A. Pendahuluan
1
Penulis adalah Mahasiswa Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Madura
1
Dengan diterapkannya kebijakan pemerintah (DepDikNas) yaitu
pengembangan kurikulum operasional dilakukan setiap satuan pendidikan dengan
program kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), maka seluruh jajaran di
setiap satuan pendidikan harus memiliki pemahaman kurikulum, dan secara
operasional harus dijadikan rujukan dan implementasikan kurikulum di setiap
satuan pendidikan yang dikelola.
Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang
sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya
peranan kurikulum di dalam pendidikan dan dalam perkembangan manusia, maka
dalam penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa menggunakan landasan
yang kokoh dan kuat.
Dapat kita bayangkan, andai kata sebuah bangunan yang dibangun tidak
menggunakan landasan (fondasi) yang kuat, kerugian tidak akan terlalu besar
dibandingkan harga sebuah rumah yang dibangun dan apabila kondisi keuangan
kita memungkinkan maka mudah bagi kita untuk membangun kembali. Akan
tetapi, apabila yang roboh itu kurikulum yang sifatnya sebagai alat untuk
mempersiapkan manusia, maka kerugiannya bersifat fatal dan tidak bisa diukur
dengan materi karena menyangkut dengan upaya memanusiakan manusia.
Dengan demikian, dalam mengembangkan kurikulum, harus lebih dahulu
diidentifikasi dan dikaji secara selektif, akurat, mendalam dan menyeluruh,
landasan apa saja yang harus dijadikan pijakan dalam merancang,
mengembangkan dan mengimplementasikan kurikulum.
Dengan landasan yang kokoh kurikulum yang dihasilkan akan kuat, dengan
landasan yang kokoh, kurikulum yang dihasilkan akan kuat, program pendidikan
yang dihasilkan akan dapart menghasilkan manusia terdidik sesuai dengan hakikat
kemanusiannya, baik untuk kehidupan masa kini maupun menyongsong
kehidupan jauh ke masa yang akan datang.
Landasan yang dipilih untuk dijadikan dasar pijakan dalam mengembangkan
kurikulum sangat tergantung atau dipengaruhi oleh pandangan hidup, kultur,
kebijakan politik yang dianut oleh negara dimana kurikulum dikembangkan.
Landasan psikologis, sosiologis, serta landasan ilmu pengetahuan dan teknologi
2
adalah landasan umum dan pokok sebagai dasar pijakan dalam mengembangkan
kurikulum.
B. Pengertian Pengembangan Kurikulum
Istilah kurikulum juga memang bukan istilah asli dalam Bahasa Indonesia.
Istilah kurikulum baru masuk dalam khazanah kosakata dunia pendidikan di
Indonesia pada sekitar tahun 1968, atau sejak awal lahirnya kurikulum 1968,
untuk menggatikan kurikulum sebelumnya yaitu rencana pembelajaran 1950.
Pada waktu itu, istilah yang digunakan dalam dunia pendidikan bukan kurikulum
melainkan rencana pembelajaran.
Pemerintah Indonesia menggunakan istilah kurikulum pada tahun 1968 an,
ketika depertemen pendidikan dan kebudayaan menerbitkan kurikulum 1968.
Sebelumnya dunia pendidikan di negera kita belum menggunakan istilah
kurikulum. Kalaupun ada, penggunaan istilah kurikulum masih terbatas di
kalangan intelektual yang memang mendalami ilmu atau kajian tentang
kurikulum.
Pada tahun 1945 istilah kurikulum belum kita kenal dalam khazanah ilmu
pendidikan kita. Pada tahun 1947, pemerintah Indonesia berhasil menerbitkan
kurikulum yang pertama tanpa menggunakan istilah kurikulum, melainkan
menggunakan istilah rencana pembalajaran.
Secara etimologis, kurikulum berasal dari bahasa latin “curir” yang artinya
pelari, dan “curere” yang artinya tempat berlari. Pengertian awal kurikulum
adalah suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari mulai dari garis start sampai
garis finish untuk mendapatkan haidah.2
2
Prof. Dr. H. Wina Sanjaya, M.Pd., Kurikulum Dan Pembelajaran, (Jakarta, PRENADAMEDIA
GROUP, 2008) hal. 3
3
program kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), maka seluruh jajaran di
setiap satuan pendidikan harus memiliki pemahaman kurikulum, dan secara
operasional harus dijadikan rujukan dan implementasikan kurikulum di setiap
satuan pendidikan yang dikelola.
Kurikulum sangat berkaitan erat dengan dunia pendidikan, karena kurikulum
ada suatu tatanan yang bisa membuat jalannya pendidikan menjadi lebih baik.
Kurikulum akan terus berjalan seiring dengan perkembangan zaman. Perubahan-
perubahan akan terus terjadi dalam kurikulum, karena perkembangan ilmu
pengetahuan semakin meningkat, maka kurikulum haruslah menyesuaikan dengan
kondisi, agar terarah dan terukur bila di terapkan dalam dunia pendidikan.
Dengan diterapkannya kebijakan pemerintah (DepDikNas) yaitu
pengembangan kurikulum operasional dilakukan setiap satuan pendidikan dengan
program kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), maka seluruh jajaran di
setiap satuan pendidikan harus memiliki pemahaman kurikulum, dan secara
operasional harus dijadikan rujukan dan implementasikan kurikulum di setiap
satuan pendidikan yang dikelola.
Istilah kurikulum sendiri awalnya berasal dari dunia olahraga pada zaman
romawi kuno di Yunani dan diadopsi ke dalam dunia pendidikan. Pengertian
tersebut kemudian digunakan dalam dunia pendidikan dengan penmgertian
sebagai rencana dan pengaturan tentang sejumlah mata pelajaran yang harus di
pelajari peserta didik dalam menempuh pendidikan di lembaga pendidikan.3
Secara terminilogis, istilah kurikulum yang digunakan dalam dunia
pendidikan mempunyai pengertian sebagai sejumlah pengetahuan atau mata
pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan siswa untuk mencapai suatu
tujuan pendidikan atau kompetensi yang telah ditetapkan.4
Mengambil kesimpulan dari pengertian diatas, kurikulum dalam pendidikan
diartikan sebagai pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan oleh anak didik
untuk memperoleh ijazah.
3
Drs. Suparlan, M.Ed., Tanya Jawab Pengembangan Kurikulum & Materi Pembelajaran,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2012) hal. 34
4
Ibid, 37
4
Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan dan penyusunan
kurikulum oleh pengembang kurikulum (curiculum developer) dan kegiatan yang
yang dilakukan agar kurikulum yang dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan
acuan yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.5
Landasan pengembangan kurikulum berkaitan dengan tujuan pendidikan.
Terdapat beberapa landasan utama dalam pengembangan kurikulum. Menurut
Herry Widyastono dalam bukunya pengembangan kurikulum yang disadur oleh
Zais (1976), mengemukakan empat landasan pengembangan kurikulum, yaitu
Philosophy and the nature of knowledge, society and culture, the individual, dan
learning theory.6
Sedangkan menurut Syaodih dalam bukunya pengembangan kurikulum, ada
beberapa landasan utama dalam pengembangan suatu kurikulum, yaitu landasan
filosofis, landasan psikologis, landasan sosial budaya, serta perkembangan ilmu
dan teknologi.7 Sedangkan menurut Sanjaya ada empat landasan pengembangan
kurikulum, yakni landasan filosofis, psikologis, sosiologis dan teknologis.
Dari pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat empat landasan
pengembangan kurikulum, yaitu landasan filosofis, landasan psikologis, landasan
sosiologis dan landasan ilmu pengetahuan dan teknologi.
C. Landasan Pengembangan Kurikulum
1. Landasan Filosofis
Secara harfiah filosofis (filsafat) berarti “cinta akan kebijakan”. Orang belajar
berfilsafat agar dia menjadi orang yang mengerti dan berbuat secara bijak. Untuk
mengerti dan berbuat secara bijak, ia harus tahu atau berpengetahuan.
Pengetahuan tersebut diperoleh melalui proses berpikir, yaitu berfikir secara
sistematis, logis dan mendalam. Berfilsafat diartikan pula berfikir secara radikal
5
Ibid, 78
6
Dr. Herry Widyastono, PU., Pengembangan Kurikulum Di Era Otonomi Daerah (Jakarta: Bumi
Askara, 2014) hal. 23
7
Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktik, (Bandung:
PT REMAJA ROSDAKARYA) hal. 38
5
atau berfikir sampai ke akar-akarnya untuk menjawab pertanyaan tentang “ke apa-
apa an”, “ke-mengapaan”, dan “ke-bagaimana-anm”8
Kurikulum sangat berkaitan erat dengan dunia pendidikan, karena kurikulum
ada suatu tatanan yang bisa membuat jalannya pendidikan menjadi lebih baik.
Kurikulum akan terus berjalan seiring dengan perkembangan zaman. Perubahan-
perubahan akan terus terjadi dalam kurikulum, karena perkembangan ilmu
pengetahuan semakin meningkat, maka kurikulum haruslah menyesuaikan dengan
kondisi, agar terarah dan terukur bila di terapkan dalam dunia pendidikan.
Dengan diterapkannya kebijakan pemerintah (DepDikNas) yaitu
pengembangan kurikulum operasional dilakukan setiap satuan pendidikan dengan
program kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), maka seluruh jajaran di
setiap satuan pendidikan harus memiliki pemahaman kurikulum, dan secara
operasional harus dijadikan rujukan dan implementasikan kurikulum di setiap
satuan pendidikan yang dikelola.
Secara akademik, filsafat berarti upaya untuk menggambarkan dan
menyatakan suatu pandangan yang sistematis dan komprehensif tentang alam
semesta dan kedudukan mansuai didalamnya.9 Ada empat fungsi filsafat dalam
proses pengembangan kurikulum.
Pertama, filsafat dapat menentukan arah dan tujuan pendidikan. Dengan
filsafat sebagai pandangan hidup atau value system, maka dapat ditentukan mau
dibawa kemana siswa yang kita didik itu. Kedua, filsafat dapat menentukan isi
atau materi pelajaran yang harus diberikan sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai. Ketiga, filsafat dapaty menentukan strategi atau cara pencapaian tujuan.
Filsafat sebagai sistem nilai dapat dijadikan pedoman dalam merancang kegiatan
pembelajaran. Keempat, melalui filsafat dapat ditentukan bagaimana menentukan
tolak ukur keberhasilan proses pendidikan.10
8
Dr. Herry Widyastono, PU., Pengembangan Kurikulum Di Era Otonomi Daerah (Jakarta: Bumi
Askara, 2014) hal. 24
9
Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktik, (Bandung:
PT REMAJA ROSDAKARYA)
10
Prof. Dr. H. Wina Sanjaya, M.Pd., Kurikulum Dan Pembelajaran, (Jakarta, PRENADAMEDIA
GROUP, 2008) hal. 43
6
Sebagai suatu landasan fundamental, filsafat memegang peranan pentimg
dalam proses pengembangan kurikulum. Wina Sanjaya dalam bukunya kurikulum
dan pembelajaran menguraikan alasan filsafat harus menjadi dasar dalam
menentukan tujuan pendidikan dan sebagai proses berfikir. Diantaranya adalah:
1) Filsafat sebagai dasar menentukan tujuan pendidikan
Dalam artian luas, pendidikan dapat diartikan sebagai proses
pengembangan semua aspek kepribadian manusia, baik aspek
pengetahuan, nilai dan sikap maupun keterampilan. Menurut Hummel
sebagaimana disadur oleh Sanjaya, ada tiga hal yang harus di
perhatikan dalam mengembangkan tujuan pendidikan.
Pertama, autonomy, artinya memberikan kesadaran, pengetahuan dan
kemampuan yang prima kepada setiap individu dan kelompok untuk
dapat mandiri dan hidup bersama dalam kehidupan yang lebih baik.
Kedua, equity, artinya pendidikan harus dapat memberi kesempatan
kepada seluruh warga masyarakatuntuk dapat berpartisipasi dalam
kebudayaan dan ekonomi.
Ketiga, survival, artinya pendidikan bukan saja harus dapat menjamin
terjadinya pewarisan dan memperkaya kebudayaan dari generasi ke
generasi, akan tetapi harus memberikanm pemahaman akan saling
ketergantungan antara manusia.11
2) Filsafat sebagai proses berfikir
Filsafat sering diartikan sebagai cara berfikir. Menurut Widyastono
berfilsafat pada hakikatnya berfikir sedalam-dalamnya sampai ke aar-
akarnya untuk menjawab pertanyaan tengan “ke-apa-an”, “ke-
mengapa-an” dan “ke-bagaimana-an” tentang segala sesuatu untuk
mencari kebenaran.
11
Prof. Dr. H. Wina Sanjaya, M.Pd., Kurikulum Dan Pembelajaran, (Jakarta, PRENADAMEDIA
GROUP, 2008) hal. 46
7
Sekolah bertujuan mendidik anak agar menjadi manusia yang baik. Yang
dimaksud baik disini, pada hakikatnya ditentukan oleh nilai-nilai, cita-cita atau
filsafat yang dianut negara, akan tetapi juga guru, orang tua, masyarakat bahkan
dunia. Perbedaan filsafat dengan sendirinya akan menimbulkan perbedaan dalam
tujuan pendidikan, juga bahan pelajaran yang disajikan, mungkin juga bahan
pelajaran yang disajikan dan juiga cara mengajar dan menilainya.
Pendidikan di negara otokratis akan berbeda dengan negara demokratis,
pendidikan di negara yang menganut agam budha akan berlainan dengan
pendidikan di negara yang memeluk agam Islam dan Kristen.kurikulum
mempunyai hubungan erat dengan filsafat bangsa dan negara terutama dalam
menentukan manusia yang dicita-citakan sebagai ntujuan yang harus dicapai
melalui pendidikan formal.12
2. Asas Sosiologis
12
Prof. Dr. S. Nasution, M.A., Asas-Asas Kurikulum, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014 hal. 12)
8
yang ketiga, fakta sosial itu tersebar di kalangan warga masyarakat, milik
masyarakat.13
Hal yang harus diperhatikan dan diantisipasi oleh pengembang dan pelaksana
kurikulum yang berhubungan dengan sosial budaya masyarakat adalah perubahan
pola hidup dan perubahan kehidupan sosial budaya.
1. Perubahan pola hidup mulai dari yang bersifat agraris tradisional
menuju industri modern, berikut ini yang meliputi:
a. Pola kerja teratur yang berlangsung mulai pagi sampai sore yang
relatif stagnan, menuju pola kerja yang tidak teratur, yang
cenderung menggunakan waktu mulai pagi sampai sore, yang
dilanjutkan dari sore sampai pagi. Namun, hal tersebut harus
diperhatikan dan diantisipasi oleh pengembang kurikulum. Karena
seharusnya kurikulum harus mampu mendesain manusia produktif
yang tidak hanya bisa bekerja, namun dapat mencintai pekerjaan
tersebut.
b. Pola hidup yang sangat bergantung pada hsil-hasil teknologi.
Ketergantungan terhadap hasil-hasil teknologi akan melenyapkan
jenis-jenis pekerjaan tertentu dan memunculkan jenis pekerjaan
baru yang menuntut keahlian khusus. Hal itu harus diperhatikan
oleh pengembang dan pelaksana kurikulum, karena kurikulum
harus didesain supaya mampu membentuk manusia produktif yang
bukan hanya berpikir pasif, malinkan dapat berfikir kreatif dan
inovatif untuk menciptakan peralatan dan hal-hal yang baru.
c. Pola hidup dalam sistem perekonmian baru, yang hal tersebut
ditandai dengan penggunaan produk jasa perbankan dan asuransi
untuk kegiatan perekonomian, seperti menabung, perkreditan dan
lain sebagainya. Hal diatas tersebut harus bisa dipahami dan
diantisipasi oleh pengembang dan pelaksana kurikulumkarena hal
tersebut bukan hanya memerlukan isi kurikulum, melainkan juga
dapat mengubah lingkungan sekolah, serta bahan-bahan bacaan
pengayaan yang memperkenalkan terhadap fenomena baru yang
terjadi.
2. Perubahan Kehidupan Arus Politik
Arus globlisasi yang bergerak sangant cepat dan tidak terbendung
membawa perubahan kehidupan sosial politik keseluruh penjuru dunia,
termasuk kehidupan sosial politik di Indonesia.
13
Prof. Dr. S. Nasution, M.A., Asas-Asas Kurikulum, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014 hal. 15)
9
Perubahan tersebut dimulai dengan munculnya gerakan revormasi
yang menjatuhkan rezim orde baru, yang mana pada awalnya sistem
pendidikan kita bersifta sentralistik, segala sesuatunya seragam, dari
sabang sampai merauke.
Seirirng dengan perubahan sistem pengelolaan pemerintah, dari
sentralistik ke desentralisasi ke otonomi daerah. Berimplikasi pula
pada sistem pendidikan yang semual bersifat sentralistik ke otonomi
sekolah, artinya pemberian kewenangan kepada sekolah dan guru
untuk menyusu kurikulumnya sesuai dengan kondisi sekolah dan
karakteristik siswanya yang mengacu kepada standar nasional
pendidikan yang sudah ditetapkan oleh mentri.
3. Asas Psikologis
14
Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktik, (Bandung:
PT REMAJA ROSDAKARYA) hal. 45
10
Pada hakikatnya, setiap anak merupakan pribadi yang unik, khas, yang
memiliki bakat, minat, kemampuan dan kecepatan belajar yang berbeda satu
dengan yang lainnya. Akan tetapi, setiap anak juga memiliki kesamaan secara
universal. Oleh karena itu, menururt Widiyastno kurikulum harus memperhatikan
dua aspek,
1) Psikologi perkembangan anak yang meliputi: Sensorimotor yang
berkembang mulai lahir sampai 2 tahun, pra-operasional yang
berkembang mulai usia 2n sampai 7 tahun, operasional konkret yang
berkembang mulai usia 7 sampai 11 tahun dan operasional formal
mulai usia 11 sampai 14 tahun keatas.
2) Psikologi belajar yang pada hakikatnya, kurikulum tersebut disusun
untuk membelajarkan peserta didik.
4. Asas Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi
11
ini menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan selalu berkembang. Perkembangan
ilmu pengetahuan yang begitu cepat harus diperhatikan dan di antisipasi oleh
pengembang kurikulum, terutama isi kurikulum harus sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan tersebut dan di antisipasi perubahan yang
mungkin terjadi.15
Menurut Arthur Thomson dalam cdgazalba yang dikutip oleh Zainal Arifin,
menjelaskan bahwa ilmu adalah pelukisan fakta-fakta pengalaman secara lengkap
dan konsisten dalam istilah sesederhana mungkin.
Disamping pengalaman yang ada ilmu selalu ingin mendapatkan kebenaran
dari suatu gejala melalui hukum sebab akibat dan memahaminya sebagaimana
adanya pengalaman merupakan sumber pengetahuan.
Teknologi pada hakikatnya penerapan ilmua pengetahuan, teknologi
memegang peranan penting dalam kehidupan budaya manusia. Adapun ilmun
pengetahuan dan teknologi terbebntuk karena adanya karya-karya pikir manusia.
Mengingat sifatnya yang lebih obejktif dalam menanggapi fenomena-fenomena
alam baik mengenai benda benda, makhluk hidup amupun mengenai kehidupan
masyrakat. Oleh karena itu, ilm,u pengetahuan dan teknologi bisa cepat menyebar
luas, terutama segi-segi yang sangat berguna dan mudah digunakan.
Kurikulum sangat berkaitan erat dengan dunia pendidikan, karena kurikulum
ada suatu tatanan yang bisa membuat jalannya pendidikan menjadi lebih baik.
Kurikulum akan terus berjalan seiring dengan perkembangan zaman. Perubahan-
perubahan akan terus terjadi dalam kurikulum, karena perkembangan ilmu
pengetahuan semakin meningkat, maka kurikulum haruslah menyesuaikan dengan
kondisi, agar terarah dan terukur bila di terapkan dalam dunia pendidikan.
Dengan diterapkannya kebijakan pemerintah (DepDikNas) yaitu
pengembangan kurikulum operasional dilakukan setiap satuan pendidikan dengan
program kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), maka seluruh jajaran di
setiap satuan pendidikan harus memiliki pemahaman kurikulum, dan secara
15
Dr. Herry Widyastono, PU., Pengembangan Kurikulum Di Era Otonomi Daerah (Jakarta: Bumi
Askara, 2014) hal. 35
12
operasional harus dijadikan rujukan dan implementasikan kurikulum di setiap
satuan pendidikan yang dikelola.
Dalam hal ini, masyarakat Indonesia masayarakat Indoneisa sudah banyak
memanfaatkan produk teknologi dalam pendidikan., seperti: komputr, Internet dan
mesin hitung. Jadi, dilihat dari pemanfaatan teknologi masyarakat Indonesia
sampai saat ini sudah mengalami perkembangan yang cukup signifikan.16
Perkembangan yang begitu pesat beberapa dekade terkahir terutama dominasi
oleh perkembangan di bidang teknologi transportasi, teknologi komunikasi dan
informatika serta teknologi media cetak
Teknologi komukiasi dan informatik juga berkembang sangat pesat berkat
temuan-temuan dibidang elektrnika. Dengan adanya hal tersebut, perkembangan
teknlgi yang begitu cepat harus di perhatikan dan di antispasi leh perkembangan
kurikulum. Terutama, isi kurikulum harus sejalan dengan perkembang tekhnlgi
tersebut dan di antisipasi perubahan yang mungkim terjadi.17
D. Kesimpulan
16
Dr. Herry Widyastono, PU., Pengembangan Kurikulum Di Era Otonomi Daerah (Jakarta: Bumi
Askara, 2014) hal. 35
17
Dr. Herry Widyastono, PU., Pengembangan Kurikulum Di Era Otonomi Daerah (Jakarta: Bumi
Askara, 2014) hal. 34
13
DAFTAR PUSTAKA
14