Dosen Pembimbing:
Kelompok II
Disusun oleh:
1. Maulidawati (201841578)
2. Holipatul Hasanah (201841574)
3. Laelatul Munawaroh (201841577)
4. Indah Choirunnisa (201841575)
5. Mohamad Alwi Al-Ridho (2018415790)
6. Muhammad Yusuf Pakihi ( 201841580)
SEMESTER VII
Assalamu’alaikumwarahmatullahiwabarakatuh,,,
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kitananti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Ilmu Mantiq dan dengan judul lafadz.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untukitu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Demikian,
semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terimakasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah.......................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan................................................................................................................ 11
B. Keritik dan Saran....................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, dapat diambil rumusan
masalah sebagai berikut:
2. Apa saja macam-macam taqabul?
C. Tujuan masalah
2. Untuk mengetahui macam-macamtaqabul
1
BAB II
PEMBAHASAN
Lafadz adalah susunan beberapa huruf yang mengandung arti. Istilah lafadz berasal dari
bahasa Arab dan diartikan sebagai 'kata' dalam bahasa Indonesia yang diberikan pada
rangkaian huruf abjad atau susunan beberapa huruf yg mempunyai arti. Jika lafadz tidak
mempunyai arti maka rangkaian huruf itu tidak dapat disebut sebagai lafadz. Seperti kayu,
batu, air dan lain-lain. Lafadz ada dua macam, yaitu: lafadz mufrod danlafadz murokkab.
1. Lafadz mufrod
Lafadz mufrod ialah lafadz yang bermakna tunggal. Terdapat perbedaan pendapat antara
Ahli Mantiq dan Ahli Nahwu tentang pengertian ini. Ahli mantiq melihat lafadz pada
maknanya, bukan pada jumlah lafadz-nya. Artinya, susunan lafadz yang jumlahnya lebih dari
satu kata tetapi menunjukkan makna satu tetap disebut sebagai lafadz mufrod. Meja, kursi,
rumah, Amir Syarifuddin, Muhammad Ali adalah contoh lafadz mufrod. Ahli nahwu lebih
melihat pada bentuk dan jumlah susunan kata, sehingga lafadz seperti Muhammad Abdullah
Syafi'i tidak dapat disebut lafadz mufrod.
a. Lafadz yang tidak mempunyai suku kata sama sekali, misalnya lafadz yang
terdiri dari satu huruf.
b. Lafadz yang mempunyai bagian kata (huruf), tetapi jika dipisahkan, bagian itu
tidak mempunyai arti sama sekali.
c. Lafadz yang mempunyai bagian kata dan masing-masing bagian itu
mempunyai arti sendiri. Rangkaian kata seperti ini dalam bahasa Arab disebut
Mudhaf dan Mudhaf ilaih.
Pembagian Lafadz Mufrad:
2
a. Isim ; adalah lafadz (kata-kata) yang mempunyai arti sendiri tanpa terikat
dengan waktu,
b. Fi’il adalah lafadz (kata-kata) yang mempunyai artis sendiri yang terikat
dengan waktu.
c. Adat adalah (menurut ilmu Nahwu) = huruf seperti bi, min, wa, ila dll.
1) Pembagian Isim
Dilihat dari segi Mafhum (konsep yang dikandungnya), isim terbagi ;
Bagian Isim
1) Muhashal adalah lafadz mufrad yang menunjuk kepada suatu benda yang ada atau
suatu sifat yang ada.
2) Ma’dul adalah Lafadz mufrad yang menunjuk kepada ketidakadaan sesuatu atau
ketidakadaan sifat (kebalikan Muhashal).
3) ‘Adami adalah lafadz mufrad yang menunjuk kepada ketidakadaan sifat yang
lazimnya ada.
2. Lafadz Murakkab ()مركب
3
Lafadz murakkab terdiri dari dua kata yaitu Lafadz dan Murakkab. Lafadzartinya kata-
kata dan murakkab artinya disusun atau dirangkai. Jadi, lafadzmurakkab artinya kata-kata
yang disusun atau dirangkai baik dari 2, 3, 4, ataupun lebih dari itu.
Di bagi menjadi 2:
1. Murakkab Khabari, adalah murakkab tam yang isinya mungkin benar dan mungkin
juga salah (mengandung keraguan).
2. Murakkab Insya’i, adalah murakkab tam yang tidak mungkin benar dan tidak
mungkin pula salah.
B. Macam-Macam Taqabul
Taqabul ialah lafadz yang maknanya tak dapat kumpul dalam suatu barang dan dalam
suatu hukum, tak dapat kumpul pula dalam suatu barang pada waktu yang sama.Taqabul itu
di bagi menjadi beberapa macam,yaitu;
4
C. Lafadz Kulli Dan Pembagiannya
Lafadz kulli adalah suatu lafadz yang mengandung beberapa afrad. Seperti lafadz rumah
artinya mencakup segala/semua macam-macam rumah. Lafadz ini terbagi pada beberapa
bagian. Ada lafadz kulli yang afradnya wujud/nyata, dan ada yang tidak wujud/nyata atau
tidak ada dalam kenyataan atau mustahil (menurut akal atau adat).
1. Kulli Dzati
Lafadz kulli dzati adalah lafadz yang menunjukkan kepada mahiyah (hakekat) sepenuhnya,
dan kepadanya diajukan pertanyaan ”apa dia”. Kulli dzati ini dibagi menjadi tiga, yakni:
a. Jins, adalah: kulli yang sesuai dengan afrad dari bermacam-macam hakekat yang
berlawanan. Jins adalah bagian dari mahiyah yang sama antara satu mahiyah dengan
mahiyah yang menjadi tempat bernaungdari macam-macam kulliyah yang lebih
khusus.
b. Nau’, kata nau’ berasal dari bahasa arab yang berarti ragam, jenis, macam dan
sebagainya. Maksudnya adalah, ragamnya suatu hakekat, yang berkumpul pada yang
lebih umum, tetapi dibawah kulli, seperti: manusia/insan, hakekatnya Ali,
Muhammad, Umar dan lain-lain. Nau’ sendiri dibagi menjadi dua:
a). Nau’ haqiqi, adalah lafadz kulli yang berada dibawah jins, sedang masadaqnya merupakan
hakekat yang sama, nau’ haqiqi tidak ada lagi dibawahnya kecuali afrad-afrad saja.
b). Nau’ Idhafi atau nau’ tambahan, adalah nau’ yang jenisnya dibagi sama, seperti: tinggi,
rendah pertengahan atau nau’ yang memiliki sifat tambahanyang tida pasti yang membedakan
dengan nau’ haqiqi. Dapat pula dikatakan sebagai lafadz kullim dibawah jins. Nau’ idhafi ada
tiga macam, yaitu:
1) Safil, berasal dari bahasa arab, artinya bawah. Maksudnya lafadz safil adalah lafadz
kulli yang tidak ada dibawahnya kecuali juz’inya, yakni Muhammad, Ali dll.
2) Mutawasith, berasal dari bahasa arab yang berarti pertengahan. Maksudnya nau’
mutasith adalah lafadz kulli yang diatas dan dibawahnya terdapat nau’. Seperti:
hewan, diatasnya ada nau’ al-nami’ sedang dibawahnya ada nau’ yaitu manusia.
Demikian pula di atas nami’ ada nau’ jisim dan dibawahnya manusia.
5
3) Ali, berasal dari bahasa arab yang artinya tinggi. Maksudnya disini lafadz ’ali adalah
nau’ yang tertinggi, tidak ada lagi nau’ diatasnya, contoh: jisim. Lafadz jisim tidak
ada lagi diatasnya ia jins Ali yakni Jauhar.
c. Fashal, berasal dari bahasa arab yang artinya beda, pisah atau isolasi. Maksudnya
adalah dengan fashal kita dapat membedakan hakekat sesuatu dengan hakekat lainnya
yang terdapat dalam satu jenis (jins). Dalam ilmu mantiq fashal adalah suatu sifat dari
beberapa sifat kulliyah, dimana suatu hakekat bersatu dalam satu jenis. Fashal terbagi
menjadi dua, yakni:
a) Fashal gharib, adalah satu ciri yang membedakan dari sesuatu yang menyamainya
dalam jenisnya yag dekat.
Contoh:
Lafadz berfikir, karena ia membedakan dari yang menyamainya dalam satu jenis,
yakni hewan.
b) Fashal baid, adalah ciri yang membedakan dari sesuatu yang menyamainya dalam
jenisnya yang jauh.
Contoh:
Lafadz merasa, adalah lafadz baid bagi manusia yang membedakan dengan hewan.
2. Kulli Irdhi
Lafadz kulli irdhi adalah lafadz abstrak yang menyifati benda. Lafadz irdhi dibagi menjadi
dua, yakni:
a. Irdhi Khashah adalah sifat tambahan yang hanya berlaku satu dzat tertentu atau term
yang menyamakan sifat hakikat dari suatu spesial sebagai akibat dari sifat pembeda yang
dimilikinya.
Contoh:
Sifat pembeda yang dimiliki manusia adalah berfikir. dari sifat berfikir ini timbul sifat
khusus, seperti: kawin, membentuk pemerintah, adanya peradaban, pakaian, dan
mengembangkan kebudayaan.
6
b. Irdhi Ammah, adalah sifat tambahan yang dapat ditemukan pada beberapa zat atau
golongan.
Contoh:
Sifat melihat pada manusia.meliahat ini juga dimiliki oleh hewan yang lain
“Ta’rif adalah penjelasan tentang penuturan sesuatu, yang dengan mengetahuinya akan
melahirkan suatu pengetahuan yang lain.”
Pengertiam logis tentang persoalan objek pikir merupakan upaya memahami maknanya
dalam membentuk sebuah keputusan dan argumentasi ilmiah yang menjadi pokok bahasan
mantiq. Dan dalam praktiknya mesti menguasai bahan pembentukan ta’rif, yaitu kulliyah al-
Khams.
Sedangkan menurut istilah ahli logika (mantiq), ta’rif atau definisi adalah teknik
menjelaskan sesuatu yang dijelaskan, untuk diperoleh suatu pemahaman secara jelas dan
terang, baik dengan menggunakan tulisan maupun lisan, dan dalam ilmu mantiq dikenal
dengan sebutan (qaul syarih). Dalam bahasa Indonesia, ta’rif tersebut dapat diungkapkan
dengan perbatasan dandefinisi. Ta’rif dibagi menjadi 4 macam, yaitu:
a. Ta’rif Had
7
Ta’rif dengan had, adalah ta’rif yang menggunakan rangkaian lafadz
kulli jinsdan fashl. Contoh: Manusia adalah hewan yang berfikir. Hewan adalah jins dan
berfikir adalah fashl bagi manusia.
َ َنس َو ْالف
ص ِل القَ ِر ْيبَي ِْن ِ اَ ْن يَ ُكوْ نَ بِ ْال ِج
“Penjelasan sesuatu (mu’arraf yang didefinisikan) dengan menggunakan jenis qarib dan
fashal qarib.”
Hewan adalah jins qarib kepada manusia karena tidak ada lagi jins di bawahnya. Sedangkan
dapat berfikir adalah fashal qarib baginya.
ْ َب فَق
ط َ َب اَوْ بِ ْالف
ِ ص ِل القَ ِر ْي َ َنس البَ ِع ْي ِد َو ْالف
ِ ص ِل القَ ِر ْي ِ اَ ْن يَ ُكوْ نَ بِ ْال ِج
“Penjelasan sesuatu (mu’arraf yang didefinisikan) dengan menggunakan jenis ba’id dan
fashal qarib, atau hanya fashal qarib.”
Contoh: Manusia adalah tubuh yang dapat berfikir ( al-insan jism al-nathiq).
Contoh: Manusia adalah yang dapat berfikir (hanya fashal qarib saja)
b. Ta’rif Rasm
Ta’rif dengan rasm adalah ta’rif yang menggunakan jins dan ‘irdhi khas. Contoh: Manusia
adalah hewan yang dapat tertawa. Hewan adalah jins dan tertawa adalah ‘irdhi khas (sifat
khusus) manusia.Ta’rif rasm ada 2, yaitu ta’rif rasm tam danta’rif rasm naqish
َّ ب َو ْالخَ ا
ص ِة ِ اَ ْن يَ ُكوْ نَ بِ ْال ِْج
ِ القَ ِر ْي س
“Penjelasan sesuatu (mu’arraf yang didefinisikan) dengan menggunakan jenis qarib dan
khashah.”
8
Contoh: Manusia adalah hewan yang mampu belajar kitab.
ْ َص ِة فَق
ط َّ ص ِة اَوْ بِ ْال َخا
َّ نس البَ ِع ْي ِد َو ْال َخا
ِ اَ ْن يَ ُكوْ نَ بِ ْال ِج
“Penjelasan sesuatu (mu’arraf yang didefinisikan) dengan menggunakan jenis ba’id dan
khashah atau dengan khashah saja.”
Contoh: Manusia adalah jism (tubuh) yang bisa ketawa,Jism adalah jins ba’id bagi manusia
dan bisa tertawa adalah khashah baginya.
Contoh:
ع هُ َو ْالقَلَ ُم
ُ ْاليَ َر
9
Ta’rif menjadi benar dan dapat diterima, jika syarat-syaratnya terpenuhi, antara lain:
Secara lughawi, jami’ berarti mengumpulkan dan mani’ adalah melarang. Dalam ilmu
mantik, jami’ berarti mengumpulkan semua satuan yang dita’rifkan ke dalam ta’rif.
Sedangkan mani’ berarti melarang masuk segala satuan hakekat lain dari yang dita’rifkan ke
dalam ta’rif tersebut. Oleh Karena itu, ta’rif tidak boleh lebih umum atau lebih khusus dari
yang dita’rifkan.
Contoh:
2) Ta’rif harus lebih jelas dari yang dita’rifkan (an yakuna audlah min al-mu’raf).
3) Ta’rif harus sama pengertiannya dengan yang dita’rifkan. Karena itulah ta’rif tidak
dianggap benar dan tidak bisa diterima sebagai ta’rif (definisi), jika keadaannya tidak sama
dengan yang didefinisikan.
4) Ta’rif tidak berputar-putar. Maksudnya jangan sampai terjadi ta’rif dijelaskan oleh yang
dita’rifi (an yakuna khaliyan min al-dawar).
5) Ta’rif bebas dari penggunaan kata majazidan kata yang mngandung banyak makna(an
yakuna khaliyan min al-majaz wa al-musytarakat).
10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Lafadz itu terbagi menjadi dua yakni mufrad dan murakkab. Adapun lafadz mufrad
sendiri terbagi menjadi tiga yakni: isim, adat, kalimah. Isim terbagi menjadi lima: muhassal,
ma’dul, adami, juzz’i, kulli. Kulli ada dua: kulli dzati dan kulli irdhi. Kulli dzati ada tiga,
yaitu: dzati nau’, jinsi, dan fashal. Nau’ ada dua: hakiki dan idhafi. Jinsi ada tiga: safil,
mutawasith, dan ali. Fashal ada dua: ba’id dan qarib. Kulli irdhi ada dua: khassah dan ‘am.
Lafadz murakkaf terbagi menjadi dua: naqish dan tam. Tam terbagi menjadi dua: khabari dan
insya’i. Ta’rif ada empat bagian: had, rasm, lafadz dan mitsal.
Banyak lebih dari keterbatasan bagi pemakalah dalam menyelesaikan makalah Ilmu Mantiq
Islam ini baik dari segi refrensi serta bacaan buku yang ada di perpustakaan, serta dari
pemahaman pemakalah sendiri. Kami berharap atas pemahaman yang ada bermanfaat bagi
kita semua. Dan bagi instansi diharapkan untuk memfasilitasi kebutuhan yang ada.
11
DAFTAR PUSTAKA
http://kampussalafi.blogspot.com/2016/11/pengantar-pembahasan-ilmu mantiq.html
12