Anda di halaman 1dari 5

33.

2 Otak
33.2.1 TANDA GAWAT GANGGUAN OTAK
Tanda gangguan otak yang perlu mendapat perhatian khusus ialah kejang-kejng dn
kenaikan tekanan intracranial.
Kejang-kejang
Kejang kejang disebut idoptik bila tidak diketahui penyebabnya. Bila terdapat penyebab
yang spesifik, disebut simptomatik. Kejang kejng antara lain dapat disebabkan oleh
neoplasma, abses otak, dan cedera korteks.
Tumor prmer atau metastasis dapat menjadi pnyebab kejang kejng, terutama bila terletak
supratentorial. Pada 15-20% pendrita merupkan tnda prtama dan sekitar 30-40% tumor
otak akan mengalami kejang kejng dalam perjalanan penyakitnya. Infeksi susunan saraf
pusat, baik akut atau kronik, juga dapat menimbulkan kejang kejang. Abses otk
menimbulkan kejang kejng pada sekitar 40% penderita.
Kejang kejang akibat trauma tumpul kepala merupakan tanda cedera otak kortikl yang
dapat timbul baik dini mauun lambat, dan disebut epilepsy traumtik (hlm.1114)
Pengobatan yang paling sering digunakan ialah difenilhidantoin, dngn dosis 300-500 mg
sehari. Kadar terapeutik dalam darah adalah 10-20 ug/ml. Diazepam dipakai untuk segera
mengtasi kejang kejng. Pada beberapa kasus kejang kejang dapt berkembang menjdi
status epileptikus yang memerlukan penanganan khusus berupa ventilasi butan (lihat
trauma, hlm.111)
Kenaikan tekanan intracranial
Kenaikan tekanan intracranial yang terjadi secara cepat, disebabkan oleh perdarahan
arteri atau edema otak akut. Perdarahan sebanyak 100 ml sudh dapat mematikan, karena
penambahan volume sebesr ini scara mendadak didalam rongga tengkorak akan
meningkatkan tekanan intracranial dampai mengimbangi tekanan sistolik sehingga
peredaran darah didalam jaringan otak terhenti. Selain itu batabg otak akan terjepit
didalam foramen magnum atau terjadi herniasi otak di tentorium*
Gambaran klinik
Nyeri kepala merupakan keluhn yang tidak khas yang dapat terjadi bik pada peningkatan
tekanan intracranial maupun akibat peradangan otak dan selaputnya.
Penurunan kesadarn merupakan tanda penting dari kenaikan tekanan intracranial yang
mendadak. Tanda kelainan neurologik, seperti diplopia, pupil mata anisokor, dan
gangguan sensorik maupun mototrik merupakan tanda tekanan intracranial meninggi.
Mual dan muntah merupakan gejala
Yang juga sering ditemukan. Kaku kuduk timbul akibat rangsangan selaput otak
sedangkan kenaikan tekanan darah dan penurunan nadi dapat juga terjdi. Edema papilla
nervus optikus merupakan tanda yang paling meyakinkan.
Penanggulangan
Terlebih dahulu harus dipastikan bahwa tidak terdapat kelainan didalam tengkorak yang
memerlukan pembedahan, seperti perdarahan epidural tau fraktur impresi. Jika kedua hl

tersebut tidak didapat, harus dicegah pengangkutan yang tidak prlu dari seorang penderita
yang menglami keaikan tekanan intracranial akibat edema otak mendadak.
Hubungan antara tekanan intrakranil dengan pernapasan dan sirkulasi darah erlu
dipahami dalam penatalaksanaan kenaikan tekanan intracranial. Diusahakan agar jalan
napas bebas sehingga suplai oksigen tidak terganggu, dan harus diamati stabilits
hemodinamik dengan memikirkan kemungkinan cedera lain diluar otak.
Peru dilaukan pemeriksn gas darah secara laboratorik.
33-2-2-INFEKSI
Duramater merupakan pelindung alamiah terhadap infeksi. Dengan terbukanya
duramater, maka terbuklh kemungkinan infeksi intradural. Infeksi dapat berupa
meningitis atau abses dalam bentuk empiema epidural, subdural, tau abses otak
Meningitis
Diagnisis meningitits ptut dicurigai pada penderita dengan trauma dasar tengkorak yang
disertai rinorea* atau otorea* berupa likuor, kemudian mengalami kenaikn suhu badan,
penurunan kesadaran, dan gejala rangsangan selaput otk. Untuk mematikan diagnosis
dilakukan pungsi lumbal.
Empiema epidural dan subdural
Pada empiema epidural, duramater masih utuh dan nanah terdapat antara tulang
tengkorak dan duramater, yaitu diruang epidural. Infesi tersebut dapat terjdi akibat
penjalaran langsung dari infeksi yang erjadi ada kulit kepala. Pemeriksaan klinis
menunjukkan tanda kenaikan tekanan intrakrnial yang disertai tanda infeksi lokl sebagai
akibat pembentukan abses.
Gambaran klinik empiema subdural, yaitu diruang araknoid antara duramater dan
piamater, sama dengan empiema epidural, perbedaannya hanya dapat dilihat dengan
payaran-CT.
Abses otak
Abses otak dapat terjadi tanpa trauma, yakni secara hematogen. Abses karena trauma
biasanya terjadi perkontinuitatum akibat robeknya duramater. Abses otak akan memberi
gejala infeksi umum, kenaikan tekanan intracranial serta tanda fokal.
Terapi abses dibagian tubuh manapun pada dasarnya sama yaitu penyaliran. Khusus
untuk daerah otak diberikan antibiotik yang sesuai selama enam minggu.
Abses amuba agak jarang ditemukn(lihat amubiasi,hlm.57)
33-2-3PATAH TULANG TEGKORAK
Fraktur tulang tengkorak terjadi karena benturan kecelakaan, kompresi atau tembakan.
Fraktu dapat terjadi karena benturan maupun tempat yang jauh dari benturan, termasuk
pada dasar tengkorak.
Terdapat beberapa bentuk fraktur tulang kepl, yakni linear*, stellata, komunitif, dan
impresi. Sedangkan jenis fraktur terbagi menjadi fraktur terbuka dan tertutup(lihat
klasifikasi patah tulang, hlm 1139)

Fraktur linear merupakan bagian terbsr dari semua fraktur tulang kepala, yakni sekitar
80% dan umumnya tidak memerlukan tindaka khusus. Tetpi dengan adanya fraktur,
kewaspadan peru ditingkatkan karena bila trauma yang terjadi cukup kuat mungkin
terdapat cedera otak primer atau hematom epidural.
Penanggulangan patah tulang kepala tergantung pada jenis fraktur
Patah tulang dasar tengkorak tidak memerlkn tindakan khusus, kecuali bila terjadi
likuore*
Patah tulang impresi
Fraktur impresi ialah fraktur dengn frgmen tulang terdorong kedalam. Diagnosis dibuat
dengan foto roontgen kepala termasuk foto tangensial pada tempat yang dicurigai (lihat
gambar 34-13 I,hlm 1140)
Indikasi tama pembedahan pada frktur impresi tertutup ialah gangguan neurologik atau
kejang kejang.
Patah tulang dasar tengkorak
Patah tulang dasar tegkorak biasanya berdiri sendiri, kadang saja merupakan lanjutan dari
fraktur kalvarium8. pada umumnya terjadi pada os petrosum, atap orbita atau pada basis
oksiput. Diagnosis berdasarkan gejala klinik dan anamnesis, seperti perdarahan dari
hidung atau telinga, dan hematom disekitar mastoid, atau orbita. Foto roentgen pada
waktu akut tidak diperlukan karena pada umumnya tidak memberikan tambahan
informasi yang berarti bahkan dapat membahayakan jumlah penderita. Saraf otak dapat
juga mengalai cedera.
Fraktur yang menyilang fossa media dapat menimbulkan gangguan pada kelenjar
hipofisis berupa diabetes insipidus. Robekan duramater dapat menimbulkan rinorea atau
otorea. Likuorea tersebut dapat terjadi beberapa saat sesudah trauma. Diagnosis dpat
dipastikan dengan tes kertas untuk menentukan adanya glukosa.
Kebocoran likuor serebrospinal dapat berhenti secara spontan. Bila dalam waktu dua
minggu tidak berhenti, diperlukn tindakan bedah untuk menutup robekan duramater (lihat
fraktur tulang wajah, hlm.439)
Biasanya patah tulang dasar tengkorak tidak memerlukan tindakan bedah kecuali pada
likuora membandal.
Pupil mata anisokor* yaitu pupil ipsilateral melebar. Pada perjalanannya, pelebaran pupil
kan mencapai maksimal dan reaksi cahaya yang pada permulaan masih positif akan
menjadi negatif. Terjadi pula kenaikan tekanan darah dan bradikardi. Pada tahap akhir,
kesadar menurun sampai koma yang dalam, pupil kontralateral juga dapat mengalami
pelebaran sampai akhirnya kedua pupil tidak menunjukkan reaksi cahaya lagi yang
merupakan tanda kematian (gambar 33-11)
Ciri khas pada hematom epidural murni adalah terdapatnya interval bebas antara saat
terjadinya trauma dan tanda pertama yang berlangsung beberapa menit sampai beberapa
jam.
Jika hematom epidural disertai dengan cedera otak, seperti memar otak, tumor otak,
interval bebas tidak akan terlihat sedangkan gejla dan tanda lainnya menjadi kabur.
Dagnosis didasarkan pada gejala klinik serta pemeriksaan penunjang seperti foto
roentgen kepala. Adanya garis fraktur menyokong diagnosis hematom epidural, bila sisi

fraktur terletk ipsilateral denga pupil yang melebar. Garis fraktur juga dapat menunjukkan
lokasi hematom.
Penatalaksanaan dilakukan segera dengan cara trepanasi* dengan tujuan melakukan
evakuasi hemato dan menghentikan sumber perdarahan.
Hematom subdural
Hematom subdural disebabkan oleh trauma otak yang menyebabkan robeknya vena di
dalam ruang araknoid. Pembesaran hematom karena robeknya vena memerlukan waktu
yang lama, sehari sampai beberapa minggu.
Karena hematom subdural sering disertai cedera otak berat lain, maka dibandingkan
dengan hematom epidural, prognosisnya lebih jelek.
Hematom subdural dibagi menjadi hematom subdural akut bila gejala timbul pada
hari pertama sampai dengan hari ketiga, subakut bila timbul antara hari ketiga hingga
minggu ketiga, dan kronik bila timbul sesudah minggu ketiga.
Hematom subdural akut secara klinis sukar dibedakan dengan hematom epidural yang
berkembang lambat. Hematom subdural akut dan kronik memberi gambaran klinis suatu
proses desak ruang yang progresif sehingga tidak jarang dianggap sebagai neoplasma
atau demensia*.
Penanggulangn terdiri dari trepanasi dan evakuasi hematom.
Higroma subdural
Higroma subdural adalah hematom subdural lama mungkin disertai pengumpulan cairan
serebrospinal di dalam ruang subdural. Kelainan ini agak jarang ditemukan dan dapat
terjadi karena robekan selaput araknoid yang menyebabkan cairan serebrospinal kelur
keruang subdural.
Gambaran klinik menunjukkan tanda kenaikan tkanan tekann intrakranial, sering tanpa
tanda fokal. Penyembuhan cedera otak pimer yang biasanya berupa memar otak,
terganggu karena adanya higroma ini.
Penanggulangan terdiri dari trepanasi dan penyaliran.
Higroma sendiri berprognosis baik, tetapi prognosis lebih ditentukan oleh cedera otak
primernya.
Hematom intraserebral
Perdarahan yang terjadi pada memr otak dapat membesar menjadi hematom intraserebral.
Kelainan ini sering ditemukan pada penderita trauma kepala. Lebih dari 50% penderita
dengan hematom intraserebral disertai hematom epidural atau hematom subdural. Palig
banyak terjdi dilobus frontalis atau temporalis, dan tidak jarang ditemukan multipel.
Gambaran klinik tergantung lokasi dan besarnya hematom.
Indikasi trepanasi ad bila terdapat massa tunggal dengan lokasi jelas dan secara klinik
menunjukkan penurunan kesadaran. Pada penderita memar otak berat yang makin
menurun kesdarannya tetapi tanpa tanda massa tunggal yang jels ditengkorak, tidak
memenuhi persyaratan diatas, sehingga tidak dibenarkan melakukan trepanasi.

33-2-5 CEDERA OTAK


Mekanisme dan patologi (lihat trauma kepala hal 438)
Ceder otak dapat terjadi akibat benturan langsung atau tanp benturan langsung pada
kepla. Pada suatu benturan dapat dibedakan beberapa macam kekuatan yakni kompresi,
kselerasi dan deselerasi. Sulit dipastikan kekuatan mana yang aling berperan.
Kelainan dapat berupa cedera otak fokal atau difus dengan atau tanpa fraktur tulang
tengkorak. Cedera fokal dapat menyebabkan memar otak, hematom epidural, subdural,
atau intraserebral. Cedera difus dapat menyebabkan gangguan fungsional saja yakni
gegar otak atau cedera struktural difuse.
Bagan 33-4
Mekanisme cedera
-Cedera

Gaya/kekuaan

-Benturan

Komresi
Akselersi
Deselerasi (perlambatan)

-Guncangan

Akselerasi
Deselerasi

-Lokalisasi

Fokal
-coup
-contra coup
Tersebar

Dari tepat benturan, gelombang kejut disebarkan keseluuh arah. Gelombang ini
mengubah tekanan jaringan, dan bila tekanan cukup besar, akan terjadi kerusakn jaringan
otak ditempat benturn yang disebut coup atau ditempat yang berseberanagn dengan
benturan (contra coup).
Patofisiologi
Fungsi otak sangat bergantung pada tersedinya oksigen dan glukosa. Meskipun otak
hanya seberat 2% dari berat badan orang dewasa, ia menerima 20% dari curah jantung.
Sebagian besar yakni 80% dari glukosa dan oksigen tersebut dikonsumsi oleh substansia
kelabu.
Cedera otak yang terjadi langsung akibat trauma disebut cedera primer. Proses lanjutan
yang sering terjadi

Anda mungkin juga menyukai