Anda di halaman 1dari 22

Makalah Tathwir Al-Manahij

PENDEKATAN DAN PENGEMBANGAN


KURIKULUM BAHASA ARAB

DISUSUN
OLEH :
KELOMPOK 9
NURFITRAH ZARTINAWATI
NIM : 162020001

DOSEN PEMBIMBING : HIDAYATIL MUSLIMAH, S.Pd.I., MA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)


TEUNGKU DIRUNDENG MEULABOH
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia Nya kepada penulis. Serta shalawat dan salam penulis sampaikan kepada
junjungan alam Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari
alam jahiliyah ke alam Islamiyah dan dari alam kebodohan ke alam yang penuh dengan
ilmu pengetahuan. Dengan petunjuk dan rahmat-Nya penulis telah dapat
menyelesaikan suatu makalah yang berjudul “Pendekatan dan Pengembangan
Kurikulum Bahasa Arab”.
Penulis menyadari dalam penyelesaian makalah ini banyak kesalahan dan
kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan
demi kesempurnaan di masa yang akan datang.
Akhirnya penulis berdo’a semoga semua ini dapat bermanfaat dan mendapat
balasan yang setimpal dari Allah SWT untuk kita semua. Aamiin.

Meulaboh, 9 Oktober 2022


Penulis

NURFITRAH ZARTINAWATI
NIM. 162020001

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 1


DAFTAR ISI............................................................................................................................. 2
BAB I ........................................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 3
A. Latar Belakang ............................................................................................................ 3
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 3
C. Tujuan .......................................................................................................................... 4
BAB II....................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 5
A. Pengertian Pendekatan Dan Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab ................ 5
B. Jenis-Jenis Pendekatan ............................................................................................... 6
C. Landasan Pengembangan Kurikulum Pendidikan Bahasa Arab ........................ 16
BAB III ................................................................................................................................... 19
PENUTUP .............................................................................................................................. 19
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 21

2
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa Arab memiliki posisi yang sangat penting bagi umat Islam, tidak hanya
sebagai bahasa agama (al-qur’an) tetapi juga sebagai ilmu yang perlu dikembangkan
melalui pengembangan kurikulumnya. Perkembangan kurikulum pendidikan bahasa
Arab diyakini sebagai cara strategis dalam pengembangan dan peningkatan kualitas
pendidikan yang idealnya berorientasi untuk memenuhi tuntutan pembangunan dan
juga untuk merespon tantangan globalisasi dengan tetap mempertimbangkan
proporsionalitas keduanya. Dalam kuantitas dan kualitas dimensi pembelajaran sesuai
dengan standar yang dirumuskan.

Dalam proses pelaksanaan pendidikan di Indonesia dengan tujuan pendidikan


yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa di masa depan maka diperlukannya suatu
rancangan pendidikan yang sering kita sebut dengan kurikulum pendidikan. Kurikulum
pendidikan digunakan sebagai bahan acuan dalam pelaksanaan proses pendidikan.

Pengembangan kurikulum tersebut mempunyai berbagai model dalam


pendekatannya yang digunakan sebagai proses atau langkah untuk mengembangkan
kurikulum yang telah diterapkan agar kurikulum terebut dapat berjalan sesuai dengan
rencana awal. Karena suatu kurikulum yang ditentukan akan mempengaruhi hasil
pendidikan di masa yang akan datang. Dengan begitu pendekatan-pendekatan inilah
yang nantiya akan diterapkan oleh pemerintah dalam mengembangkan kurikulum
pendidikan yang ada di Indonesia ini sesuai dengan tujuan awal diterapkannya
kurikulum.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pendekatan dan pengembangan kurikulum Bahasa arab?
2. Apa sajakah jenis-jenis pendekatan?
3. Apa landasan pengembangan kurikulum Pendidikan Bahasa arab?

3
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pendekatan dan pengembangan kurikulum
Bahasa arab
2. Untuk mengetahui jenis-jenis pendekatan
3. Untuk mengetahui landasan pengembangan kurikulum Pendidikan Bahasa
arab.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendekatan Dan Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab


Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang seseorang
terhadap suatu proses tertentu. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Dengan demikian
pendekatan pengembangan kurikulum menunjuk pada titik tolak atau sudut pandang
secara umum tentang proses pengembangan kurikulum.

Pengembangan kurikulum adalah suatu proses yang merencanakan, menghasilkan


suatu alat yang lebih baik dengan didasarkan pada hasil penelitian terhadap kurikulum
yang tidak berlaku, sehingga dapat memberikan kondisi kegiatan belajar mengajar
yang lebih baik.1

Dalam bahasa Arab istilah “ kurikulum” diartikan dengan manhaj, yakni jalan
yang terang, atau jalan terang yang dilalui oleh manusia pada bidang kehidupannya.2
Dari berbagai definisi yang menjelaskan tentang kurikulum yang tersebut,
menekankan bahwa kurikulum merupakan sejumlah materi pelajaran atau isi pelajaran,
sejumlah pengalaman belajar, dan sejumlah program perencanaan pendidikan yang
harus dicapai oleh peserta didik dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan tertentu.

Nampaknya konsep dasar kurikulum tidak terbatas pada program pendidikan tersebut,
namun juga dapat diartikan menurut fungsinya sebagaimana terdapat dalam pengertian
“sebagai bahan pembanding, sebagai program studi, sebagai konten, sebagai kegiatan
berencana, sebagai hasil belajar, sebagai reproduksi cultural, sebagai pengalaman

1
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan
Perguruan Tinggi, (Jakarta: Rajagrafindo Persada. 2005), hlm. 38

2
Ibid , hlm. 1.

5
belajar dan sebagai produksi yangpengertiannya adalah seperangkat tugas yang harus
dilakukan untuk mencapai hasil yang ditetapkan terlebih dahulu3.

Maka berdasarkan dengan beberapa uraian diatas dapatlah pemalakah simpulkan


tentang pengertian pendekatan pengembangan kurikulum bahasa arab ialah suatu
landasan umum dalam mengupayakan perkembangan kurikulum dibidang ilmu bahasa
arab berdasarkan pengalaman-pengalaman , agar supaya terarah kepada tujuannya
yang lebih baik.

B. Jenis-Jenis Pendekatan
Yang dimaksudkan pendekatan adalah cara kerja dengan menerapkan strategi dan
metode yang tepat dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan yang sistematis
agar memperoleh kurikulum yang lebih baik. Setidak-tidaknya ada 4 pendekatan dalam
pengembangan kurikulum di antaranya, yaitu: pendekatan subyek akademik,
pendekatan humanistik, pendekatan teknologi, dan pendekatan rekonstruksi social.

Pendekatan dalam pengembangan kurikulum merefleksikan pandangan seseorang


terhadap sekolah dan masyarakat. Para pendidik pada umumnya tidak berpegang pada
salah satu pendekatan secara murni, tetapi menganut beberapa pendekatan yang sesuai.
Pendekatan dalam pengembangan kurikulum itu sangat erat hubungannya dengan teori
atau aliran pendidikan yang dominan. Aliran tersebut adalah pendidikan klasik,
pendidikan pribadi, pendidikan teknologi dan pendidikan interaksionis. Empat teori
pendidikan mempunyai pendekatan yang berbeda dalam praktek pendidikan dan
pengembangan kurikulum. Aliran pendidikan klasik menggunakan pendekatan subyek
akademik, aliran pendidikan pribadi menggunakan pendekatan humanistis, aliran

3
Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, Kajian Filosofik dan Kerangka Dasar
Operasionalnya, (Bandung: Trigenda Karya. 1993), hlm. 185.

6
pendidikan teknologi menggunakan pendekatan teknologis, dan aliran interaksionis
menggunakan pendekatan rekonstruksi social.

1. Pendekatan Subjek Akademis

Pendekatan subyek akademis adalah bentuk atau model tertua diantara model
lainnya, dan biasanya suatu lembaga pendidikan atau sekolah sampai sekarang tidak
bisa lepas dari pendekatan ini. Pendekatan subyek akademis adalah pendekatan yang
sangat praktis, mudah digabungkan dengan pendekatan lain bila diperlukan.
Pendekatan subyek akademis bersumber pada aliran pendidikan klasik yang
berorientasi pada masa lalu. Pengembangan kurikulum subjek akademis dilakukan
dengan cara menetapkan lebih dahulu mata pelajaran/mata kuliah apa yang harus
dipelajari peserta didik yang diperlukan untuk persiapan pengembangan disiplin
ilmu4 Fungsi pendidikan adalah mempelihara dan mewariskan hasil-hasil budaya dan
ilmu pengetahuan masa lalu itu (transfer of knowledge).

Dalam pendekatan subyek akademis guru sebagai penyampai bahan pelajaran


memegang peranan yang sangat penting. Guru harus menguasai seluruh bahan atau
materi pelajaran yang ada dalam kurikulum. Mereka harus menjadi ahli dalam bidang-
bidang studi tertentu yang diajarkan dan diampunya. Lebih dari itu, guru adalah model
dari para siswanya, segala yang disampaikan dan segala tindakan harus menjadi bagian
dari kepribadian guru yang akan diikuti dan menjadi panutan bagi siswanya. Guru
adalah orang yang harus bisa dipercaya apa yang dikatakannya, tindakannya harus
dapat ditiru dan dicontoh oleh siswanya.5

4
Sukiman,Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik pada Perguruan Tinggi,(Yogyakata: Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga,2013),hlm 60.
5
Muhammad Zaini,Pengembangan Kurikulum:Konsep Implementasi Evaluasi dan
Inovasi,(Yogyakarta:Teras,2009),hlm 120-121

7
Kurikulum subjek akademis mempunyai beberapa ciri berkenaan dengan maksud atau
tujuan, metode, organisasi isi, dan evaluasi.6

a. Tujuan
Tujuan kurikulum subyek akademis adalah pemberian pegetahuan yang solid serta
melatih para peserta didik menggunakan ide-ide dan proses penelitian. Peserta didik
harus belajar menggunakan pemikiran dan dapat mengontrol dorongan-dorongannya.
Lembaga pendidikan harus memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk
merealisasikan kemampuan mereka menguasai warisan budaya dan jika mungkin
memperkayanya.
b. Metode
Metode yang paling banyak digunakan dalam kurikulu sunjek akademis adalah metode
ekspositori dan penyelidikan (inkuiri). Ide-ide diberikan kepada guru lalu dielaborasi
(dilaksanakan) peserta didik sampai mereka kuasai. Konsep utama disusun secara
sisematis, dengan ilustrasi yang jelas untuk elanjutnya dikaji. Dalam materi disiplin
ilmu yang diperoleh, dicari berbagai masalah penting, kemudian dirumuskan dan dicari
cara penyelesaiannya.
c. Organisasi isi
1) Correlated Curriculum
Pola organisasi materi atau konsep yang dipelajari dalam suatu pelajaran dikolerasikan
dengan pelajaran lainnya.
2) Unified atau Concentrated Curriculum
Pola organisasi bahan pelajaran tersusun dalam tema-tema pelajaran tertentu, yang
mencakup materi berbagai pelajaran disiplin ilmu.
3) Integrated Curriculum

6
Sukiman,Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik pada Perguruan Tinggi,(Yogyakata: Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga,2013),hlm 61-63.

8
Kalau di Unified masih tampak disiplin ilmunya tetapi di Integrated tidak kelihatan
lagi disiplin ilmunya. Bahan ajar diintegrasikan dengan persoalan, kegiatan atau segi
kehidupan tertentu.
4) Problem Solving Curriculum
Pola yang berisi topic pemecahan masalah social yang dihadapi dalam kehidupan
dengan menggunakan pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh dari berbagai ata
pelajaran atau disiplin ilmu.
d. Evaluasi
Tentang kegiatan evaluasi, kurikulum subyekakademis menggunakan bentuk evaluasi
yang bervariasi desesuaikan dengan tujuan dan sifat bahan pelajaran. Sebagai sebuah
pendekatan pengembangan kurikulum, subyek akademis tidak lepas dari kritikan-
kritikan yang hal ini sekaligus menunjukkan kekurangannya.

2. Pendekatan Humanistis

Pendekatan humanistis lebih memberikan tempat utama kepada siswa. Hal ini bertolah
pada asumsi bahwa anak didik adalah individu yang pertama dan utama dalam
pendidikan. Mereka adalah subyek dan pusat kegiatan pendidikan. Anak didik itu
memiliki potensi, kemampuan, dan kekuatan untuk berkembang. Pendidikan Humanis
juga berpegang pada teori Gestalt yang memandang bahwa anak adalah merupakan
satu kesatuan yang menyeluruh. Pendidikan diarahkan untuk membentuk manusia
yang utuh bukan saja segi fisik, intelektual tetapi juga segi social dan
afektif(sikap,emosi, perasaan, dan nilai).

Pendekatan kurikulum himanistis mempunyai beberapa kharakteristik yaitu : 7

a. Tujuan dan fungsi

7
Ibid hlm 66-67

9
Kurikulum berfungsi menyediakan pengalaman(pengetahuan) berharga
membantu memperlancar perkembangan pribadi peserta didik. Bagi mereka tujuan
pendidikan adalah proses perkembangan pribadi yang dinamis yang diarahkan pada
pertumbuhan, integritas, dan otonomi kepribadian, sikap yang sehat terhadap diri
sendiri,orang lain, dan belajar. Semua itu merupakan bagian dari cita-cita
perkembangan manusia yang teraktualisasikan diri adalah orang yang telah mencapai
keseimbangan(harmoni) perkembangan seluruh aspek pribadinya baik aspek kognitif,
estetik, maupun moral. Seseorang dapat bekerja dengan baik bila memiliki karakter
yang baik pula.

b. Metode

Kurikulum humanistis menuntut konteks hubungan emosional yang baik antara


pendidik dan peserta didik. Pendidik/ guru selain harus mampu menciptakan hubungan
yang hangat dengan peserta didik, juga mampu menjadi sumber. Ia harus mampu
memberi materi yang menarik dan mampu menciptakan situasi yang memperlancar
proses belajar. Pendidik harus emberikan dorongan kepada peserta didik atas dasar
saling percaya. Peran mengajar bukan saja dilakukan oleh pendidik tetapi juga oleh
peserta didik. Pendidik tidak memaksakan sesuatu yang tidak disegaja peserta didik.

c. Organisasi isi

Salah satu kekuatan besar kurikulum humanistis terletak di dalam tekanannya


pada integritas, yaitu kesatuan perilaku bukan saja yang bersifat intelektual tetapi juga
emosional dan tindakan. Kurikulum humanistis juga menekankan keseluruhan.
Kurikulum harus mampu memberikan pengalaman yang menyeluruh, bukan
pengalaman yang terpenggal-penggal. Kurikulum ini kurang menekankan sekuens,
karena dengan sekuens para peserta didik kurang memunyai kesempatan untuk
memperluas dan memperdalam aspek-aspek perkembangannya.

d. Evaluasi

10
Kurikulum humanistis berbeda dengan kurikulum konvensional (subyek
akademis). Model ini lebih mengutamakan proses daripada hasil. Kalau kurikulum
konvensional terutama subyek akademis penilaian ditentukan secara obyektif dan
mempunyai kriteria pencapaian, maka dalam kurikulum humanistis tidak ada kriteria.
Ahli humanis lebih tertarik dalam pertumbuhan tanpa memperlihatkan tentang
bagaimana pertumbuhan itu diukur atau ditemukan. Sasaran mereka adalah
perkembangan anak supaya menjadi manusia yang lebih terbuka, lebih berdiri sendiri.
Kegiatan yang mereka lakukan hendaknya bermanfaat bagi peserta didik. Kegiatan
belajat yang baik adalah yang memberikan pengalaman yang akan membantu para
peserta didik memperluas kesadaran akan dirinya dan orang lain dan dapat
mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya. Ketika diminta untuk
mempertimbangkan efektivitas kurikulum mereka, ahli humanis biasanya percaya
kepada penilaian subyektif oleh guru dan peserta didik.

3. Pendekatan Teknologis

Pendekatan ini memiliki kesamaan dengan pendekatan subyek akademis,yang


menekankan pada isi dan materi kurikulum. Tetapi mempunyai perbedaan, yaitu
diarahkan pada penguasaan kompetensi bukan diarahkan pada pengawetan dan
pemeliharaan ilmu pengetahuan. Suatu kompetensi yang besar atau standar diuraikan
menjadi kompetensi-kompetensi yang lebih sempit atau kompetensi dasar, yang ada
pada akhirnya menjadi perilaku-perilaku yang bisa diamati dan diukur.

Penerapan teknologi dalam bidang kurikulum terwujud dalam dua bentuk yaitu
bentuk perangkat lunak(software) dan perangkat keras(hardware). Aplikasi teknologi
perangkat lunak disebut juga teknologi system, sedangkan aplikasi perangkat keras
disebut teknologi alat. Teknologi alat lebih menekankan pada pengunaan alat-alat
teknologis yang menunjang efisiensi dan efektivitas program pendidikan. Kurikulumya
berisi rencana-rencana penggunaan berbagai alat dan media serta model-model

11
pembelajaran yang banyak melihat alat. Tanpa bantuan media maka proses
pembelajaran tidak dapat berlangsung, karena perencanaan pembelajaran telah
tersusun terpadu antara kegiatan-kegiatan pendidikan dengan media tersebut. Misalnya
pembelajaran dengan media video, VCD, modul, computer, internet,dan lain-lain.
Adapun teknologi sistem menekankan pada penyusunan program pembelajaran atau
perencanaan pembelajaran yang menggunakan pendekatan sistem, baik dibantu oleh
alat dan media maupun tidak. Dalam teknologi sistem ini pembelajaran tetap dapat
berlangsug tanpabentuan media, karena media itu digunakan jika diperlukan.

Pendekatan teknologis dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan


bertolak dari analisis kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas
atau pekerjaan tertentu. Materi yang diajarkan, kriteria evaluasi sukses dan strategi
belajarnya ditetapkan sesuai dengan analisis tugas (job description) tersebut. Rencana
dan proses pembelajaran dirancang sedemikian rupa, sehingga hasilnya dapat
dievaluasi dan diukur dengan jelas dan terkontrol. Dalam menyusun kurikulum,
sesungguhnya tidak semua materi pelajaran dapat menggunakan pendekatan
teknologis, karena sifat-sifat atau karakter materi pelajaran itu berbeda. Termasuk
dalam pendekatan ini adalah kurikulum berbasis computer yang kini sedang diterapkan
oleh pemerintah.8

Ciri-ciri kurikulum teknologi9

a. Tujuan

Tujuan pada kurikulum ini diarahkan pada pengarahan kompetensi yang dirumuskan
dalam bentuk perilaku. Tujuan yang ersifat umum yaitu kompetensi dirinci menjadi
tujuan-tujuan khusus, yang disebut obyektif atau tujuan instruksional atau indicator.

8
Muhammad Zaini,Pengembangan Kurikulum:Konsep Implementasi Evaluasi dan Inovasi,
(Yogyakarta:Teras,2009),hlm 123-125
9
Sukiman,Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik pada Perguruan Tinggi,(Yogyakata: Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga,2013),hlm 72-73

12
Obyektif atau indicator ini menggambarkan perilaku, perbuatan, atau kecakapan
keterampilan yang dapat diamati atau diukur. Oleh karena itu tujuan pembelajaran
sistem teknologi cenderung memperkuat pentingnya gagasan konvensional dan bagian
tradisional dan bagian tradisional dari subyek akademik.

b. Metode

Pengajaran bersifat individual, tapi peserta didik menghadapi serentetan tugas


yang harus dikerjakannya, dan maju sesuai dengan kecepatan masing-masing. Pada
saat tertentu ada tugas-tugas yang harus dikerjakan secara kelompok. Setiap peserta
didik harus menguasai secara tuntas tujuan-tujuan program pengajaran. Pelaksanaan
pengajaran mengikuti langkah-langkah :

1) Penegasan tujuan
Para peserta didik diberi ejelasan tentang pentingnya mempelajari tujuan dan bahan
tertentu. Atau, paling tidak mereka diberi uraian secara jelas tentang hal yang harus
mereka pelajari.
2) Pelaksanaan pengajaran
Para peserta didik belajar secara individual malalui media buku ataupun media
elektronik. Dalam kegiatan belajarnya mereka dapat menguasai keterampilan-
keterampilan dasar ataupun perilaku-perilaku yang dinyatakan dalam tujuan program.
Mereka belajar dengan cara memberikan respon secara cepat terhadap persoalan-
persoalan yang diberikan.
3) Pengetahuan tentang hasil
Kemajuan peserta didik dapat segera diketahui oleh peserta didik sendiri, sebab dalam
model kurikulum ini umpan balik selalu diberikan. Para peserta didik dapat segera
mengetahui apa yang telah mereka kuasai dan apa yang masih harus dipelajari lebih
serius.

13
c. Organisasi bahan ajar

Bahan ajar atau isi kurikulum banyak diambil dari disiplin ilmu,tetapi telah
diramu sedemikian rupa sehingga mendukung penguasaan suatu kompetensi. Tujuan
akhir program dinyatakan secara tepat dan operasional dan tujuan ini merupakan dasar
untuk mengorganisasikan bahan pembelajaran. Bahan ajar atau kompetensi yang
luas/besar dirinci menjadi bagian-bagian atau subkompetensi yang lebih kecil, yang
menggambarkan objektif/indicator. Urutan dari obyektif-obyektif atau indikator-
indikator ini pada dasarnya menjadi inti organisasi bahan.

d. Evaluasi

Fungsi evaluasi bermacam-macam, sebagai umpan balik bagi peserta didik


dalam penyempurnaan penguasaan suatu susunan pelajaran (evaluasi formatif),umpan
balik bagi peserta didik pada akhir suatu program atau semester (evaluasi sumatif).
Evaluasi juga bisa menjadi umpan balik bagi pendidik dan pengembangan kurikulum
untuk penyempurnaan kurikulum. Evaluasi yang mereka gunakan umumnya berbentuk
tes obyektif. Sesuai dengan landasan pemikiran mereka,bahwa model pengajarannya
menekankan sifat ilmiah, bentuk ini tes dipandang yang paling cocok.

4. Pendekatan Rekonstsruksi Sosial

Pendekatan rekonstruksi social bersumber pada aliran interaksional.


Pandangannya adalah bahwa pendidikan bukanlah upaya sendirianm tetapi adalah
usaha bersama, kerja sama dan interaksi. Interaksi ini bukan hanya antara guru dengan
murid tetapi juga antara murid dengan murid, antara murid dengan orang-orang
disekitarnya dan dengan berbagai sumber belajar. Melalui interaki dan kerjasama ini
para murd berusaha memecahkan masalah-masalah dalam masyarakar, menuju tatanan
masyarakat yang lebih baik.

14
Dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan keahlian bertolak dari problem
yang dihadapi daam masyarakat, untuk selanjutnya untuk memerankan ilmu-ilmu dan
teknologi serta bekerja secara kooperatif dan kolaboratif akan dicarikan upaya
pemecahannya menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik. Kurikulum tersebut
disamping menekankan isi pembelajaran atau pendidikan juga sekaligus menekankan
proses pendidikan dan pengalaman belajar. Pendekatan tersebut berasumsi bahwa
manusia adalah makhluk social yang dalam kehidupannya selalu membutuhkan
manusia yang lain, selalu hidup bersama, berinteraksi dan bekerjasama.10

Ciri dari disain Rekonstruksi Sosial yaitu: 11

a. Tujuan

Tujuannya adalah menghadapkan peserta didik pada tantangan, ancaman,


hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan yang dihadapi manusia.

b. Metode

Para pengembang kurikulum berusaha mencari keselarasan antara tujuan-


tujuan nasional dengan tujuan peserta didik. Para pendidik berusaha membantu peserta
didik menemukan minat dan kebutuhannya. Sesuai dengan minat masing-masing
peserta didik, baik dalam kegiatan pleno maupun kelompok- kelompok berusaha
memcahkan masalah social yang dihadapinya.

c. Pola organisasi

Pola organisasi kurikulum disusun seperti sebuah roda. Ditengah-tengahnya


sebagai poros dipilih sesuatu masalah yang menjadi temautama dan dibahas sevara
pleno. Dari tema utama dijabarkan sejumlah topic yang dibahas dalam diskusi-diskusi
kelompok, latihan-latihan, kunjungan dan lainnya. Topic-topik dengan berbagai

10
Ibid.,hlm 125-126
11
Wiji Hidayati,Pengembangan Kurikulum,(Yogyakarta:Pedagogia,2012),hlm 68-70.

15
kegiatan ini merupakan jari-jari. Suatu kegiatan jari-jari dirangkum menjadi satu
kesatuan sebagai bingkai atau velg.

d. Evaluasi

Para peserta didik juga dilibatkan. Keterlibatan mereka terutama dalam


memilih, menyusun, dan menilai bahan yang akan diujikan. Soal-soal yang akan
diujikan dinilai lebih dulu baik ketepatan atau keluasan isinya, juga keampuhan
menilai pencapaian tujuan-tujuan pembangunan masyarakat yang sifatnya kualitatif.
Evaluasi tidak hanya menilai pengaruh kegiatan yang telah dikuasai peserta didik,
tetapi juga menilai pengaruh kegiatan sekolah terhadap masyarakat. Pengaruh tersebut
terutama menyangkut perkembnagna masyarakat dan peningkatan taraf kehidupan
masyarakat.

C. Landasan Pengembangan Kurikulum Pendidikan Bahasa Arab

Pengembangan berarti tindak lanjut dari pertumbuhan. Dalam Kamus Besar


Bahasa Indonesia kata pengembangan diberi makna “Proses, cara, perbuatan
mengembangkan. Sedangkan menurut, istilah pengembangan dapat bermakna
kuantitatif dan kualitatif, yang bisa dalam bentuk: 1) Memperkaya nuansa pemikiran
dan terori yang ada; atau 2) Merevisi dan menyempurnakan pemikiran dan teori yang
sudah ada; atau 3) Mengganti pemikiran dan teori lama dengan pemikiran dan teori
baru; atau 4). Menciptakan pemikiran dan teori yang belum ada sebelumnya.12

Kurikulum pembelajaran bahasa Arab menjadi sangat urgent untuk dikembangkan


agar proses pembelajaran (bahasa Arab) menjadi lebih bermutu, mengikuti
perkembangan keilmuan (relevansi intelektual) dan kebutuhan masyarakat, serta output
yang dihasilkan sesuai dengan tuntutan pasar (relevansi sosial). Sehingga dengan
pengembangan kurikulum, tujuan pembelajaran, isi (content), metode, media,

12
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 1.

16
interaksi, dan evaluasi pembelajaran pembelajaran bahasa menjadi jelas, terarah, dan
terukur.13 Pengembangan kurikulum Bahasa Arab sama dengan pengembangan
kurikulum lainnya. Oleh karena itu, mau tidak mau harus bersentuhan dengan asas-asas
pengembangan kurikulum secara umum, yaitu: landasan linguistik, landasan edukatif,
landasan psikologis, dan landasan sosial.14

Landasan linguistik berkaitan dengan perlunya dipertimbangkan konsep,


perspektif, filsafat, dan karakteristik bahasa Arab, yaitu yang berkaitan dengan a)
symbol, b) bunyi, c) sistem, d) kebiasaan, e) komunikasi, f) konteks, dan g) budaya.15

Sedangkan landasan edukatif terkait erat dengan sistem dan strategi


pembelajaran, dimana pengembangan kurikulum harus mempertimbangkan
penyusunan silabi, materi ajar, perencanaan dan strategi pembelajaran yang membuat
tujuan pembelajaran itu dapat tercapai dengan efektif.16

Selain itu, landasan psikologis dalam pengembangan kurikulum dimaksudkan


bahwa pembelajaran harus mampu memenuhi kebutuhan psikologis serta memberikan
kepuasan batin peserta didik dalam belajar. Beberapa konsep pembelajaran bahsa Arab
terkait dengan landasan psikologis tersebut, yaitu konsep joyful learning, active
learning, collaborative learning, lesson study, CTL, constructivism learning, dan
sebagainya.

Selanjutnya, landasan sosial budaya dalam pengembangan kurikulum, terutama


dalam bahasa Arab, yaitu pengembangan kurikulum atau pembelajaran yang
mempertimbangkan perubahan sosial budaya, sosial ekonomi, sosial politik, adat-
istiadat , dan isu-isu aktual yang melingkupi sistem pembelajaran bahasa Arab.

13
‘Ali Ismail Muhammad, al-Manhaj fi al-Lughah al-‘Arabiyyah, (Kairo: Maktabah Wahbah, 1997), h.
78-80.
14
Rusydi Ahmad Thu’aimah, Manahij Tadris al-Lughah al-‘Arabiyyah bi al-Ta’lim alAsasi, (Kairo: Dar al-
Fikr al-‘Arabi, 2001), h.27
15
Ibid hlm 20
16
Ibid hlm 27

17
Landasan ini dimaksudkan bahwa pembelajaran bahasa sebagai alat komunikasi dapat
dioptimalisasikan fungsi-fungsinya17

Dengan memperhatikan landasan-landasan pengembangan kurikulum tersebut,


kualitas pembelajaran bahasa Arab menjadi lebih bermutu, menyenangkan, dan
optimal serta bahasa dapat menjadi sebuah habit.

17
Rusydi Ahmad Thu’aimah, Ta’lim al-Arabiyyah li Ghair al-Nâthiqîna binâ Manahijuhu wa Asalibuhu,
(Rabath: Isesco, 1989), h. 119.

18
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang seseorang
terhadap suatu proses tertentu. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Dengan demikian
pendekatan pengembangan kurikulum menunjuk pada titik tolak atau sudut pandang
secara umum tentang proses pengembangan kurikulum.

Mempelajari dan menggambarkan semua sumber pengetahuan dan pertimbangan


tentang tujuan-tujuan pengajaran, baik yang berkenan dengan mata pelajaran (subject
course) maupun kurikulum secara menyeluruh

Jenis-jenis pendekatan ada 4 yaitu:


a. Pendekatan Subjek Akademis
b. Pendekatan Humanistis
c. Pendekatan Teknologis
d. Pendekatan Rekonstruksi Sosial
Pendekatan digunakan sebagai pandangan dalam proses melakukan
pengembangan kurikulum. Setiap lembaga pendidikan mempunyai pendekatan yang
berbeda sesuai dengan tujuan pendidikan yang diinginkannya. Walaupun pendekatan
yang dilakukan dari pemerintah satu dengan pemerintah lainnya berbeda artinya tiap
berganti jabatan berganti pula pendekatan yang diterapkan tetapi pada dasarnya tujuan
pendidikan Indonesia tetaplah sama yaitu mencerdaskan anak-anak bangsa.

Kurikulum pembelajaran bahasa Arab menjadi sangat urgent untuk dikembangkan


agar proses pembelajaran (bahasa Arab) menjadi lebih bermutu, mengikuti
perkembangan keilmuan (relevansi intelektual) dan kebutuhan masyarakat, serta output
yang dihasilkan sesuai dengan tuntutan pasar (relevansi sosial). Sehingga dengan
pengembangan kurikulum, tujuan pembelajaran, isi (content), metode, media,

19
interaksi, dan evaluasi pembelajaran pembelajaran bahasa menjadi jelas, terarah, dan
terukur. Pengembangan kurikulum Bahasa Arab sama dengan pengembangan
kurikulum lainnya. Oleh karena itu, mau tidak mau harus bersentuhan dengan asas-asas
pengembangan kurikulum secara umum, yaitu: landasan linguistik, landasan edukatif,
landasan psikologis, dan landasan sosial.

20
DAFTAR PUSTAKA
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah,
dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: Rajagrafindo Persada. 2005)

Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, Kajian Filosofik dan Kerangka
Dasar Operasionalnya, (Bandung: Trigenda Karya. 1993)

Sukiman,Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik pada Perguruan


Tinggi,(Yogyakata: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga,2013)

Muhammad Zaini,Pengembangan Kurikulum:Konsep Implementasi Evaluasi dan


Inovasi,(Yogyakarta:Teras,2009)

Wiji Hidayati,Pengembangan Kurikulum,(Yogyakarta:Pedagogia,2012

‘Ali Ismail Muhammad, al-Manhaj fi al-Lughah al-‘Arabiyyah, (Kairo: Maktabah


Wahbah, 1997)

Rusydi Ahmad Thu’aimah, Manahij Tadris al-Lughah al-‘Arabiyyah bi al-Ta’lim


alAsasi, (Kairo: Dar al-Fikr al-‘Arabi, 2001)

Rusydi Ahmad Thu’aimah, Ta’lim al-Arabiyyah li Ghair al-Nâthiqîna binâ


Manahijuhu wa Asalibuhu, (Rabath: Isesco, 1989)

21

Anda mungkin juga menyukai