Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Pendekatan Dalam Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Telaah dan Pengembangan Kurikulum
Bahasa Arab
Dosen Pengampu: Mustamin, S.Ag, M.Pd

Disusun oleh kelompok 8:

Dhea Cahyantari 2011203059

Fathurrahman Mustakim 2011203088

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


JURUSAN BAHASA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN AJI MUHAMMAD IDRIS SAMARINDA
2023 M / 1444 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, sebab karena rahmat dan nikmat-
Nyalah kami dapat menyelesaikan tugas makalah Telaah dan Pengembangan Kurikulum Bahasa
Arab ini yang diberikan oleh Mustamin, S.Ag, M.Pd selaku dosen pengampu.
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas dari dosen yang
bersangkutan agar memenuhi silabus yang telah ditetapkan, dan agar isi makalah ini bisa
membantu para pembaca dalam memahami materi Telaan dan Pengembangan Kurikulum Bahasa
Arab, maka makalah ini berjudul “Pendekatan Dalam Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab”
Adapun sumber-sumber dalam pembuatan makalah ini, didapatkan dari beberapa buku
dan melalui jurnal dan artikel yang berkaitan dengan materi kami. Kami sebagai penyusun
makalah ini, sangat berterima kasih kepada penyedia sumber walaupun tidak dapat secara
langsung untuk mengucapkannya.
Akhir kata, kami berharap semoga dari makalah yang telah kami susun ini dapat di ambil
manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembacanya.

Samarinda, 30 April 2023

Kelompok 8
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB I..............................................................................................................................................iv
PENDAHULUAN..........................................................................................................................iv
A. Latar belakang.....................................................................................................................iv
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................v
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................................v
BAB II............................................................................................................................................vi
PEMBAHASAN.............................................................................................................................vi
A. Pengertian Teknik qira’ah ..................................................................................................vi
B. PENGERTIAN TEKNIK KITABAH................................................................................vii
C. PENERAPAN TEKNIK QIRA’AH DAN KITABAH...................................................viii
BAB III...........................................................................................................................................ix
PENUTUP......................................................................................................................................ix
A. KESIMPULAN...................................................................................................................ix
B. SARAN................................................................................................................................ix

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Salah satu prioritas pembangunan nasional di bidang pendidikan dalam rangka
pengembangan kualitas sumber daya manusia adalah peningkatan mutu setiap jenis dan
jenjang pendidikan. Oleh karena itu, pemerintah selalu berupaya memberikan atensi yang
signifikan terhadap kualitas sumber-sumber pendidikan dalam rangka menunjang
pendidikan, salah satunya adalah kurikulum pembelajaran.1
Kurikulum merupakan desain atau blue print bagi pendidikan khususnya dalam
proses kegiatan pengajaran. Kurikulum adalah a plan for learning atau pengalaman yang
direncanakan dalam kegiatan belajar mengajar bagi peserta didik. Oleh karena itu, tidak
berlebihan bila dikatakan bahwa kualitas kurikulum bisa dijadikan tolak ukur kualitas
hasil belajar peserta didik.2
Kurikulum merupakan salah satu bentuk perubahan dalam rangka memperbaiki
proses pendidikan agar tercipta efektifitas yang menjadi suatu kombinasi input dan output
sekolah. Perkembangan kurikulum merupakan suatu hal yang penting karena kurikulum
bagian dari program pendidikan. Tujuan utamanya adalah meningkatkan kualitas
pendidikan yang ditetapkan, kurikulum harus disusun secara strategis dan dirumuskan
menjadi program-program tertentu. Karena harus selalu relevan dengan perubahan
masyarakat, penyusunan kurikulum harus mempertimbangkan berbagai macam aspek
seperti perkembangan anak, perkembangan lmu pengetahuan, perkembangan kebutuhan
masyarakat dan lapangan kerja dan sebagainya.3
Dalam konteks bahasa Arab di Indonesia tidak hanya sebagai bahasa agama tetapi
juga harus dilihat sebagai bagian dari bahasa dunia, serta dalam ilmu pengetahuan
diajarkan dalam usaha memahami atau menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an, hadits, dan teks-
teks Arab. Oleh karena itu mesti dilakukan pendekatan-pendekatan terhadap

1
Mohammad Asrori, Pengembagan Kurikulum Bahasa Arab Di Pesantren (Malang: UINMaliki Press, 2013)

2
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum “Teori dan Praktik” (Jogjakarta: Arruzz Media, 2013), 206.

3
Sholihatul Atik, Pendekatan dan Model-Model Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab Pada Madrasah/Sekolah
Di Indonesia (IHTIMAM Jurnal Pendidikan Bahasa Arab Vol 1 No. 2, 2018)
pengembangan kurikulum khususnya dalam hal ini Bahasa Arab yang bertujuan untuk
memudahkan dalam penerapannya.4
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu model pengembangan kurikulum?
2. Apa saja model-model pengembangan kurikulum?
C. Tujuan Penulisan
1. Agar pembaca mengetahui apa itu model pengembangan kurikulum.
2. Agar pembaca mengetahui model-model pengembangan kurikulum.

BAB II
PEMBAHASAN

4
Mohammad Asrori, Pengembagan Kurikulum Bahasa Arab Di Pesantren (Malang: UINMaliki Press, 2013)

4
A. Pengertian Pendekatan dalam Pengembangan kurikulum .
Pendekatan kurikulum merupakan titik tolak/sudut pandang. Bisa kita pahami atau
secara umumnya ini adalah suatu proses pengembangan kurikulum, dengan adanya
proses pengembangan kurikulum ini kita bisa melakukan dengan meilih pendekatan
kurikulum yang ditempuh baik dengan sistem komando atau insiatif dari kebutuhan
lapangan tersebut.5
Dalam makalah ini dapat dibatasi dua pendekatan yang diterapkan
dalam pengembangan kurikulum. Pertama, pendekatan Top Down atau
pendekatan administratif yaitu pendekatan komando dari atas kebawah.
Kedua, pendekatan Grass roots atau pengembangan kurikulum yang diawali
inisiatif dari bawah lalu disebarkan ke skala yang lebih luas.
a. Pendekatan Top Down
Pendekatan ini dikembangkan oleh Robert S.zais (1978) . Dikatakan
pendekatan Top Down, disebabkan pengembangan kurikulum muncul atas inisiatif
para pejabat pendidikan atau para administrator atau dari pemegang kebijakan
pendidikan seperti dirjen atau kepala kantor wilayah. Selanjutnya dengan
menggunakan semacam garis komando, pengembangan kurikulum menetes ke bawah.
Pendekatan ini juga disebut dengan line staff model. Biasanya pendekatan ini banyak
dipakai dinegara-negara yang memiliki sistem pendidikan sentralisasi.6
Sentralisasi adalah memusatkan seluruh wewenang kepada sejumlah kecil
manajer atau yang berada diposisi puncak pada suatu struktur organisasi. Di negara
Indonesia sendiri sentralisasi digunakan pada pemerintahan Orde lama dan Orde baru
sebelum adanya otonomi daerah. Misalnya penerapan kurikulum Rencana Pelajaran
1947, Kurikulum Pelajaran Terurai, Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, Kurikulum
1984 CBSA dan Kurikulum 1994.
Secara praktis pengembangan kurikulum dengan pendekatan Top
down dilakukan sebagai berikut4: Pertama, dimulai dengan pembentukan tim pengarah
oleh pejabat pendidikan. Kedua, menyusun tim atau kelompok kerja untuk
menjabarkan kebijakan atau rumusan-rumusan yang telah disusun oleh tim pengarah.
Ketiga, apabila kurikulum sudah selesai disusun oleh tim atau kelompok kerja,
55
Wina Sanjaya. Kurikulum dan Pembelajaran. (Jakarta: Kencana Predana Media Group, 2009) . Hlm 77
66
Wina Sanjaya. Kurikulum dan Pembelajaran. (Jakarta: Kencana Predana Media Group, 2009) . Hlm 78
selanjutnya hasilnya diserahkan kepada tim perumus untuk dikaji dan diberi catatan-
catatan untuk direvisi. Keempat, para administrator selanjutnya akan memerintahkan
kepada setiap sekolah untuk mengimplementasikan kurikulum yang telah tersusun
tersebut.
Dari langkah-langkah diatas, tampak jelas bahwa inisiatif
penyempurnaan atau perubahan kurikulum dimulai dari pemegang kebijakan
kurikulum atau para pejabat yang berhubungan dengan pendidikan. sedangkan tugas
guru hanya sebagai pelaksana kurikulum yang telah ditentukan oleh para pemegang
kebijakan. Oleh karena itu proses pengembangan kurikulum dengan pendekatan Top
down disebut juga dengan pendekatan sistem komando.
b. Pendekatan Grass Roots
Pendekatan Grass Roots dikembangkan oleh Smith, Stanley & Shores pada
tahun 1957. Model pengembangan kurikulum ini merupakan kebalikan dari
pendekatan Top Down, dilihat dari sumber inisiatif dan upaya pengembangan
kurikulum.7 Model ini mendasarkan diri pada anggapan bahwa penerapan suatu
kurikulum akan lebih efektif jika para pelaksananya sudah diikutsertakan sejak mula
pada kegiatan pengembangan kurikulum itu. Biasanya pendekatan ini banyak dipakai
di negara-negara yang memiliki sistem pendidikan Desentralisasi.
Di Indonesia sendiri pengembangan kurikulum dengan pendekatan Grass Roots
dimulai sejak dikeluarkannya UU Daerah nomor. 22 tahun 1999 tentang Otonomi
Daerah. Dimana hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai
dengan peraturan perundang--undangan. Misalnya perkembangan kurikulum tersebut
adalah Pendekatan pengembangan KTSP mengkombinasikan pendekatan sentralisasi
(Top Down) dan desentralisasi (grass roots). Hal ini tercermin dari peranan pemerintah
yang hanya mencantumkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Kompetensi
Mata Pelajaran (SKMP) dan Kompetensi Dasar (KD), dan merupakan kewajiban
satuan pendidikan untuk merumuskan indicator dan meteri pokok serta pengembangan
silabus sesuai dengan kebutuhan satuan pendidikan dan lingkungan sekitarnya.

77
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999) hlm. 78
6
Dinegara-negara yang menerapkan sistem pendidikan desentralisasi
pengembangan dengan pendekatan Grass roots ini sangat mungkin terjadi. Sebab
kebijakan pendidikan tidak lagi diatur oleh pusat secara sentralistik, akan tetapi
penyelenggaraan pendidikan ditentukan oleh daerah bahkan oleh sekolah. Oleh karena
itu, untuk memperoleh kualitas lulusan sekolah bias terjadi persaingan antar sekolah
atau antar daerah.

B. Karakteristik Pengembangan Kurikulum


1. Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap sosial, rasa ingin tahu,
kreativitas, dan kerjasama.
2. Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar
terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke
masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar.
3. Mengembangkan sikap pengetahuan dan keterampilan, serta menerapkannya dalam
berbagai situasi di sekolah dan masyarakat.
4. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap,
pengetahuan dan keterampilan.
5. Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasian (organizing elements)
kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran
dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti.
6. Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling
memperkuat (reinforced), dan memperkaya (enriched), antar mata pelajaran dan
jenjang vertical (organisasi horizontal dan vertical).8

C. Beberapa Pendekatan Pengembangan Kurikulum


1. Kegiatan Pembelajaran berpusat pada peserta didik. Pembelajaran berlangsung pada
kedua bela pihak guru dan siswa. Karena kalau siswa saja, maka proses pembelajaran
tidak berjalan. sedang berfokus pada guru saja akan menghasilkan kelas yang pasif.
Maka harus seimbang antara keduanya.

88
Lampiran Surat Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor: 117 tahun 2014 tentang Implementasi
Kurikulum 2013 di Madrasah, h. 3-4
2. Kegiatan Pembelajaran bersifat interaktif. Untuk komunikasi guru tidak menggunakan
metode langsung, sehingga 70% Bahasa Indonesia dan 30% Bahasa Arab terutama
pada kelas tinggi sedang kelas bawah baru sebatas praktik meniru. Meskipun perintah
dan arahan sudah menggunakan Bahasa Arab tapi tidak berarti interaksi siswa-guru
dengan berbahasa Arab.
3. Kegiatan Pembelajaran menggunakan lingkungan jejaring/internet. Terkadang
pembelajaran melalui praktik di luar kelas, tapi lebih banyak di kelas. Karena praktik
di luar memakan waktu. Laboratorium bahasa juga tidak digunakan karena terkendala
dengan program yang harus dibuat sendiri danefisiensi waktu. Dengan power point
yang terkoneksi dengan internet dan proyektor juga bisa berfungsi. sebagaimana
fungsi laboratorium.
4. Kegiatan Pembelajaran bersifat aktif menyelidiki, Pembelajaran Bahasa Arab tidak
terbatas pada materi yang terdapat pada buku, para siswa diberi keleluasaan dalam
menanyakan materi lain.9
5. Kegiatan Pembelajaran menggunakan konteks dunia nyata. Pembelajaran dengan
berdialog belum terwujud, karena keadaan yang tidak mendukung.
6. Berbeda dengan pesantren yang pelajaran fiqhnya menggunakan Bahasa Arab.
Sehingga interaksi antar siswa dengan berbahasa Arab belum terwujud.1010
7. Kegiatan Pembelajaran menggunakan stimulasi ke segala penjuru. Pembelajaran
bahasa Arab pun berpengaruh pada pelajaran Qur’an Hadis seperti kosakata yang
sudah dipelajari untuk mempermudah siswa dalam belajar Qur’an Hadist.
8. Kompetensi komunikatif bersifat dinamis, bergantung pada negosiasi
makna antara dua penutur atau lebih yang sama-sama mengetahui kaidah pemakaian
bahasa. Dalam pengertian ini kemampuan komunikasi dapat dikatakan bersifat
interpersonal.
9. Kompetensi komunikatif meliputi pemakaian bahasa, baik secara tertulis maupun
lisan, juga sistem simbolik yang lain.
10. Kompetensi komunikatif bersifat relatif, bergantung pada kerja sama atau partisipan.
Hal inilah yang menyebabkan adanya tingkat-tingkat kompetensi komunikatif.1111

99
Buku Guru Bahasa Arab dengan Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013¸ Kemenag RI 2014.
1010
Departemen agama RI, Pedoman Umum Pengembangan Silabus Kurikulum 2004
1111
Ahmad Fuad Effendi, Metode Pengajaran Bahasa Arab (Malang: Misykat, 2005) h. 56-57
8
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. SARAN

Kami menyadari bahwa makalah ini masih ada kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Dengan menggunakan berbagai sumber terpercaya, kami akan membuat
makalah ini lebih baik. Oleh karena itu, kami menerima masukan dan ide yang
membangun untuk menyempurnakan makalah yang telah kami susun.

10
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai