DOSEN PEMBIMBING
Muhammad Alfi Syahrin, S.Pd.I., M.H.
DISUSUN OLEH
Zeinul Arifin
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun
judul dari makalah ini adalah “Komponen dan Organisasi Kurikulum”.
Kami jauh dari sempurna dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang
sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka
kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini
dapat berguna bagi saya pada khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada
umumnya.
Penulis,
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................1
C. Tujuan.................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................2
A. KOMPONEN-KOMPONEN KURIKULUM....................................................2
1. Komponen Tujuan..........................................................................................2
2. Komponen Materi...........................................................................................6
3. Komponen Proses...........................................................................................6
4. Komponen Evaluasi........................................................................................7
B. ORGANISASI KURIKULUM...........................................................................9
BAB III PENUTUP...................................................................................................14
A. Kesimpulan.......................................................................................................14
B. Saran.................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. KOMPONEN-KOMPONEN KURIKULUM
1. Komponen Tujuan
Tujuan kurikulum mengacu kearah pencapaian tujuan pendidikan
nasional, ditetapkan dalam UU No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Kurikulum menyediakan kesempatan yang luas bagi peserta didik
untuk mengalami proses pendidikan dan pembelajaran untuk mencapai tujuan
2
pendidikan nasional khususnya dan menciptakan sumber daya manusia yang
berkualitas umumnya.
3
c) Tujuan Kurikuler
Tujuan kurikuler merupakan tindak lanjut dari tujuan institusional. Dalam
melaksanakan kegiatan pendidikan dari suatu lembaga pendidikan, maka
isi pengajaran yang telah disusun diharapkan dapat menunjang tercapainya
tujuan pendidikan. Suatu lembaga pendidikan memiliki tujuan kurikuler
yang biasanya dapat dilihat dari Garis-Garis Besar Program Pengajaran
(GBPP pada Kurikulum 1994 selanjutnya disebut silabus pada Kurikulum
2006) dari suatu mata pelajaran. Pada Silabus tersebut terdapat suatu
tujuan kurikuler yang perlu dicapai oleh siswa setelah ia
menyelesaikannya. Hal ini yang perlu diperhatikan, bahwa tujuan
kurikuler seharusnya mencerminkan tindak lanjut dari tujuan institusional
dan tujuan pendidikan nasional dan menggambarkan tujuan kurikuler.
Sehingga akan terlihat jelas hubungan hirarkis dari ketiga tujuan
pendidikan tersebut.
d) Tujuan Instruksional
1) Tujuan Instruksional Umum (identik dengan standar kompetensi)
2) Tujuan Instruksional Khusus (identik dengan kompetensi dasar,
ditunjukkan oleh indikator)
Tujuan instruksional merupakan tujuan akhir dari tiga tujuan yang telah
dikemukakan terdahulu. Tujuan ini bersifat operasional, yakni diharapkan
dapat tercapai pada saat terjadinya proses belajar mengajar yang bersifat
langsung dan terjadi setiap hari dibahas. Untuk mencapai tujuan-tujuan
instruksional ini maka biasanya seorang guru perlu membuat Satuan
Pelajaran (SP) atau pada Kurikulum 2006 dikenal sebagai Rencana
Pelaksanaan pembelajaran (RPP). Tujuan instruksional ini dalam upaya
mencapai tujuannya sangat ditentukan oleh kondisi proses mengajar yang
ada, antara lain: kompetensi pendidik, fasilitas belajar, anak didik, metode,
lingkungan dan faktor yang lain.
4
Kaitan tujuan-tujuan pendidikan
1. Materi kurikulum berupa bahan pelajaran terdiri dari bahan kajian atau
topik-topik pelajaran yang dapat dikaji oleh siswa dalam proses
pembelajaran.
2. Mengacu pada pencapaian tujuan setiap satuan pelajaran.
3. Diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
4. Isi / materi kurikulum hakikatnya adalah semua kegiatan dan pengalaman
yang dikembangkan dan disusun untuk mencapai tujuan pendidikan. Secara
umum isi kurikulum itu dapat dikelompokan menjadi :
a. Logika, yaitu pengetahuan tentang benar salah berdasarkan prosedur
keilmuan.
b. Etika, yaitu pengetahuan tentang baik buruk, nilai dan moral.
c. Estetika, pengetahuan tentang indah-jelek, yang ada nilai seninya.
Banyak kegagalan dalam komponen ini karena guru tidak bisa memberikan
pengalaman belajar pada peserta didiknya. Cara untuk mewujudkan
pengalaman peserta didik adalah dengan merancang dan menjabarkan materi
pelajaran menjadi berbagai kegiatan belajar. Menurut Taba kegiatan belajar
menimbulkan pengalaman belajar.
5
2. Komponen Materi
Materi kurikulum pada hakekatnya adalah isi kurikulum yang
dikembangkan dan disusun dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :
a) Materi kurikulum berupa bahan pelajaran terdiri dari bahan kajian atau
topik-topik pelajaran yang dapat dikaji oleh siswa dalam proses
pembelajaran.
b) Mengacu pada pencapaian tujuan setiap satuan pelajaran.
c) Diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
d) Isi / materi kurikulum hakikatnya adalah semua kegiatan dan pengalaman
yang dikembangkan dan disusun untuk mencapai tujuan pendidikan.
Secara umum isi kurikulum itu dapat dikelompokan menjadi :
1) Logika, yaitu pengetahuan tentang benar salah berdasarkan prosedur
keilmuan.
2) Etika, yaitu pengetahuan tentang baik buruk, nilai dan moral.
3) Estetika, pengetahuan tentang indah-jelek, yang ada nilai seninya.
Pengembangan materi kurikulum harus berdasarkan prinsip-prinsip sebagai
berikut:
a) Mengandung bahan kajian yang dapat dipelajari siswa dalam
pembelajaran.
b) Berorientasi pada tujuan, sesuai dengan hirarki tujuan pendidikan.
3. Komponen Proses
Komponen ini tentunya sangatlah penting dalam suatu proses
pengajaran atau pendidikan. Tujuan akhir dari proses belajar mengajar adalah
diharapkan terjadinya perubahan dalam tingkah laku anak. Komponen ini juga
mempunyai keterkaitan erat dengan suasana belajar kreativitas dalam belajar
baik di dalam kelas maupun individual (di luar kelas) merupakan suatu
langkah yang tepat.
6
Subandijah (1993) mengemukakan, bahwa guru perlu memusatkan pada
kepribadian dalam mengajar, menerapkan metode mengajarnya, memusatkan
pada proses yang produknya dan memusatkan pada manager dan fasilitator
merupakan suatu tuntunan dalam memperlancar proses belajar mengajar ini.
Semakin maju dunia pendidikan suatu negara maka peran-peran di atas
tentunya semakin digunakan oleh seorang pendidik suatu negara maka peran-
peran di atas tentunya semakin digunakan oleh seorang pendidik dalam
menggeluti profesinya, bagi kita mungkin masih terlalu ideal. Dan hal yang
disampaikan Subandijah tersebut dapat dicapai bila guru dapat;
4. Komponen Evaluasi
Evaluasi merupakan komponen untuk melihat efektifitas pencapaian
tujuan. Dalam konteks kurikulum evaluasi dapat berfungsi untuk mengetahui
apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum, juga digunakan
sebagai umpan balik dalam perbaikan strategi yang ditetapkan.
7
c. Penilaian akhir pembelajaran.
a) Tes
Tes biasanya digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam
asfek kognitif. Tes memiliki dua kriteria yaitu tes memiliki tingkat
validitas seandainya dapat mengukur yang hendak diukur. Kedua memiliki
tingkat reliabilitas/kendalan jika tes tersebut bisa menghasilkan informasi
yang konsisten. Tes berdasarkan jumlah peserta dibedakan jadi tes
kelompok yaitu dilakukan terhadap sejumlah siswa secara bersama-sama
dan tes individu adalah tes yang dilakukan kepada seorang individu secara
perorangan. Tes dilihat dari cara penyusunannya yaitu tes buatan guru
yaitu untuk menghasilkan informasi yang dibutuhkan oleh guru
bersangkutan dan tes standar adalah tes yang digunakan untuk mengukur
kemampuan siswa dan memprediksi kemampuan siswa pada masa yang
akan datang.
Tes dilihat dari pelaksanaannya dibedakan menjadi tes tertulis adalah
dengan cara siswa menjawab sejumlah soal secara tertulis dan tes lisan
adalah tes yang dilakukan langsung komunikasi dengan siswa secara
verbal.
b) Non Tes
Non tes adalah alat evaluasi yang biasanya digunakan untuk asfek
tingkah laku termasuk sikap, minat dan motivasi. Beberapa jenis non tes
yaitu :
8
1) Observasi
Observasi adalah penilaian dengan cara mengamati tingkah laku pada
situasi tertentu. Observasi dibedakan jadi observasi partisipatif yaitu
dimana observer ikut kedalam objek yang sedang dia observasi.
Observasi non partisipatif yaitu observasi yang dilakukan dengan cara
observer murni sebagai pengamat.
2) Wawancara
Wawancara adalah komunikasi langsung antara pewawancara dan
yang diwawancarai. Ada dua jenis wawancara yaitu wawancara
langsung apabila pewawancara melakukan komunikasi dengan subjek
yang akan dievaluasi. Wawancara tidak langsung apabila
pewawancara mengumpulkan data subjek melalui pelantara.
3) Studi kasus
Studi kasus dilaksanakan untuk mempelajari individu dalam periode
tertentu secara terus menerus.
4) Skala Penilaian
Skala penilaian/rating acale adalah salah satu alat penilaian dengan
mengunakan alat yang telah disusun dari yang negatif sampai positif,
sehingga pada skala tersebut penilai tunggal membubuhi tanda.
B. ORGANISASI KURIKULUM
9
1. Separated Subject Curriculum
Pada bentuk ini, bahan dikelompokkan pada mata pelajaran yang
terpisah dan tidak mempunyai kaitan sama sekali. Sehingga banyak jenis
mata pelajaran menjadi sempit ruang lingkupnya. Jumlah mata pelajaran
yang diberikan cukup bervariasi bergantung pada tingkat dan jenis sekolah
yang bersangkutan. Dalam praktek penyampaian pengajarannya, tanggung
jawab terletak pada masing-masing guru atau pendidik yang menangani suatu
mata pelajaran yang dipegangnya.
Kurikulum yang disusun dalam bentuk terpisah ini lebih bersifat subject
centered, berpusat ada bahan pelajaran daripada child centered yang berpusat
pada minat dan kebutuhan anak. Dari segi ini jelas kurikulum bentuk terpisah
sangat menekankan pembentukan intelektual dan kurang mengutamakan
pembentukan kepribadian anak secara keseluruhan.
Ada beberapa keuntungan yang diperoleh dari kurikulum ini, antara lain:
a. Penyajian bahan pelajaran dapat disusun secara logis dan sistematis;
b. Organisasi kurikulum bentuk ini sangat sederhana dan tidak terlalu sulit
untuk direncanakan, serta mudah dilaksanakan
c. Mudah dievaluasi dan dites
d. Dapat digunakan dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi
e. Pendidik atau guru sebagai pelaksana kurikulum dalam
mempergunakannya lebih mudah.
f. Tidak sulit untuk diadakan perubahan-perubahan
g. Lebih tersusun secara sistematis.
10
b. Tidak memperhatikan masalah sosial kemasyarakatan yang dihadapi
peserta didik secara faktual dalam kehidupan sehari-harinya. Hal ini
disebabkan hanya berpedoman pada apa yang tertera dalam buku atau
teks.
c. Kurang memperhatikan faktor-faktor kejiwaan peserta didik
d. Tujuan kurikulum ini sangat terbatas dan kurang memperhatikan
pertumbuhan jasmani, perkembangan emosional dan sosial peserta didik
serta hanya memusatkan pada perkembangan intelektual.
e. Kurikulum semacam ini kurang mengembangkan kemampuan berfikir,
karena mengutamakan penguasaan dan pengetahuan dengan cara hafalan
f. Separated curriculum ini cenderung menjadi statis dan tidak bersifat
inovatif.
2. Correlated Curriculum
Correlated curriculum adalah bentuk kurikulum yang menunjukkan
adanya suatu hubungan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran
lainnya, tetapi tetap memperhatikan karakteristik tiap mata pelajaran tersebut.
Hubungan antar mata pelajaran dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Insidental artinya secara kebetulan ada hubungan antar mata pelajaran
yang satu dengan mata pelajaran lainnya. Misalnya mata pelajaran IPA
disinggung tentang mata pelajaran geografi dan sebagainya.
b. Menghubungkan secara lebih erat jika terdapat suatu pokok bahasan yang
dibicarakan dalam berbagai mata pelajaran. Misalnya masalah moral dan
etika dibicarakan dalam mata pelajaran agama.
c. Batas mata pelajaran disatukan dan difungsikan dengan menghilangkan
batasan masing-masing mata pelajaran. Penggabungan antara beberapa
mata peajaran menjadi satu disebut sebagai broad field. Misalnya mata
pelajaran bahasa merupakan peleburan dari mata pelajaran membaca, tata
bahasa, menulis, mengarang,menyimak dan pengetahuan bahasa.
11
Organisasi kurikulum yang disusun dalam bentuk correlated mempunyai
beberapa keunggulan dan kelemahan. Beberapa keunggulan yang dimaksud
antara lain:
3. Integrated Curriculum
Dalam integrated curriculum mata pelajaran dipusatkan pada suatu
masalah atau unit tertentu. Dengan adanya kebulatan bahan pelajaran
diharapkan dapat terbentuk kebulatan pribadi peserta didik yang sesuai
dengan lingkungan masyarakatnya. Oleh karena itu, hal-hal yang diajarkan di
12
sekolah harus disesuaikan dengan situasi, masalah dan kebutuhan kehidupan
di luar sekolah.
Organisasi kurikulum ini mempunyai kelebihan, sebagai berikut:
a) Segala permasalahan yang dibicarakan dalam unit sangat bertalian erat
b) Sangat sesuai dengan perkembangan moderen tentang belajar mengajar
c) Memungkinkan adanya hubungan antara sekolah dan masyarakat
d) Sesuai dengan ide demokrasi, dimana peserta didik dirangsang untuk
berpikir sendiri, bekerja sendiri dan memikul tanggung jawab bersama
serta bekerja sama dalam kelompok.
e) Penyajian bahan disesuaikan dengan kemampuan individu, minat dan
kematangan peserta didik baik secara individu maupun secara kelompok.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
15