Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN


Tentang
“Model Pembelajaran Montessori”

Dosen Pembimbing : Pratiwi Dwi Warih S, M.Pd


Disusun oleh : Zeinul Arifin (19505001)

PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA


STAI MUHAMMADIYAH PROBOLINGGO
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Salam sejahtera bagi kita semua. Puji syukur atas karunia Tuhan Yang
Maha Esa, yang mana berkat tuntunan dan kemudahan dari-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Model Pembelajaran Montessori” ini
tanpa halangan yang berarti.
Penyusunan makalah ini didasarkan atas pemenuhan tanggung jawab tugas
yang diberikan dan ditujukan sebagai sarana penampung informasi berdasarkan
judul yang kami tinjau secara lugas.
Terlepas dari hal tersebut, kami menyadari bahwa makalah ini masih
memiliki kekurangan dari berbagai segi. Kritik dan saran akan sangat kami
perlukan agar makalah ini dapat disempurnakan.

Probolinggo, 15 Februari 2021


Penyusun

Model Pembelajaran Montessori i


DAFTAR ISI

MODEL PEMBELAJARAN MONTESSORI


KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................2
C. Maksud dan Tujuan...................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Metode Montessori....................................................................................3
B. Sejarah.......................................................................................................3
C. Metode Montessori sebagai Metode Pembelajaran...................................4
D. Peran Guru dalam Metode Montessori....................................................11
E. Keuntungan dan Kekurangan Metode Montessori..................................12
BAB III KESIMPULAN......................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17

Model Pembelajaran Montessori ii


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak bukanlah orang dewasa dalam ukuran kecil. Oleh sebab itu, anak
harus diperlakukan sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya. Hanya saja,
dalam praktik pendidikan sehari-hari, tidak selalu demikian yang terjadi.
Banyak contoh yang menunjukkan betapa para orang tua dan masyarakat
pada umumnya memperlakukan anak tidak sesuai dengan tingkat
perkembangananya. Di dalam keluarga orang tua sering memaksakan
keinginannya sesuai kehendaknya, di sekolah guru sering memberikan
tekanan (preasure) tidak sesuai dengan tahap perkembangan anak, di berbagai
media cetak/elektronika tekanan ini lebih tidak terbatas lagi, bahkan
cenderung ekstrim.

Mencermati perkembangan anak dan perlunya pembelajaran pada anak


usia dini, tampaklah bahwa ada dua hal yang perlu diperhatikan pada
pendidikan anak usia dini, yakni: 1) materi pendidikan, dan 2) metode
pendidikan yang dipakai. Secara singkat dapat dikatakan bahwa materi
maupun metodologi pendidikan yang dipakai dalam rangka pendidikan anak
usia dini harus benar-benar memperhatikan tingkat perkembangan mereka.
Memperhatikan tingkat perkembangan berarti pula mempertimbangkan tugas
perkembangan mereka, karena setiap periode perkembangan juga
mengemban tugas perkembangan tertentu.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional dalam pasal 1 menegaskan


bahwa, pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang
dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Menyikapi perkembangan anak usia dini, perlu adanya suatu program


pendidikan yang didesain sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Kita
perlu kembalikan ruang kelas menjadi arena bermain, bernyanyi, bergerak

Model Pembelajaran Montessori 1


bebas, kita jadikan ruang kelas sebagai ajang kreaktif bagi anak dan
menjadikan mereka kerasan dan secara psikologis nyaman. Untuk lebih
jelasnya dalam makalah ini dikemukan bagaimana Mantessori mendesain
program pembelajaran untuk anak usia dini.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran Montesorri?
2. Bagaimana implementasi model pembelajaran Montesorri pada
pendidikan anak usia dini?
3. Apa kekurangan dan kelebihan model pembelajaran Montesorri?

C. Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan penyusunan masalah ini adalah sebahai berikut:
1. Untuk menambah referensi pembelajaran mahasiswa mengenai model-
model pembelajaran untuk anak usia dini.
2. Untuk lebih memahami model pembelajaran Montessori.
3. Sebagai referensi dalam memberikan pembelajaran anak usia dini.

Model Pembelajaran Montessori 2


BAB II
PEMBAHASAN
A. Metode Montessori
Metode Montessori adalah suatu metode pendidikan untuk anak-anak,
berdasarkan pada teori perkembangan anak dari Dr. Maria Montessori,
seorang pendidik dari Italia di akhir abad 19 dan awal abad 20. Metode ini
diterapkan terutama di pra-sekolah dan sekolah dasar, walaupun ada juga
penerapannya sampai jenjang pendidikan menengah.

Ciri dari metode ini adalah penekanan pada aktivitas pengarahan diri
pada anak dan pengamatan klinis dari guru (sering disebut "direktur" atau
"pembimbing"). Metode ini menekankan pentingnya penyesuaian dari
lingkungan belajar anak dengan tingkat perkembangannya, dan peran
aktivitas fisik dalam menyerap konsep akademis dan keterampilan praktik.
Ciri lainnya adalah adanya penggunaan peralatan otodidak (koreksi diri)
untuk memperkenalkan berbagai konsep.

Walaupun banyak sekolah-sekolah yang menggunakan nama


"Montessori," kata itu sendiri bukan merupakan merk dagang, juga tidak
dihubungkan dengan organisasi tertentu saja.

B. Sejarah
Dr. Maria Montessori mengembangkan "Metode Montessori" sebagai
hasil dari penelitiannya terhadap perkembangan intelektual anak yang
mengalami keterbelakangan mental. Dengan berdasar hasil kerja dokter
Perancis, Jean Marc Gaspard Itard dan Edouard Seguin, ia berupaya
membangun suatu lingkungan untuk penelitian ilmiah terhadap anak yang
memiliki berbagai ketidakmampuan fisik dan mental. Mengikuti keberhasilan
dalam perlakuan terhadap anak-anak ini, ia mulai meneliti penerapan dari
teknik ini pada pendidikan anak dengan kecerdasan rata-rata.

Pada tahun 1906, Montessori telah cukup dikenal sehingga ia diminta


untuk suatu pusat pengasuhan di distrik San Lorenzo di Roma. Ia
menggunakannya sebagai kesempatan untuk mengamati interaksi anak

Model Pembelajaran Montessori 3


dengan materi yang ia kembangkan, menyempurnakannya, dan
mengembangkan materi baru yang bisa dipakai anak-anak. Dalam pendekatan
yang berpusat pada materi ini, tugas utama guru adalah mengamati saat anak
memilih materi yang dibuat untuk memahami konsep atau keterampilan
tertentu. Pendekatan demikian menjadi ciri utama dari pendidikan
Montessori.

Awalnya perhatian Montessori lebih pada anak usia pra-sekolah. Setelah


mengamati perkembangan pada anak yang baru masuk SD, ia dan Mario
(anaknya) memulai penelitian baru untuk menyesuaikan pendekatannya
terhadap anak usia SD. Menjelang ahir hayatnya, dalam buku From
Childhood To Adolescence (Dari Masa Kanak-kanak ke Masa Remaja),
Montessori membuat sketsa tentang pandangannya mengenai penerapan
metodologinya bagi pendidikan jenjang menengah dan tinggi.

C. Metode Montessori sebagai Metode Pembelajaran


Dalam Wikipedia (2007), dinyatakan bahwa perjalanan hidup anak-
anak menempuh periode sensitif di masa usia muda. Montessori mengatakan
bahwa dari lahir sampai usia enam tahun, mempunyai daya serap tinggi
("absorbent mind"). Dalam periode ini anak mempunyai kemampuan yang
tinggi untuk belajar dan beradaptasi dari lingkungan sekitarnya dengan
sendirinya. Dimasa ini anak sangat mudah menerima sesuatu yang baru.
Pendidikan Montessori yang baik ialah mereka yang dapat memaksimalkan
pendidikan anak dengan mengenalkan bahan, alat dan kegiatan yang khusus
dirancang untuk merangsang intelegensi anak. Mendorong anak untuk
memusatkan perhatian ke suatu kegiatan tertentu akan membuat ia mencapai
kemampuan optimumnya dalam lingkungan di mana keindahan dan disiplin
ditekankan dan dihargai. Secara spontan kesenangan akan belajar akan
terungkap sewaktu si anak diberi kebebasan (dalam batasan tertentu) untuk
menentukan keinginannya.

Seorang guru Montessori harus terlatih sebagai pemberi fasilitas di


kelas, selalu siap membantu dan mengarahkan anak. Tujuan mereka ialah
merangsang keinginan anak untuk belajar kemudian mengarahkannya tanpa

Model Pembelajaran Montessori 4


ikut campur dengan keinginan alami anak untuk belajar dan menjadi mandiri.
Setiap anak akan belajar dengan aktivitas pribadinya dan belajar untuk
mengerti sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya yang unik.

Segala suatu di kelas Montessori mempunyai manfaat dan tujuan


khusus. Semua hal yang telah disiapkan ini dapat dilihat dan disentuh oleh
anak. Semua perabotan dan peralatan diciptakan dalam ukuran kecil sesuai
dengan ukuran anak dan mudah dijangkau. Kelas Montessori yang baik
mempunyai lingkungan yang sibuk dan produktif dimana keceriaan timbul.
Di dalam lingkungan yang diciptakan secara khusus ini kebebasan, tanggung
jawab, perkembangan social dan intelektual anak secara spontan akan
berkembang. Sebagai contoh dalam suatu ruang kelas disana ada miniatur
sebuah jalan raya, serta segala sesuatu yang berhubungan dengannya, seperti
kendaraan bermotor, polisi serta lampu trafficlight, dalam proses
pembelajaran anak dihadapkan pada sebuah kasus dimana pada saat akan
menyeberang mereka menjumpai seorang cacat dengan memakai sebuah kruk
untuk membantu berjalan, apa yang meski dilakukan anak untuk membantu
seseorang tersebut menyeberang? Jawabannya ditentukan oleh anak itu
sendiri, akan tetapi bila ada suatu hal yang kurang sesuai maka peran guru
sangat penting untuk memberikan masukannya. Dapat digambarkan juga
salah satu bentuk permainan yang dilakukan oleh anak-anak dengan alat yaitu
hullahop (simpai), nama permainan tersebut adalah sistem tata surya, dengan
bimbingan dan narasi dari guru anak membuat lingkaran kemudian guru akan
bercerita tentang system tata surya, pada suatu cerita anak diharapkan untuk
bisa melakukan gerakan rotasi yaitu dengan cara memutarkan hullahop pada
pinggangnya.

Sekolah Montessori berusaha untuk mengajarkan anak rasa


kekeluargaan dan membantu mereka untuk hidup berdampingan dengan
orang lain. Dengan membentuk ikatan antara orang tua, guru dan anak,
Montessori berusaha menciptakan lingkungan dimana anak dapat belajar
untuk berdikari, menjadi bagian keluarga sehingga mereka dapat menyayangi
yang lebih muda, belajar dari yang lebih tua, mempercayai orang lain dan

Model Pembelajaran Montessori 5


belajar menjadi asertif bukannya agresif. Sekolah Montessori berbeda bukan
karena materi pelajaran yang dipakai di kelas saja. Tetapi kelas ialah tempat
dimana anak ingin berada karena kelas adalah rumah kedua bagi mereka.

Tokoh pendidikan anak usia dini, Montessori, mengatakan bahwa


ketika mendidik anak-anak, kita hendaknya ingat bahwa mereka adalah
individu-individu yang unik dan akan berkembang sesuai dengan kemampuan
mereka sendiri. Tugas kita sebagai orang dewasa dan pendidik adalah
memberikan sarana dorongan belajar dan memfasilitasinya ketika mereka
telah siap untuk mempelajari sesuatu. Tahun-tahun pertama kehidupan anak
merupakan masa-masa yang sangat baik untuk suatu formasio atau
pembentukan. Masa ini juga masa yang paling penting dalam masa
perkembangan anak, baik secara fisik, mental maupun spritual.

Di dalam keluarga dan pendidikan demokratis orang tua dan pendidik


berusaha memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan yang dibutuhkan
oleh anak. Oleh karena itu, baik dan tepat bagi setiap orang tua dan pendidik
yang terlibat pada proses pembentukan ini, mengetahui, memahami
perkembangan anak usia dini. Tapi sekolah kita belum memiliki based line
data yang holistik yang dapat memberikan berbagai informasi tentang
perkembangan behavior dan kesulitan belajar anak terhadap berbagai
subkompetensi materi sulit. Informasi ini sangat diperlukan untuk melakukan
treatmen secara berjenjang tentang perkembangan anak sejak usia dini sampai
mereka dewasa (SLTA).

1. Perkembangan Anak Usia Dini


Banyak pendapat dan gagasan tentang perkembangan anak usia dini,
Montessori yakin bahwa pendidikan dimulai sejak bayi lahir. Bayipun harus
dikenalkan pada orang-orang di sekitarnya, suara-suara, benda-benda, diajak
bercanda dan bercakap-cakap agar mereka berkembang menjadi anak yang
normal dan sehat. Metode pembelajaran yang sesuai dengan tahun-tahun
kelahiran sampai usia enam tahun biasanya menentukan kepribadian anak
setelah dewasa. Tentu juga dipengaruhi seberapa baik dan sehat orang tua
berperilaku dan bersikap terhadap anak-anak usia dini. Karena perkembangan

Model Pembelajaran Montessori 6


mental usia-usia awal berlangsung cepat, inilah periode yang tidak boleh
disepelekan. Pada tahun-tahun awal ini anak-anak memiliki periode-periode
sensitive atau kepekaan untuk mempelajari atau berlatih sesuatu. Sebagian
besar anak-anak berkembang pada asa yang berbeda dan membutuhkan
lingkungan yang dapat membuka jalan pikiran mereka.
Menurut Montessori, paling tidak ada beberapa tahap perkembangan
sebagai berikut:
a) Sejak lahir sampai usia 3 tahun, anak memiliki kepekaan sensoris dan
daya pikir yang sudah mulai dapat “menyerap” pengalaman-pengalaman
melalui sensorinya.
b) Usia setengah tahun sampai kira-kira tiga tahun, mulai memiliki
kepekaan bahasa dan sangat tepat untuk mengembangkan bahasanya
(berbicara, bercakap-cakap)
c) Masa usia 2 – 4 tahun, gerakan-gerakan otot mulai dapat dikoordinasikan
dengan baik, untuk berjalan maupun untuk banyak bergerak yang semi
rutin dan yang rutin, berminat pada benda-benda kecil, dan mulai
menyadari adanya urutan waktu (pagi, siang, sore, malam).
d) Rentang usia tiga sampai enam tahun, terjadilah kepekaan untuk
peneguhan sensoris, semakin memiliki kepekaan indrawi, khususnya
pada usia sekitar 4 tahun memiliki kepekaan menulis dan pada usia 4 – 6
tahun memiliki kepekaan yang bagus untuk membaca.
Pendapat Mantessori ini mendapat dukungan dari tokoh pendidikan
Taman Siswa, Ki Hadjar Dewantara, sangat meyakini bahwa suasana
pendidikan yang baik dan tepat adalah dalam suasana kekeluargaan dan
dengan prinsip asih (mengasihi), asah (memahirkan), asuh (membimbing).
Anak bertumbuh kembang dengan baik kalau mendapatkan perlakuan kasih
sayang, pengasuhan yang penuh pengertian dan dalam situasi yang damai dan
harmoni. Ki Hadjar Dewantara menganjurkan agar dalam pendidikan, anak
memperoleh pendidikan untuk mencerdaskan (mengembangkan) pikiran,
pendidikan untuk mencerdaskan hati (kepekaan hati nurani), dan pendidikan
yang meningkatkan keterampilan.

Model Pembelajaran Montessori 7


Tokoh pendidikan ini sangat menekankan bahwa untuk usia dini bahkan
juga untuk mereka yang dewasa, kegiatan pembelajaran dan pendidikan itu
bagaikan kegiatan-kegiatan yang disengaja namun sekaligus alamiah seperti
bermain di “taman”. Bagaikan keluarga yang sedang mengasuh dan
membimbing anak-anak secara alamiah sesuai dengan kodrat anak di sebuah
taman. Anak-anak yang mengalami suasana kekeluargaan yang hangat, akrab,
damai, baik di rumah maupun di sekolah, serta mendapatkan bimbingan
dengan penuh kasih sayang, pelatihan kebiasaan secara alami, akan
berkembang menjadi anak yang bahagia dan sehat.
2. Pembelajaran pada Taman Kanak-kanak
Anak taman kanak-kanak termasuk dalam kelompok umum prasekolah.
Pada umur 2-4 tahun anak ingin bermain, melakukan latihan berkelompok,
melakukan penjelajahan, bertanya, menirukan, dan menciptakan sesuatu.
Pada masa ini anak mengalami kemajuan pesat dalam keterampilan menolong
dirinya sendiri dan dalam keterampilan bermain. Seluruh sistem geraknya
sudah lentur, sering mengulangi perbuatan yang diminatinya dan melakukan
secara wajar tanpa rasa malu. Di taman kanak-kanak, anak juga mengalami
kemajuan pesat dalam penguasaan bahasa, terutama dalam kosa kata. Hal
yang menarik, anak-anak juga ingin mandiri dan tak banyak lagi mau
tergantung pada orang lain.
Sehubungan dengan ciri-ciri di atas maka tugas perkembangan yang
diemban anak-anak adalah:
a) Belajar keterampilan fisik yang diperlukan untuk bermain.
b) Membangun sikap yang sehat terhadap diri sendiri.
c) Belajar menyesuaikan diri dengan teman sebaya.
d) Mengembangkan peran sosial sebagai lelaki atau perempuan.
e) Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan dalam hidup
sehari-hari.
f) Mengembangkan hati nurani, penghayatan moral dan sopan santun.
g) Mengembangkan keterampilan dasar untuk membaca, menulis,
matematika dan berhitung.
h) Mengembangkan diri untuk mencapai kemerdekaan diri.

Model Pembelajaran Montessori 8


Dengan adanya tugas perkembangan yang diemban anak-anak,
diperlukan adanya pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi anak-
anak yang selalu “dibungkus” dengan permainan, suasana riang, enteng,
bernyanyi dan menari. Bukan pendekatan pembelajaran yang penuh dengan
tugas-tugas berat, apalagi dengan tingkat pengetahuan, keterampilan dan
pembiasaan yang tidak sederhana lagi seperti paksaan untuk membaca,
menulis, berhitung dengan segala pekerjaan rumahnya yang melebihi
kemampuan anak-anak.

Pada usia lima tahun pada umumnya anak-anak baik secara fisik maupun
kejiwaan sudah siap untuk belajar hal-hal yang semakin tidak sederhana dan
berada pada waktu yang cukup lama di sekolah. Setelah apada usia 2-3 tahun
mengalami perkembangan yang cepat. Pada usia enam tahun, pada umumnya
anak-anak telah mengalami perkembangan dan kecakapan bermacam-macam
keterampilan fisik. Mereka sudah dapat melakukan gerakan-gerakan seperti
meloncat, melompat, menangkap, melempar, dan menghindar. Pada
umumnya mereka juga sudah dapat naik sepeda mini atau sepeda roda tiga.
Kadang-kadang untuk anak-anak tertentu keterampilan-keterampilan ini telah
dikuasainya pada usia 4-5 tahun.

Montessori memberikan gambaran peran guru dan pengaruh lingkungan


terhadap perkembangan kecerdasan, sebagai berikut:
a) 80 % aktifitas bebas dan 20 % aktifitas yanag diarahkan guru.
b) Melakukan berbagai tugas yang mendorong anak untuk memikirkan
tentang hubungan dengan orang lain.
c) Menawarkan kesempatran untuk menjalin hubungan social melalui
interaksi yang bebas.
d) Dalil-dalil ditemukan sendiri, tidak disajikan oleh guru.
e) Aturan pengucapan didapat melalui pengenalan pola, bukan dengan
hafalan setiap aspek kurikulum melibatkan pemikiran.

Montessori, mengatakan bahwa pada usia 3-5 tahun, anak-anak dapat


diajari menulis, membaca, dikte dengan belajar mengetik. Sambil belajar
mengetik anak-anak belajar mengeja, menulis dan membaca. Ada suatu

Model Pembelajaran Montessori 9


penelitian di Amerika yang menyimpulkan bahwa kenyataannya anak-anak
dapat belajar membaca sebelum usia 6 tahun. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa ada sekitar 2% anak yang sudah belajar dan mampu
membaca pada usia 3 tahun, 6% pada usia empat tahun, dan sekitar 20% pada
usia 5 tahun. Bahkan terbukti bahwa pengalaman belajar di taman kanak-
kanak dengan kemampuan membaca memadai akan sangat menunjang
kemampuan belajar pada tahun-tahun berikutnya.

Pendapat Montessori ini didukung oleh Moore, seorang sosiolog dan


pendidik, meyakini bahwa kehidupan tahun-tahun awal merupakan tahun-
tahun yang paling kreaktif dan produktif bagi anak-anak. Oleh karena itu,
sejauh memungkinkan, sesuai dengan kemampuan, tingkat perkembangan
dan kepekaan belajar mereka, kita dapat juga mengajarkan menulis, membaca
dan berhitung pada usia dini. Yang penting adalah strategi pengalaman
belajar dan ketepatan mengemas pembelajaran yang menarik, mempesona,
penuh dengan permainan dan keceriaan, enteng tanpa membebani dan
merampas dunia kanak-kanak mereka.

Salah satu hal yang dibutuhkan untuk dapat meningkatkan perkembangan


kecerdasan anak adalah suasana keluarga dan kelas yang akrab, hangat serta
bersifat demokratis, sekaligus menawarkan kesempatan untuk menjalin
hubungan sosial melalui interaksi yang bebas. Hal ini ditandai antara lain
dengan adanya relasi dan komunikasi yang hangat dan akrab.

Pada masa usia 2 - 6 tahun, anak sangat senang kalau diberikan


kesempatan untuk menentukan keinginannya sendiri, karena mereka sedang
membutuhkan kemerdekaan dan perhatian. Pada masa ini juga mencul rasa
ingin tahu yang besar dan menuntut pemenuhannya. Mereka terdorong untuk
belajar hal-hal yang baru dan sangat suka bertanya dengan tujuan untuk
mengetahui sesuatu. Guru dan orang tua hendaknya memberikan jawaban
yang wajar. Sampai pada usia ini, anak-anak masih suka meniru segala
sesuatu yang dilakukan orang tuanya.

Model Pembelajaran Montessori 10


Perlu diingat juga bahwa minat anak pada sesuatu itu tidak berlangsung
lama, karena itu guru dan orang tua harus pandai menciptakan kegiatan yang
bervariasi dan tidak menerapkan disiplin kaku dengan rutinitas yang
membosankan. Anak pada masa ini juga akan berkembang kecerdasannya
dengan cepat kalau diberi penghargaan dan pujian yang disertai kasih sayang,
dengan tetap memberikan pengertian kalau mereka melakukan kesalahan atau
kegagalan. Dengan kasih sayang yang diterima, anak-anak akan berkembang
emosi dan intelektualnya, yang penting adalah pemberian pujian dan
penghargaan secara wajar.

Untuk memfasilatasi tingkat perkembangan fisik anak, pada taman


kanak-kanak perlu dibuat adanya arena bermain yang dilengkapi dengan alat-
alat peraga dan alat-alat keterampilan lainnya, karena pada usia 2- 6 tahun
tingkat perkembangan fisik anak berkembang sangat cepat, dan pada umur
tersebut anak-anak perlu dikenalkan dengan fasilitas dan alat-alat untuk
bermain, guna lebih memacu perkembangan fisik sekaligus perkembangan
psikis anak terutama untuk kecerdasan.

Banyak penelitian menyatakan bahwa orang-orang yang cerdas dan


berhasil pada umumnya berasal dari keluarga yang demokratis, suka
melakukan uji coba, suka menyelidiki sesuatu, suka berpergian (menjelajah
alam dan tempat), dan aktif, tak pernah diam dan berpangku tangan. Ingat
keterampilan tangan adalah jendela menuju pengetahuan. Dalam proses
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan
uji coba (trial and error), mangadakan penyelidikan bersama-sama,
menyaksikan dan menyentuh sesuatu objek, mengalami dan melakukan
sesuatu , anak-anak akan jauh lebih mudah mengerti dan mencapai hasil
belajar dengan mampu memanfaatkan atau menerapkan apa yang telah
dipelajari.

D. Peran Guru dalam Metode Montessori


Pada masa usia 2 - 6 tahun, anak sangat senang kalau diberikan
kesempatan untuk menentukan keinginannya sendiri, karena mereka sedang
membutuhkan kemerdekaan dan perhatian. Pada masa ini juga mencul rasa

Model Pembelajaran Montessori 11


ingin tahu yang besar dan menuntut pemenuhannya. Mereka terdorong untuk
belajar hal-hal yang baru dan sangat suka bertanya dengan tujuan untuk
mengetahui sesuatu. Guru dan orang tua hendaknya memberikan jawaban
yang wajar. Sampai pada usia ini, anak-anak masih suka meniru segala
sesuatu yang dilakukan orang tuanya.

Perlu diingat juga bahwa minat anak pada sesuatu itu tidak berlangsung
lama, karena itu guru dan orang tua harus pandai menciptakan kegiatan yang
bervariasi dan tidak menerapkan disiplin kaku dengan rutinitas yang
membosankan. Anak pada masa ini juga akan berkembang kecerdasannya
dengan cepat kalau diberi penghargaan dan pujian yang disertai kasih sayang,
dengan tetap memberikan pengertian kalau mereka melakukan kesalahan atau
kegagalan. Dengan kasih sayang yang diterima, anak-anak akan berkembang
emosi dan intelektualnya, yang penting adalah pemberian pujian dan
penghargaan secara wajar.

Untuk memfasilatasi tingkat perkembangan fisik anak, pada taman


kanak-kanak perlu dibuat adanya arena bermain yang dilengkapi dengan alat-
alat peraga dan alat-alat keterampilan lainnya, karena pada usia 2- 6 tahun
tingkat perkembangan fisik anak berkembang sangat cepat, dan pada umur
tersebut anak-anak perlu dikenalkan dengan fasilitas dan alat-alat untuk
bermain, guna lebih memacu perkembangan fisik sekaligus perkembangan
psikis anak terutama untuk kecerdasan.

E. Keuntungan dan Kekurangan Metode Montessori


Menurut Lillard dalam Wikipedia (2007), yang mempresentasikan
untuk pertama kalinya pandangan secara menyeluruh melalui penelitiannya
yang membahas perbandingan antara anak yang diberi metode Montessori
dalam pembelajarannya dengan anak tanpa pembelejaran Montessori. Dari
penelitian yang dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa metode Montessori
lebih baik dari sekolah umum yang pada beberapa area, tak hanya pada
matematika dan bahasa akan tetapi juga keterampilan social dan kognitif.
Pada seluruh dimensi, anak-anak pada sekolah dengan metode pembelajaran
Montessori memiliki kemampuan yang relatif lebih baik. Seperti sebuah

Model Pembelajaran Montessori 12


penelitian yang telah dilakukan secara acak pada anak di akhir taman kanak-
kanak. Anak tersebut menampilkan hasil yang lebih baik pada tes standar
yaitu membaca dan berhitung, demikian juga interaksi yang positif di taman
bermain dan menampilkan interaksi yang baik juga dengan lingkungan
sosialnya demikian juga dengan kejujuran dan keadilan pada teman-
temannya. Dari uraian dan pernyataan diatas kemudian dapat digambarkan
bahwa metode Montessori mempunyai beberapa kelebihan ataupun
keunggulan dibandingkan metode peembelajaran yang lain (tradisional),
sehingga dibawah ini dapat digambarkan tabel tentang perbandingan metode
Montessori dengan metode pembelajaran non montessori atau tradisional.

Tabel 1. Perbandingan metode pembelajaran Montessori dengan metode


pembelajaran tradisional. (Montessori.edu.my, 2007)

Montessori Tradisional

Emphasis on more cognitive learning Emphasis on rote learning and social


and development.
total development

Child-centred learning Teacher-centred learning

Child learns by handling objects and Teacher directs and dispenses


teaching themselves; individualised learning
learning and auto-learning

Child completes "cycle of activity” Teacher determines activity cycles by


set
time.

Child has freedom to move and work Child assigned seat and follows
within classroom. specific
class periods.

Planned environment provides Teacher instills discipline


selfdiscipline.

Emphasis on concrete learning Emphasis on abstract learning

Montessori programs, based on self-directed non-competitive activities,


help
children develop strong self-images of themselves and the confidence to
face challenges and changes with optimism.

Model Pembelajaran Montessori 13


Dari tabel diatas dapat dilihat perbandingan yang mencolok antara
metode pembelajaran Montessori dengan metode tradisional, akan tetapi
bagaimanapun metode ini mempunyai kelemahan. Berdasarkan kritik dari
Kilpatrik dan Dewey dalam (wikipedia.com) dinyatakan bahwa metode
Montessori tidak terlalu mengembangkan interaksi sosial dalam proses
pengemban unsur krea gannya. Dewey juga menyatakan bahwa metode
Montessori hanya terbatas pada tivitas anak, meskipun demikian Dewey dan
Montessori setuju bahwa anak-anak membutuhkan pendidikan langsung, dan
guru harus action untuk membantu proses pemebelajaran tersebut.

Adapun kritik lain terhadap metode montessori adalah permasalahan


pemberian pekerajaan rumah (PR) bagi anak. Secara tradisional PR diberikan
sebagai sebuah aplikasi terhadap konsep yang telah diberikan oleh guru di
sekolah untuk bisa diaplikasikan anak/siswa di rumah, akan tetapi pada
metode Montessori, bila PR diberikan akan menimbukan kesulitas bagi anak
untuk bisa menyelesaikannya karena berbagai macam perlatan yang ada atau
yang digunakan saat pembelajaran sangat terbatas dimiliki oleh anak. Akan
tetapi dari segi nilai pedagogis permasalahan pemberian PR inipun masih
menjadi perdebatan yang sangat substansial.

Model Pembelajaran Montessori 14


BAB III
KESIMPULAN

Dalam mengimplementasikan konsep Montessori terhadap program


pendidikan bagi anak usia dini perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Kurikulum pada pendidikan anak usia dini didesain berdasarkan tingkat


perkembangan anak.
2. Materi maupun metodologi pendidikan yang dipakai dalam rangka
pendidikan anak usia dini harus benar-benar memperhatikan tingkat
perkembangan mereka. Memperhatikan tingkat perkembangan berarti pula
mempertimbangkan tugas perkembangan mereka, karena setiap periode
perkembangan juga mengemban tugas perkembangan tertentu.
3. Kompetensi akademis merupakan alat untuk mencapai tujuan,dan manipulasi
dilihat sebagai materi yang berguna untuk poengembangan diri anak,
Montessori menganjurkan perlu adanya area yang berbeda mewakili
lingkungan yang disediakan, yaitu:
a. Practical life memberikan pengembangan dari tugas organisasional dan
urutan kognisi melalui perawatan diri sendiri, perawatan lingkungan,
melatih rasa syukur dan saling menghormati, dan koordinasi dari
pergerakan fisik.
b. The sensorial area membuat anak mampu untuk mengurut,
mengklasifikasi dan menerangkan impresi sensori dalam hubungannya
dengan panjang, lebar, temperatur, masa, warna, titik, dan lain-lain.
c. Mathematics memanfaatkan pemanipulasian materi agar anak mampu
untuk menginternalisasi konsep angka, symbol, urutan operasi, dan
memorisasi dari fakta dasar.
d. Language art yang di dalamnya termasuk pengembangan bahasa lisan,
tulisan, membaca, kajian tentang grammar, dramatisasi, dan kesusesteraan
anak-anak. Keahlian dasar dalam menulis dan membaca dikembangkan
melalui penggunaan huruf dari kertas, kata-kata dari kertas pasir, dan
berbagai prestasi yang memungkinkan anak-anak untuk menghubungkan

Model Pembelajaran Montessori 15


antara bunyi dan simbul huruf, dan mengekpresikan pemikiran mereka
melalui menulis.
e. Cultural activies membawa anak-anak untuk mengetahui dasar-dasar
geografis, sejarah dan ilmu sosail. Musik, dan seni lainnya merupakan
bagian dari kurikulum terintegrasi.
4. Lingkungan pendidikan anak usia dini menggabungkan fungsi psiko-sosial,
fisik dan akademis dari seorang anak. Tugas pentingnya adalah untuk
menyediakan dasar yang awal dan umum, dimana di dalamnya termasuk
tingkah laku yang positif terhadap sekolah, inner security, kebiasaan untuk
berinisiatif, kemampuan untuk mengambil keputusan, disiplin diri dan rasa
tanggung jawab anggota kelas lainnya, sekolah dan komunitas. Dasar ini akan
membuat anak-anak mampu untuk mendapatkan pengetahuan dan keahlian
yang lebih spesifik dalam kehidupan sekolah mereka.

Model Pembelajaran Montessori 16


DAFTAR PUSTAKA

http://aninsh.blogspot.com/2016/12/model-pembelajarn-
montessori.html#:~:text=Metode%20pembelajaran%20montessori
%20merupakan%20metode,oleh%20seorang%20penganut%20agama
%20katholik.&text=Menurut%20filsafat%20Dr.%20Montessori%2C
%20anak,(pikiran)%20mereka%20dalam%20lingkungan. (diakses pada 16
Februari 2021 pukul 04.45 WIB)

http://id.wikipedia.org/wiki/Metode_Montessori (diakses pada 15 Februari 2021


pukul 19.31 WIB)

http://www.parenting.co.id/article/usia.sekolah/ciriciri.metode.sekolah.montessori
/001/004/244 (diakses pada 15 Februari 2021 pukul 19.15 WIB)

http://gallerypendidikan.blogspot.com/2009/11/implementasi-konsep-montessori-
pada.html (diakses pada 15 Februari 2021 pukul 19.21 WIB)

http://tkpermatahati.wordpress.com/2011/03/14/metode-montessori/ (diakses pada


15 Februari 2021 pukul 19.14 WIB)

Kahfi, Alim. “Montessori”. https://www.academia.edu/9202093/Montessori


(diakses pada 16 Februari 2021 pukul 04.46 WIB)

Masyrofah, (2017). “Model Pembelajaran Montessori Anak Usia Dinni”. Jakarta.


Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Model Pembelajaran Montessori 17

Anda mungkin juga menyukai