Salam sejahtera bagi kita semua. Puji syukur atas karunia Tuhan Yang
Maha Esa, yang mana berkat tuntunan dan kemudahan dari-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah berjudul “Mengembangkan Metode Pemikiran Islam” ini
tanpa halangan yang berarti.
Terlepas dari hal tersebut, kami menyadari bahwa makalah ini masih
memiliki kekurangan dari berbagai segi. Kritik dan saran akan sangat kami
perlukan agar makalah ini dapat disempurnakan.
Penyusun
Zeinul Arifin i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN ...............................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................1
BAB II : PEMBAHASAN.................................................................................2
A. Pendekatan Bayani..................................................................................2
B. Pendekatan Irfani....................................................................................5
C. Pendekatan Burhani................................................................................8
BAB III : PENUTUP.........................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................13
Zeinul Arifin ii
BAB I
PeNDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-jabiri dengan mengacu pada kamus Lisan AL-Arabi karya Ibn
Manszur, menyimpulkan bahwa term al-bayan mengandung empat
pengertian, yakni pemisahan , keterpisahan, jelas, dan penjelas. Keempat
pengertian tersebut dapat diklasifikasikan Secara etimologis, al-burhan
dalam bahasa Arab, adalah argumentasiyang kuat dan jelas (al-hujjat al-
bayyinat). Dalam inggris, al-burhan disebut demonstration, berasal dari
bahasa latin demonsrate yang berarti isyarat, sifat, keterangan, dan
menampakkan.Al-Burhan dapat juga diartikan sebagai pembuktian yang
tegas (decisive proof) dan keterangan yang jelas.
Menjadi dua kelompok: al-bayan sebagai metodologi, yang berarti
keterpisahan dan jelas. Irfan dengan bahasa Arab merpakan masdar dari
‘arafa yang semakna dengan ma’rifah. Dalam kamus Lisan Al-‘Arab,
al-‘irfan diartikan dengan al-‘ilm. Dikalangan para sufi, kata’irfan
dipergunakan untuk menunjukkan jenis pengetahuan yang tertinggi, yang
dihadirkan dalam qalbu dengan cara kasyf atau ilham. Hanya saja, istilah
ini berkembang penggunaanya dikalangan sufi, kecuali pada masa-masa
belakangan ini saja.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pendekatan Bayani?
2. Apa yang dimasud dengan pendekatan Irfani?
3. Apa yang dimaksud dengan pendekatan Burhani?
Zeinul Arifin 1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendekatan Bayani
Al-jabiri dengan mengacu pada kamus Lisan AL-Arabi karya Ibn
Manszur, menyimpulkan bahwa term al-bayan mengandung empat
pengertian, yakni pemisahan , keterpisahan, jelas, dan penjelas. Keempat
pengertian tersebut dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok: al-bayan
sebagai metodologi, yang berarti keterpisahan dan jelas.
Zeinul Arifin 2
2) Makna isti’mali; makna apa yang digunakan oleh teks, meliputi makna
haqiqoh (sarihah dan mukniyah)dan makna majaz (sarih dan kinayah);
3) Darajat al-wudhuh; sifat dan kualitas lafz, meliputi muhkam, mufassar,
nas, zahir, khafi, mushkil, mujmal, dan mutasabih; dan
4) Turuqu ad-dalalah, penunjukan lafz terhadap makna, meliputi adalah
dalalah al-ibarah, dalalah al-isyarah, dalalah al-nass, dan dalalah al-
iqtida’ (menurut hanafiyah), atau dalalah al-manzum dan dalalah al-
mafhum, al-muwafaqah maupun mafhum al-mukhalafah (menurut
Syafi’iyyaah).
Zeinul Arifin 3
3) Bayan al-ibarah yang terdiri dari:
a. Al-bayan az-zahir yang tidak membutuhkan tafsir; dan
b. Al-bayan al-batin yang yang membutuhkan tafsir, qiyas, istidlal
dan khabar;
4) Bayan al-kitab, maksudnya media untuk menukil pendapat-pendapat
da pemikiran dari katib khat, katib ‘aqd, katib hukm, dan katib tadbir.
Zeinul Arifin 4
irfani.Melalui pendekatan burhani (penerapan analis rasiona-ideologis),
kita dapat mengungkapkan konteks dari suatu risalah keagamaan dan
mengungkapkan realitas sejarah dari suatu seni tradisi, baik geonologi
pemikiran, nilai-nilai spiritualitas dan regiliusitasnya maupun kandungan
filosofis, local wisdom (kearifan lokal) serta visi pencerahan dan kritik
sosialnya.
B. Pendekatan Irfani
‘Irfan dengan bahasa Arab merpakan masdar dari ‘arafa yang
semakna dengan ma’rifah. Dalam kamus Lisan Al-‘Arab, al-‘irfan
diartikan dengan al-‘ilm. Dikalangan para sufi, kata ’irfan dipergunakan
untuk menunjukkan jenis pengetahuan yang tertinggi, yang dihadirkan
dalam qalbu dengan cara kasyf atau ilham. Hanya saja, istilah ini
berkembang penggunaanya dikalangan sufi, kecualipada masa-masa
belakangan ini saja.
Zeinul Arifin 5
Dengan demikian, al-mumathilah adalah manhaj iktishafi dan
bukan manhaj kashfi. Pendekatan ‘irfani juga menolak atau menghindari
mitologi. Kaum ‘irfaniyyun tidak berurusan dengan mitodologi, bahkan
justru membersihkannya dari persoalan-persoalan agama. Dengan irfani
pula, mereka lebih mengupayakan menangkap hakikat yang terletak
dibalik shari’ah, dan yang batin (ad-dalalah al-lughawiyyah). Dengan
memperhatikan dua metode diatas, kita mengetahui bahwa sumber
pengetahuan dalam irfani mencakup ilham/intuisi dan teks (yang dicari
makna batinnya melalui ta’wil).
Zeinul Arifin 6
keyakinan yang kita pegangi selama ini, pengetahuan ‘irfangi akan
dikembangkan dalam kerangka ittiba’ ar-rasul.
Zeinul Arifin 7
pendekatan ‘irfani ini sebagaimana juga pendekatan burhani, memiliki dua
tugas penting. Pertama,membaca makna-makna terdalam dari simbol-
simbol dan isyarat-isyarat teks-keagamaan (nushush ad-ddiniyat). Kedua,
membaca makna-makna terdalam dari simbol-simbol dan isyarat-isyarat
yng terkandung dalam bentuk-bentuk seni tradisi atau budaya lokal.
Ketiga pendekatan diatas, saling berkait erat antara satu dan yang
lainnya dan membentuk hubungan dialogis-melingkar (sirkuler-dialektis):
memahami teks (bayani), tidak dapat dipisahkan dari pemahaman
konteksnya (burhani); pemahaman konteks (burhani) tidakdapat erlepas
dari pemahaman teks itu sendiri (bayani); sementara pemahaman makna
terdalam (irfani); membutuhkan pemahaman teks dan konteks sekaligus.
C. Pendekatan Burhani
Secara etimologis, al-burhan dalam bahasa Arab, adalah
argumentasiyang kuat dan jelas (al-hujjat al-bayyinat). Dalam inggris, al-
burhan disebut demonstration, berasal dari bahasa latin demonsrate yang
berarti isyarat, sifat, keterangan, dan menampakkan.Al-Burhan dapat juga
diartikan sebagai pembuktian yang tegas (decisive proof) dan keterangan
yang jelas.
Zeinul Arifin 8
(tarikhiyyah), realitas sosial (ijtimaiyyah), dan realitas budaya
(tsaqafiyyah). Dalam pendekatan ini, teks dan realitas (konteks) berada
dalam satu daerah yang saling memengaruhi. Teks tidak berdiri sendiri, ia
selalu terikat dengan konteks yang mengelilingi dan mengadakannya
sekaligus dari mana teks itu dibaca dan ditafsirkan. Di dalamnya ada
maqulat (kategori-kategori), meliputi kully-juz’iy, jauhar-‘arad, ma’qulat-
alfaz sebagai kata kunci untuk dianalisis.
Zeinul Arifin 9
ashkas dan jawahir thaniyah atau al-naw), maddah dan surah, dan asbab
yang terjadi pada :
a) Maddah, surah, fa’il, dan ghayah;
b) Ittifaq (sebab-sebab yang berlaku pada alam semesta);dan
c) Hazz (sebab-sebab yang berlaku pada manusia).
Gerak itu dapat terjadi pada jauhar (substansi: kawn dan fasad),
jumlah (berkembang atau berkurang ), perubahan (istihalah), dan tempat
(sebelum dan sesudah).
Zeinul Arifin 10
dalam rangka melakukan reka cipta budaya islam.Tentu saja,untuk
melakukan reka cipta budaya islam juga dibutuhkan pendekatan
kebudayaan (thaqafiyyah) yang erat kaitannya dengan dimensi
pemikiran,ajaran-ajaran,dan konsep-konsep,nilai-nilai dan pandangan
dunia Islam yang hidup dan berkembang dalam masyarakat muslim.Agar
reka cipta masyarakat muslim dapat mendekati ideal masyarakat,strategi
ini menghendaki kesinambungan historis.Untuk itu,dibutuhkan juga
pendekatan sejarah (tarikhiyyah).Hal ini agar konteks sejarah masa
lalu,kini,dan akan datang berada dalam satu kaitan yang kuat dan kesatuan
yang utuh (kontinuitas dan perubahan).Ini bermanfaat agar pembaharuan
pemikiran Islam tidak kehilangan jejak historis.Ada kesinambungan
historis antara bangunan pemikiran lama yang baik dengan lahirnya
pemikiran keislaman baru yang lebih memadai dan up to date.
Oleh karena itu, dalam burhani, keempat pendekatan-tarikhiyyah,
sosiulujiyyah, thaqafiyyyah dan antrufulujiyyah berada dalam posisi yang
saling berhubungan secara dialektik dan saling membentuk jaringan
keilmuan.
Zeinul Arifin 11
BAB Iii
PeNutup
A. Kesimpulan
Pendekatan Bayani sumbernya didasarkan dari teks yaitu Al.Qur’an dan
Hadits.Tujuan pendekatan bayani adalah:
1. Memahami atau menganalisis teks guna menemukan atau
mendapatkan makna yang dikandung dalam (atau dikehendaki) lafazh.
Dengan kata lain, pendekatan ini dipergunakan untuk mengeluarkan
makna zahir dari lafazh dan ibarah yang zahir pula;dan
2. Istinbat hukum-hukum dari al-nusus an-diniyah dan Al-Quran
khususnya.
Zeinul Arifin 12
DAFTAR PUSTAKA
Zeinul Arifin 13