Disusun oleh :
Kelompok 3
BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
BAB II 2
PEMBAHASAN .................................................................................................... 2
1. Tujuan ..................................................................................................... 3
2. Isi/Materi ................................................................................................. 5
3. Strategi..................................................................................................... 7
4. Evaluasi ................................................................................................... 9
BAB III 13
PENUTUP ............................................................................................................ 13
A. Kesimpulan ............................................................................................... 13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum dapat mencakup lingkup yang sangat luas, yaitu sebagai program
pengajaran pada suatu jenjang pendidikan, dan dapat pula menyangkut lingkup
yang sempit, seperti program pengajaran suatu mata pelajaran untuk beberapa
macam mata pelajaran. Apakah dalam lingkup yang luas atau sempit, kurikulum
membentuk desain yang menggambarkan pola organisasi dari komponen-
komponen kurikulum dengan perlengkapan penunjangnya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Makalah
1
BAB II
PEMBAHASAN
Komponen adalah bagian yang integral dan fungsional yang tidak terpisahkan
dari suatu sistem kurikulum karena komponen itu sendiri mempunyai peranan
dalam pembentukan sistem kurikulum. Sebagai sebuah sistem, kurikulum
mempunyai komponen-komponen. Seperti halnya dalam sistem manapun,
kurikulum harus mempunyai komponen lengkap dan fungsional baru bisa dikatakan
baik. Sebaliknya kurikulum tidak dikatakan baik apabila didalamnya terdapat
komponen yang tidak lengkap sekarang dipandang kurikulum yang tidak sempurna.
2
tujuan pendidikan, pendidik, materi pendidikan, sistem penjenjangan, sistem
penyampaian, sistem evaluasi, peserta didik, proses pelaksanaan (belajar
mengajar), tindak lanjut, organisasi kurikulum, bimbingan dan konseling,
administrasi pendidikan, sarana dan prasarana, usaha pengembangan, biaya
pendidikan, dan lingkungan. Sementara itu Hasan Langgulung membagi unsur
kurikulum menjadi empat yaitu: tujuan pendidikan, isi atau kandungan pendidikan,
metode pengajaran, dan metode penilaian. Kurikulum harus memiliki kesesuaian
atau relevansi. Kesesuaian ini meliputi dua hal, pertama kesesuaian kurikulum
tuntutan, kebutuhan, kondisi, dan perkembangan masyarakat. Kedua, kesesuaan
antara komponen-komponen kurikulum, yaitu sesuai dengan isi dan tujuan,
demikian juga dengan evaluasi sesuai dengan proses, isi dan tujuan kurikulum.
1. Tujuan
Komponen tujuan berhubungan erat dengan arah atau hasil yang diharapan
secara mikro maupun makro. Tujuan pendidikan memiliki klasifikasi dari mulai
tujuan yang sangat umum sampai tujuan khusus yang bersifat spesifik dan dapat
diukur, yang kemudian dinamakan dengan kompetensi. Pembahasan lebih lanjut
tujuan pendidikan nasional diklasifikasikan menjadi empat yaitu:
3
mandiri, dan menjadi warg Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab”.
b) Tujuan Intstitusional (TI) atau lembaga; tujuan kelembagaan dirumuskan
oleh masing-masing lembaga sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
lembaga dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. Ini berarti bahwa
tujuan Insitusional tidak boleh keluar dari bingkai tujuan pendidkan
Nasional yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang. Tujuan Isntitusional
biasanya juga melihat dari jenjang masing-masing lembaga atau sesuai
dengan tingkat usia siswa, sehingga setiap jenjang harus memiliki
keterkaitan satu sama lain yang mana jenjang yang paling dasar mendukung
tujuan institusional secara umum jenjang yang lebih tinggi.
c) Tujuan Kurikuler (TK); tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang studi
atau mata pelajaran merupakan bagian dari salah satu cakupan tujuan
lembaga. Tujuan kurikuler merupakan salah satu usaha untuk mewujudkan
tujuan institusional. Dengan demikian, setiap tujuan kurikuler harus dapat
mendukung dan diarahkan untuk mencapai tujuan institusional.
d) Tujuan Intruksional atau Tujuan Pembelajaran (TP); tujuan intruksional
merupakan bagian dari tujuan kurikuler. Tujuan pembelajaran adalah tujuan
yang harus dicapai oleh guru dan siswa dalam satu kali tatap muka atau satu
kali pertemuan. Dalam setiap sesi pertemuan merupakan salah satu upaya
untuk mencapai tujuan kurikuler. Dapat disimpulkan bahwa dalam setiap
pertemuan harus memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai.
Berdasarkan pemaparan di atas terutama berdasarkan UU No. 20 Tahun
2003 tentang Sisdiknas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam
lembaga memiliki kewenangan dan hak untuk mengembangkan,
mengelaborasi, dan menyusun atau memprogram komponen-komponen
kurikulum yang berlandaskan nilai-nilai yang menjadi ciri khas bagi
masing-masing sekolah.
Dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2007 dikemukakan bahwa tujuan
pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan
mengacu kepada tujuan umum pendidikan berikut.
4
Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut.
e) Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
f) Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
2. Isi/Materi
5
b) Materi kurikulum mengacu pada pencapaian tujuan masing-masing
satuan pendidikan. Perbedaan dalam ruang lingkup dan urutan bahan
pelajaran disebabkan oleh perbedaan tujuan satuan pendidikan tersebut.
c) Materi kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional. Dalam hal ini, tujuan pendidikan nasional merupakan target
tertinggi yang hendak dicapai melalui pencapaian materi kurikulum.
6
i) Definisi, adalah penjelasan tentang makna atau pengertian tentang suatu
hal/suatu kata dalam garis besarnya.Preposisi, adalah suatu pernyataan
atau theorem, atau pendapat yang tidak diberi argumentasi.
3. Strategi
Dari beberapa strategi tersebut ada juga yang disebut dengan metode, karena
metode juga termasuk kedalam strategi pelaksanaan kurikulum. Guru dapat
memilih metode – metode dalam pembelajaran agar materi yang disampaikan
membekas pada siswa. Untuk menentukan metode pembelajaran, guru
diharuskan mengetahui pendekatan – pendekatan pembelajaran.
1
Ahmad Muradi dan Taufiqurrahman, Pengembangan Kurikulum Pembelajaran Bahasa Arab
Konsep dan Aplikasinya, (Depok: RAJAGRAFINDO PERSADA, 2021).hlm. 23
7
Approach). 4) Pendekatan Komunikatif (Communicative Apprroach)2.
Taufiqurrahman mnyatakan bahwa pendekatan yang paling banyak digunakan
dan disrankan oleh para pakar yaitu pendekatan Pendekatan Komunikatif
(Communicative Apprroach) dalam pembelajaran bahasa asing.
Ada banyak sekali metode yang digunakan oleh guru dalam proses
pembelajaran, diantaranya, a) metode guru diam (silent way), b) metode
sugestopedia, c) metode belajar bahasa kelompok (communitiy language
learning), d) metode respon fisik total, e) metode mim-mem.
Adapun strategi – strategi atau teknik yang bisa dugunakan guru dalam
pembelajaran bahasa asing khususnya keterampilan berbahasa Arab (maharat
lughawiyah), diantaranya, strategi atau uslub pembelajaran Istima’
(Menyimak), Kalam (Berbicara), Qira’ah (Membaca), Kitabah (Menulis).ada
juga strategi atau uslub pembelajaran unsur bahasa seperti, Mufradat (Kosa
Kata), Nahwu (Tata Bahasa).3
2
Taufiqurrahman, Pengembangan Komponen-komponen Kurikulum Bahasa Arab, (Salatiga:
Lisania: Jurnal Ilmu dan Pendidikan Bahasa Arab, Vol. 2, Nomor 1, Juni 2011), hlm. 107-108.
3
Taufiqurrahman, Pengembangan Komponen-komponen Kurikulum Bahasa Arab, (Salatiga:
Lisania: Jurnal Ilmu dan Pendidikan Bahasa Arab, Vol. 2, Nomor 1, Juni 2011), hlm. 60
8
4. Evaluasi
Menurut Azeez (2015) evaluasi kuantitatif memiliki ciri yang khusus yaitu data
dikumpulkan sesuai dengan prosedur kuantitatif. Model-model evaluasi kurikulum
yang termasuk model evaluasi kuantitatif adalah sebagai berikut.
Cara kerja model evaluasi Taylor dan Maguire ini adalah sebagai berikut.
9
2) Evaluator mencari data mengenai keserasian antara tujuan umum dengan
tujuan behavioral.
3) Penafsiran tujuan kurikulum.
4) Mengevaluasi pengembangan tujuan menjadi pengalaman belajar.
c. Model Alkin
Alkin membagi model ini atas beberapa komponen. Yaitu masukan proses yang
dinamakannya dengan istilah perantara (mediating), dan keluaran (hasil). Alkin
juga mengenal sistem internal yang merupakan interaksi antarkomponen yang
langsung berhubungan dengan pendidikan dan sistem eksternal yang mempunyai
pengaruh dan dipengaruhi oleh pendidikan.
Model ini terdiri dari dua matriks. Matriks pertama dinamakan matriks deskripsi
dan matriks yang kedua dinamakan matriks pertimbangan. Matriks pertimbangan
baru dapat dikerjakan apabila evaluator telah menyelesaikan matriks deskripsi.
Setiap matriks terdiri atas dua kategori dan tiga bagian. Matriks deskripsi terdiri
atas kategori rencana (intent) dan observasi. Matriks pertimbangan terdiri atas
kategori standar dan pertimbangan. Pada setiap kategori terdapat tiga fokus penting
yang didasarkan pada pikiran Stake bahwa suatu evaluasi formal harus memberikan
perhatian terhadap keadaan sebelum suatu kegiatan kelas berlangsung, ketika
kegiatan kelas berlangsung, dan menghubungkannya dengan berbagai bentuk hasil
belajar.
e. Model CIPP
Model ini memiliki empat jenis evaluasi yaitu: evaluasi context (konteks), input
(masukan), process (proses), dan product (hasil). Model ini mengemukakan bahwa
untuk melakukan penilaian terhadap program pendidikan diperlakukan empat
macam jenis penilaian, yaitu sebagai berikut.
10
3) Penilaian proses yang membimbing langkah operasional dalam pembuatan
keputusan.
4) Penilaian keluaran yang memberikan data sebagai bahan pembuatan
keputusan (product).
Adapun model di lingkungan ekonomi mikro ada empat, adapun yang tepat
digunakan dalam evaluasi kurikulum adalah model cost effectiviness. Dalam model
tersebut seorang evaluator harus dapat membandingkan dua program atau lebih,
baik dalam pengertian dana yang digunakan untuk masing-masing program maupun
hasil yang diakibatkan oleh setiap program.
Model studi kasus (case study) adalah model utama dalam evaluasi kualitatif.
Evaluasi model studi kasus memusatkan perhatiannya pada kegiatan
pengembangan kurikulum di satu satuan pendidikan. Unit tersebut dapat berupa
satu sekolah, satu kelas, bahkan terdapat seorang guru atau kepala sekolah. Yang
11
dimaksud studi kasus adalah suatu studi yang dilakukan di tempat atau unit tertentu
yang memiliki kekhasan atau karakter yang beda dengan tempat atau unit yang lain.
B. Model Iluminatif
Model ini mendasarkan dirinya pada paradigma antropologi sosial. Model ini
juga memberikan perhatian tidak hanya pada kelas di mana suatu inovasi kurikulum
dilaksanakan. Adapun dua dasar konsep yang digunakan model ini adalah:
1) Sistem intruksi
2) Lingkungan belajar
a. Observasi
b. Inkuiri lanjutan
c. Bahan penjelasan
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Komponen adalah bagian yang integral dan fungsional yang tidak terpisahkan
dari suatu sistem kurikulum karena komponen itu sendiri mempunyai peranan
dalam pembentukan sistem kurikulum.
Kurikulum bahasa Arab terdiri dari beberapa komponen utama yang harus
dipertimbangkan dalam pengembangan dan implementasinya. Komponen –
komponen kurikulum terbagi menjadi 5, yaitu 1) Tujuan, 2) Isi/Materi, 3) Strategi,
4) Evaluasi, 5) Penutup.
Materi: Komponen ini mencakup bahan ajar atau isi kurikulum yang diperlukan
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Materi harus disesuaikan dengan level
kemampuan dan kebutuhan siswa.
13
DAFTAR PUSTAKA
14