DISUSUN
OLEH :
KELOMPOK 9
NURFITRAH ZARTINAWATI
NIM : 162020001
Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia Nya kepada penulis. Serta shalawat dan salam penulis sampaikan kepada
junjungan alam Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari
alam jahiliyah ke alam Islamiyah dan dari alam kebodohan ke alam yang penuh dengan
ilmu pengetahuan. Dengan petunjuk dan rahmat-Nya penulis telah dapat
menyelesaikan suatu makalah yang berjudul “Pendekatan dan Pengembangan
Kurikulum Bahasa Arab”.
Penulis menyadari dalam penyelesaian makalah ini banyak kesalahan dan
kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan
demi kesempurnaan di masa yang akan datang.
Akhirnya penulis berdo’a semoga semua ini dapat bermanfaat dan mendapat
balasan yang setimpal dari Allah SWT untuk kita semua. Aamiin.
NURFITRAH ZARTINAWATI
NIM. 162020001
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa Arab memiliki posisi yang sangat penting bagi umat Islam, tidak hanya
sebagai bahasa agama (al-qur’an) tetapi juga sebagai ilmu yang perlu dikembangkan
melalui pengembangan kurikulumnya. Perkembangan kurikulum pendidikan bahasa
Arab diyakini sebagai cara strategis dalam pengembangan dan peningkatan kualitas
pendidikan yang idealnya berorientasi untuk memenuhi tuntutan pembangunan dan
juga untuk merespon tantangan globalisasi dengan tetap mempertimbangkan
proporsionalitas keduanya. Dalam kuantitas dan kualitas dimensi pembelajaran sesuai
dengan standar yang dirumuskan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pendekatan dan pengembangan kurikulum Bahasa arab?
2. Apa sajakah jenis-jenis pendekatan?
3. Apa landasan pengembangan kurikulum Pendidikan Bahasa arab?
3
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pendekatan dan pengembangan kurikulum
Bahasa arab
2. Untuk mengetahui jenis-jenis pendekatan
3. Untuk mengetahui landasan pengembangan kurikulum Pendidikan Bahasa
arab.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam bahasa Arab istilah “ kurikulum” diartikan dengan manhaj, yakni jalan
yang terang, atau jalan terang yang dilalui oleh manusia pada bidang kehidupannya.2
Dari berbagai definisi yang menjelaskan tentang kurikulum yang tersebut,
menekankan bahwa kurikulum merupakan sejumlah materi pelajaran atau isi pelajaran,
sejumlah pengalaman belajar, dan sejumlah program perencanaan pendidikan yang
harus dicapai oleh peserta didik dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan tertentu.
Nampaknya konsep dasar kurikulum tidak terbatas pada program pendidikan tersebut,
namun juga dapat diartikan menurut fungsinya sebagaimana terdapat dalam pengertian
“sebagai bahan pembanding, sebagai program studi, sebagai konten, sebagai kegiatan
berencana, sebagai hasil belajar, sebagai reproduksi cultural, sebagai pengalaman
1
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan
Perguruan Tinggi, (Jakarta: Rajagrafindo Persada. 2005), hlm. 38
2
Ibid , hlm. 1.
5
belajar dan sebagai produksi yangpengertiannya adalah seperangkat tugas yang harus
dilakukan untuk mencapai hasil yang ditetapkan terlebih dahulu3.
B. Jenis-Jenis Pendekatan
Yang dimaksudkan pendekatan adalah cara kerja dengan menerapkan strategi dan
metode yang tepat dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan yang sistematis
agar memperoleh kurikulum yang lebih baik. Setidak-tidaknya ada 4 pendekatan dalam
pengembangan kurikulum di antaranya, yaitu: pendekatan subyek akademik,
pendekatan humanistik, pendekatan teknologi, dan pendekatan rekonstruksi social.
3
Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, Kajian Filosofik dan Kerangka Dasar
Operasionalnya, (Bandung: Trigenda Karya. 1993), hlm. 185.
6
pendidikan teknologi menggunakan pendekatan teknologis, dan aliran interaksionis
menggunakan pendekatan rekonstruksi social.
Pendekatan subyek akademis adalah bentuk atau model tertua diantara model
lainnya, dan biasanya suatu lembaga pendidikan atau sekolah sampai sekarang tidak
bisa lepas dari pendekatan ini. Pendekatan subyek akademis adalah pendekatan yang
sangat praktis, mudah digabungkan dengan pendekatan lain bila diperlukan.
Pendekatan subyek akademis bersumber pada aliran pendidikan klasik yang
berorientasi pada masa lalu. Pengembangan kurikulum subjek akademis dilakukan
dengan cara menetapkan lebih dahulu mata pelajaran/mata kuliah apa yang harus
dipelajari peserta didik yang diperlukan untuk persiapan pengembangan disiplin
ilmu4 Fungsi pendidikan adalah mempelihara dan mewariskan hasil-hasil budaya dan
ilmu pengetahuan masa lalu itu (transfer of knowledge).
4
Sukiman,Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik pada Perguruan Tinggi,(Yogyakata: Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga,2013),hlm 60.
5
Muhammad Zaini,Pengembangan Kurikulum:Konsep Implementasi Evaluasi dan
Inovasi,(Yogyakarta:Teras,2009),hlm 120-121
7
Kurikulum subjek akademis mempunyai beberapa ciri berkenaan dengan maksud atau
tujuan, metode, organisasi isi, dan evaluasi.6
a. Tujuan
Tujuan kurikulum subyek akademis adalah pemberian pegetahuan yang solid serta
melatih para peserta didik menggunakan ide-ide dan proses penelitian. Peserta didik
harus belajar menggunakan pemikiran dan dapat mengontrol dorongan-dorongannya.
Lembaga pendidikan harus memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk
merealisasikan kemampuan mereka menguasai warisan budaya dan jika mungkin
memperkayanya.
b. Metode
Metode yang paling banyak digunakan dalam kurikulu sunjek akademis adalah metode
ekspositori dan penyelidikan (inkuiri). Ide-ide diberikan kepada guru lalu dielaborasi
(dilaksanakan) peserta didik sampai mereka kuasai. Konsep utama disusun secara
sisematis, dengan ilustrasi yang jelas untuk elanjutnya dikaji. Dalam materi disiplin
ilmu yang diperoleh, dicari berbagai masalah penting, kemudian dirumuskan dan dicari
cara penyelesaiannya.
c. Organisasi isi
1) Correlated Curriculum
Pola organisasi materi atau konsep yang dipelajari dalam suatu pelajaran dikolerasikan
dengan pelajaran lainnya.
2) Unified atau Concentrated Curriculum
Pola organisasi bahan pelajaran tersusun dalam tema-tema pelajaran tertentu, yang
mencakup materi berbagai pelajaran disiplin ilmu.
3) Integrated Curriculum
6
Sukiman,Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik pada Perguruan Tinggi,(Yogyakata: Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga,2013),hlm 61-63.
8
Kalau di Unified masih tampak disiplin ilmunya tetapi di Integrated tidak kelihatan
lagi disiplin ilmunya. Bahan ajar diintegrasikan dengan persoalan, kegiatan atau segi
kehidupan tertentu.
4) Problem Solving Curriculum
Pola yang berisi topic pemecahan masalah social yang dihadapi dalam kehidupan
dengan menggunakan pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh dari berbagai ata
pelajaran atau disiplin ilmu.
d. Evaluasi
Tentang kegiatan evaluasi, kurikulum subyekakademis menggunakan bentuk evaluasi
yang bervariasi desesuaikan dengan tujuan dan sifat bahan pelajaran. Sebagai sebuah
pendekatan pengembangan kurikulum, subyek akademis tidak lepas dari kritikan-
kritikan yang hal ini sekaligus menunjukkan kekurangannya.
2. Pendekatan Humanistis
Pendekatan humanistis lebih memberikan tempat utama kepada siswa. Hal ini bertolah
pada asumsi bahwa anak didik adalah individu yang pertama dan utama dalam
pendidikan. Mereka adalah subyek dan pusat kegiatan pendidikan. Anak didik itu
memiliki potensi, kemampuan, dan kekuatan untuk berkembang. Pendidikan Humanis
juga berpegang pada teori Gestalt yang memandang bahwa anak adalah merupakan
satu kesatuan yang menyeluruh. Pendidikan diarahkan untuk membentuk manusia
yang utuh bukan saja segi fisik, intelektual tetapi juga segi social dan
afektif(sikap,emosi, perasaan, dan nilai).
7
Ibid hlm 66-67
9
Kurikulum berfungsi menyediakan pengalaman(pengetahuan) berharga
membantu memperlancar perkembangan pribadi peserta didik. Bagi mereka tujuan
pendidikan adalah proses perkembangan pribadi yang dinamis yang diarahkan pada
pertumbuhan, integritas, dan otonomi kepribadian, sikap yang sehat terhadap diri
sendiri,orang lain, dan belajar. Semua itu merupakan bagian dari cita-cita
perkembangan manusia yang teraktualisasikan diri adalah orang yang telah mencapai
keseimbangan(harmoni) perkembangan seluruh aspek pribadinya baik aspek kognitif,
estetik, maupun moral. Seseorang dapat bekerja dengan baik bila memiliki karakter
yang baik pula.
b. Metode
c. Organisasi isi
d. Evaluasi
10
Kurikulum humanistis berbeda dengan kurikulum konvensional (subyek
akademis). Model ini lebih mengutamakan proses daripada hasil. Kalau kurikulum
konvensional terutama subyek akademis penilaian ditentukan secara obyektif dan
mempunyai kriteria pencapaian, maka dalam kurikulum humanistis tidak ada kriteria.
Ahli humanis lebih tertarik dalam pertumbuhan tanpa memperlihatkan tentang
bagaimana pertumbuhan itu diukur atau ditemukan. Sasaran mereka adalah
perkembangan anak supaya menjadi manusia yang lebih terbuka, lebih berdiri sendiri.
Kegiatan yang mereka lakukan hendaknya bermanfaat bagi peserta didik. Kegiatan
belajat yang baik adalah yang memberikan pengalaman yang akan membantu para
peserta didik memperluas kesadaran akan dirinya dan orang lain dan dapat
mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya. Ketika diminta untuk
mempertimbangkan efektivitas kurikulum mereka, ahli humanis biasanya percaya
kepada penilaian subyektif oleh guru dan peserta didik.
3. Pendekatan Teknologis
Penerapan teknologi dalam bidang kurikulum terwujud dalam dua bentuk yaitu
bentuk perangkat lunak(software) dan perangkat keras(hardware). Aplikasi teknologi
perangkat lunak disebut juga teknologi system, sedangkan aplikasi perangkat keras
disebut teknologi alat. Teknologi alat lebih menekankan pada pengunaan alat-alat
teknologis yang menunjang efisiensi dan efektivitas program pendidikan. Kurikulumya
berisi rencana-rencana penggunaan berbagai alat dan media serta model-model
11
pembelajaran yang banyak melihat alat. Tanpa bantuan media maka proses
pembelajaran tidak dapat berlangsung, karena perencanaan pembelajaran telah
tersusun terpadu antara kegiatan-kegiatan pendidikan dengan media tersebut. Misalnya
pembelajaran dengan media video, VCD, modul, computer, internet,dan lain-lain.
Adapun teknologi sistem menekankan pada penyusunan program pembelajaran atau
perencanaan pembelajaran yang menggunakan pendekatan sistem, baik dibantu oleh
alat dan media maupun tidak. Dalam teknologi sistem ini pembelajaran tetap dapat
berlangsug tanpabentuan media, karena media itu digunakan jika diperlukan.
a. Tujuan
Tujuan pada kurikulum ini diarahkan pada pengarahan kompetensi yang dirumuskan
dalam bentuk perilaku. Tujuan yang ersifat umum yaitu kompetensi dirinci menjadi
tujuan-tujuan khusus, yang disebut obyektif atau tujuan instruksional atau indicator.
8
Muhammad Zaini,Pengembangan Kurikulum:Konsep Implementasi Evaluasi dan Inovasi,
(Yogyakarta:Teras,2009),hlm 123-125
9
Sukiman,Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik pada Perguruan Tinggi,(Yogyakata: Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga,2013),hlm 72-73
12
Obyektif atau indicator ini menggambarkan perilaku, perbuatan, atau kecakapan
keterampilan yang dapat diamati atau diukur. Oleh karena itu tujuan pembelajaran
sistem teknologi cenderung memperkuat pentingnya gagasan konvensional dan bagian
tradisional dan bagian tradisional dari subyek akademik.
b. Metode
1) Penegasan tujuan
Para peserta didik diberi ejelasan tentang pentingnya mempelajari tujuan dan bahan
tertentu. Atau, paling tidak mereka diberi uraian secara jelas tentang hal yang harus
mereka pelajari.
2) Pelaksanaan pengajaran
Para peserta didik belajar secara individual malalui media buku ataupun media
elektronik. Dalam kegiatan belajarnya mereka dapat menguasai keterampilan-
keterampilan dasar ataupun perilaku-perilaku yang dinyatakan dalam tujuan program.
Mereka belajar dengan cara memberikan respon secara cepat terhadap persoalan-
persoalan yang diberikan.
3) Pengetahuan tentang hasil
Kemajuan peserta didik dapat segera diketahui oleh peserta didik sendiri, sebab dalam
model kurikulum ini umpan balik selalu diberikan. Para peserta didik dapat segera
mengetahui apa yang telah mereka kuasai dan apa yang masih harus dipelajari lebih
serius.
13
c. Organisasi bahan ajar
Bahan ajar atau isi kurikulum banyak diambil dari disiplin ilmu,tetapi telah
diramu sedemikian rupa sehingga mendukung penguasaan suatu kompetensi. Tujuan
akhir program dinyatakan secara tepat dan operasional dan tujuan ini merupakan dasar
untuk mengorganisasikan bahan pembelajaran. Bahan ajar atau kompetensi yang
luas/besar dirinci menjadi bagian-bagian atau subkompetensi yang lebih kecil, yang
menggambarkan objektif/indicator. Urutan dari obyektif-obyektif atau indikator-
indikator ini pada dasarnya menjadi inti organisasi bahan.
d. Evaluasi
14
Dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan keahlian bertolak dari problem
yang dihadapi daam masyarakat, untuk selanjutnya untuk memerankan ilmu-ilmu dan
teknologi serta bekerja secara kooperatif dan kolaboratif akan dicarikan upaya
pemecahannya menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik. Kurikulum tersebut
disamping menekankan isi pembelajaran atau pendidikan juga sekaligus menekankan
proses pendidikan dan pengalaman belajar. Pendekatan tersebut berasumsi bahwa
manusia adalah makhluk social yang dalam kehidupannya selalu membutuhkan
manusia yang lain, selalu hidup bersama, berinteraksi dan bekerjasama.10
a. Tujuan
b. Metode
c. Pola organisasi
10
Ibid.,hlm 125-126
11
Wiji Hidayati,Pengembangan Kurikulum,(Yogyakarta:Pedagogia,2012),hlm 68-70.
15
kegiatan ini merupakan jari-jari. Suatu kegiatan jari-jari dirangkum menjadi satu
kesatuan sebagai bingkai atau velg.
d. Evaluasi
12
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 1.
16
interaksi, dan evaluasi pembelajaran pembelajaran bahasa menjadi jelas, terarah, dan
terukur.13 Pengembangan kurikulum Bahasa Arab sama dengan pengembangan
kurikulum lainnya. Oleh karena itu, mau tidak mau harus bersentuhan dengan asas-asas
pengembangan kurikulum secara umum, yaitu: landasan linguistik, landasan edukatif,
landasan psikologis, dan landasan sosial.14
13
‘Ali Ismail Muhammad, al-Manhaj fi al-Lughah al-‘Arabiyyah, (Kairo: Maktabah Wahbah, 1997), h.
78-80.
14
Rusydi Ahmad Thu’aimah, Manahij Tadris al-Lughah al-‘Arabiyyah bi al-Ta’lim alAsasi, (Kairo: Dar al-
Fikr al-‘Arabi, 2001), h.27
15
Ibid hlm 20
16
Ibid hlm 27
17
Landasan ini dimaksudkan bahwa pembelajaran bahasa sebagai alat komunikasi dapat
dioptimalisasikan fungsi-fungsinya17
17
Rusydi Ahmad Thu’aimah, Ta’lim al-Arabiyyah li Ghair al-Nâthiqîna binâ Manahijuhu wa Asalibuhu,
(Rabath: Isesco, 1989), h. 119.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang seseorang
terhadap suatu proses tertentu. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Dengan demikian
pendekatan pengembangan kurikulum menunjuk pada titik tolak atau sudut pandang
secara umum tentang proses pengembangan kurikulum.
19
interaksi, dan evaluasi pembelajaran pembelajaran bahasa menjadi jelas, terarah, dan
terukur. Pengembangan kurikulum Bahasa Arab sama dengan pengembangan
kurikulum lainnya. Oleh karena itu, mau tidak mau harus bersentuhan dengan asas-asas
pengembangan kurikulum secara umum, yaitu: landasan linguistik, landasan edukatif,
landasan psikologis, dan landasan sosial.
20
DAFTAR PUSTAKA
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah,
dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: Rajagrafindo Persada. 2005)
Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, Kajian Filosofik dan Kerangka
Dasar Operasionalnya, (Bandung: Trigenda Karya. 1993)
21