Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH ADMINISTRASI MANAJEMEN SEKOLAH

“ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN KURIKULUM SEKOLAH


MENENGAH DAN PEMBELAJARAN”

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 1

NATHANIA CRESS DACHI 190384205008

IDYA REGINA 190384205016

DINDA LESTARI 190384205050

DOSEN PENGAMPU :

Dr.Hj.Nevrita, M.Pd.,S.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan sayukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah “Administrasi dan
Manajemen Kurikulum Sekolah Menengah dan Pembelajaran” untuk
memenuhi tugas mata kuliah Administrasi dan Manajemen Sekolah. Dalam proses
penyusunan makalah ini tentunya ada hambatan yang kami hadapi. Namun berkat
dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung,
akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami ucapkan terimakasih kepada
semua pihak untuk semua dukungan yang telah diberikan.

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan ilmu
teman-teman sekalian. Kami menyadari makalah ini masih banyak terdapat
kesalahan dan kekurangan, untuk itu kami berharap saran dan kritikan yang
membangun agar pembuatan makalah selanjutnya jauh lebih baik.

Batam, 10 September 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………….….……….2

Daftar Isi…………………………………………………………………………3

Bab I Pendahuluan……………………………………………………………….4

1.1 Latar Belakang…………………………………………………..………4


1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………….5
1.3 Manfaat dan Tujuan…………………………………………..…………5

Bab II Pembahasan……………………..……………………………………….6

2.1 Modifikasi Kurikulum Nasional………...………………………………6


2.2 Kalender Pendidikan……………………………….……………………8
2.3 Jadwal Pelajaran dan Pembagian Tugas Mengajar………..……………10
2.4 Program Pengajaran Persemester dan Persiapan Pelajaran…….………12
2.5 Program Kurikuler dan Ekstrakurikuler………..………………………14
2.6 Mengatur Pelaksaan Penilaian…………….……………………………16

Bab III Penutup…………………………………………………………………19

3.1 Kesimpulan………………..……………………………………………19

Daftar Pustaka……………….…………………………………………………20
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manajemen tidak akan terlepas dari kegiatan pembelajaran karena


manajemen tersebut merupakan usaha untuk mensukseskan suatu tujuan dalam
pendidikan. Diperlukan adanya pengelolaan, penataan, dan pengaturan ataupun
kegiatan yang sejenis yang masih berkaitan dengan lembaga pendidikan guna
mengembangkan sumber daya manusia agar dapat memenuhi tujuan daripada
pendidikan tersebut seoptimal mungkin.

Manajemen kurikulum adalah sebuah bentuk usaha atau upaya bersama


untuk memperlancar pencapaian tujuan pengajaran khususnya usaha meningkatkan
kualitas interaksi belajar mengajar. Dalam upaya – upaya tersebut diperlukan
adanya evaluasi, perencanaan, dan pelaksanaan yang merupakan satuan rangkaian
yang tidak dapat dipisahkan. Sedangkan manajemen pembelajaran ialah suatu
sistem dengan komponen-komponen yang saling berkaitan. Komponen-komponen
pembelajaran meliputi: peserta didik, guru, bahan ajar, kurikulum, sarana prasarana,
serta strategi pembelajaran. Dengan demikian manajemen kurikulum dan
pembelajaran saling berkaitan satu sama lain dalam suatu pendidikan, untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.

Manajemen kurikulum salah satu aspek yang berpengaruh terhadap


keberhasilan pembelajaran dalam pendidikan nasional. Di samping itu, kurikulum
merupakan suatu sistem program pembelajaran untuk mencapai tujuan institusional
pada lembaga pendidikan, sehingga kurikulum memegang peranan penting dalam
mewujudkan sekolah yang bermutu atau berkualitas. Untuk menunjang
keberhasilan kurikulum, diperlukan upaya pemberdayaan bidang manajemen atau
pengelolaan kurikulum. Pengelolaan kurikulum pada tingkat lembaga atau sekolah
perlu di koordinasi oleh pihak pimpinan (manajer) dan pembantu pimpinan
(manajer) yang dikembangkan secara integral dalam konteks Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) serta
disesuaikan dengan visi dan misi lembaga pendidikan yang bersangkutan.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Modifikasi Kurikulum Nasional?


2. Apa yang dimaksud dengan Kalender Pendidikan?
3. Bagaimana Jadwal Pelajaran dan Pembagian Tugas Mengajar?
4. Bagaimana Program Pengajaran Persemester dan Persiapan Pelajaran?
5. Bagaimana Program Kurikuler dan Ekstrakurikuler?
6. Bagaimana Mengatur Pelaksanaan Penilaian?

1.3 Manfaat dan Tujuan Penulisan

Mahasiswa mengetahui dan memahami konsep keseluruhan Manajemen


Kurikulum.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Modifikasi Kurikulum Nasional

Kurikulum yang digunakan pada sekolah inklusi adalah kurikulum umum


(reguler) yang diadaptasi sesuai dengan kemampuan potensi dan karakteristik
kebutuhan siswa. Adaptasi diarahkan pada materi, alokasi waktu, proses
pembelajaran, penilaian, dan media pembelajaran yang digunakan.

Ragam hambatan yang dialami peserta didik berkebutuhan khusus sangat


bervariasi, mulai dari yang sifatnya ringan, sedang sampai yang berat, maka dalam
implementasinya di sekolah, kurikulum umum perlu dilakukan adaptasi sedemikian
rupa sehingga sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Adaptasi dilakukan dengan
beberapa cara yaitu eskalasi, duplikasi, modifikasi, substitusi, dan omisi.

Dalam Kurikulum 13, pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan


Nasional telah menetapkan Standar Isi dan Standar Kompetensi lulusan, yang
meliputi Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD). Untuk pengembangan
kurikulum selanjutnya diserahkan pada satuan pendidikan masing-masing yang
nantinya dikenal sebagai Kurikulum 13. Substansi pengembangan kurikulum yang
lebih rinci dilakukan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan, Standar Kelompok
Mata Pelajaran, dan Standar Kompetensi Mata Pelajaran. Kurikulum ini
dikembangkan di tingkat satuan pendidikan dengan mengingat kondisi daerah dan
kondisi kemampuan peserta didik.

Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang cocok bagi penyelenggaraan


sekolah inklusi. Dengan kurikulum ini, maka akan memberikan peluang terhadap
tiap-tiap anak untuk mengaktualisasikan segala potensi yang mereka miliki sesuai
dengan bakat, kemampuan dan perbedaan yang ada pada setiap anak. Sistem
evaluasi pada kurikulum ini berbasis kompetensi yang menggunakan prinsip
ounthentic assessment, yang salah-satu bentuknya adalah portofolio, memberikan
peluang kepada guru untuk melakukan evaluasi dengan lebih objektif dan adil
sesuai dengan prinsip individual defferences.
Inklusi (ketercakupan) selayaknya tidak dimaknai secara sempit pada aspek
peserta didik saja. Namun inklusi adalah ketercakupan tiga aspek di atas yaitu aspek
hardware, software, dan brainware. Dengan sinerginya ketiga aspek tersebut bukan
tidak mungkin sekolah inklusi akan menjadi benar sebagai awal kesetaraan hak
penyandang disabilitas dalam memperoleh pendidikan, sehingga mampu
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. education for all perlu dukungan dari
semua pihak.

1. Aspek Hardware, yaitu meliputi sarana dan prasarana yang mendukung aspek
software. Sarana dan prasarananya memiliki aksesibilitas yang ramah pada
setiap peserta didik.
2. Aspek Software, yaitu meliputi kurikulum, silabus, dan perangkat penunjang
yang lain. Kurikulum yang digunakan pada sekolah inklusi adalah kurikulum
umum (reguler) yang disesuaikan atau dimodifikasi sesuai dengan kemampuan
awal dan karakteristik peserta didik. Modifikasi ini dapat dilakukan dengan cara
modifikasi alokasi waktu, materi atau isi, proses belajar mengajar atau
pembelajaran, sarana prasarana, lingkungan belajar, dan pengelolaan kelas.
3. Aspek Brainware, yaitu meliputi tenaga kependidikan, peserta didik, staf ahli,
psikolog, dan staf pendukung lainnya. Tenaga kependidikan atau guru di
sekolah inklusi yaitu guru kelas, guru mata pelajaran, dan guru pembimbing
khusus. Dalam perannya guru tidak berdiri sendiri, namun kerjasama dari
psikolog, dokter anak, bahkan orang tua peserta didik pun turut andil dalam
implementasi menuju sekolah iklusi yang lebih baik.

Tujuan Modifikasi Pengembangan Kurikulum :

1. Membantu peserta didik dalam mengembangkan potensi dan mengatasi


hambatan belajar yang dialami semaksimal mungkin dalam setting sekolah
inklusif
2. Membantu guru dan orang tua dalam mengembangkan program pendidikan
bagi peserta didik berkebutuhan khusus baik yang diselenggarakan di
sekolah maupun di rumah.
3. Menjadi pedoman bagi sekolah, dan masyarakat dalam mengembangkan,
menilai dan menyempurnakan program pendidikan inklusif.
2.2 Kalender Pendidikan

Kalender Pendidikan (Kaldik) merupakan pengaturan waktu untuk kegiatan


pembelajaran peserta didik selama satu tahun pembelajaran yang mencakup antara
lain permulaan tahun ajaran, minggu efektif belajar, dan juga hari libur. Kalender
Pendidikan menjadi acuan untuk merencanakan seluruh kegiatan pembelajaran
pada tahun pelajaran tertentu.

Meskipun kebijakan pengelolaan pendidikan antara dinas pendidikan satu


dengan lainnya terkadang memiliki perbedaan waktu, akan tetapi tetap
menyesuaikan rambu-rambu dalam Kalender Pendidikan. Di dalam Kalender
Pendidikan biasanya memuat hari efektif, minggu efektif, libur semester, libur hari
besar nasional, libur hari besar keagamaan, dan libur khusus.

Contoh Kalender Pendidikan

a) Fungsi Kalender Pendidikan :


1. Secara umum adalah untuk mendorong efektivitas dan efisiensi proses
pembelajaran di sekolah.
2. Untuk menyelaraskan antara ketentuan hari efektif dengan hari libur
sekolah.
3. Secara lebih khusus, Kalender Pendidikan bagi guru digunakan untuk
pedoman dalam penyusunan Program Tahunan (Prota), Program
Semester (Promes), Silabus, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP).
b) Komponen Kalender Pendidikan
Komponen-komponen yang harus ditampilkan dalam sebuah Kalender
Pendidikan adalah sebagai berikut :
✔ Permulaan Tahun Pelajaran
Permulaan tahun pelajaran adalah waktu dimulainya kegiatan
pembelajaran pada awal tahun pelajaran pada setiap satuan
pendidikan.
✔ Minggu Efektif Belajar
Minggu efektif belajar adalah jumlah minggu kegiatan pembelajaran
untuk setiap tahun pelajaran pada setiap satuan pendidikan, yaitu 34
sampai 38 minggu.
✔ Waktu Pembelajaran Efektif
Waktu belajar efektif merupakan jumlah jam pembelajaran setiap
minggu, meliputi jumlah jam pembelajaran untuk seluruh mata
pelajaran termasuk muatan lokal, yaitu 32 sampai 36 jam
pembelajaran.
✔ Waktu Libur
Waktu libur adalah waktu yang ditetapkan untuk tidak diadakannya
kegiatan pembelajaran terjadwal pada satuan pendidikan yang
dimaksud. Waktu libur dapat berbentuk jeda tengah semester, jeda
antar semester, libur akhir tahun pelajaran, hari libur keagamaan,
hari libur umum (termasuk hari-hari libur nasional), dan hari libur
khusus.

Kalender Pendidikan untuk setiap satuan pendidikan disusun oleh masing-


masing satuan pendidikan berdasarkan alokasi waktu sebagaimana tercantum dalam
Standar Isi dengan memperhatikan ketentuan dari pemerintah pusat atau pemerintah
daerah.
Hari efektif pada satuan pendidikan ditetapkan dengan cara menghitung
jumlah hari dalam satu bulan atau tahun dikurangi hari libur, ulangan semester gasal
dan genap, dan beberapa hari lain sesuai kebijakan sekolah.

2.3 Jadwal Pelajaran dan Pembagian Tugas Mengajar

Program pembelajaran adalah rancangan atau perencanaan satu unit atau


kesatuan kegiatan yang berkesinambungan dalam proses pembelajaran, yang
memilik tujuan, dan melibatkan sekelompok orang (guru dan siswa) untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Guru yang baik harus menyusun perencanaan sebelum melaksanakan


pembelajaran dikelas. Proses belajar mengajar yang baik harus didahului dengan
persiapan yang baik, tanpa persiapan yang baik akan sulit rasanya menghasilkan
pembelajaran yang baik. Oleh karena itu seharusnya guru sebelum mengajar
menyusun perencanaan atau perangkat pembelajaran.

Mata pelajaran merupakan materi bahan ajar berdasarkan landasan


keilmuan yang akan dibelajarkan kepada peserta didik sebagai beban belajar
melalui metode dan pendekatan tertentu. Beban belajar pada mata pelajaran
ditentukan oleh keluasan dan kedalaman pada tiap-tiap tingkat satuan pendidikan.
Pengertian jadwal menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pembagian
waktu berdasarkan rencana pengaturan urutan kerja; daftar atau tabel kegiatan atau
rencana kegiatan dengan pembagian waktu pelaksanaan yang terperinci. Sementara
Sahertian (1986: 28) menyatakan bahwa jadwal pelajaran di sekolah adalah
program kerja (mengajar) guru setiap harisehingga perlu diatur dengan sebaik-
baiknya, apabila jumlah siswa terus bertambah, beban mengajar guru juga ikut
bertambah.

Jadwal pelajaran berguna untuk mengetahui apa yang akan diajarkan pada
suatu waktu dalam suatu kelas. Dari sudut pandang guru, jadwal pelajaran
merupakan pedoman di kelas dimana ia harus mengajar pada suatu waktu, dan
berapa lama ia harus berada di kelas tersebut, untuk kemudian harus pindah ke kelas
lain. Berdasarkan penjelasan tersebut, jadwa pelajaran sebenarnya merupakan
penjabaran dari seluruh program pengajaran di sekolah (Suryosubroto, 2010: 44).

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan jadwal pelajaran ditingkat
satuan pendidikan demi tercapainya tujuan pembelajaran.

1. Antara mata pelajaran satu dengan lainnya harus ada selingan agar tidak
menjemukan.
2. Durasi jam pelajaran jangan terlalu lama, untuk kelas I dan II SD satu jam
pelajaran 30 menit, kelas III-VI 40 menit, dan untuk sekolah lanjutan 45 menit.
Untuk satu mata pelajaran maksimal 2 jam pelajaran jika diberikan berurutan.
3. Tiap-tiap mata pelajaran dicarikan waktu yang sesuai, biasanya mata pelajaran
yang banyak membutuhkan daya pikir dijadwalkan pada jam permulaan. Perlu
diatur antara mata pelajaran yang memerlukan pemikiran yang banyak atau
sebaliknya. Jika memungkinkan, dalam satu hari tidak perlu diisi dengan mata
pelajaran kimia, fisika, matematika, atau biologi secara berurutan, apalagi
disertai dengan adanya mata pelajaran yang membutuhkan tenga lebih seperti
olahraga.
4. Harus disediakan waktu istirahat agar peserta didik tidak terlalu lelah.
5. Jangan sampai kegiatan disuatu kelas dapat mengganggu kegiatan di kelas
sebelahnya. Untuk itu, perlunya penempatan ruang kelas secara cermat,
sebelum membuat jadwal pelajaran sebaiknya dilakukan identifikasi materi dan
aktivitas dari tiap-tiap kelas dan mata pelajaran.
6. Untuk sekolah-sekolah yang memiliki kelas atau peserta didik yang sedikit
dapat digabung dan diberikan kegiatan yang sama, seperti olahraga dan
kesenian.

Depdiknas (2008: 263) menyebutkan prinsip-prinsip dalam membuat jadwal


pelajaran sebagai berikut.

1. Sebuah jadwal pelajaran harus berorientasi kepada peserta didik untuk


memaksimalkan peluang pembelajaran, ditata sesuai dengan kegiatan yang
beragam dan untuk mempertahankan minat dan motivasi peserta didik.
2. Penugasan guru yang paling efisien dan terbaik dapat dicapai apabila organisasi
pengajaran sekolah ditentuan dengan baik.
3. Kapasitas untuk menampung jumlah peserta didik di suatu sekolah dikendalikan
oleh faktor sarana seperti bangunan. Sebaiknya, semua ruang kelas di
dayagunakan sepenuhnya secara produktif.
4. Para guru perlu dijadwalkan untuk mengajar subjek yang sesuai dengan latar
pendidikan.

Jadwal pelajaran sangat terkait dengan mata pelajaran sebagai landasan


dalam penyusunannya. Mata pelajaran di susun sesuai dengan kurikulum yang
berlaku, biasanya terdapat dalam struktur kurikulum. Struktur kurikulum
merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik
dalam kegiatan pembelajaran ke dalam muatan kurikulum setiap mata pelajaran
pada setiap tahun pendidikan. Muatan kurikulum tersebut dituangkan dalam
kompetensi yang harus dikuasai peserta didik sesuai dengan beban belajar yang
tercantum dalam struktur kurikulum.

2.4 Program Pengajaran Persemester dan Persiapan Pelajaran

Pembelajaran merupakan salah satu bentuk program, karena pembelajaran


yang baik memerlukan perencanaan yang matang. Selain itu, pelaksanaan
pembelajaran melibatkan berbagai orang, baik guru maupun siswa, memiliki
keterkaitan antara kegiatan pembelajaran yang satu dengan kegiatan pembelajaran
yang lain, yaitu untuk mencapai kompetensi bidang studi yang pada akhirnya untuk
mendukung pencapaian kompetensi lulusan, serta berlangsung dalam sebuah
lembaga atau instansi.

McDavid J.C. & Hawthorn, L.R.L., (2006: 15) mendefinisikan program


sebagai hubungan makna yang dirancang dan diterapkan dengan purposive. Suatu
program dapat dipahami sebagai kelompok dari aktivitas yang dimaksudkan untuk
mencapai satu atau terkait beberapa sasaran hasil.

Farida Yusuf Tayibnabis (2000: 9) mengartikan program sebagai segala


sesuatu yang dilakukan seseorang dengan harapan akan mendatangkan hasil atau
pengaruh. Dengan demikian program dapat diartikan sebagai serangkain kegiatan
yang direncanakan dengan seksama dan dalam pelaksanaannya berlangsung dalam
proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan
banyak orang. Dalam pengertian tersebut ada empat unsur pokok untuk dapat
dikategorikan sebagai program, yaitu:

1. Kegiatan yang direncanakan atau dirancang dengan seksama. Bukan asal


rancangan tetapi rancangan kegiatan yang disusun dengan pemikiran yang
cerdas dan cermat.

2. Kegiatan tersebut berlangsung secara berkelanjutan dari satu kegiatan ke


kegiatan yang lain, dengan kata lain ada keterkaitan antar kegiatan sebelum
dengan kegiatan sesudahnya.

3. Kegiatan tersebut berlangsung dalam sebuah organisasi, baik organisasi


formal maupun organisasi non formal bukan kegiatan individual.

4. Kegiatan tersebut dalam implementasi atau pelaksanaanya melibatkan


banyak orang, bukan kegiatan yang dilakukan oleh perorangan tanpa ada
kaitannya dengan kegiatan orang lain.

Definisi program pembelajaran adalah strategi pembelajaran dan penilaian


yang digunakan untuk menyampaikan dan menilai unit kompetensi. Cakupan
program pembelajaran adalah hasil belajar atau tujuan pembelajaran (berasal dari
standar kompetensi) dan garis besar isi, urutan, struktur pembelajaran dan metode
penyampaian dan penilaian yang akan digunakan.

Berdasarkan definisi program pembelajaran di atas, dapat disimpulkan


bahwa program pembelajaran adalah rancangan atau perencanaan satu unit atau
kesatuan kegiatan yang berkesinambungan dalam proses pembelajaran, yang
memiliki tujuan, dan melibatkan sekelompok orang (guru dan siswa) untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan yang dimaksud adalah pencapaian
hasil belajar yang berasal dari standar kompetensi.
2.5 Program Kurikuler dan Ekstrakurikuler

Kegiatan Ekstrakurikuler adalah kegiatan kurikuler yang dilakukan oleh


peserta didik diluar jam belajar intrakurikuler dan kegiatan kokurikuler, dibawah
bimbingan dan pengawasan satuan Pendidikan, bertujuan untuk mengembangkan
potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerjasama dan kemandirian peserta
didik secara optimal untuk mendukung pencapaian tujuan Pendidikan.

Program ekstrakurikuler disekolah bersifat sebagai penunjang program


intrakurikuler disekolah. Dengan disediakannya program ekstrakurikuler oleh
satuan Pendidikan diharapkan dapat dijadikan wadah untuk menyalurkan minat,
bakat, hobi, kepribadian dan kreatifitas siswa yang dapat dijadikan sebagai alat
untuk mendeteksi talenta siswa dan didesain secara professional sehingga dapat
menjadi wahana dalam melahirkan bakat terbesar dalam diri siswa, membentuk
karakter positif pada siswa dan tempat aktualisasi diri pada siswa.

Program ekstrakurikuler dikatakan berhasil apabila dapat mengembangkan


bakat dan minat yang dimiliki siswa secara baik dan memperluas wawasan siswa
yang pada akhirnya akan dapat mendukung program intrakurikuler disekolah.
Program ekstrakurikuler disekolah tidak akan berhasil apabila tidak ada
pengelolaan yang baik dari pihak sekolah. Kegiatan pengelolaan atau manajemen
merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari dunia Pendidikan karena
sangat berpengaruh pada perkembangan Pendidikan, bahkan permasalahan
Pendidikan yang muncul dalam dunia Pendidikan juga disebabkan oleh kegiatan
manajemen yang tidak terlaksana dengan baik. Boleh dikatakan krisis Pendidikan
yang dihadapi oleh bangsa dewasa ini berkisar pada krisis manajemen. Oleh karena
itu, untuk memperbaikinya pun haruslah dimulai dari manajemen itu sendiri.

Berdasarkan pendapat diatas terlihat bahwa manajemen sangat penting


dalam dunia Pendidikan. Manajemen dapat membantu organisasi dalam
melaksanakan pekerjaan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Apabila
manajemen diterapkan dengan dalam pengelolaan Pendidikan maka tujuan
Pendidikan akan dapat tercapai secara maksimal termasuk dalam tujuan program
ekstrakurikuler.
Berikut ini beberapa contoh kegiatan ekstrakurikuler yang terdapat di Lembaga
Pendidikan :

1. Ekstra Bola Basket


Ini merupakan program khusus untuk mendalami bidang olahraga
2. Ekstra Pramuka
Ekstra ini bertujuan gar peserta didik mandiri dan disiplin
3. Ekstra Tari
Ekstra ini bertujuan agar sikap dan perilaku siswa menjadi lebih baik dan tidak
menjurus kasar, karena penari umumnya lemah lembut khususnya untuk
melestarikan budaya Indonesia.
4. Ekstra Karate dan Perisai
5. Ekstra Komputer

Tujuan Kegiatan Ekstrakurikuler

● Menumbuh kembangkan pribadi peserta didik


Menumbuh kembangkan pribadi peserta didik yang sehat jasmani dan
rohani, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki kepribadian dan
bertanggung jawab terhadap lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar,
serta menanamkan sikap sebagai warga negara yang baik dan bertanggung
jawab melalui berbagai kegiatan positif dibawah tanggung jawab sekolah.
● Dapat meningkatkan kemampuan siswa berbagai aspek kognitif, efektif,
dan psikomotor.
● Mengembangkan bakat dan minat siswa dalam upaya pembinaan pribadi
menuju pembinaan manusia seutuhnya yang positif.
● Dapat mengetahui, mengenal, serta membedakan antara hubungan satu
pelajaran dengan mata pelajaran lainnya.

Lebih lanjut Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, menegaskan


bahwa ruang lingkup kegiatan ekstrakurikuler harus berpangkal pada kegiatan yang
dapat menunjang serta dapat mendukung program intrakurikuler dan program
kurikuler.

Fungsi Kegiatan Ekstrakurikuler :


1. Pengembangan, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan
kemampuan dan kreativitas peserta didik sesuai dengan pontensi, bakat dan
minat mereka.
2. Sosial, yaitu untuk mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab
sosial peserta didik.
3. Rekreatif, yaitu untuk mengembangkan suasana rileks, menggembirakan dan
menyenangkan bagi peserta didik yang menunjang proses perkembangan.
4. Persiapan Karir, yaitu untuk mengembangkan kesiapan karir peserta didik
dimasa yang akan datang.

2.6 Mengatur Pelaksanaan Penilaian

Standar Penilaian Pendidikan (SPP) sebagaimana tertuang pada


Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 merupakan penjabaran dari Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
(SNP). Pokok-pokok isi yang termuat pada SPP menjadi acuan bagi guru, sekolah,
dan pemerintah dalam melaksanakan penilaian hasil belajar. Mencermati lebih
lanjut, dalam kurikulum KTSP terdapat empat elemen standar nasional yang
mengalami perubahan, meliputi standar kompetensi lulusan, standar proses, standar
isi, dan standar penilaian. Terhadap perubahan itulah maka rumusan standar
kompetensi lulusan (SKL) pun berubah. Peraturan pemerintah yang menjelaskan
tentang evaluasi hasil belajar merupakan dasar dari penilaian hasil belajar. Artinya
Evaluasi pembelajaran berdasarkan sasarannya dapat dicermati melalui evaluasi
terhadap proses pembelajaran dan evaluasi terhadap hasil belajar. Evaluasi terhadap
hasil belajar sering disebut sebagai penilaian hasil belajar. Hal tersebut sesuai
dengan Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan.
Kaidah tersebut mencakup beberapa pengertian dasar penilaian, prinsip dasar
penilaian, teknik, instrumen, prosedur, dan mekanisme penilaian, serta perbedaan
kewenangan penilaian hasil belajar oleh pendidik, sekolah, dan pemerintah.

Selain kaidah umum penilaian pendidikan, terdapat kaidah khusus yang


dapat dijadikan dasar pelaksanaan penilaian selama proses pembelajaran di kelas
oleh pendidik. Proses penilaian didalam kelas yang dilakukan oleh pendidik dikenal
dengan istilah penilaian kelas. Pusat Kurikulum (Saat ini menjadi Pusat Kurikulum
dan Perbukuan) Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Nasional
mengatur pelaksanaan penilaian kelas untuk berbagai tingkatan pendidikan.
Pedoman penilaian kelas tersebut mencakup aturan tentang:

1) Konsep dasar penilaian

2) Teknik penilaian

3) Langkah-langkah pelaksanaan penilaian

4) Pengolahan hasil penilaian, dan

5) Pengolahan dan pelaporan hasil penilaian

Adapun model penilaian yang terdapat dalam kurikulum 2013 dapat berupa
penilaian berbasis tes dan non tes (portofolio), menilai proses dan output dengan
menggunakan authentic assesment, rapor memuat penilaian kuantitatif tentang
pengetahuan dan deskripsi kualitatif tentang sikap dan keterampilan. Dalam
peraturan Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 tentang standar penilaian
pendidikan disebutkan bahwa standar penilaian pendidikan adalah standar nasional
pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian
hasil belajar peserta didik. Setiap sikap, keterampilan dan pengetahuan peserta didik
harus dinilai dengan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan sesuai dengan jenis
evaluasi yang digunakan. Selanjutnya pada bagian ke-2, disebutkan pula bahwa
penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik.

Penilaian menjadi penentu tingkat keberhasilan siswa dalam system


pembelajaran. Diantara jenis-jenis penilaian sebagaimana disebutkan dalam
Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 adalah ulangan harian, ulangan tengah
semester, ulangan akhir semester, ulangan kenaikan kelas, ujian sekolah (UAS), dan
ujian Nasional (UAN). Sebagaimana dijelaskan dalam lampiran Permendikbud
BAB I bahwa salah satu fungsi dirumuskan standar nasional pendidikan adalah
sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pendidikan dalam
rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Adapun fungsinya adalah
untuk menjamin perencanaan penilaian peserta didik, penilaiaian disusun
profesional, terbuka, edukatif, efektif, efisien, dan sesuai dengan konteks sosial
budaya, dan dilaporkan secara objektif, akuntabel, serta informatif. Standar
penilaian pendidikan kurikulum 2013 mengacu pada Permendikbud Nomor 66
Tahun 2013 tentang standar penilaian pendidikan yakni kriteria mengenai
mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian
pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup: penilaian otentik,
penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan
tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu
tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah. Pada kurikulum 2013
menekankan aspek afektif, kognitif, psikomotorik secara proporsional yang sistem
penilaiannya berdasarkan tes dan portofolio yang saling melengkapi.

Kurikulum 2013 mempertegas adanya pergeseran dalam melakukan


penilaian, yakni dari penilaian melalui tes (mengukur pengetahuan berdasarkan
hasil saja), menuju penilaian autentik (mengukur semua kompetensi sikap,
keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil). Dalam penilaian
autentik peserta didik diminta untuk menerapkan konsep atau teori pada dunia
nyata. Autentik berarti keadaan yang sebenarnya, yaitu kemampuan atau
keterampilan yang dimiliki oleh peserta didik. Misalnya peserta didik diberi tugas
proyek untuk melihat kompetensi peserta didik dalam menerapkan pengetahuan
yang dimiliki peserta didik dalam kehidupan sehari-hari atau dunia nyata. Penilaian
autentik mengacu pada Penilaian Acuan Patokan (PAP), yaitu pencapaian hasil
belajar didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor ideal
(maksimal). Dengan demikian, pencapaian kompetensi peserta didik tidak dalam
konteks dibandingkan dengan peserta didik lainnya, tetapi dibandingkan dengan
standar atau kriteria tertentu, yakni Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dalam
penilaian autentik guru melakukan penilaian tidak hanya pada penilaian level KD,
tetapi juga kompetensi inti dan SKL.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Manajemen tidak akan terlepas dari kegiatan pembelajaran karena


manajemen tersebut merupakan usaha untuk mensukseskan suatu tujuan dalam
pendidikan. Diperlukan adanya pengelolaan, penataan, dan pengaturan ataupun
kegiatan yang sejenis yang masih berkaitan dengan lembaga pendidikan guna
mengembangkan sumber daya manusia agar dapat memenuhi tujuan daripada
pendidikan tersebut seoptimal mungkin.

Manajemen kurikulum salah satu aspek yang berpengaruh terhadap


keberhasilan pembelajaran dalam pendidikan nasional. Di samping itu, kurikulum
merupakan suatu sistem program pembelajaran untuk mencapai tujuan institusional
pada lembaga pendidikan, sehingga kurikulum memegang peranan penting dalam
mewujudkan sekolah yang bermutu atau berkualitas. Untuk menunjang
keberhasilan kurikulum, diperlukan upaya pemberdayaan bidang manajemen atau
pengelolaan kurikulum. Pengelolaan kurikulum pada tingkat lembaga atau sekolah
perlu di koordinasi oleh pihak pimpinan (manajer) dan pembantu pimpinan
(manajer) yang dikembangkan secara integral dalam konteks Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) serta
disesuaikan dengan visi dan misi lembaga pendidikan yang bersangkutan.
DAFTAR PUSTAKA

Prihatin, Eka. 2014. Manajemen Peserta didik. Bandung: ALFABETA.

Journal Siti Ubaidah, diakses pada tanggal 10/09/2021/20:29

Sahertian, Piet. 1986. Manajemen Sekolah. Malang: IKIP Malang.

Suryosubroto. 2010. Manajemen pendidikan di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Manajemen Sekolah. Jakarta: Pusat


Pendidikan dan pelatihan Pegawai.

Anda mungkin juga menyukai