
mengembangkan respon, terakhir menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respons
terjadi karena melalui interaksi dengan lingkungan yang kemudian menimbulkan perubahan
tingkah laku. Dengan demikian, teori belajar behavioristik lebih memfokuskan untuk
mengembangkan tingkah laku siswa ke arah yang lebih baik.
Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang mempelajari tingkah laku manusia.
Menurut Desmita8 teori belajar behavioristik merupakan teori belajar memahami tingkah laku
manusia yang menggunakan pendekatan objektif, mekanistik, dan materialistik, sehingga
perubahan tingkah laku pada diri seseorang dapat dilakukan melalui upaya pengkondisian.
Dengan kata lain, mempelajari tingkah laku seseorang seharusnya dilakukan melalui
pengujian dan pengamatan atas tingkah laku yang terlihat, bukan dengan mengamati kegiatan
bagian-bagian dalam tubuh. Teori ini mengutamakan pengamatan, sebab pengamatan
7
Ma’rufin, Metode Targhib dan Tarhib (Reward dan Punishment Dalam Pendidikan Islam), Risalaah.
Vol. 1 No 1, 2015, h. 67
8
Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2009), hal. 44.
8
merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku
tersebut.
Dalam buku Mukinan yang dikutip oleh Novi Irawan dijelaskan bahwa behavioristik
adalah pemahaman yang memandang bahwa manusia merupakan makhluk bernyawa yang
stagnan, yang dikendalikan dengan pengaruh-pengaruh yang ada dilingkungannya. Manusia
pada dasarnya dapat di manipulasi dengan melakukan controlling pada pengaruh-pengaruh
yang ada dalam lingkungan sekitarnya (Novi Irawan Nahar, 2016: 72)9. Tidak bisa dinafikkan
bahwa dengan munculnya teori behavioristik, telah banyak digunakan oleh guru mata
pelajaran dalam membina perilaku peserta didik. Membahas terkait dengan prilaku maka
diterlepas dengan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) itu sendiri.
Teori belajar behavioristik melihat belajar merupakan perubahan tingkah laku. Seseorang
telah dianggap belajar apabila mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Pandangan
behavioristik mengakui pentingnya masukan atau input yang berupa stimulus, dan keluaran
atau output yang berupa respons. Teori belajar behavioristik menekankan kajiannya pada
pembentukan tingkah laku yang berdasarkan hubungan antara stimulus dengan respon yang
bias diamati dan tidak menghubungkan dengan kesadaran maupun konstruksimental. Teori
belajar behavioristik berlawanan dengan teori kognitif yang mengemukakan bahwa proses
belajar merupakan proses mental yang tidak diamati secara kasat mata.
Teori belajar behavioristik sangat cocok untuk direalisasikan karena dengan adanya teori
ini dapat dimanfaatkan untuk memudahkan pendidik (Guru) dan Peserta didik (Siswa) dalam
proses pembelajaran utamanya pembelajaran Pendidikan Agama islam (PAI). Menurut teori
behavioristik, dalam prose belajar terdapat rangsangan (Stimulus) dan tanggapan (Respon)
yang mempunyai unsur-unsur seperti dorongan atau tekanan, rangsangan atau stimulus,
9
Mukinan, Teori Belajar Dan Pembelajaran. (Yogykarta: P3G IKIP, 1997), hal. 72.
9
10
respon atau tanggapan, dan penguatan atau reinforcement . Dalam teori behavioristik
terdapat aspek penguatan atau
10
dan mengabaikan aspek-aspek mental seperti kecerdasan, bakat, minat, dan perasaan individu
dalam kegiatan belajar. Peristiwa belajar semata-mata dilakukan dengan melatih refleks-
refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Para ahli
behaviorisme berpendapat bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus (S) dengan respons
(R). Menurut teori ini, dalam belajar yang penting adalah adanya input berupa stimulusdan
output yang berupa respon (Andriyani, 2015)13.
2. Penerapan Teori Belajar Behavioristik dalam Proses Pembelajaran
Teori belajar behavioristik menekankan terbentuknya perilaku terlihat sebagai hasil
belajar.Teori belajar behavioristik dengan model hubungan stimulus respons, menekankan
siswa yang belajar sebagai individu yang pasif. Munculnya perilaku siswa yang kuat apabila
diberikan penguatan dan akan menghilang jika dikenai hukuman (Nasution, 2006:66)14.
Teori belajar behavioristik berpengaruh terhadap masalah belajar, karena belajar ditafsirkan
sebagai latihan-latihan untuk pembentukan hubungan antara stimulus dan respons. Dengan
memberikan rangsangan, siswa akan bereaksi dan menanggapi rangsangan tersebut.
Hubungan stimulus-respons menimbulkan kebiasaan-kebiasaan otomatis belajar. Dengan
demikian kelakuan anak terdiri atas respons-respons tertentu terhadap stimulus-stimulus
tertentu.
Penerapan teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa
komponen seperti: tujuan pembelajaran, materi pelajaran, karakteristik siswa, media,
fasilitas pembelajaran, lingkungan, dan penguatan (Sugandi, 2007:35). Teori belajar
behavioristik cenderungmengarahkan siswa untuk berfikir. Pandangan teori belajar
behavioristik merupakan proses pembentukan, yaitu membawa siswa untuk mencapai target
tertentu, sehingga menjadikan siswa tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Pembelajaran
yang dirancang pada teori belajar behavioristik memandang pengetahuan adalah objektif,
sehingga belajar merupakan perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah
memindahkan pengetahuan kepada siswa. Oleh sebab itu siswa diharapkan memiliki
pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang
diterangkan oleh guru itulah yang harus dipahami oleh siswa.
Dilihat dari pengertiannya penguatan adalah segala sesuatu yang dapat memperkuat
timbulnya respons. Pandangan behavioristik kurang dapat menjelaskan adanya variasi
13
Fera Andriyani, Teori Belajar Behavioristik dan Pandangan Islam tentang Behavioristik dalam
Jurnal Pendidikan dan Pranata, 2015.
14
Nasution, Asas-Asas Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006) hal. 66.
11
tingkat emosi siswa, walaupun siswa memiliki pengalaman penguatan yang sama.
Pandangan behavioristik tidak dapat menjelaskan dua anak yang mempunyai kemampuan
dan pengalaman penguatan yang relative sama. Di lihat dari kemampuannya, kedua anak
tersebut mempunyai perilaku dan tanggapan berbeda dalam memahami suatu pelajaran.Oleh
sebab itu teori belajar behavioristik hanya mengakui adanya stimulus dan respons yang
dapat diamati. Teori belajar behavioristik tidak memperhatikan adanya pengaruh pikiran
atau perasaan yang mempertemukan unsurunsur yang diamati15.
Teori belajar behavioristik menekankan pada perubahan tingkah laku sebagai akibat
dari interaksi antara stimulus dan respon, sedangkan belajar sebagai aktivitas yang menuntut
siswa mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari. Menurut Mukinan 16,
beberapa prinsip tersebut, yaitu: (1) teori belajar behavioristik beranggapan yang dinamakan
belajar adalah perubahan tingkah laku. Seseorang dikatakan telah belajar jika yang
bersangkutan dapat menunjukkan perubahan tingkah laku, (2) teori ini beranggapan yang
terpenting dalam belajar adalah adanya stimulus dan respons, karena hal ini yang dapat
diamati, sedangkan apa yang terjadi dianggap tidak penting karena tidak dapat diamati, dan
(3) penguatan, yakni apa saja yang dapat menguatkan timbulnya respons, merupakan faktor
penting dalam belajar. Pendidikan berupaya mengembangkan perilaku siswa ke arah yang
lebih baik. Pendidik berupaya agar dapat memahami peserta didik yang beranjak dewasa.
Perkembangan perilaku merupakan objek pengamatan dari aliranaliran behaviorisme.
Perilaku dapat berupasikap, ucapan, dan tindakan seseorang sehingga perilaku ini
merupakan bagian dari psikologi. Oleh sebab itu, psikologi pendidikan mengkaji masalah
yang memengaruhi perilaku orang ataupun kelompok dalam proses belajar.
Teori belajar behavioristik cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir. Pandangan
teori belajar behavioristik merupakan proses pembentukan, yaitu membawa siswa untuk
mencapai target tertentu, sehingga menjadikan siswa yang tidak bebas berkreasi dan
berimajinasi. Pembelajaran yang dirancang pada teori belajar behavioristik memandang
pengetahuan adalah objektif, sehingga belajar merupakan perolehan pengetahuan,
sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan kepada siswa. Hal yang paling
penting dalam teori belajar behavioristik adalah masukan dan keluaran yang berupa respons.
Menurut teori ini, antara stimulus dan respons dianggap tidak penting untuk diperhatikan
karena tidak dapat diamati dan diukur. Dengan demikian yang dapat diamati hanyalah
stimulus dan respons. Oleh sebab itu, apa saja yang diberikan oleh guru dan apa saja yang
15
Ida Bagus Putrayasa, Landasan Pembelajaran. (Bali: Undiksha Press, 2013), hal. 49.
16
Mukinan, Teori Belajar Dan Pembelajaran. (Yogykarta: P3G IKIP, 1997), hal. 23
12
dihasilkan oleh siswa semuanya harus dapat diamati dan diukur yang bertujuan untuk
melihat terjadinya perubahan tingkah laku.
Penerapan teori belajar behavioristik dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam
yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam menghasilkan perubahan perilaku
peserta didik kearah yang lebih baik seperti motivasi belajar, interaktif, penguatan daya
ingat, dan toleransi.
17
Nurhasnawati, Model-Model Pembelajaran Kontrutivisme, Jurnal Pemikiran Islam Vol 36 No.2,
2011,hlm.241
18
Ibid, hlm.242
13
siswa sendiri menemukan dan mengeksplorasi pengetahuan tersebut dengan apa yang
telah mereka ketahui dan pelajari sendiri. Secara rinci ciri-ciri model pembelajaran
konstruktivisme diuraikan oleh Driver dan Oldham dalam Matthews:19
1. Orientasi, siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan motivasi dalam
mempelajari suatu konsep.
2. Elicitation, siswa diberi kesempatan untuk mendiskusikan apa yang
diobservasikan dalam wujud tulisan, gambar, atau poster.
3. Restrukturasi ide, dalam hal ini ada tiga hal: klarifikasi ide yang dikontraskan
dengan ide-ide orang lain atau teman melalui diskusi atau pengumpulan ide,
membangun ide yang baru, dan mengevaluasi ide baru dengan eksperimen.
4. Penggunaan ide dalam banyak situasi, ide atau pengetahuan yang telah dibentuk
oleh siswa perlu diaplikasikan pada situasi yang dihadapi.
5. Review; bagaimana ide itu berubah, dalam mengaplikasikan pengetahuannya
seseorang perlu merevisi gagasannya baik dengan menambahkan suatu keterangan
ataupun dengan mengubahnya menjadi lengkap.
19
Annisa Fitriyani, Pengaruh Model Pembelajaran Kontruktivisme Menggunakan Komputer Terhadap
Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Cahaya, Skripsi FITK. Pendidikan Fisika, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Tangerang Selatan, hlm.11-12
20
Ibid, hlm. 12-13
14
1. Dalam mengkonstruksi pengetahuannya, tidak jarang bahwa hasil konstruksi
siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi para ahli. Hal ini dapat mengakibatkan
salah pengertian (miskonsepsi) atau konsep alternatif.
2. Model pembelajaran konstruktivisme menekankan agar siswa membangun
pengetahuannya sendiri, hal ini pasti membutuhkan waktu yang lama dan setiap
siswa memerlukan penanganan yang berbeda-beda, apalagi bila guru berhadapan
dengan kurikulum yang sudah baku, yang menuntut agar materi pelajaran harus
terselesaikan. Sedangkan dalam konstruktivisme penekanan lebih menitikberatkan
pada pengertian dan pembangunan sistem berpikir siswa.
3. Model pembelajaran konstruktivisme menuntut guru yang berpikir luas dan
mendalam serta peka terhadap gagasan-gagasan yang berbeda dari setiap siswa.
Guru yang hanya berorientasi pada penyampaian materi akan kesulitan menerima
pendapat lain dari siswa, sehingga memungkinkan siswa yang pandai dan kreatif
akan menjadi penghambat, sehingga guru yang demikian akan membatasi siswa
berpikir dan mengembangkan kreatifitasnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Metode berasal dari bahasa yunani, yaitu meta dan hodos. Meta berarti melalui dan
hodos berarti jalan atau cara. Dalam bahasa Arab, kata metode dikenal dengan istilah
thariqah yang berati langkah-langkah yang diambil seorang pendidik guna membantu
peserta didik merealisasikan tujuan tertentu. Dengan demikian, bisa dipahami bahwa
metode berarti cara yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar
tercapai sesuai dengan tujuan yang dikehendaki. Secara etimologi, teknik/strategi
15
berarti cara atau kepandaian membuat atau melakukan sesuatu. Sedangkan secara
terminologi, teknik/strategi dapat didefinisikan sebagai cara yang lebih khusus atau
spesifik yang digunakan oleh pendidik untuk mengajar suatu kemahiran atau aspek
dalam wujud aktivitas, strategi, atau taktik dan bahan atau alat yang terkait
dengannya. Dengan demikian, jelaslah hubungan antara pendekatan, metode, dan
teknik/strategi sebagai suatu cara untuk mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan,
atau cara yang tepat untuk meraih tujuan pendidikan sesuai dengan kebutuhan peserta
didik. Teknik merupakan pengewajantahan metode. Sedangkan metode, merupakan
penjabaran dari asumsi-asumsi dasar dari pendekatan.
B. Saran
Setelah membaca makalah ini yang berisi tentang apa itu metode pendidikan, macam-
macam metode pendidikan, metode pendidikan dengan konsep behavioristik, metode
pendidikan dengan konsep konstruktivitas, diharapkan bisa menerapkan nilai-nilai
yang terkandung di dalamnya untuk diterapkan apabila kelak berkecimpung dalam
dunia pendidikan yang mampu mengarahkan siswanya kepada tujuan pendidikan
yang lebih baik lagi dan menerapkan metode pendidikan dengan tepat. Untuk
menambah wawasan terkait metode pendidikan dalam perspektif Islam, penulis
menyarankan untuk senantiasa membaca berbagai referensi terkaitnya dari sumber
yang kredibel.
16
DAFTAR PUSTAKA
Andriyani, Fera. 2015. Teori Belajar Behavioristik dan Pandangan Islam tentang
Behavioristik.(Jurnal Pendidikan dan Pranata.
Arifin. Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan Teoretis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan
Interdisipliner. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011.
Asy’ari Kholil, Muhammad. 2014. Metode Pendidikan Islam. Qathruna, 1(1),199-200.
Jannah, Miftahul. 2013. Metode Pendidikan Islam yang Terkandung dalam Al-Quran Surat
An-Nahl Ayat 125-126. Skripsi. FITK. Pendidikan Agama Islam. Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Tangerang Selatan.
Ma’rufin. 2015. Metode Targhib dan Tarhib (Reward dan Punishment Dalam Pendidikan
Islam). Risalaah, 1(1), 67.
Nahar, Novi Irawan, ‘Penerapan Teori Belajar Behavioristik Dalam Proses Pembelajaran”,’
dalam Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, 1 (2016), 72.
Nurjannah Rianie, Pendekatan dan Metode Pendidikan Islam (Sebuah Perbandingan dalam
Konsep Teori Pendidikan Islam dan Barat). Jurnal Management of Education Vol. 1.
17
Rusli dan Kholik. 2013. Theory of Learning According to Educational Psychology.(Jurnal
Sosial Humaniora). Vol. 4 No. 2 Hal 62-67.
18