Anda di halaman 1dari 16

LAFADZ

Diajukan Sebagai Tugas Makalah Mata Kuliah Ilmu Mantiq

Dosen Pembimbing:

H.ahmad Nakhrowi, S.Pd., M.Si

Kelompok II

Disusun oleh:

1. Maulidawati (201841578)
2. Holipatul Hasanah (201841574)
3. Laelatul Munawaroh (201841577)
4. Indah Choirunnisa (201841575)
5. Mohamad Alwi Al-Ridho (2018415790)
6. Muhammad Yusuf Pakihi ( 201841580)

SEMESTER VII

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DINAMIKA UMMAT

Sepatan, Jl. Raya Mauk No.90, Sepatan, Tangerang

Tahun Akademik 2021/2022


2
KATA PENGANTAR

 Assalamu’alaikumwarahmatullahiwabarakatuh,,,

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kitananti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Ilmu Mantiq dan dengan judul lafadz.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untukitu, penulis
mengharapkan  kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak  kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Demikian,
semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terimakasih.

          Tangerang, 29 Agustus  2021

                                                                                                                         Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................... i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah.......................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Lafadz Dan Pembagian Lafadz................................................................ 2


B. Macam-Macam Taqabul............................................................................................ 4
C. Lafadz Kulli Dan Pembagiannya............................................................................... 4
D. Pengertian Ta’rif Dan Syarat-Syaratnya.................................................................... 7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................................ 11
B. Keritik dan Saran....................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A.       Latar belakang

Sesungguhnya Ilmu Mantiq membahas tentang fikiran-fikiran dan persesuaiannya


dengan undang-undang berfikir, dari itulah maka hubungan ilmu mantiq ialah dengan fikiran-
fikiran. Tidak ada sangkut pautnya dengan lafadz; tetapi dikarenakan lafadz itu sebagai tanda
yang menunjukkan kepada maksud dan pengertian, maka untuk mengambil faidah makna-
makna itu, tidak terlepas dari hubungannya dengan lafadz-lafadz itu menunjukkan atas nama
dan petunjuk lafadz itu, dengan arti memahami makna dari lafadz.  

B.       Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, dapat diambil rumusan
masalah sebagai berikut:

1.           Apa pengertian lafadz dan pembagian lafadz?

2.           Apa saja macam-macam taqabul?

3.           Apa pengertian lafadz kulli dan Pembagian lafadz kulli?

4.           Apa pengertian ta’rif dan apa saja syarat-syaratnya?

C.        Tujuan masalah

Berdasarkan Rumusan masalah yang telah kita ambil,ditemukan tujuan masalah


sebagai berikut :

1.           Untuk mengetahui serta memahami pengertian lafadz dan pembagian lafadz

2.           Untuk mengetahui macam-macamtaqabul

3.           Untuk mengetahui Lafadz kulli dan pembagiannya

4.           Untuk mengetahui ta’rif dan apa saja syarat-syaratnya

1
BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Lafadz Dan Pembagian Lafadz

Lafadz adalah susunan beberapa huruf yang mengandung arti. Istilah lafadz berasal dari
bahasa Arab dan diartikan sebagai 'kata' dalam bahasa Indonesia yang diberikan pada
rangkaian huruf abjad atau susunan beberapa huruf yg mempunyai arti. Jika lafadz tidak
mempunyai arti maka rangkaian huruf itu tidak dapat disebut sebagai lafadz. Seperti kayu,
batu, air dan lain-lain. Lafadz ada dua macam, yaitu: lafadz mufrod danlafadz murokkab.

1.      Lafadz mufrod

Lafadz mufrod ialah lafadz yang bermakna tunggal. Terdapat perbedaan pendapat antara
Ahli Mantiq dan Ahli Nahwu tentang pengertian ini. Ahli mantiq melihat lafadz pada
maknanya, bukan pada jumlah lafadz-nya. Artinya, susunan lafadz yang jumlahnya lebih dari
satu kata tetapi menunjukkan makna satu tetap disebut sebagai lafadz mufrod. Meja, kursi,
rumah, Amir Syarifuddin, Muhammad Ali adalah contoh lafadz mufrod. Ahli nahwu lebih
melihat pada bentuk dan jumlah susunan kata, sehingga lafadz seperti Muhammad Abdullah
Syafi'i tidak dapat disebut lafadz mufrod.

Berdasarkan bagian-bagian katanyalafadz mufrad terbagi :

a. Lafadz yang tidak mempunyai suku kata sama sekali, misalnya lafadz yang
terdiri dari satu huruf.
b. Lafadz yang mempunyai bagian kata (huruf), tetapi jika dipisahkan, bagian itu
tidak mempunyai arti sama sekali.
c. Lafadz yang mempunyai bagian kata dan masing-masing bagian itu
mempunyai arti sendiri. Rangkaian kata seperti ini dalam bahasa Arab disebut
Mudhaf dan Mudhaf ilaih.

Pembagian Lafadz Mufrad:

2
a. Isim ; adalah lafadz (kata-kata) yang mempunyai arti sendiri tanpa terikat
dengan waktu,
b. Fi’il adalah lafadz (kata-kata) yang mempunyai artis sendiri yang terikat
dengan waktu.
c. Adat adalah (menurut ilmu Nahwu) = huruf seperti bi, min, wa, ila dll.

1)      Pembagian Isim

            Dilihat dari segi Mafhum (konsep yang dikandungnya), isim terbagi ;

a. Kulli (isim kulli) adalah lafadzmufrad yg ketika disebutkan lantas menunjukkan


kepada semua arti atau maknanya.
b. Juz’i (isim juz’i) adalah lafadzmufrad yg ketika disebutkan lantas menunjukkan kpd
satu bagian saja dari kesluruhan makna yg terkandung oleh lafzh kulli.

    Pembagian Kulli dan Juz’i

                 Kulli dan Juz’i dilihat dari pengertiannya : 

 Kulli artinya menetapkan suatu ketentuan (hukum) atas sesuatu secara menyeluruh.


 Kulliyat artinya menetapkan suatu ketentuan atas sesuatu secara satu persatu.
 Juz’i artinya menetapkan sesuatu ketentuan (hukum) atas sebagian secara keseluruhan
dari yg sebagian itu.
 Juz’iyat artinya menetapkan sesuatu ketentuan (hukum) atas sebagian secara masing-
masing dari yg sebagian itu.

  Bagian Isim

1) Muhashal adalah lafadz mufrad yang menunjuk kepada suatu benda yang ada atau
suatu sifat yang ada.
2) Ma’dul adalah Lafadz mufrad yang menunjuk kepada ketidakadaan sesuatu atau
ketidakadaan sifat (kebalikan Muhashal).
3) ‘Adami adalah lafadz mufrad yang menunjuk kepada ketidakadaan sifat yang
lazimnya ada.

2.      Lafadz Murakkab (‫)مركب‬

3
Lafadz murakkab terdiri dari dua kata yaitu Lafadz dan Murakkab. Lafadzartinya kata-
kata dan murakkab artinya disusun atau dirangkai. Jadi, lafadzmurakkab artinya kata-kata
yang disusun atau dirangkai baik dari 2, 3, 4, ataupun lebih dari itu.

Pembagian Lafadz Murakkab ada dua, yaitu:

a. Lafadz Murakkab Tam, adalah kata-kata yang dirangkai atau disusun sedemikian rupa


sehingga memberi pengertian yang lengkap. Dalam bahasa Indonesia, murakkab tam
disebut kalimat efektif atau kalimat sempurna.
b. Lafadz Murakkab Naqish, adalah rangkaian kata yang belum memberikan pengertian
efektif atau sempurna (kalimat gantung).

  Pembagian Murakab Tam

Di bagi menjadi 2:

1. Murakkab Khabari, adalah murakkab tam yang isinya mungkin benar dan mungkin
juga salah (mengandung keraguan).
2. Murakkab Insya’i, adalah murakkab tam yang tidak mungkin benar dan tidak
mungkin pula salah.

B.     Macam-Macam Taqabul

Taqabul ialah lafadz yang maknanya tak dapat kumpul dalam suatu barang dan dalam
suatu hukum, tak dapat kumpul pula dalam suatu barang pada waktu yang sama.Taqabul itu
di bagi menjadi beberapa macam,yaitu;

1. Taqabul naqidhain(contra dictories) yaitu dua lafadz yang tidak akan dapat


berkumpul  bersama-sama dalam satu maudhu dan satu waktu, contohnya ialah:
manusia tak manusia, hewan tak hewan, genap tak genap, dan sebagainya.
2. Taqabul dhidaini(cotraries) ialah dua keadaan yang ada yang tak dapat kumpul
keduanya dalam satu waktu, tapi kemungkinan keduanya itu hilang semuanya dalam
waktu itu juga, karna adanya keadaan yang lain dari keduanya. Contoh taqabul
dhidaini seperti: hitam dan puti, panas dan sejuk, duduk dan berdiri, dan sebagainya.
3. Taqabul mutadhayifain(alternative term) yaitu satu sama lain sandar menyandarkan.
Contoh dari taqabul mutadhayifain seperti: bapak dan anak, murid dan guru, mubtada
dan khabar, dan sebagainya.

4
C.    Lafadz Kulli Dan Pembagiannya

Lafadz kulli adalah suatu lafadz yang mengandung beberapa afrad. Seperti lafadz rumah
artinya mencakup segala/semua macam-macam rumah. Lafadz ini terbagi pada beberapa
bagian. Ada lafadz kulli yang afradnya wujud/nyata, dan ada yang tidak wujud/nyata atau
tidak ada dalam kenyataan atau mustahil (menurut akal atau adat).

Macam-macam kulli ada 2macam, yaitu:

1.      Kulli Dzati

Lafadz  kulli dzati adalah lafadz yang menunjukkan kepada mahiyah (hakekat) sepenuhnya,
dan kepadanya diajukan pertanyaan ”apa dia”. Kulli dzati ini dibagi menjadi tiga, yakni:

a. Jins, adalah: kulli yang sesuai dengan afrad dari bermacam-macam hakekat yang
berlawanan. Jins adalah bagian dari mahiyah yang sama antara satu mahiyah dengan
mahiyah yang menjadi tempat bernaungdari macam-macam kulliyah yang lebih
khusus.
b. Nau’, kata nau’ berasal dari bahasa arab yang berarti ragam, jenis, macam dan
sebagainya. Maksudnya adalah, ragamnya suatu hakekat, yang berkumpul pada yang
lebih umum, tetapi dibawah kulli, seperti: manusia/insan, hakekatnya Ali,
Muhammad, Umar dan lain-lain. Nau’ sendiri dibagi menjadi dua:

a). Nau’ haqiqi, adalah lafadz kulli yang berada dibawah jins, sedang masadaqnya merupakan
hakekat yang sama, nau’ haqiqi tidak ada lagi dibawahnya kecuali afrad-afrad saja.

b). Nau’ Idhafi atau nau’ tambahan, adalah nau’ yang jenisnya dibagi sama, seperti: tinggi,
rendah pertengahan atau nau’ yang memiliki sifat tambahanyang tida pasti yang membedakan
dengan nau’ haqiqi. Dapat pula dikatakan sebagai lafadz kullim dibawah jins. Nau’ idhafi ada
tiga macam, yaitu:

1) Safil, berasal dari bahasa arab, artinya bawah. Maksudnya lafadz safil adalah lafadz
kulli yang tidak ada dibawahnya kecuali juz’inya, yakni Muhammad, Ali dll.
2) Mutawasith, berasal dari bahasa arab yang berarti pertengahan. Maksudnya nau’
mutasith adalah lafadz kulli yang diatas dan dibawahnya terdapat nau’. Seperti:
hewan, diatasnya ada nau’ al-nami’ sedang dibawahnya ada nau’ yaitu manusia.
Demikian pula di atas nami’ ada nau’ jisim dan dibawahnya manusia.

5
3) Ali, berasal dari bahasa arab yang artinya tinggi. Maksudnya disini lafadz ’ali adalah
nau’ yang tertinggi, tidak ada lagi nau’ diatasnya, contoh: jisim. Lafadz jisim tidak
ada lagi diatasnya ia jins Ali yakni Jauhar.
c. Fashal, berasal dari bahasa arab yang artinya beda, pisah atau isolasi. Maksudnya
adalah dengan fashal kita dapat membedakan hakekat sesuatu dengan hakekat lainnya
yang terdapat dalam satu jenis (jins). Dalam ilmu mantiq fashal adalah suatu sifat dari
beberapa sifat kulliyah, dimana suatu hakekat bersatu dalam satu jenis. Fashal terbagi
menjadi dua, yakni:
a) Fashal gharib, adalah satu ciri yang membedakan dari sesuatu yang menyamainya
dalam jenisnya yag dekat.
Contoh:

Lafadz berfikir, karena ia membedakan dari yang menyamainya dalam satu jenis,
yakni hewan.

b) Fashal baid, adalah ciri yang membedakan dari sesuatu yang menyamainya dalam
jenisnya yang jauh.

Contoh:

Lafadz merasa, adalah lafadz baid bagi manusia yang membedakan dengan hewan.

2.      Kulli Irdhi

Lafadz kulli irdhi adalah lafadz abstrak yang menyifati benda. Lafadz irdhi dibagi menjadi
dua, yakni:

a.       Irdhi Khashah adalah sifat tambahan yang hanya berlaku satu dzat tertentu atau term
yang menyamakan sifat hakikat dari suatu spesial sebagai akibat dari sifat pembeda yang
dimilikinya.

Contoh:

Sifat pembeda yang dimiliki manusia adalah berfikir. dari sifat berfikir ini timbul sifat
khusus, seperti: kawin, membentuk pemerintah, adanya peradaban, pakaian, dan
mengembangkan kebudayaan.

contoh: mampu berbahasa/belajar satu bahasa/beberapa bahasa.adalah irdhi. khas (sifat


khusus) bagi manusia.

6
b.      Irdhi Ammah, adalah sifat tambahan yang dapat ditemukan pada beberapa zat atau
golongan.

Contoh:

Sifat melihat pada manusia.meliahat ini juga dimiliki oleh hewan yang lain

D.    Pengertian Ta’rif Dan Syarat-Syaratnya

Ta’rif (al-ta’rif) secara etimologi berarti pengertian atau batasan sesuatu. Ta’rif disebut


juga al qaul al-syarih(ungkapan yang menjelaskan). Dengan demikian, ta’rif menyangkut
adanya sesuatu yang dijelaskan, penjelasannya itu sendiri, dan cara menjelaskannya.   

Al-Jurzani menjelaskan pengertian takrif sebagai berikut:

ٍ ‫ْرفَةَ َشي ٍْئ‬


‫آخَر‬ ِ ‫ِعبَا َرةٌ ع َْن ِذ ْك ِر َشي ٍْئ تَ ْست َْل ِز ُم َمع‬
ِ ‫ْرفَ ْتهُ َمع‬

“Ta’rif adalah penjelasan tentang penuturan sesuatu, yang dengan mengetahuinya akan
melahirkan suatu pengetahuan yang lain.”

Takrif juga disebut al-had, yaitu

‫قَوْ ٌل دَا ٌل َعلَى َما ِهيَ ِة ال َّشي ِْئ‬

                        “Kalimat yang menunjukkan hakikat sesuatu.”

Pengertiam logis tentang persoalan objek pikir merupakan upaya memahami maknanya
dalam membentuk sebuah keputusan dan argumentasi ilmiah yang menjadi pokok bahasan
mantiq. Dan dalam praktiknya mesti menguasai bahan pembentukan ta’rif, yaitu kulliyah al-
Khams.

Sedangkan menurut istilah ahli logika (mantiq),  ta’rif atau definisi adalah teknik
menjelaskan sesuatu yang dijelaskan, untuk diperoleh suatu pemahaman secara jelas dan
terang, baik dengan menggunakan tulisan maupun lisan, dan dalam ilmu mantiq dikenal
dengan sebutan (qaul syarih). Dalam bahasa Indonesia, ta’rif tersebut dapat diungkapkan
dengan perbatasan dandefinisi. Ta’rif dibagi menjadi 4 macam, yaitu:

a.       Ta’rif Had

7
Ta’rif dengan had, adalah ta’rif yang menggunakan rangkaian lafadz
kulli jinsdan fashl. Contoh: Manusia adalah hewan yang berfikir. Hewan adalah jins dan
berfikir adalah fashl bagi manusia.

            Ta’rif had ada 2, yaitu ta’rif had tamdan ta’rif had naqish

a)      Ta’rif Had Tam

َ َ‫نس َو ْالف‬
‫ص ِل القَ ِر ْيبَي ِْن‬ ِ ‫اَ ْن يَ ُكوْ نَ بِ ْال ِج‬

      “Penjelasan sesuatu (mu’arraf yang didefinisikan) dengan menggunakan jenis qarib dan
fashal qarib.”

Contoh: Manusia adalah hewan yang dapat berfikir (al-insan hayawan al-nathiq)

Hewan adalah jins qarib kepada manusia karena tidak ada lagi jins di bawahnya. Sedangkan
dapat berfikir adalah fashal qarib baginya.

b)      Ta’rif Had Naqish

ْ َ‫ب فَق‬
‫ط‬ َ َ‫ب اَوْ بِ ْالف‬
ِ ‫ص ِل القَ ِر ْي‬ َ َ‫نس البَ ِع ْي ِد َو ْالف‬
ِ ‫ص ِل القَ ِر ْي‬ ِ ‫اَ ْن يَ ُكوْ نَ بِ ْال ِج‬

 “Penjelasan sesuatu (mu’arraf yang didefinisikan) dengan menggunakan jenis ba’id dan
fashal qarib, atau hanya fashal qarib.”

Contoh: Manusia adalah tubuh yang dapat berfikir ( al-insan jism al-nathiq).

Jism adalah jins ba’id bagi manusia dan

dapat berfikir adalah fashl qarib baginya.

Contoh: Manusia adalah yang dapat berfikir (hanya fashal qarib saja)

b.      Ta’rif Rasm

Ta’rif dengan rasm adalah ta’rif yang menggunakan jins dan ‘irdhi khas. Contoh: Manusia
adalah hewan yang dapat tertawa. Hewan adalah jins dan tertawa adalah ‘irdhi khas (sifat
khusus) manusia.Ta’rif rasm ada 2, yaitu ta’rif rasm tam danta’rif rasm naqish         

a)      Ta’rif Rasm Tam

َّ ‫ب َو ْالخَ ا‬
‫ص ِة‬ ِ ‫اَ ْن يَ ُكوْ نَ بِ ْال ِْج‬
ِ ‫القَ ِر ْي‬ ‫س‬

“Penjelasan sesuatu (mu’arraf yang didefinisikan) dengan menggunakan jenis qarib dan
khashah.”

8
  Contoh: Manusia adalah hewan yang mampu belajar kitab.

Hewan adalah jins qarib bagi manusia, sedangkan 

mampu belajar kitab adalah khashah baginya.

b)      Ta’rif Rasm Naqish

ْ َ‫ص ِة فَق‬
‫ط‬ َّ ‫ص ِة اَوْ بِ ْال َخا‬
َّ ‫نس البَ ِع ْي ِد َو ْال َخا‬
ِ ‫اَ ْن يَ ُكوْ نَ بِ ْال ِج‬

“Penjelasan sesuatu (mu’arraf yang didefinisikan) dengan menggunakan jenis ba’id dan
khashah atau dengan khashah saja.”

Contoh: Manusia adalah jism (tubuh) yang bisa ketawa,Jism adalah jins ba’id bagi manusia
dan bisa tertawa adalah khashah baginya.

Contoh: Manusia adalah yang tertawa.(dengan khashah saja)

c.       Ta’rif dengan Lafadz

َ ْ‫تَ ْبيِي ُ‡ْن ال َّشي ِْئ بِالَّ ْف ِظ اَو‬


ُ‫ض ُح ِم ْنه‬

“Penjelasan sesuatu (mu’arraf yang didefinisikan) dengan menggunakan kata muradif


(sinonim) yang lebih jelas dari mu’arraf.”

Contoh:

‫ع هُ َو ْالقَلَ ُم‬
ُ ‫ْاليَ َر‬

 “Sesuatu yang menyerupai bambu runcing adalah pena.”

‫ْال َغنَفَ ُر ه َُو االَ َس ُد‬

“Singa jantan adalah singa.”

d.      Ta’rif dengan Mitsal

‫ت ْبيِي ُ‡ْن ال َّشي ِْئ بِ ِمثَالِ ِه‬

“Penjelasan sesuatu (mu’arraf yang didefinisikan) dengan menggunakan contohnya.”

Contoh: subjek (fail) itu seperti “mahasiswa” dalam ucapan “mahasiswa telah datang”.

9
Ta’rif menjadi benar dan dapat diterima, jika syarat-syaratnya terpenuhi, antara lain:

1)      Ta’rif harus jami’ mani’ (muththarid mun’akis)

Secara lughawi, jami’ berarti mengumpulkan dan mani’ adalah melarang. Dalam ilmu
mantik, jami’ berarti mengumpulkan semua satuan yang dita’rifkan ke dalam ta’rif.
Sedangkan mani’ berarti melarang masuk segala satuan hakekat lain dari yang dita’rifkan ke
dalam ta’rif tersebut. Oleh Karena itu, ta’rif tidak boleh lebih umum atau lebih khusus dari
yang dita’rifkan.

Contoh:

Manusia adalah hewan yang berakal

2)      Ta’rif harus lebih jelas dari yang dita’rifkan (an yakuna audlah min al-mu’raf).

3)      Ta’rif harus sama pengertiannya dengan yang dita’rifkan. Karena itulah ta’rif tidak
dianggap benar dan tidak bisa diterima sebagai ta’rif (definisi), jika keadaannya tidak sama
dengan yang didefinisikan.

4)      Ta’rif tidak berputar-putar. Maksudnya jangan sampai terjadi ta’rif dijelaskan oleh yang
dita’rifi (an yakuna khaliyan min al-dawar).

5)      Ta’rif bebas dari penggunaan kata majazidan kata yang mngandung banyak makna(an
yakuna khaliyan min al-majaz wa al-musytarakat).

10
BAB III

PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Lafadz itu terbagi menjadi dua yakni mufrad dan murakkab. Adapun lafadz mufrad
sendiri terbagi menjadi tiga yakni: isim, adat, kalimah. Isim terbagi menjadi lima: muhassal,
ma’dul, adami, juzz’i, kulli. Kulli ada dua: kulli dzati dan kulli irdhi. Kulli dzati ada tiga,
yaitu: dzati nau’, jinsi, dan fashal. Nau’ ada dua: hakiki dan idhafi. Jinsi ada tiga: safil,
mutawasith, dan ali. Fashal ada dua: ba’id dan qarib. Kulli irdhi ada dua: khassah dan ‘am.

Lafadz murakkaf terbagi menjadi dua: naqish dan tam. Tam terbagi menjadi dua: khabari dan
insya’i. Ta’rif ada empat bagian: had, rasm, lafadz dan mitsal.

B.     KRITIK DAN SARAN

Banyak lebih dari  keterbatasan bagi pemakalah dalam menyelesaikan makalah Ilmu Mantiq
Islam ini baik dari segi refrensi serta bacaan buku yang ada di perpustakaan, serta dari
pemahaman pemakalah sendiri. Kami berharap atas pemahaman yang ada bermanfaat bagi
kita semua. Dan bagi instansi diharapkan untuk memfasilitasi kebutuhan yang ada.

11
DAFTAR PUSTAKA

Mas’ud, ibnu. 2016. “Pengertian Tarif”, http://ibnu-mas.blogspot.com/2016/11/pengertian-


tarif.html

Rofik, Muhammad. 2002. Pengantar Pemahaman Ilmu Mantiq. Surabaya:Al-Miftah

http://kampussalafi.blogspot.com/2016/11/pengantar-pembahasan-ilmu mantiq.html

12

Anda mungkin juga menyukai