Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

TELA’AH KURIKULUM SEKOLAH


Tentang
“KOMPONEN DAN ORGANISASI KURIKULUM”

DOSEN PEMBIMBING
Muhammad Alfi Syahrin, S.Pd.I., M.H.

DISUSUN OLEH
Zeinul Arifin

PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH
PROBOLINGGO
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun
judul dari makalah ini adalah “Komponen dan Organisasi Kurikulum”.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya


kepada dosen mata kuliah “Tela’ah Kurikulum Sekolah” yang telah memberikan
tugas kepada kami. Kami juga ingin mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak
yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini.

Kami jauh dari sempurna dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang
sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka
kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini
dapat berguna bagi saya pada khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada
umumnya.

Probolinggo, 17 November 2021

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................1
C. Tujuan.................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................2

A. KOMPONEN-KOMPONEN KURIKULUM....................................................2
1. Komponen Tujuan..........................................................................................2
2. Komponen Materi...........................................................................................6
3. Komponen Proses...........................................................................................6
4. Komponen Evaluasi........................................................................................7
B. ORGANISASI KURIKULUM...........................................................................9
BAB III PENUTUP...................................................................................................14

A. Kesimpulan.......................................................................................................14
B. Saran.................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurikulum dapat diartikan dengan beragam variasi. Ada yang


memandangnya secara sempit, yaitu kurikulum sebagai kumpulan mata pelajaran
atau bahan ajar. Ada yang mengartikannya secara luas, meliputi semua
pengalaman yang diperoleh siswa karena pengarahan, bimbingan dan tanggung
jawab sekolah. Kurikulum juga diartikan sebagai dokumen tertulis dari suatu
rencana atau program pendidikan, dan juga sebagai pelaksanaan dari rencana
yang sudah direncanakan. Tidak semua yang ada dalam kurikulum tertulis,
kemungkinan dilaksanakan dikelas. Kurikulum dapat mencangkup lingkup yang
sangat luas, yaitu sebagai program pengajaran suatu mata pelajaran untuk
beberapa macam mata pelajaran. Apakah dalam lingkup yang luas atau sempit,
kurikulum membentuk desain yang menggambarkan pola organisasi dari
komponen-komponen kurikulum den gan perlengkapan penunjangnya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian kurikulum?


2. Apa saja komponen-komponen kurikulum?
3. Apa itu organisasi kurikulum?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian kurikulum


2. Mengetahui apa saja komponen-komponen kurikulum
3. Mengetahui apa itu organisasi kurikulum

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. KOMPONEN-KOMPONEN KURIKULUM

Merujuk pada fungsi kurikulum dalam proses apendidikan, yakni


merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, maka hal ini berarti, sebagai
alat pendidikan kurikulum mempunyai komponen-komponen penunjang yang
saling mendukung satu sama lainnya. Para pemikir pendidikan seperti
Subandijah, Soetopo, soemato dan Nasution mempunyai ragam dalam
menentukan jumlah komponen tersebut, meskipun pada dasarnya pemahaman
dan pengertiannya hampir sama.

Subandijah (1993) membagi komponen kurikulum antara lain: tujuan, Isi


atau materi, Organisasi atau strategi, Media, daan Komponen proses belajar
mengajar. Sedangkan yang dikategorikan komponen penunjang kurikulum
mencakup: Sistem administrasi dan supervisi, Pelayanan bimbingan dan
penyuluhan dan Sistem evaluasi.

Kemudian Soetopo dan Sumato (1993) membagi komponen kurikulum ke


dalam 5 komponen, yaitu: 1. Tujuan, 2. Isi dan struktur program, 3. Organisasi
dan strategi, 4.Sarana dan 5. Evaluasi.

Nasution (1993) membagi komponen kurikulum menjadi tiga, yaitu: (1)


Tujuan, (2) Bahan belajar mengajar, dan (3) Penilaian.

Berikut ini akan diuraikan secara beberapa komponen tersebut.

1. Komponen Tujuan
Tujuan kurikulum mengacu kearah pencapaian tujuan pendidikan
nasional, ditetapkan dalam UU No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Kurikulum menyediakan kesempatan yang luas bagi peserta didik
untuk mengalami proses pendidikan dan pembelajaran untuk mencapai tujuan

2
pendidikan nasional khususnya dan menciptakan sumber daya manusia yang
berkualitas umumnya.

Tujuan pendidikan yang berkaitan dengan perwujudan domain-domain


anak didik diupayakan melalui suatu proses pendidikan, yang kalau dibuat
secara berurutan tujuan pendidikan sebagai berikut:

a) Tujuan Pendidikan Nasional


Tujuan Pendidikan Nasional, merupakan pendidikan yang paling tinggi
dalam hirarkis tujuan-tujuan pendidikan yang ada, yang bersifat ideal dan
umum yang dikaitkan dengan falsafah Pancasila. Di dalam undang-undang
No. 20 Tahun 2004, bab II pasal 2 dituangkan, bahwa Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
b) Tujuan Institusional
Tujuan instruksional merupakan tindak lanjut dari tujuan pendidikan
nasional. Sistem Pendidikan Indonesia memiliki jenjang yang melembaga
pada suatu tingkatan. Tiap lembaga memiliki suatu tujuan pendidikan
yang disebut dengan tujuan institusional, sehingga dikenal bermacam-
macam tujuan insitusional, antara lain: tujuan Institusional SD/MI,
SMP/MTS, SMA/MA/SMK, Universitas/Akademi dan sebagainya.
Keberadaan tujuan pendidikan mesti menggambarkan kelanjutan dan
memiliki relevansi yang kuat dengan tujuan pendidikan nasional. Agar
tidak terjadi penyimpangan, maka tujuan institusional mesti didahului
dengan pengertian pendidikan, dasar pendidikan, tujuan pendidikan
nasional dan tujuan umum lembaga yang dimaksud.

3
c) Tujuan Kurikuler
Tujuan kurikuler merupakan tindak lanjut dari tujuan institusional. Dalam
melaksanakan kegiatan pendidikan dari suatu lembaga pendidikan, maka
isi pengajaran yang telah disusun diharapkan dapat menunjang tercapainya
tujuan pendidikan. Suatu lembaga pendidikan memiliki tujuan kurikuler
yang biasanya dapat dilihat dari Garis-Garis Besar Program Pengajaran
(GBPP pada Kurikulum 1994 selanjutnya disebut silabus pada Kurikulum
2006) dari suatu mata pelajaran. Pada Silabus tersebut terdapat suatu
tujuan kurikuler yang perlu dicapai oleh siswa setelah ia
menyelesaikannya. Hal ini yang perlu diperhatikan, bahwa tujuan
kurikuler seharusnya mencerminkan tindak lanjut dari tujuan institusional
dan tujuan pendidikan nasional dan menggambarkan tujuan kurikuler.
Sehingga akan terlihat jelas hubungan hirarkis dari ketiga tujuan
pendidikan tersebut.
d) Tujuan Instruksional
1) Tujuan Instruksional Umum (identik dengan standar kompetensi)
2) Tujuan Instruksional Khusus (identik dengan kompetensi dasar,
ditunjukkan oleh indikator)
Tujuan instruksional merupakan tujuan akhir dari tiga tujuan yang telah
dikemukakan terdahulu. Tujuan ini bersifat operasional, yakni diharapkan
dapat tercapai pada saat terjadinya proses belajar mengajar yang bersifat
langsung dan terjadi setiap hari dibahas. Untuk mencapai tujuan-tujuan
instruksional ini maka biasanya seorang guru perlu membuat Satuan
Pelajaran (SP) atau pada Kurikulum 2006 dikenal sebagai Rencana
Pelaksanaan pembelajaran (RPP). Tujuan instruksional ini dalam upaya
mencapai tujuannya sangat ditentukan oleh kondisi proses mengajar yang
ada, antara lain: kompetensi pendidik, fasilitas belajar, anak didik, metode,
lingkungan dan faktor yang lain.

4
Kaitan tujuan-tujuan pendidikan

Materi kurikulum pada hakekatnya adalah isi kurikulum yang dikembangkan


dan disusun dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Materi kurikulum berupa bahan pelajaran terdiri dari bahan kajian atau
topik-topik pelajaran yang dapat dikaji oleh siswa dalam proses
pembelajaran.
2. Mengacu pada pencapaian tujuan setiap satuan pelajaran.
3. Diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
4. Isi / materi kurikulum hakikatnya adalah semua kegiatan dan pengalaman
yang dikembangkan dan disusun untuk mencapai tujuan pendidikan. Secara
umum isi kurikulum itu dapat dikelompokan menjadi :
a. Logika, yaitu pengetahuan tentang benar salah berdasarkan prosedur
keilmuan.
b. Etika, yaitu pengetahuan tentang baik buruk, nilai dan moral.
c. Estetika, pengetahuan tentang indah-jelek, yang ada nilai seninya.

Pengembangan materi kurikulum harus berdasarkan prinsip-prinsip sebagai


berikut:

1. Mengandung bahan kajian yang dapat dipelajari siswa dalam pembelajaran.


2. Berorientasi pada tujuan, sesuai dengan hirarki tujuan pendidikan.

Materi kurikulum mengandung aspek tertentu sesuai dengan tingkat tujuan


kurikulum, yang meliputi : Teori, konsep, generalisasi, prinsip, prosedur, fakta,
contoh atau ilustrasi, istilah, definisi, dan preposisi.

Banyak kegagalan dalam komponen ini karena guru tidak bisa memberikan
pengalaman belajar pada peserta didiknya. Cara untuk mewujudkan
pengalaman peserta didik adalah dengan merancang dan menjabarkan materi
pelajaran menjadi berbagai kegiatan belajar. Menurut Taba kegiatan belajar
menimbulkan pengalaman belajar.

5
2. Komponen Materi
Materi kurikulum pada hakekatnya adalah isi kurikulum yang
dikembangkan dan disusun dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :
a) Materi kurikulum berupa bahan pelajaran terdiri dari bahan kajian atau
topik-topik pelajaran yang dapat dikaji oleh siswa dalam proses
pembelajaran.
b) Mengacu pada pencapaian tujuan setiap satuan pelajaran.
c) Diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
d) Isi / materi kurikulum hakikatnya adalah semua kegiatan dan pengalaman
yang dikembangkan dan disusun untuk mencapai tujuan pendidikan.
Secara umum isi kurikulum itu dapat dikelompokan menjadi :
1) Logika, yaitu pengetahuan tentang benar salah berdasarkan prosedur
keilmuan.
2) Etika, yaitu pengetahuan tentang baik buruk, nilai dan moral.
3) Estetika, pengetahuan tentang indah-jelek, yang ada nilai seninya.
Pengembangan materi kurikulum harus berdasarkan prinsip-prinsip sebagai
berikut:
a) Mengandung bahan kajian yang dapat dipelajari siswa dalam
pembelajaran.
b) Berorientasi pada tujuan, sesuai dengan hirarki tujuan pendidikan.
3. Komponen Proses
Komponen ini tentunya sangatlah penting dalam suatu proses
pengajaran atau pendidikan. Tujuan akhir dari proses belajar mengajar adalah
diharapkan terjadinya perubahan dalam tingkah laku anak. Komponen ini juga
mempunyai keterkaitan erat dengan suasana belajar kreativitas dalam belajar
baik di dalam kelas maupun individual (di luar kelas) merupakan suatu
langkah yang tepat.

Dalam kaitannya dalam kemampuan guru dalam menciptakan suasana


pengajaran yang kondusif agar aktivitas tercipta dalam peroses pengajaran.

6
Subandijah (1993) mengemukakan, bahwa guru perlu memusatkan pada
kepribadian dalam mengajar, menerapkan metode mengajarnya, memusatkan
pada proses yang produknya dan memusatkan pada manager dan fasilitator
merupakan suatu tuntunan dalam memperlancar proses belajar mengajar ini.
Semakin maju dunia pendidikan suatu negara maka peran-peran di atas
tentunya semakin digunakan oleh seorang pendidik suatu negara maka peran-
peran di atas tentunya semakin digunakan oleh seorang pendidik dalam
menggeluti profesinya, bagi kita mungkin masih terlalu ideal. Dan hal yang
disampaikan Subandijah tersebut dapat dicapai bila guru dapat;

1) memusatkan pada kepribadiannya dalam mengajar.


2) Menerapkan metode mengajarnya
3) Memusatkan pada proses dan produknya
4) Memusatkan pada kompetensi yang relevan

4. Komponen Evaluasi
Evaluasi merupakan komponen untuk melihat efektifitas pencapaian
tujuan. Dalam konteks kurikulum evaluasi dapat berfungsi untuk mengetahui
apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum, juga digunakan
sebagai umpan balik dalam perbaikan strategi yang ditetapkan.

Evaluasi juga merupakan salah satu komponen kurikulum, dengan


evaluasi dapat diperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaraan
pembelajaran, keberhasilah siswa, guru dan proses pembelajaran itu sendiri.
Berdasarkan hasil evaluasi dapat dibuat keputusan kurikulum itu sendiri,
pembelajaran, kesulitan dan upaya bimbingan yang diperlukan. Aspek yang
dinilai bertitik tolak dari tujuan yang akan dicapai. Sedangkan jenis penilaian
tergantung pada tujuan diselenggarakannya penilaian itu sendiri. Jenis-jenis
penilaian meliputi :

a. Penilaian awal pembelajaran


b. Penilaian proses pembelajaran

7
c. Penilaian akhir pembelajaran.

Persyaratan suatu instrument penilaian adalah aspek validitas,


realiabilitas, obyektivitas, kepraktisan dan pembedaan. Penilaian harus
bernilai objektif, dilakukan berdasarkan tanggung jawab kelompok guru,
rencana terkait dengan pelaksanaan kurikulum sesuai tujuan dan materi
kurikulum dengan alat ukur yang handal dan mudah dilaksanakan serta
memberikan hasil yang akurat.

Dalam evaluasi dapat di kelompokan kedalam dua jenis yaitu:

a) Tes
Tes biasanya digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam
asfek kognitif. Tes memiliki dua kriteria yaitu tes memiliki tingkat
validitas seandainya dapat mengukur yang hendak diukur. Kedua memiliki
tingkat reliabilitas/kendalan jika tes tersebut bisa menghasilkan informasi
yang konsisten. Tes berdasarkan jumlah peserta dibedakan jadi tes
kelompok yaitu dilakukan terhadap sejumlah siswa secara bersama-sama
dan tes individu adalah tes yang dilakukan kepada seorang individu secara
perorangan. Tes dilihat dari cara penyusunannya yaitu tes buatan guru
yaitu untuk menghasilkan informasi yang dibutuhkan oleh guru
bersangkutan dan tes standar adalah tes yang digunakan untuk mengukur
kemampuan siswa dan memprediksi kemampuan siswa pada masa yang
akan datang.
Tes dilihat dari pelaksanaannya dibedakan menjadi tes tertulis adalah
dengan cara siswa menjawab sejumlah soal secara tertulis dan tes lisan
adalah tes yang dilakukan langsung komunikasi dengan siswa secara
verbal.
b) Non Tes
Non tes adalah alat evaluasi yang biasanya digunakan untuk asfek
tingkah laku termasuk sikap, minat dan motivasi. Beberapa jenis non tes
yaitu :

8
1) Observasi
Observasi adalah penilaian dengan cara mengamati tingkah laku pada
situasi tertentu. Observasi dibedakan jadi observasi partisipatif yaitu
dimana observer ikut kedalam objek yang sedang dia observasi.
Observasi non partisipatif yaitu observasi yang dilakukan dengan cara
observer murni sebagai pengamat.
2) Wawancara
Wawancara adalah komunikasi langsung antara pewawancara dan
yang diwawancarai. Ada dua jenis wawancara yaitu wawancara
langsung apabila pewawancara melakukan komunikasi dengan subjek
yang akan dievaluasi. Wawancara tidak langsung apabila
pewawancara mengumpulkan data subjek melalui pelantara.
3) Studi kasus
Studi kasus dilaksanakan untuk mempelajari individu dalam periode
tertentu secara terus menerus.
4) Skala Penilaian
Skala penilaian/rating acale adalah salah satu alat penilaian dengan
mengunakan alat yang telah disusun dari yang negatif sampai positif,
sehingga pada skala tersebut penilai tunggal membubuhi tanda.

B. ORGANISASI KURIKULUM

Organisasi kurikulum adalah struktur program kurikulum yang berupa


kerangka umum program-pengajaran pengajaran yang akan disampaikan kepada
peserta didik (Nurgiantoro, 1988: 111). Adapun S. Nasution (1989: 80)
menyebutkan dilihat dari organisasi kurikulum terdapat 3 tipe atau bentuk
kurikulum, yakni: (1) Separated Subject Curriculum; (2) Correlated Curriculum;
(3) Integrated Curriculum. Sebenarnya pemisahan tersebut lebih bersifat teoritis,
karena pada kenyataannya tidak ada kurikulum yang secara mutlak mendasarkan
pada salah satu bentuk saja tanpa mengaitkannya dengan yang lain. Berikut
uraian dari organisasi kurikulum:

9
1. Separated Subject Curriculum
Pada bentuk ini, bahan dikelompokkan pada mata pelajaran yang
terpisah dan tidak mempunyai kaitan sama sekali. Sehingga banyak jenis
mata pelajaran menjadi sempit ruang lingkupnya. Jumlah mata pelajaran
yang diberikan cukup bervariasi bergantung pada tingkat dan jenis sekolah
yang bersangkutan. Dalam praktek penyampaian pengajarannya, tanggung
jawab terletak pada masing-masing guru atau pendidik yang menangani suatu
mata pelajaran yang dipegangnya.
Kurikulum yang disusun dalam bentuk terpisah ini lebih bersifat subject
centered, berpusat ada bahan pelajaran daripada child centered yang berpusat
pada minat dan kebutuhan anak. Dari segi ini jelas kurikulum bentuk terpisah
sangat menekankan pembentukan intelektual dan kurang mengutamakan
pembentukan kepribadian anak secara keseluruhan.
Ada beberapa keuntungan yang diperoleh dari kurikulum ini, antara lain:
a. Penyajian bahan pelajaran dapat disusun secara logis dan sistematis;
b. Organisasi kurikulum bentuk ini sangat sederhana dan tidak terlalu sulit
untuk direncanakan, serta mudah dilaksanakan
c. Mudah dievaluasi dan dites
d. Dapat digunakan dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi
e. Pendidik atau guru sebagai pelaksana kurikulum dalam
mempergunakannya lebih mudah.
f. Tidak sulit untuk diadakan perubahan-perubahan
g. Lebih tersusun secara sistematis.

Di samping adanya keuntungan kurikulum bentuk tersebut, ada juga


beberapa kelemahan dari bentuk separated subject curriculum, sebagai
berikut:

a. Bentuk mata pelajaran yang terpisah dengan lainnya tidak relevan


dengan kenyataan dan tidak mendidik anak dalam menghadapi stuasi
kehidupan mereka;

10
b. Tidak memperhatikan masalah sosial kemasyarakatan yang dihadapi
peserta didik secara faktual dalam kehidupan sehari-harinya. Hal ini
disebabkan hanya berpedoman pada apa yang tertera dalam buku atau
teks.
c. Kurang memperhatikan faktor-faktor kejiwaan peserta didik
d. Tujuan kurikulum ini sangat terbatas dan kurang memperhatikan
pertumbuhan jasmani, perkembangan emosional dan sosial peserta didik
serta hanya memusatkan pada perkembangan intelektual.
e. Kurikulum semacam ini kurang mengembangkan kemampuan berfikir,
karena mengutamakan penguasaan dan pengetahuan dengan cara hafalan
f. Separated curriculum ini cenderung menjadi statis dan tidak bersifat
inovatif.

2. Correlated Curriculum
Correlated curriculum adalah bentuk kurikulum yang menunjukkan
adanya suatu hubungan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran
lainnya, tetapi tetap memperhatikan karakteristik tiap mata pelajaran tersebut.
Hubungan antar mata pelajaran dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Insidental artinya secara kebetulan ada hubungan antar mata pelajaran
yang satu dengan mata pelajaran lainnya. Misalnya mata pelajaran IPA
disinggung tentang mata pelajaran geografi dan sebagainya.
b. Menghubungkan secara lebih erat jika terdapat suatu pokok bahasan yang
dibicarakan dalam berbagai mata pelajaran. Misalnya masalah moral dan
etika dibicarakan dalam mata pelajaran agama.
c. Batas mata pelajaran disatukan dan difungsikan dengan menghilangkan
batasan masing-masing mata pelajaran. Penggabungan antara beberapa
mata peajaran menjadi satu disebut sebagai broad field. Misalnya mata
pelajaran bahasa merupakan peleburan dari mata pelajaran membaca, tata
bahasa, menulis, mengarang,menyimak dan pengetahuan bahasa.

11
Organisasi kurikulum yang disusun dalam bentuk correlated mempunyai
beberapa keunggulan dan kelemahan. Beberapa keunggulan yang dimaksud
antara lain:

a. Menunjukkan adanya integrasi pengetahuan kepada peserta didik, yang


mana dalam pelajaran disoroti dari berbagai bidang dan disiplin ilmu
b. Dapat menambah interes dan minat peserta didik terhadap adanya
hubungan antara berbagai mata pelajaran;
c. Pengetahuan dan pemahaman peserta didik akan lebih mudah dalam
dengan penguraian dan penjelasan dari berbagai mata pelajaran.
d. Adanya kemungkinan untuk menggunakan ilmu pengetahuan lebih
fungsional
e. Lebih mengutamakan pada pemahaman dari prinsip-prinsip daripada
pengetahuan (knowledge) dan penguasaan fakta-fakta.

Selain itu correlated curriculum juga mempunyai kelemahan, antara lain:

a) Bahan yang disajikan tidak berhubungan secara langsung dengan


kebutuhan dan minat peserta didik
b) Pengetahuan yang diberikan tidak mendalam dan kurang sistematis pada
berbagai mata pelajaran
c) Urutan penyusunan dan penyajian bahan tidak secara logis dan
sistematis;
d) Kebanyakan di antara para pendidik atau guru kurang menguasai antar
disiplin ilmu, sehingga mengaburkan pemahaman peserta didik atau
siswa.

3. Integrated Curriculum
Dalam integrated curriculum mata pelajaran dipusatkan pada suatu
masalah atau unit tertentu. Dengan adanya kebulatan bahan pelajaran
diharapkan dapat terbentuk kebulatan pribadi peserta didik yang sesuai
dengan lingkungan masyarakatnya. Oleh karena itu, hal-hal yang diajarkan di

12
sekolah harus disesuaikan dengan situasi, masalah dan kebutuhan kehidupan
di luar sekolah.
Organisasi kurikulum ini mempunyai kelebihan, sebagai berikut:
a) Segala permasalahan yang dibicarakan dalam unit sangat bertalian erat
b) Sangat sesuai dengan perkembangan moderen tentang belajar mengajar
c) Memungkinkan adanya hubungan antara sekolah dan masyarakat
d) Sesuai dengan ide demokrasi, dimana peserta didik dirangsang untuk
berpikir sendiri, bekerja sendiri dan memikul tanggung jawab bersama
serta bekerja sama dalam kelompok.
e) Penyajian bahan disesuaikan dengan kemampuan individu, minat dan
kematangan peserta didik baik secara individu maupun secara kelompok.

Adapun kelemahan dari organisasi kurikulum ini adalah:

a. Pendidik atau guru tidak dilatih melakukan kurikulum semacam ini


b. Organisasinya tidak logis dan kurang sistematis
c. Terlalu memberatkan tugas pendidik
d. Kurang memungkinkan untuk dilaksanakan ujian umum
e. Peserta didik dianggap tidak mampu ikut serta dalam menentukan
kurikulum;
f. Sarana dan prasarana yang kurang memadai untuk menunjang
pelaksanaan kurikulum tersebut.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Organisasi Kurikulum merupakan struktur program kurikulum yang


berupa kerangka umum pendidikan atau pembelajaran yang hendak
disampaikan kepada peserta didik guna tercapainya tujuan pendidikan atau
pembelajaran yang ditetapkan.

Kurikulum memilki bermacam-macam bentuk dan organisasinya,


bentuk yang paling dikenal dan sangat meluas adalah:

1. Saparated Subject Curriculum


2. Correlated Curriculum
3. Integrated Curriculum

B. Saran

Demikian makalah dari kami, semoga dapat memberikan manfaat dan


menambah wawasan kita semua. Apabila ada kritik dan saran, silakan
sampaikan langsung kepada kami. Karena kritik dan saran dari pembaca tentu
sangat dibutuhkan untuk bahan intropeksi. Sehingga di masa yang mendatang,
kami dapat menyusun makalah yang lebih baik lagi. Dan jika ada kesalahan
mohon dimaafkan, karena kaami hanyalah hamba Allah SWT yang tidak luput
dari khilaf dan lupa.

14
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zaenal. 2011. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT


REMAJA ROSDAKARYA.

Dakir, 2004. Perencanaan Dan Pengembangan Kurikulum, Jakarta: Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. 2009, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Nurdin, Syafruddin, 2005. Guru Profesional Dan Implementasi Kurikulum, Jakarta:


Quantum Teaching.

Zaini, Muhammad, Pengembangan Kurikulum. Yogyakarta: TERAS, 2009.

15

Anda mungkin juga menyukai