Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN II


Tentang
AQIDAH RUHANIYAH (ALAM & MAKHLUK GHAIB)

Dosen Pembimbing : Reza Hilmy Luayyin, MH.


Disusun oleh : Zeinul Arifin (19505001)

PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA


STAI MUHAMMADIYAH PROBOLINGGO
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Salam sejahtera bagi kita semua. Puji syukur atas karunia Tuhan Yang
Maha Esa, yang mana berkat tuntunan dan kemudahan dari-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah berjudul “Aqidah Ruhaniyah (Alam & Makhluk Ghaib)”
ini tanpa halangan yang berarti.
Penyusunan makalah ini didasarkan atas pemenuhan tanggung jawab tugas
yang diberikan dan ditujukan sebagai sarana penampung informasi berdasarkan
judul yang kami tinjau secara lugas.
Terlepas dari hal tersebut, kami menyadari bahwa makalah ini masih
memiliki kekurangan dari berbagai segi. Kritik dan saran akan sangat kami
perlukan agar makalah ini dapat disempurnakan.

Probolinggo, 23 Januari 2021


Penyusun

Aqidah Ruhaniyah (Alam & Makhluk Ghaib) i


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................3
1.1 Latar Belakang...........................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................4
1.3 Tujuan........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3
2.1 Pengertian Aqidah Ruhaniyah...................................................................3
2.2 Urgensi Keimanan Kepada Alam dan Makhluk Ghaib.............................3
2.3 Macam-macam Makhluk Ghaib..............................................................11
2.4 Implementasi Keimanan Kepada Makhluk Ghaib...................................17
BAB III PENUTUP.............................................................................................19
3.1 Kesimpulan..............................................................................................19
3.2 Saran........................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20

Aqidah Ruhaniyah (Alam & Makhluk Ghaib) ii


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Allah SWT menciptakan bumi beserta isinya dan menciptakan sebuah
kehidupan di dalamnya bukanlah tanpa tujuan yang jelas. Sama halnya dengan
Allah SWT menciptakan manusia. Manusia diciptakan oleh Allah SWT tidak
sia-sia, manusia diciptakan sebagai khalifah di bumi. Sebagai seorang manusia
juga tidak boleh lupa akan kodratnya yakni menyembah sang Pencipta yaitu
Allah SWT. Oleh karena itu, manusia harus mempunyai aqidah yang lurus
agar tidak menyimpang dari apa yang diperintahkan Allah SWT.

Aqidah bagai pokok-pokok keimanan yang telah ditetapkan oleh Allah,


dan kita sebagai manusia wajib meyakininya sehingga kita layak disebut
sebagai orang yang beriman (mu’min). Aqidah adalah pondasinya, sedangkan
ajaran islam yang lainnya seperti ibadah dan akhlaq merupakan sesuatu yang
dibangun di atasnya. Penyempurnaan aqidah yang lurus kepada Allah SWT
tidak luput dari kepercayaan kita pada hal ghaib yang diinformasikan Allah
melalui Rosul-Nya. Maka dari sinilah muncul istilah rukun iman, yang
semuanya bersifat ghaib, atau mempunyai unsur ghaib.

Iman kepada jin adalah cabang keimanan kepada Al-Qur’an. Iman


kepada tujuh langit, yang didalamnya terdapat malaikat, baitul ma’mur, di
tingkat ketujuh ada syurga, atapnya adalah ‘Arsy, ruh- ruh kaum mukminiin
naik padanya, semuanya adalah bagian dari keimanan kepada Al-Qur’an. Iman
dengan adanya alam barzah setelah kematian adalah cabang dari keimanan
kepada hari akhir, begitu seterusnya, tidak ada satupun perkara yang ghaib
yang tidak merujuk kepada enam rukun. Keimanan kepada rukun-rukun iman
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Barang siapa yang
kufur dengan salah satu rukun, maka ia dianggap kufur dengan semuanya.
Maka dari itu, setiap manusia harus mengimani ke-enam rukun iman secara
keseluruhan.

Aqidah Ruhaniyah (Alam & Makhluk Ghaib) 3


1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu aqidah ruhaniyah?
2. Bagaimana urgensi keimanan kepada alam dan makhluk ghaib?
3. Apa saja macam-macam makhluk ghaib
4. Bagaiamana bentuk implementasi keimanan kepada makhluk ghaib?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian aqidah ruhaniyah
2. Mengetahui urgensi keimanan kepada alam dan makhluk ghaib
3. Mengetahui macam-macam makhluk ghaib
4. Mengetahui bentuk dan mampu mengimplementasikan keimanan terhadap
makhluk ghaib

Aqidah Ruhaniyah (Alam & Makhluk Ghaib) 4


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Aqidah Ruhaniyah


Aqidah adalah pondasi untuk mendirikan bangunan spiritual. Semakin tinggi
bangunan yang akan didirikan, maka semakin kokoh pondasi yang harus dibuat.
Seorang yang memiliki aqidah yang kuat, pasti akan melaksanakan ibadah dengan
tertib, memiliki akhlak mulia dan mu’amalah yang baik.

Kata “aqidah” diambil dari kata “al-aqdu” yaitu ar-rabth (ikatan), al-ibraam
(pengesahan), al-ikhram (penguatan), at-tawatstsuq (menjadi kokoh, kuat), at-
tawassuk (pengokohan) dan al-itsbaatu (penetapan). Secara terminologis (istilah)
adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang
yang meyakininya. Sedang pengertian aqidah dalam agama maksudnya adalah
berkaitan dengan keyakinan bukan perbuatan. Seperti aqidah dengan adanya Allah
dan diutusnya pada Rasul. Bentuk jamak dari aqidah adalah aqa-id.

Akidah ruhaniyyah (metafisis) yaitu meyakini, menjiwai, memahami, segala


sesuatu yang bersifat ghoib (tidak terdeteksi oleh panca indra). Masalah-masalah dan
prakara-prakara yang wajib bagi seorang muslim untuk mengimaninya
(mempercayainya) didalam kaitannya dengan akidah islam dimungkinkan untuk
dibagi kedalam 4 macam :

1. Ketuhanan, yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan Allah SWT, baik itu
nama-nama-Nya dan juga sifat-sifat-Nya.
2. Kenabian dan risalah, yaitu yang berkaitan dengan seputar para Rosul, Nabi-
Nabi, keunggulannya, sifat-sifatnya, mukjizat-mukjizatnya, dan juga
kemaksumannya.
3. Ruhaniyyah, yaitu yang berkaitan dengan alam yang tidak nampak secara kasat
mata, seperti adanya Malaikat, Jin, Syetan, dan ruh.
4. Sam’ihyat, yaitu berita-berita dari alam ghoib yang tidak ada yang
mengetahuinnya (kecuali Allah) yang disebut dalam Al-Quran dan sunnah Nabi.

2.2 Urgensi Keimanan Kepada Alam dan Makhluk Ghaib


Alif laam miim. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk
bagi mereka yang bertaqwa. (Yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib,

Aqidah Ruhaniyah (Alam & Makhluk Ghaib) 3


yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami
anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada kitab (Al Quran)
yang telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang telah diturunkan
sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka itulah
yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang
yang beruntung. (Q. S. Al Baqarah : 1-5).

Penggalan ayat di atas menyatakan bahwa ayat inilah dasar utama yang
meyakinkan kepada kita akan pentingnya keimanan pada hal yang ghaib. Hal ini
juga dipertegas dengan ungkapan sesungguhnya peringatan akan hal yang ghaib
menjadikan iman kita semakin kokoh dan tidak menjadikan kita salah kaprah
memahami hal yang ghaib. Hal-hal ghaib perlu dipahami dengan benar agar tidak
sampai keluar dari koridor sesuai syar’i.

Penjelasan lebih lanjut akan penggalan awal Surat Al Baqarah, penggalan


tersebut pada intinya bermakna bahwa Al Qur’an yang sempurna dan tiada cacat
di dalamnya mencantumkan iman kepada ghaib sebagai salah satu tanda orang
yang beriman dan bertakwa. Bahkan, keimanan ini adalah hal pertama yang harus
diimani sebelum yang lain dan merupakan hal pokok. Bila tidak mengimani hal
yang ghaib, maka keimanan seseorang akan disangsikan. Mempercayai adanya
Allah adalah satu bagian utama juga dari keimanan kepada hal yang ghaib,
sehingga hal ini menjadi penting. Begitu pula halnya dengan hal ghaib lainnya,
seperti setan, malaikat, iblis, surga, neraka, dan lain sebagainya.

Dalam mengimani hal yang ghaib, perlu diketahui terlebih dahulu makna
yang benar dari beberapa istilah yang berhubungan dengan hal ghaib. Pengertian
yang benar akan istilah-istilah yang ghaib harus dilandaskan sesuai dengan Al
Qur’an dan Sunnah. Iman kepada perkara yang ghaib wajib hukumnya karena ia
adalah bagian dari rukun iman. Sungguh amat disayangkan, betapa banyak orang
yang keliru dalam memaknainya.

A. Alam dan Makhluk Ghaib dalam Pemahaman Al-Qur’an


Alam ghoib menyimpan rahasia tersendiri. Rahasia alam ghoib, ada
yang Allah khususkan untuk diri-Nya semata dan tidak diberitakan kepada

Aqidah Ruhaniyah (Alam & Makhluk Ghaib) 4


seorang pun dari hamba-Nya, sebagaimana dalam firman-Nya yang artinya
“Dan hanya disisi Allah-lah semua yang ghaib. Tak ada yang mengetahuinya
kecuali Dia sendiri , dan dia mengetahui apa yang ada didaratan dan dilautan,
dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia menngetahuinya (pula).
Dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapa bumi dan tidaklah ada sesuatu
yang basah dan yang kering, melainkan tertulis dalam kita yang nyata (Lauh
Mahfuzh)”. (QS. Al-An’am : 59).
Tentang hal ini, Nabi Nuh as berkata, sebagaimana dalam firman-Nya
yang artinya “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya semata pengetahuan
tentang (kapan terjadinya) hari kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan,
dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang bisa
mengetahui (dengan pasti) apa yang dia dapatkan di hari esok. Dan tiada
seorang pun yang bisa mengetahui di bumi mana dia akan mati.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (QS. Luqman :
34).
Hal ini sebagai mana yang dinyatakan Rasulullah Shallallahu’alaihiwa
sallam ketika ditanya Malaikat Jibril tentang kapan terjadinya hari kiamat :
“………..termasuk dari lima perkara (ghoib) yang tidak diketahui kecuali
oleh Allah semata. Kemudian Nabi membaca ayat (dari surat Luqman
tersebut)”. (HR. Al-Bukhari dalam Shahih-nya no. 50, dari sahabat Abu
Hurairah Radhiallahu’anhu).
Al-Iman Al-Qurtubi rahimahullahu berkata : “Berdasarkan hadist ini,
tidak ada celah sedikit pun bagi seorang pun untuk mengetahui (dengan pasti)
salah satu dari lima perkara (ghoib) tersebut. Dan Nabi telah menafsirkan
firman Allah QS. Al-An’am: 59 (di atas) dengan lima perkara ghoib (yang
terdapat dalam QS. Luqman : 34) tersebut, sebagaimana yang terdapat dalam
Shahih Al-Bukhari”.
Diantara perkara ghoib, ada yang diberitakan Allah Subhanahuwa
Ta’ala kepada para Rasul yang diridhai-Nya, termasuk di antaranya Nabi
Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam. Allah berfirman yang artinya :
“(Dialah Allah Subhanahu wa Ta’ala) Yang Maha Mengetahui perkara ghoib,

Aqidah Ruhaniyah (Alam & Makhluk Ghaib) 5


maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang perkara ghoib
itu, kecuali yang Dia ridhai dari kalangan Rasul”. (QS. Al-Jin : 26-27).
Maka dari itulah, perkara ghoib tidak mungkin diketahui secara pasti
dan benar kecuali dengan bersandar pada keterangan dari Allah dan Rasul-
Nya. Lalu bagaimanakah dengan orang-orang yang mengaku mengetahui
perkara ghoib tanpa bersandar kepada keterangan dari keduanya?
Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullahu berkata: “Barang siapa
mengetahui bahwa dirinya mengetahui perkara ghoib tanpa bersandar kepada
keterangan dari Rasullullah Sallallahu’alaihi wa sallam, maka dia adalah
pendusta dalam pengakuannya tersebut”. Apakah jin (setan) mengetahui
perkara ghoib? Jawabannya adalah : Tidak. Jin tidak mengerti perkara ghoib,
sebagaimana yang Allah nyatakan yang artinya : “Mata tatkala Kami telah
menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka
(tentang kematiannya) itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka
tatkala ia telah tersungkur, tahukah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka
mengetahui perkara ghoib tantulah mereka tidak akan berada dalam kerja
keras (untuk Sulaiman) yang menghinakan”. (QS. Saba’ :14).
Adapun apa yang mereka beritakan kepada kawan-kawannya dari kalangan
manusia (dukun, paranormal, orang pintar, dll.) tentang perkara ghoib, maka itu
semata-mata dari hasil mencuri pendengaran di langit-langit. Sebagaimana
firman Allah Subhanallahu wa Ta’ala yang artinya : “Dan Kamu menjaganya
(langit) dan tiap-tiap setan yang terkutuk. Kecuali setan yang mencuri-curi
(berita) yang dapat didengar (dari malaikat) lalu dia dikejar oleh semburan api
yang terang”. (QS.Al-Hijr:17-18)
B. Mengimani Keberadaan Alam dan Makhluk Ghaib sebagai Rukun Iman
dan Asas Akidah Islam
Keimanan dan pengucapan dua kalimat syahadat mengharuskan adanya
keimanan pada hal ghaib yang diinformasikan Allah melalui Rosul-Nya.
Maka dari sinilah muncul istilah rukun iman, yang semuanya bersifat ghaib,
atau mempunyai unsur ghaib. iman kepada jin adalah cabang keimanan
kepada Al-Qur’an. Iman kepada tujuh langit, yang didalamnya terdapat
malaikat, baitul ma’mur, di tingkat ketujuh ada syurga, atapnya adalah ‘Arsy,
ruh- ruh kaum mukminiin naik padanya, semuanya adalah bagian dari

Aqidah Ruhaniyah (Alam & Makhluk Ghaib) 6


keimanan kepada Al-Qur’an. Iman dengan adanya alam barzah setelah
kematian adalah cabang dari keimanan kepada hari akhir, begitu seterusnya,
tidak ada satupun perkara yang ghaib yang tidak merujuk kepada enam rukun.
Makhluq ghaib harus kita percayai keberadaannya karena dengan kita
meyakini atau mengimani keberadaan makhluq ghaib berarti kita iman
kepada hal yang ghaib. Iman kepada hal yang ghaib berarti meyakini ciptaan
Allah SWT yang berada diluar dunia nyata. Dan meyakini secara penuh
tentang kekuasaan-Nya. Namun percaya atau beriman kepada hal yang ghaib
bukan berarti meyakini bahwa makhluk ghaib itu memiliki kekuatan penuh,
karena jika hal ini sampai terjadi maka akan mengakibatkan kemusyrikan
atau menganggap ada sesuatu kekuatan selain kekuatan Allah SWT.
Dosa paling pertama yang dicantumkan Imam adz-Dzahabi adalah Syirik
(mempersekutukan Allah). Dan ini menunjukkan bahwa syirik memang dosa
yang paling besar dan paling mengerikan. Tak terbayangkan murkanya Allah
terhadap seorang makhluk yang tak ada nilainya bagi Allah, yang lancang
memper-sekutukanNya dengan sesuatu. Ini kemudian didukung oleh dalil-dalil.
Allah Ta'ala berfirman : Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa
syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa
yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka
sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (An-Nisa`: 48). Allah Ta'ala juga
berfirman: Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah,
maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka,
dan tak ada seorang penolong pun bagi orang-orang zhalim (yang
mempersekutukan Allah) itu. (Al-Ma`idah: 72).
Beriman kepada yang ghaib adalah termasuk salah satu asas dari akidah
Islam, bahkan ianya merupakan sifat yang pertama dan utama yang dimiliki oleh
Allah SWT Justru itu, bagi setiap orang Muslim, mereka wajib beriman kepada
yang ghaib, tanpa sedikitpun ada rasa ragu. Dalam perkara ini Ibn Mas’ud
mengatakan: Yang dimaksudkan dengan yang ghaib itu ialah segala apa saja
yang ghaib dari kita dan perkara itu diberitahukan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Begitu juga jin. Jin termasuk makhluk ghaib yang wajib kita imani, kerana
banyak ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits Nabi yang menerangkan tentang
wujudnya.

Aqidah Ruhaniyah (Alam & Makhluk Ghaib) 7


Kita sebagai seorang muslim yang baik, wajiblah bagi kita untuk
mengimani semua rukun iman yang enam. salah satunya adalah beriman
kepada yang ghaib. Banyak cara untuk kita mengimani dan meyakininya,
seperti melalui berita (akhbar) yang disampaikan oleh firman Allah dalam Al-
Quran maupun sabda Rasulullah SAW dalam Hadits. Banyak sekali ayat-ayat
Al-Quran dan hadits yang menjelaskan perihal tentang makhluk ghaib.
Karena kita mengimani kebenaran sumber (Al-Quran dan Hadits), maka
berita tentang makhluk ghaib pun kita imani. kemudian kita dapat mengetahui
dan mengimani keberadaan yang ghaib melalui bukti-bukti nyata yang ada di
alam semesta yang menunjukkan bahwa makhluk ghaib itu benar-benar ada.
Kedalaman keimanan bukan terletak pada kemampuan seseorang dalam
memahami argumentasi-argumentasi. Tapi terletak pada dimensi batin,
terletak pada dimensi ghaib, dimensi spiritual yang tidak terindera. Untuk
mempertajam keimanan tidak bisa hanya melakukan penalaran logis dan
pemahaman atas teks kitab suci. Tapi harus disertai dengan latihan-latihan
spiritual atau sebut saja latihan untuk menghidupkan indera keenam.
C. Internalisasi dalam Pendidikan
Dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan anak, ditinjau dari sudut
pandang Islam, dijelaskan bahwa kewajiban pendidik adalah menumbuhkan anak
atas dasar pemahaman dan dasar-dasar pendidikan iman dan ajaran Islam sejak
masa pertumbuhanya. Sehingga, anak akan terikat dengan Islam, baik aqidah
maupun ibadah, setelah petunjuk dan pendidikan tersebut maka ia (anak) hanya
akan mengenal Islam sebagai agamanya, alQur’an sebagai imamnya dan
Rasulullah saw sebagai pemimpin dan teladannya. Secara garis besar ajaran
tentang aqidah adalah ajaran tentang keyakinan dan kepercayaan yang harus
ditanamkan dalam hati dan 1 Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam, hlm, 9-10 54
melahirkan keimanan mutlak tanpa syarat terhadap hal-hal yang telah diyakini.
Umumnya, ajaran tentang aqidah berisi materi tentang kepercayaan terhadap hal-
hal ghaib atau tidak bisa dibuktikan langsung dengan panca indera. Ciri khas
materi aqidah tersebut berdampak pada cara pengenalan dan pendidikan yang
berbeda dibanding ajaran agama lainnya.
Karakteristik ajaran aqidah yang memuat keyakinan terhadap hal–hal
yang abstrak atau kasat mata secara logis menuntut metode yang berbeda dan

Aqidah Ruhaniyah (Alam & Makhluk Ghaib) 8


lebih tepat. Keniscayaan menyaksikan hal-hal ghaib dengan panca indera
berdampak pada penggunaan metode berpikir agar anak menemukan
kebenaran sendiri dengan akalnya. Keniscayaan menganalisa hal-hal yang
kasat mata tersebut bisa digantikan dengan mencermati makhluk Allah
sebagai jalan menemukan siapa pencipta makhluk tersebut. Dengan demikian,
anak akan menemukan kebenaran yang bisa diterima oleh akalnya melalui
proses penalaran. Penemuan kebenaran oleh akal si anak inilah makna
sesungguhnya dari pendidikan aqidah. Akan tetapi, metode berpikir ini juga
harus benar–benar mempertimbangkan bagaimana kondisi perkembangan dan
kebutuhan anak. sesuai dengan kebutuhan pada tahap perkembangannya,
anak sejak dini bisa dikenalkan ajaran akidah dasar tentang siapa Tuhannya
melalui penalaran sederhana. Sebagai contoh, anak sejak awal dikenalkan
tentang Allah sebagai pencipta makhluk dengan mengajak anak berpikir
tentang ciptaan– ciptaan-Nya. Dengan penalaran sederhana ini, anak akan
mampu memahami pesan yang disampaikan karena sesuai dengan tahap
perkembangan akalnya.
D. Sumber Kebenaran
Untuk mendapatkan bukti kebenaran dapat melalui 2 (dua) cara:
menyasikan langsung, atau melalui sumber dan bukti-bukti yang terpercaya.
Akidah adalah ajaran Islam yang berkenaan dengan keyakinan. Lebih
jelasnya, isi dari akidah yang dimaksud di sini adalah berupa informasi-
informasi yang sebagian banyak berkenaan dengan obyek ghaib/metafisis
yang tidak dapat disaksikan langsung dengan pancaindera, tidak empiris.
Sampai sini barangkali ada yang menyangkal: kalau tidak bisa dicerna dengan
pancaindera apakah itu bisa disebut dengan kebenaran? Bukankah yang
disebut dengan “kebenaran ilmiah” harus memenuhi 2 syarat pokok: empiris
dan rasional. Syarat ini memang benar untuk hal-hal yang kasat mata, hal-hal
yang empiris. Tetapi yang dibicarakan dalam akidah kebanyakan bukanlah
hal-hal yang kasat mata. Jadi nilai kebenarannya tidak bisa diukur dengan
ukuran yang diberlakukan untuk hal-hal yang kasat mata. Jadi alat ukur
kebenaran itu berbeda-beda sesuai dengan jenis obyeknya. Alat penimbang
berat tentu tidak bisa digunakan untuk mengukur jarak tempuh, berbeda pula

Aqidah Ruhaniyah (Alam & Makhluk Ghaib) 9


dengan alat pengukur suhu, dan seterusnya. Bahkan untuk yang kasat mata
pun seringkali kita menyatakan benar bukan karena kita telah mengukurnya
secara empiris dan rasional. Tapi karena kita yakin, karena kita percaya pada
sumber informasinya.
E. Makna dan Urgensi Iman Kepada Alam dan Makhluk Ghaib
Memahami makna keimanan dan urgensinya dalam konsep pendidikan
Islam, Abd. Rahman al-Nahlawi (1983: 74-76) memaparkan sebagai berikut:
a. Keimanan seseorang kepada sesuatu dibuktikan dengan pengakuan bahwa
sesuatu itu adalah kebenaran dan keyakinan.
b. Jika keimanan telah kuat, segala bentuk perilaku orang tersebut akan
didasarkan pada plkiran-pikiran yang telah dibenarkannya dan hatinya
pun akan merasa tenteram. Dengan demikian, sistem pendidikan yang
berpijak pada dasar-dasar keimanan akan menghasilkan out put yang lebih
berkualitas, ketimbang sistem pendidikan yang hanya mementingkan
aspek kognitif tanpa landasan keimanan.
c. Keimanan yang mengandung pembenaran dan keyakinan kadang
mengalami penyimpangan. Karena itu, seorang mukmin memerlukan
daya kontrol yang dapat memelihara pikiran dan hatinya dari pengaruh
kepercayaan yang menyimpang tersebut.
d. Melalui ketundukan perilaku, pola hidup dan hubungan antar individu
yang didasarkan pada keimanan, kehidupan individu dan masyarakat akan
teratur dan terarah.
Salah satu asas memeluk agama ialah beriman kepada yang ghaib, karena
hal itu merupakan salah satu dari rukun iman. Sebagaimana Allah SWT
berfirman, “Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan daripadanya, petunjuk
bagi mereka yang bertakwa, yaitu mereka yang beriman kepada yang ghaib,”
(QS. Al-Baqarah: 2-3).
Sedangkan puncak keimanan adalah:
1) Beriman kepada yang paling ghaib yang sama sekali tidak mungkin dilihat
oleh kekuatan mata manusia, yaitu Allah SWT.
2) Beriman kepada yang belum atau tidak pernah kita lihat, yaitu malaikat-
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan pada hari akhir
(meliputi surga dab neraka).

Aqidah Ruhaniyah (Alam & Makhluk Ghaib) 10


3) Beriman kepada segala yang difirmankan Allah SWT.
Apabila kita meragukan firman Allah tentang penciptaan malaikat, hal itu
berarti mengukur benar tidaknya Allah dengan kekuatan penglihatan mata kita.
Padahal soal ada atau tidaknya makhluk ghaib tidak dapat diukur dengan
kemampuan penglihatan kita. Seperti kita percaya adanya ruh, dengan merasakan
pengaruh ruh itu pada jasmani kita.

2.3 Macam-macam Makhluk Ghaib


2.3.1 Malaikat
a. Pengertian Malaikat
Secara etimologis (lughawi), kata malaikah yang dalam bahasa Indonesia
disebut malaikat, adalah bentuk jamak dari kata malak, berasal dari mashdar al-
alukah yang berarti ar-risalah (misi atau pesan). Yang membawa misi disebut ar-
rasul (utusan). Dalam beberapa ayat Al-Qur`an, malaikat juga disebut dengan
rusul (utusan-utusan), misalnya pada surat Huud ayat 69. Bentuk jamak lainnya
dari kata malak adalah mala`ik. Dalam bahasa Indonesia, kata malaikat bermakna
tunggal (satu malaikat), bentuk jamaknya menjadi malaikat-malaikat.
Secara terminologis (isthilahi), makaikat adalah makhluk gaib yang
diciptakan oleh Allah SWT dari cahaya (nur) dengan wujud dan sifat-sifat
tertentu. Tentang penciptaan malaikat, Rasulullah SAW menginformasikan bahwa
malaikat diciptakan dari cahaya (nur), berbeda dengan jin yang diciptakan dari api
(nar)
“Malaikat itu diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api, dan
Adam diciptakan dari apa yang telah diterangkan kepadamu semua”. (HR.
Muslim)
Tentang kapan waktu penciptaannya, tidak ada penjelasan yang rinci. Tapi
secara jelasnya, malaikat diciptakan lebih dahulu dari manusia pertama, Adam As.
sebagaimana yang disebutkan oleh Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 30
yang artinya:
“Ingatlah ketika Rabb-mu berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya
Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi…”

Aqidah Ruhaniyah (Alam & Makhluk Ghaib) 11


Sebagai makhluk ghaib, wujud Malaikat tidak dapat dilihat, didengar, diraba,
dicium dan dirasakan oleh manusia. Dengan kata lain tidak dapat dijangkau oleh
panca indera, kecuali jika malaikat menampilkan diri dalam rupa tertentu.
b. Nama dan Tugas Malaikat
Salah satu jenis makhluk ghaib adalah malaikat. Malaikat mengemban tugas-
tugas tertentu dalam mengelola alam semesta. Jumlah malaikat sangat banyak.
Beberapa nama malaikat yang perlu dikenal adalah:
1) Jibril – Menyampaikan wahyu kepada para Nabi dan Rasul Allah.
“Sesungguhnya Al Qur’aan itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh)
utusan yang mulia (Jibril)” (QS. At-Takwiir: 19)
“Barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-
rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-
orang kafir.”(QS.Al-Baqarah: 98).
2) Mikail – Membagi rezeki kepada seluruh makhluk, di antaranya menurunkan
hujan [QS. Al-Baqarah: 98]
3) Israfil – Meniup sangkakala (terompet) pada hari kiamat (HR An Nasaa’i)
4) Maut – Mencabut nyawa seluruh makhluk (QS. As-Sajdah: 11)
“Katakanlah: “Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu
akan mematikanmu, kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan
dikembalikan.” (QS. As-Sajdah: 11)
5) Munkar – Memeriksa amal perbuatan manusia di alam kubur (HR Ibnu Abi
‘Ashim)
6) Nakir – Memeriksa amal perbuatan manusia di alam kubur (HR Ibnu Abi
‘Ashim)
7) Raqib – Mencatat amal baik manusia ketika hidup di dunia (QS. Qaf: 18)
“Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya
malaikat pengawas yang selalu hadir” (QS. Qaaf: 18)
8) Atid – Mencatat amal buruk manusia ketika hidup di dunia (QS. Qaf: 18)
9) Malik / Zabaniyah- Menjaga neraka dengan bengis dan kejam. “Mereka
berseru:
“Hai Malik biarlah Tuhanmu membunuh kami saja.” Dia menjawab: “Kamu
akan tetap tinggal di neraka.” (QS. Az-Zukhruf: 77)

Aqidah Ruhaniyah (Alam & Makhluk Ghaib) 12


“kelak Kami akan memanggil malaikat Zabaniyah” (Al-’Alaq: 18) j.
10) Ridwan, Penjaga Surga – Menjaga sorga dengan lemah lembut (QS Az-
Zumar: 73)
“Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan dibawa ke dalam syurga
berombong-rombongan. Sesampai di surga dan pintu-pintunya telah terbuka
berkatalah penjaga-penjaganya: “Kesejahteraan dilimpahkan atasmu.
Berbahagialah kamu! maka masukilah surga ini, sedang kamu kekal di
dalamnya.” (QS Az-Zumar: 73)
c. Sifat-sifat Dasar Malaikat
1) Pasti selalu patuh pada segala perintah Allah dan selalu tidak melaksanakan
apa yang dilarang Allah SWT.
2) Tidak sombong, tidak memiliki nafsu dan selalu bertasbih.
3) Dapat berubah wujud dan menjelma menjadi yang dia kehendaki.
4) Memohon ampunan bagi orang-orang yang beriman.
5) Ikut bahagia ketika seseorang mendapatkan Lailatul Qadar.
6) Malaikat tidak dilengkapi dengan hawa nafsu.
7) Tidak memiliki keinginan seperti manusia.
8) Tidak berjenis lelaki atau perempuan.
9) Tidak berkeluarga.
10) Hidup dalam alam yang berbeda dengan kehidupan alam semesta yang kita
saksikan ini.
11) Yang mengetahui hakikat wujudnya hanyalah Allah Swt semata.
2.3.2 Perbedaan Malaikat dengan Jin, Syaitan dan Iblis
Malaikat terbuat dari cahaya atau nur sedangkan jin berasal dari api atau
nar. Malaikat selalu tunduk dan taat kepada Allah sedangkan jin ada yang muslim
dan ada yang kafir. Yang kafir adalah syetan dan iblis yang akan terus menggona
manusia hingga hari kiamat agar bisa menemani mereka di neraka. Malaikat tidak
memiliki hawa nafsu sebagaimana yang dipunyai jin. Jin yang jahat akan selalu
senantiasa menentang dan menjalankan apa yang dilarang oleh Tuhan Allah SWT.
Malaikat adalah makhluk yang baik dan tidak akan mencelakakan manusia selama
berbuat kebajikan, sedangkan syetan dan iblik akan selalu mencelakakan manusia
hingga hari akhir.

Aqidah Ruhaniyah (Alam & Makhluk Ghaib) 13


2.3.3 Jin, Iblis dan Syaitan
a. Pengertian Jin, Iblis dan Syaitan
Jin adalah nama jenis, bentuk tunggalnya adalah Jiniy (dalam bahasa arab
dahulu kala, dan Genie dalam bahasa Inggris) artinya “yang tersembunyi” atau
“yang tertutup” atau “yang tak terlihat”. Hal itulah yang memungkinkan kita
mengaitkannya dengan sifat yang umum “alam tersembunyi”, sekalipun akidah
Islam memaksudkannya dengan makhluk-makhluk berakal, berkehendak, sadar
dan punya kewajiban, berjasad halus dan hidup bersama-sama kita di bumi ini.
Dalam sebuah hadits dari Abu Tha’labah yang bermaksud : “Jin itu ada tiga jenis
yaitu: Jenis yang mempunyai sayap dan terbang di udara, Jenis ular dan jengking
dan Jenis yang menetap dan berpindah-pindah.”
Kata Iblis menurut sebagian ahli bahasa berasal dari ablasa artinya putus asa.
Dinamai iblis karena dia putus asa dari rahmat atau kasaih saying Allah SWT.
(Sayid Sabiq, 1986, hal. 219).
Kata Syaitan berasal dari kata syatana artinya menjauh. Dinamai Syaitan
karena jauhnya dari kebenaran. (Shabuni, 1977, hal. 17).
Bangsa jin itu ada yang patuh dan ada yang durhaka kepada Allah SWT
tatkala Allah SWT memerintahkan kepada bangsa jin untuk sujud kepada Adam
bersama dengan para malaikat, salah satu dari mereka menentang. Yang
menentang itulah dikenal dengan iblis. Iblis itulah nenek moyang seluruh syaitan,
yang seluruhnya selalu durhaka kepada Allah SWT dan bertekad untuk menggoda
umat mausia (anak cucu Adam) mengikuti langkah mereka menentang perintah
Allah SWT.
b. Cara-cara Syaitan Mengganggu Manusia
Syaitan adalah musuh besar bagi manusia seperti yang telah di katakana didalam
Al-Quran. Dan cara-cara syaitan mengganggu manusia untuk mengikuti langkah-
langkahnya dengan 2 cara: pertama, Tadhil (menyesatkan), yang kedua, takhwif
(menakut-nakuti). Berikut ini kami akan menjelaskan kedua cara tersebut secara
terperinci:
1) Tadhil
 Waswashah (Bisikan)

Aqidah Ruhaniyah (Alam & Makhluk Ghaib) 14


Syaithan membisikkan keraguan, kebimbangan dan keinginan untuk
melakukan kejahatan ke dalam hati manusia. Firman Allah SWT: Artinya:
“Katakanlah: “Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan
menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan
(bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi. Yang membisikkan (kejahatan)
ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia. Dari
(golongan) jin dan manusia.” (QS. An-Nas: 1-6)
 Nisyan (Lupa)
Lupa memang sesuatu yang manusiawi. Tapi syaitan berusaha membuat
manusia lupa engan Allah SWT, atau paling kurang membuat manusia
menjadikan lupa sebagai alas an untuk menutupi kesalahn atau
menghindari tanggung jawab. Firman Allah SWT yang artinya: “Dan
apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat kami,
Maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan
pembicaraan yang lain. dan jika syaitan menjadikan kamu lupa (akan
larangan ini), Maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang
zalim itu sesudah teringat (akan larangan itu).” (QS. Al-An’am: 68).
 Tazyin (Memandang Baik Perbuatan Maksiat)
Syaitan berusaha dengan segala macam cara menutupi keadaan yang
sebenarnya sehingga yang batil keliatan terpuji dan sebagainya. Allah
SWT mengingatkan tekad syaitan untuk melakukan tazyin tersebut,
Artinya: “Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau Telah
memutuskan bahwa Aku sesat, pasti Aku akan menjadikan mereka
memandang baik (perbuatan ma’siat) di muka bumi, dan pasti Aku akan
menyesatkan mereka semuanya, Kecuali hamba-hamba Engkau yang
mukhlis di antara mereka”. (QS. Al-Hijr: 39-40).
 Wa’dun (Janji Palsu)
Syaitan berusaha membujuk umat manusia supaya mau mengikutinya
dengan memberikan janji-janji yang menggiurkan yaitu keuntungan yang
akan peroleh jika mau menuruti ajakannya. Di akhirat nanti syaitan akan
mengakui bahwa janji-janji yang diberikannya kepada umat manusia
dahulu di dunia adalah janji-janji palsu yang pasti tidak mampu

Aqidah Ruhaniyah (Alam & Makhluk Ghaib) 15


menepatinya. Firman Allah SWT yang artinya: “Dan berkatalah syaitan
tatkala perkara (hisab) Telah diselesaikan: “Sesungguhnya Allah Telah
menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun Telah menjanjikan
kepadamu tetapi Aku menyalahinya. sekali-kali tidak ada kekuasaan
bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) Aku menyeru kamu lalu kamu
mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca Aku akan
tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu
dan kamupun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya Aku
tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan Aku (dengan Allah)
sejak dahulu”. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat
siksaan yang pedih.” (QS. Ibrahim: 22).
 Kaidun (Tipu Daya)
Syaitan berusaha dengan segala macam tipu daya untuk menyesatkan umat
manusia. Akan tetapi sebenarnya tipu daya syaitan itu tidak aka nada
pengaruhnya bagi orang-orang yang benar-benar beriman kepada Allah
SWT. Firman Allah SWT yang artinya: “Orang-orang yang beriman
berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan
thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, Karena
Sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah.” (QS. An-Nisa: 76)
 Shaddun (Hambatan)
Syaitan berusaha untuk menghalang-halangi umat manusia menjalankan
perintah-Nya dengan menggunakan segala cara macam hambatan. Firman
Allah SWT yang artinya: “Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah
matahari, selain Allah; dan syaitan Telah menjadikan mereka memandang
indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan
(Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk,” (QS. An-Naml: 24).
 ‘Adawah (Permusuhan)
Syatan berusaha menimbulkan permusuhan dan rasa saling membenci di
antara sesame manusia, karena dengan permusuhan tiu manusia akan lupa
diri dan melakukan hal-hal yang tidak dibenarkan oleh Allah untuk
membinasakan musuh-musuhnya. Firman Allah SWT yang artinya:
“Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan

Aqidah Ruhaniyah (Alam & Makhluk Ghaib) 16


dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi
itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; Maka
berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).” (QS. Al-Maidah:
91).
Demikianlah delapan langkah syaitan memperdaya, menyesatkan
manusia untuk mengikuti segla langkahnya, yaitu kufur. Dan sebagai seorang
manusia kita jangan sampai mengikutinya karena syaitan adalah musuh bagi
kita (manusia).
2) Takhwif
Jika syaitan tidak berhasil dengan delapan cara tersebut, syaitan masih
mempunyai cara lain yaitu takhwif (menakut-nakuti). Takut yang dimaksud
disini bukan takut yang tabi’I (alami). Seperti takut dengan binatang buas,
atau takut mengerjakan kemaksiatan. Akan tetapi taku disini adalah takut
melaksanakan kebenaran. Takut melakukan amar ma’ruf nahi munkar karena
khawatir dengan segala risiko dan konsekwensinya. Misalnya risiko jatuh
miskin, turun jabatan, dipecat atau lainnya.

2.4 Implementasi Keimanan Kepada Makhluk Ghaib


Tanda-tanda beriman kepada makhluk ghaib:
 Meyakini dengan sepenuh hati bahwa malaikat merupakan salah satu makhluk
gaib yang lebih dahulu diciptakan oleh Allah daripada manusia begitu pula jin,
syaitan dll.
 Meyakini di dalam hati bahwa malaikat merupakan makhluk yang memiliki
sifat seperti hidup pada alam gaib, maksum, tidak berjenis kelamin, tidak
makan dan minum dan selalu senantiasa bertasbih kepada Allah SWT.
 Meyakini bahwa Allah telah memberikan tugas yang berbeda untuk setiap
malaikat.
 Meyakini bahwa segala amal perbuatan yang kita lakukan sehari-hari tidak
akan lepas dari pengawasan Allah, maka hendaknya kita harus selalu berhati-
hati dalam bertindak atau melakukan sesuatu.
 Melakukan perbuatan yang dapat mencerminkan beriman kepada malaikat
yakni dengan melaksanakan segala perintahNya dan menjauhi segala
laranganNya.

Aqidah Ruhaniyah (Alam & Makhluk Ghaib) 17


Contoh-contoh perilaku iman kepada makhluk ghaib:
 Senantiasa beramal soleh dan selalu taat kepada Allah.
 Bekerja keras dan yakin bahwa akan mendapatkan perlindungan dari Allah.
 Memantapkan tauhid dan menjauhi tahayul.
 Menjauhi dan mencegah dari perbuatan yang dilarang oleh Allah.
 Jujur dan meyakini bahwa kelak akan dipertanggungjawabkan semua
perbuatan yang telah dilakukan di dunia, di hadapan Allah kelak.

Aqidah Ruhaniyah (Alam & Makhluk Ghaib) 18


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Iman adalah sesuatu yang kita percayai atau yakini dalam hati, dan kita
ucapkan atau ikrarkan dengan lisan dan kita wujudkan dalam bentuk amal
perbuatan dengan anggota tubuh. Dan rukun iman yang enam itu haruslah kita
percayai keberadaannya. Beriman kepada yang ghaib merupakan rukun iman yang
enam tersebut, itu artinya kita mempercayai dan meyakini bahwa segala sesuatu
yang ghaib atau yang tidak bisa kita lihat dengan kasat mata itu benar ada.
Urgensi keimanan terhadap alam dan makhluk ghaib sangatlah tinggi, mengingat
sebagai penanda kekuasaan Allah SWT. Sehingga pengetahuan mengenai hal
tersebut harus diimplementasikan dalam keseharian kita.

3.2 Saran
Kita sebagai seorang muslim yang baik, wajiblah bagi kita untuk mengimani
semua rukun iman yang enam. salah satunya adalah beriman kepada yang ghaib.
Banyak cara untuk kita mengimani dan meyakininya, seperti melalui berita
(akhbar) yang disampaikan oleh firman Allah dalam Al-Quran maupun sabda
Rasulullah SAW dalam Hadits. Banyak sekali ayat-ayat Al-Quran dan hadits yang
menjelaskan perihal tentang makhluk ghaib. Karena kita mengimani kebenaran
sumber (Al-Quran dan Hadits), maka berita tentang makhluk ghaib pun kita
imani. Kemudian kita dapat mengetahui dan mengimani keberadaan yang ghaib
melalui bukti-bukti nyata yang ada di alam semesta yang menunjukkan bahwa
makhluk ghaib itu benar-benar ada, sekaligus sebagai penanda terhadap
kekuasaan Allah SWT.

Aqidah Ruhaniyah (Alam & Makhluk Ghaib) 19


DAFTAR PUSTAKA

Aditya, Aushaf. (2019). “Aqidah Ruhaniyah”.


https://www.scribd.com/presentation/439356872/AQIDAH-RUHANIYAH-AIK-
2-pptx. Diakses pada 21 Januari 2021 Pukul 19.17 WIB.

Alghazali, Ali. “Macam-macam Makhluk Ghaib”.


https://www.academia.edu/31995840/MACAM_MACAM_MAKHLUK_GAIB.
Diakses pada 23 Januari 2021 Pukul 09.28 WIB.

Fatmawati, Afira. “Pengertian Aqidah Ruhaniyah”.


https://www.academia.edu/36547377/Pengertian_Aqidah_Ruhaniyah. Diakses
pada 21 Januari 2021 Pukul 18.59 WIB.

Hikmawati, R. Saputra, M. (2019). Manifestasi Keimanan akan Makhluk Ghaib


(Jin) dalam Kehidupan Beragama Umat Islam. Hal. 142-144.

Nurdiansyah. (2009). “Iman Kepada Makhluk Ghaib”.


https://nurdiansyah89.wordpress.com/2009/12/02/iman-kepada-makhkuk-ghaib/.
Diakses pada 25 Januari 2021 Pukul 22.05 WIB.

Tiani, Yulis. (2014). “Iman Kepada Makhluk Ghaib”.


https://www.scribd.com/doc/215280009/Iman-kepada-makhluk-Gaib. Diakses
pada 23 Januari 2021 Pukul 09.42 WIB.

Aqidah Ruhaniyah (Alam & Makhluk Ghaib) 20

Anda mungkin juga menyukai