Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH MIKROBIOLOGI

“PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN MIKROBA”

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4

Eka Prastika Dewi 190384205041


Khairani 190384205017
Liza Junita 190384205014
Siti Khanisa 190384205053
Yurizka Ikhlima 190384205055

DOSEN PENGAMPU
Trisna Amelia, S.Pd, M.Pd.

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN BIOLOGI
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW karena atas berkat limpahan dari Rahmat- Nya sehingga penulis mampu
menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugasmata kuliah MIKROBIOLOGI yang
berjudul “Pertumbuhan dan Perkembangan Mikroba”. Dalam penyusunan tugas atau materi
dalam makalah ini, penulis sadar bahwa tidak sedikit hambatan yang dihadapi .Namun penulis
menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan,
dukungan, dari teman-teman dan juga dosen pengajar mata kuliah ini, sehingga kendala-
kendala yang penulis hadapi dapat teratasi. Penulis memahami bahwa dalam penyusunan
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan.Tetapi penulis sudah berusaha sebaik-baiknya
agar makalah ini dapat memperluas pengetahuan kita.

Tanjungpinang, 15 April 2021

PENULIS
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................

DAFTAR ISI..............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................

A. LATAR BELAKANG ...................................................................................


B. RUMUSAN MASALAH ...............................................................................
C. TUJUAN PENULISAN .................................................................................
D. MANFAAT PENULISAN.............................................................................

BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................

A. KURVA PERTUMBUHAN ..........................................................................


B. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN MIKROBA ......
C. BIOFILM .......................................................................................................
D. PERKEMBANGBIAKAN DAN DAUR HIDUP MIKROBA ....................

BAB III PENUTUP ...................................................................................................

A. KESIMPULAN ..............................................................................................
B. SARAN ..........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tumbuh dalam pengertian umum diartikan sebagai bertambahnya ukuran, sedangkan
berkembang diartikan sebagai bertambahnya kuantitas. Oleh karena itu pertumbuhan dapat
ditunjukkan dengan adanya pertambahan.
Panjang, luas, volume, berat maupun kandungan tertentu, sedangkan berkembang
ditunjukan dengan bertambahnya jumlah individu dan terbentuknya alat reproduksi. Dengan
demikian dari segi ukuran, maka tumbuh merupakan proses dari pendek menjadi panjang,
dari sempit menjadi luas, darikosong menjadi berisi, dari ringan menjadi berat, sedangkan
berkembang adalah dari sedikit menjadi banyak. Kuantitas atau ukuran pertumbuhan
mikroorganisme dapat diukur dari

• segi pertambahan dimensi satu, misalnya: panjang, diameter, jari-jari, dan jumlah sel

• segi pertambahan dimensi dua, misalnya: luas, dan segi pertambahan dimensi tiga,
misalnya: volume, berat segar, berat kering.

• Selain tiga segi tersebut, pertumbuhan juga dapat diukur dari segi komponen seluler,
misalnya: RNA, DNA, dan protein dan

• segi kegiatan metabolisme secara langsung, misalnya: kebutuhan oksigen, karbon


dioksida, hasilan gas-gas tertentu dan lain-lain.

Pertumbuhan mikroorganisme dapat ditinjau dari dua sudut, yaitu: pertumbuhan


individu dan pertumbuhan koloni atau pertumbuhan populasi. Pertumbuhan individu
diartikan sebagai bertambahnya ukuran tubuh, sedangkan pertumbuhan populasi diartikan
sebagai bertambahnya
Kuantitas individu dalam suatu populasi atau bertambahnya ukuran koloni. Namun
demikian pertumbuhan mikroorganisme unisel (bersel tunggal) sulit diukur dari segi
pertambahan panjang, luas, volume, maupun berat, karena pertambahannya sangat sedikit dan
berlangsung sangat cepat (lebih cepat dari satuan waktu mengukurnya), sehingga untuk
mikroorganisme yang demikian satuan pertumbuhan sama dengan satuan perkembangan.
Pertumbuhan fungi multisel (jamur benang) dan mikroorganisme multisel lainnya dapat
ditunjukan dengan cara mengukur panjang garis tengah (diameter) biakan, luas biakan, dan
berat kering biakan. Pertumbuhan bakteri dan mikroorganisme unisel lainnya dapat ditunjukan
dengan cara menghitung jumlah sel setiap koloninya maupun mengukur kandungan senyawa
tertentu yang dihasilkan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Jelaskan dari kurva pertumbuhan?
2. Apa factor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba?
3. Bagaiman biofilmnya?
4. Bagaimana perkembangbiakan dan daur hidup mikroba?

C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui semua tentang “Pertumbuhan
dan Perkembangan Mikroba”.

D. MANFAAT PENULISAN
Manfaat dari penulisan makalah ini untuk memberikan informasi bagi pembaca apa itu
”Pertumbuhan dan Perkembangan Mikroba”.
BAB II
PEMBAHASAN

A. KURVA PERTUMBUHAN
Pertumbuhan diartikan sebagai penambahan, dapat dihubungkan dengan
penambahan ukuran, jumlah bobot, massa dan banyak parameter lain dari suatu bentuk
hidup. Penambahan ukuran atau massa sel biasanya terjadi pada proses pendewasaan dan
perubahan ini pada umumnya bersifat sementara, kemudian dilanjutkan dengan proses
multiplikasi (perbanyakan) sel tersebut. Multiplikasi terjadi dengan cara pembelahan sel.
Istilah pertumbuhan yang umum digunakan pada bakteri atau mikrorganisme lain
mengacu pada perubahan di dalam sel (pertambahan total masa sel) dan bukan perubahan
individu organisme. Selama fase pertumbuhan seimbang (balance growth) pertambahan
masa sel bakteri berbanding lurus dengan pertambahan komponen selular yang lain
seperti DNA, RNA, dan protein. Karena itu maka mungkinlah untuk mengembangkan
pengukuran bagi pertumbuhan dengan berbagai cara.
Sebagaimana dijelaskan, cara reproduksi bakteri adalah melalui pembelahan biner
melintang, satu sel membelah diri, menghasilkan dua sel. Jadi jika dimulai dari sel
tunggal, maka populasi bertambah secara geometrik:

1 → 2 → 22 → 23 → 24 → 25 … . 2𝑛

Atau
1 → 2 → 4 → 8 → 16 → 32 ….

2n menunjukkan jumlah sel yang pada akhirnya dicapai di dalam populasi. Selang
waktu yang dibutuhkan bagi sel untuk membelah diri atau untuk populasi menjadi dua
kali lipat dikenal sebagai waktu regenerasi. 2n menunjukkan jumlah sel yang pada
akhirnya dicapai di dalam populasi. Selang waktu yang dibutuhkan bagi sel untuk
membelah diri atau untuk populasi menjadi dua kali lipat dikenal sebagai waktu
regenerasi. Tidak semua spesies bakteri mempunyai waktu generasi yang sama.
Andaikan satu bakteri tunggal diinokulisikan pada suatu medium dan memperbanyak diri
dengan laju dan konstan, maka populasi bakteri bertambah secara teratur, menjadi dua
kali lipat pada interval waktu tertentu (waktu generasi) selama inkubasi, fase
pertumbuhan ini disebut juga pertumbuhan seimbang. Di dalam koondisi nyata, bila kita
menginokulasi sejumlah tertentu sel pada suatu medium segar, lalu menentukan populasi
bakteri tersebut pada waktu-waktu tertentu selama masa inkubasi 24 jam dan memetakan
logaritma jumlah sel terhadap waktu, maka kita memperoleh kurva sebagai berikut.

1. Fase Lag (fase lambat)


Ciri-cirnya: tidak ada pertambahan populasi, sel mengalami perubahan dalam
komposisi kimiawi, dan bertambah ukuran, substansi intraselulernya bertambah
2. Fase Log (logaritmik/ exponensial)
Sel membelah denga kecepatan kosntan, massa menjadi 2 kali lipat dengan laju yang
sama, aktivitas metabolik konstan, keadaan pertumbuhan seimbang
3. Fase statis (stasionary)
Penumpukan produk beracun, kehabisan nutrien, beberapa sel mati dan beberapa masih
membelah, jumlah sel hidup menjadi tetap
4. Fase kematian (death)
Sel menjadi mati lebih cepat dari pada terbentuknya sel baru, laju kematian mengalami
percepatan, semua sel mati dalam beberapa hari (tergantung jenis mikroba).
Diantara setiap fase ini ada fase peraihan, ditunjukkan dengan garis lengkung.
Waktu generasi suatu bakteri dapat dihitung dengan rumus:

𝑇
𝐺=
𝑏
3,3 𝐿𝑂𝐺 (𝐵 )

G = waktu generasi
T = selang waktu antara pengukuran jumllah sel di dalam populasi pada suatu saat dalam
fase log (B) dan kemudian lagi pada suatu titik waktu kemudian (b)
B = populasi awalb
b = populasi setelah waktu t
log = log 10
3,3 = faktor konversi log

Pada kenyataannya bahwa gambaran kurve pertumbuhan mikroorganisme tidak linear seperti
yang dijelaskan di atas jika faktor-faktor lingkungan yang menyertainya tidak memenuhi
persyaratan. Beberapa penyimpangan yang sering terjadi, misalnya : fase lag yang terlalu lama
karena faktor lingkungan kurang mendukung, tanpa fase lag karena pemindahan ke lingkungan
yang identik, fase eksponensial berulang-ulang karena medium kultur kontinyu, dan lain
sebagainya.
Pertumbuhan mikroorganisme dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor biotik maupun
faktor abiotik. Faktor biotik ada yang dari dalam dan ada faktor biotik dari lingkungan. Faktor
biotik dari dalam menyangkut : bentuk mikroorganisme, sifat mikroorganisme terutama di
dalam kehidupannya apakah mempunyai respon yang tinggi atau rendah terhadap perubahan
lingkungan, kemampuan menyesuaikan diri (adaptasi). Faktor lingkungan biotik berhubungan
dengan keberadaan organisme lain didalam lingkungan hidup mikroorganisme yang
bersangkutan. Faktor abiotik meliputi susunan dan jumlah senyawa yang dibutuhkan di dalam
medium kultur, lingkungan fisik (suhu, kelembaban, cahaya), keberadaan senyawa-senyawa
lain yang dapat bersifat toksik, penghambat, atau pemacu, baik yang berasal dari lingkungaan
maupun yang dihasilkan sendiri.
B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN MIKROBA
Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba adalah sebagai berikut.
1. suhu
Suhu adalah faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba, pembelahan
dan kelangsungan hidup. Suhu yang rendah biasanya memperlambat kegiatan sel,
suhu lebih tinggi meningkatkan taraf kegiatan sel. Tapi tiap mikroorganisme
memiliki batasan suhu terendah, tertinggi, batas-batas berhentinya tumbuh, dan suhu
optimum. Batasan suhu ini dinamakan suhu kardinal.
a. suhu pertumbuhan minimum
suhu terendah organisme masih dapat hidup dan tumbuh.
b. Suhu pertumbuhan optimum
Suhu yang diperlukan untuk multiplikasi dalam taraf yang tercepat. Untuk
kebanyakan mikroorganisme suhu optimum terjadi pada jangka suhu (bukan pada
suhu yang pasti)
c. Suhu perkembangan maksimum
Suhu tertinggi yang memungkinkan masih ada pertumbuhan. Seringkali kenaikan
sedikit saja dari suhu optimum mikroorganisme akan mati.

Ada 3 golongan mikroba berdasarkan suhu kardinal.


1. Golongan mesofil
Mikroba yang dapat hidup dalam rentang suhu 10- 470C dengan suhu optimum 30-
450C.
2. Golongan psikrofil
Mikroba yang dapat hidup pada suhu 00C dengan suhu optimum 100C-200C.
3. Golongan termofi l
Mikroba yang dapat hidup pada suhu 450C-500C .
2. Bahan bentuk gas
Jenis dan konsentrasi gas dalam lingkungan sangat mempengaruhi pertumbuhan
mikroba. Gas oksigen, karbondiksida, nitrogen dan amoonia sangat penting bagi
mikroba. Gas-gas toksik seperti formalin dan etilenoksida dapat mematikan mikroba
sehingga digunakan sebagai bahan disinfeksi.
3. Tekanan osmotik
Perisitiwa terjadinya plasmolisis dan plasmoptisis disebabkan karena sel berada dalam
lingkungan dengan tekanan osmotik lebih tinggi atau lebih rendah dari isi sel. Karena
itu, untuk mempertahankan kehidupan sel harus diciptakan tekanan osmotik yang
seimbang antara lingkungan dan isi sel, keadaan ini disebut isotonik. Jika cairan di
sekitar sel tekanan osmotiknya lebih rendah disebut hipotoniik, dan bila lebih tinggi
disebut hipertonik.
4. Pengeringan
Pengeringan dapat menjadikan sel mikroba nonaktif (dorman), namun dapat segera
aktif lagi ketika kondisi lingkungan menjadi lembab. Sebaliknya ada jenis mikroba
yang dapat bertahan dalam kondisi kering dengan memproduksi endospora.
5. Keadaan dingin ekstrem
Banyak mikroba sangat tahan terhadap kondisi dingin meskipun dalam kondisi
vegetatif (tidak menghasilkan spora).
6. Efek ion
Efek ion yang dimaksud adalah keasaman dan kebasaan lingkungan. pH lingkungan
spesifik terhadap jenis mikroba, biasanya pH 7,0 sesuai dengan kebanyakan mikroba.
Umumnya mikroba hidup dalam rentang pH 6,5-8.0.
7. Efek radiasi
a. Inframerah, panas yang dikeluarkan dari inframerah dapat menjadi letal (mematikan)
bagi mikroorganisme. Sinar UV dapat juga bersifat letal pada mikroorganisme.
b. Sinar x, dapat bersifat mutagen (menyebabkan perubahan struktur kimia pada materi
genetik) dan karsinogen. Dengan penyinaran sinar x yang cukup lama dapat
mematikan pada mikroba.
c. Sinar matahari , Sinar matahari dapat mematikan mikroba.
8. BIOFILM

Biofilm adalah kumpulan sel mikroorganisme, khususnya bakteri, yang melekat di


suatu permukaan dan diselimuti oleh pelekat karbohidrat yang dikeluarkan oleh bakteri.
Biofilm terbentuk karena mikroorganisme cenderung menciptakan lingkungan mikro
dan relung (niche) mereka sendiri. Biofilm memerangkap nutrisi untuk pertumbuhan
populasi mikroorganisme dan membantu mencegah lepasnya sel-sel dari permukaan
pada sistem yang mengalir. Permukaan sendiri adalah habitat yang penting bagi
mikroorganisme karena nutrisi dapat terjerap pada permukaan sehingga kandungan
nutrisinya dapat lebih tinggi daripada di dalam larutan. Konsekuensinya, jumlah dan
aktivitas mikrob pada permukaan biasanya lebih tinggi daripada di air.
Hingga tahun 1980-an, mode pertumbuhan dengan biofilm lebih dianggap sebagai
sesuatu yang menarik saja dan bukan sebagai suatu studi ilmiah yang serius. Namun,
bukti-bukti yang terkumpul kemudian menunjukkan bahwa pembentukan biofilm lebih
disukai oleh mikroorganisme, dan hampir semua permukaan yang terkena kontak dengan
mikrob dapat mendukung pembentukan biofilm sehingga memengaruhi kehidupan
manusia. Atas dasar tersebut, studi mengenai biofilm menjadi lebih intensif. Selain
bakteri, mikroorganisme lainnya seperti alga dan khamir (fungi bersel satu) juga dapat
membentuk biofilm, tetapi biofilm bakteri adalah yang paling banyak dipelajari dan
dirujuk sebagai contoh.
1. Komposisi dan struktur

Komposisi biofilm terdiri dari sel-sel mikroorganisme, produk


ekstraseluler, detritus, polisakarida sebagai bahan pelekat, dan air yang adalah bahan
penyusun utama biofilm dengan kandungan hingga 97%. Polisakarida (polimer dari
monosakarida atau gula sederhana) yang diproduksi oleh mikrob untuk membentuk
biofilm termasuk eksopolisakarida (EPS) yaitu polisakarida yang dikeluarkan dari dalam
sel. EPS yang disintesis oleh sel mikrob berbeda-beda komposisi dan sifat kimiawi dan
fisikanya. Beberapa adalah makromolekul yang bersifat netral, tetapi mayoritas
bermuatan karena keberadaan asam uronat (Asam D-glukuronat), Asam D-galakturonat,
dan Asam D- manuroniat. Ada biofilm yang bersifat kaku karena EPS-nya terdiri dari
ikatan ß-1,4 atau ß-1,3 glikosida (ikatan monosakarida monomer penyusun polisakarida)
seperti EPS xanthan gum yang dihasilkan oleh Xanthomonas campestris tetapi ada juga
yang bersifat fleksibel karena memiliki ikatan α-1,2 atau α-1,6 glikosida yang banyak
ditemukan pada dekstran. Beberapa contoh EPS selain xanthan gum adalah asam
kolanat yang diproduksi oleh Escherichia coli, alginat oleh P. aeruginosa,
dan galaktoglukan oleh Vibrio cholerae. Bahan-bahan penyusun biofilm yang lain
contohnya adalah protein, lipid, dan lektin.
Struktur dari suatu biofilm adalah unik tergantung dari lingkungan tempatnya
berada, contohnya adalah kandungan nutrisi dan keadaan fisik. Selain itu, di alam, sangat
jarang terdapat biofilm yang hanya terdiri dari satu spesies, biasanya biofilm tersusun
dari beberapa spesies dalam lapisan-lapisan yang berbeda.
Biasanya mikroorganisme fotosintetik ada di permukaan paling atas,
mikroorganisme kemoorganotrof anaerob fakultatif di bagian tengah, sedangkan di
bagian dasar adalah mikroorganisme anaerob pereduksi sulfat. Pada bagian atas, cahaya
matahari lebih mudah didapat sehingga dapat digunakan untuk fotosintesis, sedangkan
bagian tengah dapat dihuni oleh mikrob kemoorganotrof fakultatif anaerob karena dapat
mentolerir kandungan udara yang sedikit serta banyak dapat mengakses bahan organik
sebagai sumber energinya.
Pada bagian dasar, tidak terdapat kandungan udara sehingga mikrob anaerob
pereduksi sulfat dapat tumbuh dan energi dengan cara mereduksi sulfat. Pemodelan
habitat mikrob-mikrob tersebut dapat diamati menggunakan Kolom
Winogradsky. Struktur biofilm yang lebih kompleks dapat berbentuk empat dimensi
(x,y,z, dan waktu) dengan agregat sel, pori-pori, dan saluran penghubung. Tergantung
dari kondisi lingkungannya, biofilm dapat menjadi sangat besar dan tebal sehingga dapat
dilihat dengan mata telanjang contohnya pada lingkungan air laut dapat
terbentuk stromatolit. Struktur dan ukuran biofilm sangat bergantung pada konsentrasi
substrat.
2. Pembentukan
Komunikasi antarsel penting bagi perkembangan dan pemeliharaan biofilm
Pelekatan suatu sel pada suatu permukaan adalah hasil dari sinyal untuk
mengekspresikan gen-gen pembentuk biofilm. Gen-gen ini mengkodekan protein-
protein untuk mensitensis sinyal komunikasi antarsel dan memulai pembentukan
polisakarida. Pada bakteri gram negatif seperti Pseudomonas aeruginosa, molekul sinyal
yang utama adalah komponen yang disebut homoserin lakton yang berfungsi sebgai agen
kemostatik untuk mengumpulkan sel-sel P. aeruginosa yang berdekatan (melalui
mekanisme quorum sensing) dan membentuk biofilm.
Ada 5 tahap pembentukan biofilm yaitu:

1. Pelekatan awal: mikrob melekat pada permukaan suatu benda dan dapat diperantarai
oleh fili (rambut halus sel) contohnya pada P.aeruginosa.
2. Pelekatan permanen: mikrob melekat dengan bantuan eksopolisakarida (EPS).
3. Maturasi I: proses pematangan biofilm tahap awal.
4. Maturasi II: proses pematangan biofilm tahap akhir, mikrob siap untuk menyebar.
5. Dispersi: Sebagian bakteri akan menyebar dan berkolonisasi di tempat lain.

Pemicu pembentukkan biofilm salah satunya adalah kondisi lingkungan yang kurang
menguntungkan atau mencekam. Contohnya adalah produksi EPS oleh Escherichia
coli berupa asam dan P. aeruginosa saat ketersediaan nutrisi menipis.
3. Qourum sensing
Selain keterbatasan nutrisi, faktor lain yang memicu pembentukan biofilm
adalah quorum sensing, yaitu mekanisme untuk memastikan jumlah sel mencukupi
sebelum suatu spesies melakukan respon biologi khusus. Jadi, setiap sel mikrob akan
menghasilkan molekul sinyal untuk berkomunikasi dengan sel yang lain, bila jumlah sel
mikrob tersebut cukup banyak, maka molekul sinyal terseut juga cukup banyak untuk
memicu pembentukkan biofilm oleh keseluruhan bakteri tersebut. Molekul-molekul sinyal
tersebut berbeda untuk tiap jenis mikrob dan memiliki peranannya masing-masing.] Berikut
ini adalah tabel daftar molekul sinyal yang berperan dalam quorum sensing untuk membentuk
biofilm dan akibatnya bila molekul sinyal tersebut tidak ada:

Mikrooganisme Molekul sinyal yang dihilangkan Dampak


Candida albicans Farnesol Dispersi biofilm terganggu
Pseudomonas aeruginosa AHL Biofilm tak berstruktur
Klebsiella pneumoniae AL-2 Perekmangan biofilm terhambat
Staphylococcus aureus Peptida Dampak tergantung kondisi
pertumbuhan
9. PERKEMBANGBIAKAN DAN DAUR HIDUP MIKROBA
1. Perkembangbiakan Mikroba

Berikut ini merupakan cara perkrmbangbikan mikroorganisme secara Aseksual dan Seksual.

a. Perekmbangan aseksual
Perkembangbiakan mikroorganisme dapat terjadi secara seksual dan aseksual yang paling
banyak terjadi adalah perkembangbiakan aseksual atau vegetatif. Reproduksi aseksual
tidak melibatkan pertukaran bahan genetik sehingga tidak terjadi variasi genetik, suatu
kerugian karena organisme tersebut menjadi terbatas kemampuannya dalam berespon dan
beradaptasi terhadap tekanan lingkungan. Macam-macam perkembangbiakan aseksual
adalah sebagai berikut.
1. Pembelahan biner (binary fission)
Yakni satu sel induk membelah menjadi dua sel anak. Kemudian masing-masing sel anak
membentuk dua sel anak lagi dan Pembelahan biner yang terjadi pada bakteri adalah
pembelahan biner suatu proses aseksual sederhana berupa pembelahan suatu sel bakteri
menjadi dua sel anak yang secara genetis identik. Kecepatan pembelahan biner bergantung
pada spesies yang bersangkutan dan keadaan lingkungan.
Dalam kondisi ideal (Mis. Bangsal rumah sakit yang hangat dan lembab), basil negatif-gram
tipikal misalnya E.coli akan membelah diri setiap 20 menit. Kuman lain, misalnya
M. tuberculosis, membelah dengan sangat lambat. Hasil uji laboratorium
untul E.coli tersedia dalam 24 jam, tapi diagnosis pasti tuberculosis mungkin belum selesai
setelah beberapa minggu. Namun pengobatan untuk tuberculosis dapat dimulai berdasarkan
temuan klinis uji lain, misalnya uji kulit, radiografi, dan adanya BTA di spesimen sputum.

2. Pembelahan ganda (multiple fission)

yakni satu sel induk membelah menjadi lebih dari dua sel anak.

3. Perkuncupan (budding)

yakni pembentukan kuncup dimana tiap kuncup akan membesar seperti induknya.
Kemudian tumbuh kuncup baru dan seterusnya, sehingga akhirnya akan membentuk
semacam mata rantai.

4. Pembelahan tunas

yakni kombinasi antara pertunasan dan pembelahan. Biasanya terjadi pada khamir, misalnya
Saccharomyces cerevisiae. Sel induk akan membentuk tunas. Jika ukuran tunas hampir
sama besar dengan inangnya inti sel induk membelah menjadi dua dan terbentuk dinding
penyekat. Sel anak lalu melepaskan diri dari induk atau menempel pada induknya dan
membentuk tunas baru. Pada khamir terdapat berbagai bentuk pertunasan, yakni:

• Multilateral, tunas muncul di sekitar ujung sel, misal pada sel yang berbentuk
silinder dan oval (Saccharomyces).
• Pertunasan di setiap tempat pada permukaan sel yakni terjadi pada sel khamir
berbentuk bulat, misal Debaryomyces.
• Pertunasan polar, dimana tunas muncul hanya pada salah satu atau kedua ujung sel
yang memanjang, misal sel berbentuk lemon seperti Hanseniaspora dan
• Pertunasan triangular, yakni pertunasan yang terjadi pada ketiga ujung sel yang
memanjang seperti Trigonopsis.
• Pseudomiselium apabila tunas tidak lepas dari induknya.

5. Pembentukan spora tau sporalasi


Adalah perkembangbiakan dengan pembentukan spora. Spora ini terbagi menjadi dua, yakni
spora aseksual (reproduksi vegetatif) dan spora seksual (reproduksi generatif).
b. Perkembangan seksual

Perkembangbiakan secara seksual, umumnya terjadi pada jamur dan mikro alga serta secara
terbatas terjadi pada bakteri dapat terjadi secara:

1. Oogami, bila sel betina berbentuk telur.


2. Anisogami, bila sel betina lebih besar daripada sel jantan.
3. Isogami, bila sel jantan dan betina mempunyai bentuk yang sama.

Reproduksi bakteri secara seksual atau generatif yaitu dengan pertukaran materi genetik
dengan bakteri lainnya. Pertukaran materi genetik disebut rekombinasi genetik atau
rekombinasi DNA. Rekombinasi genetik dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:

• Konjugasi adalah pemindahan materi genetik berupa plasmid secara langsung melalui
kontak sel dengan membentuk struktur seperti jembatan diantara dua sel bakteri yang
berdekatan. Umumnya terjadi pada bakteri gram negatif.
• Transduksi adalah pemindahan materi genetik satu sel bakteri ke sel bakteri lainnnya
dengan perantaraan organisme yang lain yaitu bakteriofage (virus bakteri).
• Transformasi adalah pemindahan sedikit materi genetik, bahkan satu gen saja dari satu
sel bakteri ke sel bakteri yang lainnya.

2. Daur hidup mikroba


Siklus hidup dalam biologi adalah rangkaian perubahan yang dijalani anggota
spesies ketika mereka lulus dari tahap awal perkembangan yang diturunkan kepada
tahap dimulainya perkembangan yang sama pada generasi berikutnya. Dalam banyak
organisme sederhana, termasuk bakteri dan berbagai protista, siklus hidup selesai dalam
satu generasi: organisme dimulai dari pembelahan individu yang ada; organisme baru
tumbuh hingga jatuh tempo; dan kemudian terbagi menjadi dua individu baru, sehingga
menyelesaikan siklus.
Pada hewan yang lebih tinggi, siklus hidupnya mencakup satu generasi: hewan
memulainya dengan peleburan sel jantan dan sel kelamin betina (gamet); tumbuh hingga
jatuh tempo reproduksi; dan kemudian menghasilkan gamet, di mana titik siklus dimulai
lagi (dengan asumsi bahwa pembuahan berlangsung).
Pada kebanyakan tanaman, sebaliknya, siklus hidup multigenerasi. Tanaman
memulainya dengan perkecambahan spora, yang tumbuh menjadi organism gamet –
memproduksi (gametofit). Gametofit mencapai kematangan dan berbentuk gamet,
setelah fertilisasi, tumbuh menjadi organisme penghasil spora (sporofit). Setelah
mencapai kematangan reproduksi, sporophyte menghasilkan spora, dan siklus dimulai
lagi.
Organisme dengan siklus diplontic menghasilkan sel kelamin yang haploid, dan
masing – masing gamet tersebut harus menggabungkan dengan gamet lain untuk
mendapatkan set ganda kromosom yang diperlukan untuk tumbuh menjadi organisme
lengkap. Siklus hidup ditandai oleh tanaman ini dikenal sebagai diplohaplontic, karena
mencakup generasi diploid (sporofit) dan generasi haploid (gametofit).
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pertumbuhan mikroorganisme dapat ditinjau dari dua sudut, yaitu: pertumbuhan
individu dan pertumbuhan koloni atau pertumbuhan populasi. Pertumbuhan individu
diartikan sebagai bertambahnya ukuran tubuh, sedangkan pertumbuhan populasi
diartikan sebagai bertambahnya
Kuantitas individu dalam suatu populasi atau bertambahnya ukuran koloni. Namun
demikian pertumbuhan mikroorganisme unisel (bersel tunggal) sulit diukur dari segi
pertambahan panjang, luas, volume, maupun berat, karena pertambahannya sangat
sedikit dan berlangsung sangat cepat (lebih cepat dari satuan waktu mengukurnya),
sehingga untuk mikroorganisme yang demikian satuan pertumbuhan sama dengan
satuan perkembangan.

B. SARAN
Semoga makalah ini bisa menambah wawasan dan pengetahuan kita semua, terutama
bagi yang membacanya. Walaupun banyak kekurangan dan informasi yang kami dapat
mudah-mudahan bisa berguna dan bermanfaat bagi kita serta menambah ilmu kita dan
untuk makalah kedepannya agar lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.gurupendidikan.co.id/mikroorganisme/
Campbell NA, Reece JB. 2003. Biologi Jilid 2. Ed. V. Terjemahan: Manalu W.
Jakarta:Erlangga. Hal 92
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/196611031991012-
YANTI_HAMDIYATI/Pertumbuhan_pada_mikroorganisme_II.pdf
Irianto, Koes. 2007. Dasar-dasar Mikrobiologi Jilid 1. Bandung. Yrama Widya.
Irianto, Koes. 2007. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jilid 2. Bandung. Yrama Widya.

Anda mungkin juga menyukai