Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH TELAAH KURIKULUM BIOLOGI

“ASAS-ASAS KURIKULUM”

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2

Nathania Cress Dachi 190384205008

Idya Regina 190384205016

Nursakinah Hasti 190384205042

Elfelita Fani 190384205049

Naroja 190384205061

Dosen Pengampu :

Elfa Oprasmani, S.Pd., M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

1
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

2021

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
dan rahmat karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah Telaah Kurikulum
Biologi dengan judul “Asas-asas Kurikulum”. Dalam proses penyusunan
makalah ini tentunya ada hambatan yang kami hadapi. Namun berkat dukungan
dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, akhirnya kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak
untuk setiap dukungan yang telah diberikan. Kami berharap semoga makalah ini
dapat menambah wawasan dan ilmu teman-teman mahasiswa Universitas Maritim
Raja Ali Haji khususnya mahasiswa program studi Pendidikan Biologi. Kami
menyadari makalah ini masih banyak terdapat kekurangan untuk itu kami
mengharapkan kritikan dan saran yang membangun agar pembuatan makalah
selanjutnya jauh lebih baik.

Batam, 24 Maret 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

B. RUMUSAN MASALAH

C. MANFAAT & TUJUAN PENULISAN

BAB II PEMBAHASAN

A. DEFINISI ASAS KURIKULUM

B. ASAS RELIGIUS

C. ASAS FILOSOSFIS

D. ASAS PSIKOLOGIS

E. ASAS SOSIOLOGIS

F. ASAS ORGANISATORIS

G. ASAS IPTEK

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

“Asas” atau kata lainnya “dasar” dapat diartikan sebagai acuan ataupun
sandaran suatu kegiatan. Dalam bahasa Inggrisnya Foundation diartikan sebagi
hal yang mendirikan, dasar, landasan, kotak uang, badan wakaf atau yayasan.
Dalam hal ini, pemakalah mengambil kata “dasar atau landasan” yang selanjutnya
akan disamakan dengan kata ‘asas”.

Dunia pendidikan dibangun berdasarkan asas atau dasar negara yang


berlaku. Di Indonesia, asas pendidikan tentunya berkaitan langsung dengan asas
negara yaitu Pancasila. Oleh karena itu, pendidikan di Indonesia berlandaskan
Pancasila. Oleh karena itu, asas pendidikan pun tak lepas dari kurikulum
pendidikan yang sedang diterapkan. Untuk itu lahirlah “asas kurikulum” yang
menjadi dasar pelaksanaan tiap kurikulum yang ada.

Kata kurikulum dikenal sebagai suatu istilah dalam dunia pendidikan sejak
kurang lebih satu abad yang lampau. Kata ini belum terdapat dalam
kamus Webster tahun 1812 dan baru timbul untuk pertama kalinya dalam kamus
pada tahun 1856. Kurikulum diartikan sebagai “chariot”, artinya semacam kereta
pacu pada zaman dulu, yakni suatu alat yang membawa seseorang
dari start sampai finish. Berikut disebutkan beberapa definisi kurikulum menurut
para ahli:

1. William B.  Ragan menggunakan kurikulum dalam arti yang luas, yang meliputi
seluruh program dan kehidupan dalam sekolah, yakni segala pengalaman anak di
bawah tanggung jawab sekolah.

4
2. J.Lloyd Trump  dan Delmas F. Miller mengartikan kurikulum secara luas.
Menurut mereka dalam kurikulum juga termasuk metode mengajar dan belajar,
cara mengevaluasi murid dan seluruh program, perubahan tenaga mengajar,
bimbingan dan penyuluhan, supervisi dan administrasi, hal-hal struktural
mengenai waktu dan jumlah ruangan serta kemungkinan memilih mata pelajaran.

3. Alice Miel juga menganut pendirian yang luas mengenai kurikulum. Ia


mengemukakan bahwa kurikulum juga meliputi keadaan gedung, suasana sekolah,
keinginan, keyakinan, pengetahuan dan sikap orang-orang yang melayani dan
dilayani sekolah, yakni peserta didik, pendidik dan masyarakat.

Kesimpulannya, kurikulum adalah sesuatu yang direncanakan sebagai


pegangan guna mencapai tujuan pendidikan. Apa yang direncanakan biasanya
bersifat idea, yakni suatu cita-cita tentang manusia atau warga negara yang akan
dibentuk. Kurikulum ini lazim mengandung harapan-harapan yang sering
berbunyi muluk-muluk.

5
B. Rumusan Masalah

a. Apa yang dimaksud asas kurikulum?

b. Apa yang dimaksud asas religius?

c. Apa yang dimaksud asas filosofis?

d. Apa yang dimaksud asas psikologis?

e. Apa yang dimaksud asas sosiologis?

f. Apa yang dimaksud asas organisatoris?

g. Apa yang dimaksud asas IPTEK?

C. Tujuan

a. Untuk mengetahui asas kurikulum

b. Untuk mengetahui asas religius

c. Untuk mengetahui asas filosofis

d. Untuk mengetahui asas psikologis

e. Untuk mengetahui asas sosiologis

f. Untuk mengetahui asas organisatoris

g. Untuk mengetahui asas IPTEK

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Asas Kurikulum

Kurikulum merupakan suatu rancangan pendidikan yang memiliki


kedudukan cukup penting dalam seluruh kegiatan pendidikan, juga menentukan
proses pelaksanaan dan hasil pendidikan. Penyususnan kurikulum tidak dapat
dikerjakan secara sembarangan, karena mutu bangsa dikemudian hari bergantung
pada pendidikan yang dikecap oleh anak-anak sekarang, terutama melalui
pendidikan formal yang diterima di sekolah. Apa yang akan dicapai di sekolah,
ditentukan oleh kurikulum sekolah itu. Jadi, barang siapa yang menguasai
kurikulum, memegang nasib bangsa dan negara. Kurikulum menjadi penentu arah
tujuan bangsa kedepan, menjadi penampung utama semangat pendidikan sebagai
media untuk mencerdaskan bangsa.

            Maka dapat dipahami bahwa kurikulum sebagai alat yang begitu vital bagi
perkembangan bangsa yang dipegang oleh pemerintah suatu negara. Oleh sebab
itu, setiap guru merupakan kunci utama dalam pelaksanaan kurikulum, maka ia
harus pula memahami seluk-beluk kurikulum, termasuk asas-asasnya. Untuk itu

7
pada kesempatan kali ini penulis mencoba untuk memaparkan materi yang
berkenaan dengan asas-asas kurikulum dan komponen kurikulum.

Fungsi asas atau landasan pengembangan kurikulum adalah seperti


pondasi sebuah bangunan. Layaknya membangun sebuah gedung, maka
menyusun sebuah kurikulum juga harus didasarkan pada pondasi yang kuat.
Kesalahan penentuan dan penyusunan pondasi kurikulum juga berarti kesalahan
dalam menentukan kebijakan dan implementasi pendidikan.

Pengembangan kurikulum pada hakikatnya adalah proses penyusunan


rencana tentang isi dan bahan pelajaran yang harus dipelajari serta bagaimanan
cara mempelajarinya. Namun demikian, persoalan mengembangkan isi dan bahan
pelajaran serta bagaimana cara belajar siswa bukanlah suatu proses yang
sederhana, sebab menentukan isi atau muatan kurikulum harus berangkat dari visi,
misi, serta tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan menentukan tujuan erat kiatanya
dengan persoalan sistem nilai dan kebutuhan masyarakat.

Seller memandang bahwa pengembangan kurikulum harus dimulai dari


menentukan orientasi kurikulum, yakni kebijakan-kebijakan umum, misalnya arah
dan tujuan pendidikan, pandangan serta hakikat belajar dan hakikat ank didik,
pandangan tentang keberhasilan implementasi kurikulum dan lain sebagainya.
Berdasarkan orientasi itu selanjutnya dikembangkan kurikulum menjadi pedoman
pembelajaran pedoman pembelajaran.

B. Asas Religius

Landasan agama ini muncul terutama dari pemikir pendidikan islam, yang
umumnya mempunyai pendirian bahwa segala sistem yang ada dalam masyarakat,
termasuk sistem pendidikan harus meletakkan dasar falsafah, tujuan, dan
kurikulumnya pada ajaran agama. Dalam Islam sumber ajaran agama yang pokok
adalah al-qur’an dan sunnah, dan sumber lainnya adalah ijtihad. Dari sumber-
sumber inilah aspek-aspek atau unsur-unsur pendidikan dikembangkan, seperti
perumusan kajian pendidikan, materi dan strategi pelaksanaannya.

8
Dasar berfikir bagi landasan agama ini adalah seperti dalam landasan
filsafat, bahwa dalam kegiatan pendidikan akan muncul persoalan-persoalan yang
sangat mendasar seperti kemana pendidikan harus diarahkan, siapakah peserta
didik itu, apa yang harus dididikkan ke peserta didik dan sebagainya, yang semua
ini memerlukan jawaban-jawaban mendasar. Disini antara agama dan filsafat bisa
saling melengkapi dalam memberikan jawaban agama yang bersumber pada
wahyu yang sifat kebenarannya mutlak mampu memberikan jawaban dan arahan
yang tidak bisa diberikan oleh filsafat.

C. Asas Filosofis

Asas ini berkaitan dengan tujuan pendidikan yang akan dicapai. Tujuan
pendidikan disesuaikan dengan filsafat negara. Filsafat yang dianut negara
Indonesia adalah Pancasila, maka tujuan pendidikannya akan bersesuaian pula
dengan Pancasila. Tujuan pendidikan tiap negara berbeda satu sama lainnya
dikarenakan perbedaan filsafat bangsa yang dianut. Yang perlu diketahui adalah
adanya kejelasan filsafat. Filsafat yang tidak jelas berimbas pada tujuan
pendidikan yang tidak jelas. Dan, konsekuensinya kurikulum yang digunakan pun
menjadi kabur.

Pendapat yang menyatakan bahwa guru tidak perlu mempelajari filsafat


adalah salah.besar. Filsafat dipelajari untuk meyakinkan kita tentang hakikat
manusia (anak didik), sumber kebenaran, nilai-nilai yang menjadi pegangan,
hidup yang baik, bahan yang seharusnya diajarkan kepada anak didik,peranan
sekolah dalam masyarakat, peranan guru dalam proses belajar mengajar dan lain
sebagainya.

Manfaat asas filosofis menjadi dasar bagi kurikulum untuk merumuskan


tujuan- tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Untuk itu ada beberapa aliran
filsafat yang perlu diketahui,yaitu:

1. Aliran Perennialisme

Aliran filsafat ini bertujuan mengembangkan kemampuan intelektual anak


melalui pengetahuan yang abadi, universal dan absolut. Kurikulum yang

9
diterapkan terdiridari subject atau mata pelajaran yang terpisah. Mata pelajaran
yang dianggap mampu mengembangkan kemampuan intelektual seperti
Matematika, Fisika, Kimia dan Biologi yang diajarkan. Sementara mata pelajran
yang berkenaan dengan dan jasmani seperti seni rupa dan olahraga sebaiknya
dikesampingkan.

2. Aliran Idealisme

Aliran ini berpendapat bahwa kebenaran berasal dari Tuhan. Hampir


semua agama menganut filsafat ini. Tujuan hidup ialah memenuhi kehendak
Tuhan. Oleh karena itu, kurikulum yang diterapkan di sekolah akan berorientasi
keagamaan. Namun, pendidikan intelektual juga sangat diutamakan.

3. Aliran Realisme

Hukum-hukum alam dapat ditemukan berdasarkan pengamatan dan


penelitian karena prinsipnya, aliran filsafat realisme mencari kebenaran di dunia
sendiri. Kurikulum yang disandarkan aliran filsafat ini mengutamakan
pengetahuan yang esensial, sehingga pelajaran seperti keterampilan dan kesenian
dianggap tidak perlu.

4. Aliran Pragmatisme

Sebutan Instrumentalisme atau Utilitarianisme juga dipakai untuk aliran


yang berpendapat bahwa kebenaran adalah buatan manusia berdasarkan
pengalamannya ini. Tidak ada kebenaran mutlak karena kebenaran bersifat
tentative dan dapat berubah. Untuk itu, sekolah yang berlandaskan aliran filasafat
ini memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan berbagai kegiatan
guna memecahkan masalah.

Aliran ini sering sejalan dengan aliran rekonstruksionalisme yang berpendirian


bahwa sekolah harus berada pada garis depan pembangunan dan perubahan
masyarakat karena sekolah dipandang sebagai masyarakat kecil.

10
5. Aliran Ekstensialisme

Individu dipandang sebagai faktor yang ikut menentukan apa yang baik
dan benar. Sekolah yang berlandaskan aliran filsafat ini mendidik anak agar dapat
menentukan pilihan dan mengambil keputusan sendiri dan berani menolak otoritas
orang lain sehingga kurikulum, pedoman, instruksi, buku wajib dan lain
sebagainya yang berasal dari pihak luar pun ditolak.

D. Asas Psikologis

1. Psikologis anak

Sekolah didirikan untuk kepentingan anak, yakni menciptakan


situasi-situasi yang memungkinkan anak dapat belajar mengembangkan
bakatnya. Selama berabad-abad, anak tidak dipandang sebagai manusia
yang lain daripada orang dewasa. Hal ini tampak dari kurikulum yang
mengutamakan bahan, sedangkan anak “dipaksa” menyesuaikan diri
dengan bahan tersebut dengan segala kesulitannya. Padahal anak
mempunyai kebutuhan sendiri sesuai dengan perkembangannya. Pada
permulaan abad ke-20, anak kian mendapat perhatian yang menjadi salah
satu asas dalam pengembangan kurikulum.

Kemudian muncullah aliran progresif, yakni kurikulum yang semata-mata


didasarkan atas minat dan perkembangan anak (child centered curiculum).
Kurikulum ini dapat dipandang sebagai reaksi terhadap kurikulum yang
diperlukan orang dewasa tanpa menghiraukan kebutuhan anak.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kurikulum


adalah:

 Anak bukan miniatur orang dewasa

 Fungsi sekolah diantaranya mengembangkan pribadi anak


seutuhnya

11
 Faktor anak harus benar-benar diperhatikan dalam pengembangan
kurikulum

 Anak harus menjadi pusat pendidikan atau sebagai subjek belajar


dan bukan objek belajar

 Tiap anak unik, mempunyai ciri-ciri tersendiri, lain dari yang lain.
Kurikulum hendaknya mempertimbangkan keunikan anak agar ia
sedapat mungkin berkembang sesuai dengan bakatnya

 Walaupun tiap anak berbeda dari yang lain, banyak pula


persamaan di antara mereka. Maka sebagian dari kurikulum dapat
sama bagi semua.

2. Psikologi Belajar

Pendidikan di sekolah diberikan dengan kepercayaan dan


keyakinan bahwa anak-anak dapat dididik serta dapat dipengaruhi
kelakuannya. Anak-anak dapat belajar, dapat menguasai sejumlah
pengetahuan, mengubah sikapnya, menerima norma-norma, menguasai
sejumlah keterampilan. Soal yang penting ialah: bagaimana anak itu
belajar? Kalau kita mengetahui betul bagaimana proses belajar
berlangsung, dalam keadaan yang bagaimana belajar itu memberikan hasil
sebaik-baiknya, maka kurikulum dapat direncanakan dan dilaksanakan
dengan cara seefektif-efektifnya.

Oleh sebab itu belajar ternyata suatu proses yang pelik dan kompleks,


timbullah berbagai teori belajar yang menunjukkan ketidaksesuaian satu
sama lain. Pada umumnya tiap teori mengandung kebenaran. Akan tetapi
tidak memberikan gambaran tentang keseluruhan proses belajar. Jadi, yang
mencakup segala gejala belajar dari yang sederhana sampai yang paling
pelik. Dengan demikian, teori belajar dijadikan dasar pertimbangan dalam
pengembangan kurikulum.

12
Pentingnya penguasaan psikologi belajar dalam pengembangan kurikulum
antara lain diperlukan dalam hal:

1.    Seleksi dan organisasi bahan pelajaran

2.    Menentukan kegiatan belajar mengajar yang paling serasi

3.    Merencanakan kondisi belajar yang optimal agar tujuan belajar


tercapai. (Nasution, 2008:57)

Asas psikologi berarti kegiatan yang mengacu pada hal-hal yang bersifat
psikologi. Manusia sebagai makhluk yang bersifat unitas multiplex yang
terdiri atas sembilan aspek psikologi yang kompleks tetapi satu. Aspek-
aspek tersebut dikembangkan dengan perantara berbagai mata pelajaran
yang tercantum dalam kurikulum sebagai berikut:

 Aspek ketakwaan: Dikembangkan dengan kelompok bidang


agama.

 Aspek cipta: Dikembangkan dengan kelompok bidang studi ekstra,


sosial, bahasa, dan filsafat.

 Aspek rasa: Dikembangkan dengan kelompok bidang studi seni.

 Aspek karsa: Dikembangkan dengan kelompok bidang studi etika,


budi pekerti, agama, dan PPKN.

 Aspek karya (kreatif): Dikembangkan melalui kegiatan penelitian,


independen studi, dan pengembangan bakat.

 Aspek karya (keprigelan): Dikembangkan dengan berbagai mata


pelajaran keterampilan.

 Aspek kesehatan: Dikembangkan dengan kelompok bidang studi


kesehatan dan olahraga.

13
 Aspek sosial: Dikembangkan melalui kegiatan praktek lapangan,
gotong royong, kerja bakti, KKN, PPL, dan sebagainya.

 Aspek karya: Dikembangkan melalui pembinaan bakat dan kerja


mandiri.

E. Aspek Sosiologis

Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki berbagai gejala


sosial hubungan antar individu, golongan, lembaga sosial atau masyarakat. Dunia
sekitar merupakan lingkungan hidup bagi manusia. Masyarakat merupakan
kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja sama hingga mereka mengatur
diri mereka sendiri dan menganggap sebagai suatu kesatuan sosial.

Sekolah adalah institusi sosial yang didirikan dan ditujukan untuk


memenuhi kepentingan dan kebutuhan masyarakat. Maka kurikulum sekolah
dalam penyusunan dan pelaksanaan banyak dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan
sosial yang berkembang dan selalu berubah di dalam masyarakat.

Anak tidak hidup sendiri, terisolasi dari manusia lain. Ia selalu hidup


dalam suatu masyarakat. Di situ ia harus memenuhi tugas-tugas yang harus
dilakukannya dengan penuh tanggung jawab, baik sebagai anak maupun sebagai
orang dewasa kelak. Ia banyak menerima jasa dari masyarakat dan ia sebaliknya
harus menyumbangkan baktinya bagi kemajuan masyarakat.

Tiap masyarakat mempunyai norma-norma, adat kebiasaan yang harus


dikenal dan diwujudkan anak dalam pribadinya, lalu dinyatakannya dalam
kelakuan. Tiap masyarakat berlainan corak nilai-nilai yang dianutnya. Tiap anak
akan berbeda latar belakang kebudayaannya. Perbedaan ini harus
dipertimbangkan dalam kurikulum. Selain itu, perubahan masyarakat akibat
perkembangan iptek merupakan faktor yang benar-benar harus dipertimbangkan
dalam pengembangan kurikulum. Karena masyarakat merupakan faktor penting
dalam pengembangan kurikulum, maka masyarakat dijadikan salah satu asasnya.
Dalam hal ini pun harus kita jaga, agar asas ini jangan terlampau mendominasi

14
sehingga timbul kurikulum yang berpusat pada masyarakat atau “society centered
curriculum”.

F. Aspek Organisatoris

Asas ini berkenaan dengan masalah bagaimana bahan pelajaran akan


disajikan. Apakah dalam bentuk mata pelajaran yang terpisah-pisah, ataukah
diusahakan adanya hubungan antara pelajaran yang diberikan, misalnya dalam
bentuk broad field atau bidang studi seperti IPA, IPS, Bahasa, dan lain-lain.
Ataukah diusahakan hubungan secara lebih mendalam dengan menghapuskan
segala batas-batas mata pelajaran (dalam bentuk kurikulum terpadu). Penganut
ilmu jiwa asosiasi akan memilih bentuk organisasi kurikulum yang berpusat pada
mata pelajaran, sedangkan penganut ilmu jiwa Gestalt akan cenderung memilih
kurikulum terpadu.

Ilmu jiwa asosiasi yang berpendirian bahwa keseluruhan sama dengan


jumlah bagian-bagiannya, cenderung memilih kurikulum yang berpusat pada mata
pelajaran, yang dengan sendirinya akan terpisah-pisah. Sebaliknya, ilmu
jiwa Gestalt lebih mengutamakan keseluruhan karena keseluruhan itu bermakna
dan lebih relevan dengan kebutuhan anak dan masyarakat.

Perlu diingatkan kembali, bahwa tidak ada kurikulum yang baik dan tidak
baik. Setiap organisasi kurikulum mempunyai kebaikan akan tetapi tidak lepas
dari kekurangan ditinjau dari segi-segi tertentu. Selain itu, bermacam-macam
organisasi kurikulum dapat dijalankan secara bersama di satu sekolah, bahkan
yang satu dapat membantu atau melengkapi yang satunya.

Kurikulum yang bagaimana yang harus dipilih? Pertanyaan itu diajukan


karena macamnya kemungkinan. Dalam mengembangkan kurikulum harus
diadakan pilihan, jadi selalu ada hasil semacam kompromi antara anggota panitia
kurikulum. Sering dikatakan bahwa, kurikulum adalah soal pilihan. Dalam hal ini
pilihan banyak bergantung pada pendirian atau sikap seseorang tentang
pendidikan. Pada umumnya dapat dibedakan dua pendirian utama, yakni yang
tradisional dan yang progresif.

15
G. Asas IPTEK

Ilmu pengetahuan dan teknologi satu sama lain tidak dapat dipisahkan,
sebab ilmu pengetahuan yang hanya sebagai ilmu untuk bahan bacaan tanpa
praktikan untuk kepentingan umat manusia hanyalah suatu teori yang mati.
Sebaliknya praktik yang tanpa didasari oleh ilmu pengetahuan hasilnya akan sia-
sia.

Kurikulum tidak boleh meninggalkan kemajuan teknologi pendidikan.


Peningkatan penggunaan teknologi pendidikan akan menyebabkan naiknya
tingkat efektivitas dan efisien proses belajar mengajar, yang selalu menonjolkan
peranan guru terutama dalam memilih bahan dan penyampaiannya. Dengan
majunya teknologi informasi, diharapkan bahwa mengajar berarti belajar
mengajar dirinya sendiri. Selanjutnya, sistem penyampaiannya tidak harus dengan
tatap muka antara guru dan siswa. Sekarang peran guru dapat digantikan dengan
media instruksional, baik yang berupa media cetak maupun non-cetak terutama
media elektronik; komputer, internet, rekaman video, dan sebagainya.

Dengan teknologi pendidikan modern, proses pembelajaran akan


dilakukan dengan berbagai sistem penyampaian misalnya, sistem pembelajaran
jarak jauh yang penyampaiannya dengan cara menggunakan modul, Televisi
Pendidikan Nasional, siaran radio, pendidikan, metode berprogram internet dan
sebagainya.

BAB III

PENUTUP

16
A. Kesimpulan

Kurikulum adalah sesuatu yang direncanakan sebagai pegangan guna


mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum selalu mengalami perubahan sesuai
dengan perkembangan zaman. Di dalam mengembangkan kurikulum, perlu
diperhatikan asas-asas kurikulum, yang meliputi asas religius, asas filosofis, asas
psikologis, asas sosiologis, asas organisatoris dan asas teknologi.

 Asas religius mempunyai pendirian bahwa segala sistem yang ada dalam
masyarakat, termasuk sistem pendidikan harus meletakkan dasar falsafah,
tujuan, dan kurikulumnya pada ajaran agama.

 Asas filosofis dalam penyusunan kurikulum, berarti bahwa penyusunan


kurikulum hendaknya berdasar dan terarah pada falsafah negara yang
dianut.

 Asas psikologis berpandangan bahwa manusia adalah makhluk yang


bersifat unitas multiplex yang terdiri atas sembilan aspek psikologi yang
kompleks tetapi satu.

 Asas sosiologis berarti, kurikulum sekolah dalam penyusunan dan


pelaksanaan banyak dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial yang
berkembang dan selalu berubah di dalam masyarakat.

 Asas organisatoris lebih condong kepada masalah dalam pembentukan


bahan pelajaran yang akan disajikan, tentunya yang sesuai dengan
kurikulum pemerintah untuk mencapai tujuan pendidikan.

 Asas teknologi yakni kurikulum tidak boleh meninggalkan kemajuan


teknologi pendidikan. Peningkatan penggunaan teknologi pendidikan akan
menyebabkan naiknya tingkat efektivitas dan efisien proses belajar
mengajar, yang selalu menonjolkan peranan guru terutama dalam memilih
bahan dan penyampaiannya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Mulyasa, E. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja


Rosda Karya.

Nasution, S. 2009. Asas-asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara.

http:// www.wordpress.com

Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Kencana Prenanda Media


Group, 2008), hlm 31.

Ibid., hlm 33

Ibid., hlm 42

Moh. Yamin. Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan, (Jakarta: Diva Press,


2009), hlm 65

Wina Sanjaya, op. cit. hlm 43

Ahmad M. dkk, Pengembangan Kurikulum (Bandung: Pustaka Setia, 1998), hal


15

Chasanatin, Haiatin, 2015, Pengembangan Kurikulum, Metro:STAIN Jurai Siwo


Metro, hal 34

Ibid, hal 35

Ibid., hlm 37

Ibid., hlm 39

Moh. Yamin. Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan, (Jakarta: Diva Press,


2009), hlm 120

Chasanatin, Haiatin. op, cit. Hlm 28

Nasution, S. Asas-asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara. Th 2009. Hal 127.

18
19

Anda mungkin juga menyukai