Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Perkembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam


Guna untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah : PERENCANAAN
PENGAJARAN PAI
Dosen Pengampu: Drs Mulyadi, M.Pd

Disusun Oleh :
1. ANDRIANSYAH
2. SAHRIANDI SETIAWAN
3. FATHATUN NURFARIHAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NIDA EL-ADABI


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN AJARAN 2020/2021

Jl. Raya Dago, Kabasiran, Kec. Parung Panjang, Bogor, Jawa Barat 16360
KATA PENGANTAR
Segala puji milik Allah swt, yang atas karunia – Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah ini . Salawat dan salam semoga tetap tercurah kepada
Nabi Muhammad Saw, kepada keluarganya, para sahabatnya, dan para
pengikutnya secara keseluruhan.
Dan rasa terima kasih kami kepada anggota kelompok yang telah
membantu menyelesaikan tugas ini, serta terlebih lagi kepada Bapak Dosen
Pengampu Bapak Drs Mulyadi, M.Pd yang senantiasa membimbing dan memberi
saran yang baik kepada kelompok kami sehingga dapat menyelesaikan Makalah
mata kuliah Perencanaan Pengajaran PAI ini.
Makalah ini di buat bukan hanya untuk menyelesaikan dan melengkapi
tugas mata kuliah tapi juga di harapkan dapat memberi wawasan yang lebih luas
guna meningkatkan pengetahuan yang mendalam bagi para Mahasiswa/i dalam
bidang Pendidikan Agama Islam dan dapat mengetahui hal-hal apa saja yang ada
dalam Pendidikan Agama Islam.
Akhir kata, Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan khususnya
bagi kami, sekian dan terima kasih.

Bogor , Februari

2021

i
\

1
Ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i
Daftar isi .......................................................................................Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 1
C. Tujuan................................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................... 2
a. Pengertian Kurikulum Pendidikan Islam .................................................................. 2
b. Karakteristik Kurikulum Islami ................................................................................. 4
c. Pengembangan Kurikulum PAI .................................................................................. 6
d. Perodisasi Pengembangan Kurkulum Pendidikan Islam ........................................ 7
BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 10
Kesimpulan .................................................................................................................................... 10
Daftar Pustaka ............................................................................................................................... 11

Ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada umumnya agama seseorang ditentukan oleh pendidikan, pengalaman, dan


latihan-latihan yang dilaluinya pada masa kecilnya. Seseorang yang pada waktu kecilnya
tidak mendapatkan pendidikan agama, maka pada masa dewasanya nanti ia tidak akan
merasakan pentingnya agama dalam hidupnya. Lain halnya dengan orang yang pada masa
kecilnya mempunyai pengalaman-pengalaman agama, misalnya Ibu dan Bapaknya orang
yang beragama, lingkungan sosial dan kawan-kawannya juga hidup menjalankan agama,
ditambah pula dengan pendidikan agama di rumah, masyarakat, dan sekolah secara
sistematis. Maka, dengan sendirinya orang tersebut akan mempunyai kecenderungan
kepada hidup dalam aturan beragama, terbiasa menjalankan ibadah, takut melangkahi
larangan-larangan agama, dan dapat merasakan betapa nikmatnya hidup beragama.

B. Rumusan Masalah
A . Apa Pengertian Kurikulum Pendidikan Islam ?
B. Bagaimana Karakteristik Kurikulum Islami ?
C. Bagaimana Pengembangan Kurikulum PAI ?
D. Bagaimana Periodesasi Pengembangan Kurikulum Pada Masa Rasulallah ?
E. Bagaimana Periodesasi Pengembangan Kurikulum Pada Masa Khulafa Al - Rasyidin ?
C. Tujuan
A. Untuk Mengetahui Kurikulum Pendidikan Islam
B. Untuk Mengetahui Karakteristik Kurikulum Islami
C. Untuk Mengetahui Pengembangan Kurikulum PAI
D. Untuk Mengetahui Periodesasi Pengembangan Kurikulum Pada Masa Rasulallah
E. Bagaimana Periodesasi Pengembangan Kurikulum Pada Masa Khulafa Al - Rasyidin

1
BAB II
PEMBAHASAN
a. Pengertian Kurikulum Pendidikan Islam
Istilah kurikulum (Curriculhum) berasal dari bahasa latin. Kata curir bermakna pelari
dan curere memiliki makna tempat berpacu. Pada awalnya, kedua Istilah tersebut
digunakan dalam dunia olahraga. Pada saat itu kurikulum diartikan sebagai jarak yang
harus ditempuh oleh seorang pelari mulai dari start sampai finis untuk memperoleh
medali/ penghargaan. Kemudian, pengertian tersebut diterapkan dalam dunia pendidikan
menjadi sejumlah mata pelajaran (subject) yang harus ditempuh oleh seorang siswa dari
awal sampai akhir program pelajaran untuk memperoleh penghargaan dalam bentuk
ijazah. Pengertian kurikulum selama ini masih mengacu pada konsep kurikulum Barat,
dalam pengertian, teorinya diambil dari sana. Al Quran dan Al-Hadis bukanlah buku
sains, bukanlah filsafat atau mistik. Al-Quran berisi pokok-pokok ajaran agama. Oleh
karena itu, akan sia-sia jika mencari teori kurikulum dalam Al-Quran atau Hadis.
Berdasarkan Al-Quran dan Hadis tersebut, para pakar Pendidikan muslim menyusun
wawasan mereka tentang kurikulum. Akan tetapi, sampai saat ini para pakar Pendidikan
muslim belum ada yang menulis kurikulum dengan terperinci dan sistematis seperti para
penulis Barat. Hal ini bukan berarti para ahli pendidikan muslim tidak memiliki wawasan
sama sekali tentang kurikulum. Dikatakan demikian, karena jelas tatkala mereka
menyusun program pendidikan untuk madrasah-madrasah yang didirikan, kita telah
menemukan susunan mata pelajaran serta kegiatan yang menggambarkan wawasan
mereka tentang kurikulum. Dalam bahasa Arab, kata kurikulum biasa diungkapkan
dengan manhaj yang berarti jalan terang yang dilalui oleh manusia pada berbagai bidang
kehidupan, sedangkan kurikulum pendidikan (manhaj al-dirosah) dalam kamus Tarbiyah
adalah seperangkat perencanaan dan media yang dijadikan acuan oleh lembaga
pendidikan dalam mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan.

Glenys G. Unruh dan Adolph Unruh dalam Mulyani Soemantri (1988:)


mendefinisikan kurikulum sebagai suatu rencana tentang tujuan dan isi dari apa yang
dipelajari dan di dalamnya terdapat antisipasi hasil-hasil pengajaran, sedangkan pengajaran
adalah proses penyampaian kurikulum dan penyediaan lingkungan belajar bagi peserta didik.
William H. dalam Mulyani Soemantri mengemukakan beberapa batasan berkenaan
dengan kurikulum.

2
1. Kurikulum sebagai Subject Matter atau Content
Dalam hal ini kurikulum disamakan pengertiannya dengan mata pelajaran yang
diajarkan. Pengertian kurikulum paling tradisional yang berakar pada anggapan kuno,
mengenai liberal
art yang biasa membaginya atas trivium (grammar, rethoric, dan dialectic) dan quadtrivium
(arithmetic, geometry, dan music). Mata pelajaran dalam hal ini dipandang sebagai
pengalaman
orang tua atau orang pandai pada masa lalu yang telah disusun secara sistematis, artinya
menurut urutan tertentu, logis dapat diterima oeh akal dan pikiran. Dengan demikian,
kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa
untuk memperoleh
sejumlah pengetahuan.
2. Kurikulum sebagai Program of Planned Activities
Kurikulum sebagai perencanaan, pandangan ini dikemukakan oleh Saylor Alexander
& Lewis (1981). Pandangan yang komprehensif tentang semua kegiatan yang direncanakan
untuk disampaikan kepada peserta didik mencakup scope daan sequence, interpretasi, dan
keseimbangan subject matter, jenis- jenis motivasi, teknik-teknik mengajar, dan sebagainya
yang
dapat direncanakan terlebih dahulu. Kurikulum sebagai perencanaan pembelajaran adalah
suatu
programn Pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa atau dengan kata lain
menyediakan lingkungan bagi siswa untuk memberikan kesempatan belajar. Oleh sebab itu,
Suatu kurikulum dirancang sedemikian rupa, dalam arti kurikulum tidak hanya terbatas pada
sejumlah mata pelajaran saja, melainkan meliputi segala sesuatu yang dapat memengaruhi
Perkembangan siswa seperti Bangunan Sekolah, Alat Pelajaran, Perlengkapan Perpustakaan,
Gambar – gambar, Halaman sekolah dan lain lain yang pada gilirannya menyediakan
kemungkinan siswanya bejalar dengan efektif.
3. Kurikulum sebagai Experiences (Pengalaman)
Menurut pandangan modern, kurikulum bukan hanya rencana pengajaran atau bidang
studi, tetapi merupakan semua yang secara nyata terjadi dalam proses pembelajaran.
Pandangan
ini bertolak dari sesuatu yang actual---yang nyata yang terjadi di sekolah dalam proses belajar
mengajar. Dalam pendidikan, kegiatan yang dilakukan siswa dapat memberikan pengalaman,

3
seperti berkebun, olahraga, pramuka, PMR, dan pergaulan selain mempelajari bidang studi.
Semuanya itu merupakan pengalaman belajar yang bermanfaat sehingga pandangan modern
berpendapat bahwa semua pengalaman belajar adalah kurikulum.

4. Kurikulum sebagai Cultural Production


Ada sebagian orang berpendapat bahwa kurikulum merupakan refleksi kebudayaan.
Sekolah berfungsi untuk memproduk kebudayaan dan nilai-nilai untuk generasi penerus. Hal
ini merupakan tugas para pendidik apakah keterampilan, pengetahuan, dan apresiasi terhadap
budaya ditransfer ke dalam kurikulum untuk disampaikan kepada anak atau tidak.

5. Pandangan tentang kurikulum ini menuntut sekolah untuk menyediakan agenda tentang
pengetahuan dan nilai-nilai yang membimbing peserta didik untuk memperbaiki masyarakat
dan lembaga- lembaga kebudayaan dan kegiatan-kegiatan yang mendukungnya.

Tujuan Pendidikan agama Islam adalah sebagai berikut


1. Tercapainya manusia seutuhnya, karena Islam itu adalah agama yang sempurna sesuai
dengan fiman-Nya: (Q.S. Al-Māidah [5]: 3). Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu
agamamu, dan telah Kucukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Kurida-i Islam itu menjadi
Agama bagimu
2. Tercapainya kebahagiaan dunia dan akhirat, merupakan tujuan yang seimbang, seperti
disebutkan dalam AI-Quran: (Q.S. Al-Baqarah [21: 201) Di antara mereka ada yang berkata,
Ya Tuhan kami berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan
peliharalah kami dari siksa api neraka.
3. Menumbuhkan kesadaran manusia mengabdi, dan takut kepada- Nya sesuai dengan fiman
Allah Swt. (Q.S. Az Zariyat [51]: 56) Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk
mengabdi kepada-Ku

b. Karakteristik Kurikulum Islami


Tiap jenis kurikulum mempunyai ciri/karakteristik termasuk pendidikan agama Islam.
Ab
durrahman An-Nahlawi (1983:196) menjelaskan bahwa kurikulum Islami harus
memenuhi beberapa ketentuan. Ketentuan tersebut adalah sebagai berikut.

4
Pertama, memiliki sistem pengajaran dan materi yang selaras dengan fitrah manusia serta
bertujuan untuk menyucikan manusia,memelihara dari penyimpangan, dan menjaga
keselamatan fitrah manusia .
Kedua, harus mewujudkan tujuan pendidikan 1slam, yaitu memurmikan ketaatan dan
peribadatan hanya kepada Allah. Kurikulum Islam yang disusun pun harus menjadi
landasan kebangkitan Islam, baik dalam aspek intelektual, pengalaman, fisikal, maupun
sosial.
Ketiga, harus sesuai dengan tingkatan pendidikan baik dalam hal karakteristik, usia,
tingkat pemahaman, jenis kelamin, serta tugas-tugas kemasyarakatan yang telah dirancang
dalam kurikulum.
Keempat, memperhatikan tujuan-tujuan masyarakat yang realistis, menyangkut
penghidupan dan bertitik tolak dari keislaman yang ideal, Seperti merasa bangga menjadi
umat Islam. Hal lain yang harus menjadi perhatian adalah pelayanan kesehatan, jaminan
keamanan, perkantoran, kebudayaan, atau aspek-aspek hasil peradaban lainnya.
Kelima, tidak bertentangan dengan konsep-konsep Islam, mengacu pada kesatuan Islam,
dan selaras dengan integrasi psikologis yang telah Allah ciptakan untuk manusia serta
selaras dengan kesatuan pengalaman yang hendak diberikan kepada anak didik, baik yang
berhubungan dengan sunah, kaidah, sistem maupun realitas alam sehingga terjalin
hubungan yang hamonis antara berbagai bidang ilmu.
Keenam, harus realistis sehingga dapat diterapkan selaras dengan kesanggupan negara
yang hendak menerapkannya sesuai dengan tuntutan dan kondisi negara itu sendiri.
Ketujuh, harus memilih metode yang elastis sehingga dapat diadaptasikan ke dalam
berbagai kondisi, lingkungan, dan keadaan tempat ketika kurikulum itu ditetapkan. Yang
tak kalah pentingnya adalah kurikulum itu harus selaras dengan berbagai respons sehingga
sesuai dengan perbedaan individu.
Kedelapan, harus efektif, dapat memberikan hasil pendidikan yang bersifat behavioristik,
dan tidak meninggalkan dampak emosional yang meledak-ledak dalam diri generasi
muda. Pada dasarnya kurikulum islami memiliki kelebihan berupa metode pendidikan
yang sahih dan berdampak jauh ke depan serta memiliki berbagai kegiatan islami yang
berhasil dan tersaji dengan jelaş,
Kesembilan, harus sesuai dengan berbagai tingkatan usia anak didik. Untuk semua
tingkatan dipilih bagian materi kurikulum yang sesuai dengan kesiapan dan
perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik. Dalam hal ini yang paling penting
adalah tingkat penguasaan bahasa yang dicapai oleh anak. Hal ini memerlukan studi

5
psikologi islami yang berhubungan dengan karakteristik psikologis, fase-fase
perkembangan, serta perkembangan kesiapan dan kemampuan generasi muda muslim.
Kesepuluh, memperhatikan aspek pendidikan tentang segi-segi perilaku yang bersifat
aktivitas langsung, seperti berjihad, dakwah Islam, serta pembangunan masyarakat
muslim dalam lingkungan persekolahan sehingga kegiatan ini dapat mewujudkan seluruh
rukun Islam dan syiarnya, metode pendidikan dan pengajarannya, serta etika dalam
kehidupan siswa secara individu dan sosial. Pada dasarnya, pendidikan dan peradaban
Islam tidak mengenal
ilmu yang terkotak-kotak. Bagaimanapun slam merupakan kesatuan yang tidak dapat
dipisah-pisah sehingga Islam menganggap seluruh ilmu yang bersumber darinya
senantiasa berfungsi untuk menjelaskan dan memelihara syariat Islam.
Dengan demikian, bagaimanapun jenis kurikulum yang digunakan, dalam kegiatan
belajar mengajar (kurikulum proyek, terpusat, terpadu, dan terikat) yang terpenting adalah
dalam pelaksanaan dan keberhasilannya, kurikulum tersebut disempurnakan atau
dilengkapi dengan berbagai aktivitas walaupun hanya berperan sebagai pelengkap.

c. Pengembangan Kurikulum PAI

Pendidikan Islam adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk pribadi muslim
seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk jasmaniah maupun
rohaniah, menumbuhsuburkan hubungan harmonis setiap pribadi dengan Allah, mausia dan
alam semesta. Dengan demikian, pendidikan Islam itu berupaya untuk mengembangkan
individu sepenuhnya, maka sudah Sewajarnyalah untuk dapat memahami hakikat pendidikan
Islam itu bertolak dari pemahaman terhadap konsep manusia menurut Islam AL-Quran
meletakkan kedudukan manusia sebagai Khalifah Allah di bumi (Al-Baqarah: 30). Esensi
makna Khalifah adalah orang yang diberi amanah oleh Allah untuk memimpin alam. Dalam
hal ini manusia bertugas untuk memelihara dan memantaatkan alam guna mendatangkan
kemaslahatan bagi manusia.

Agar manusia dapat melaksanakan fungsinya sebagai khalifah Secara maksimal, maka sudah
semestinyalah manusia itu memiliki potensi yang menopangnya untuk terwujudnya jabatan
khalifah tesebut. Potensi tersebut meliputi potensi jasmani dan rohani. Potensi jasmani
meliputi seluruh organ jasmaniah yang berwujud nyata, sedangkan potensi rohaniah bersifat
spiritual yang terdiri dari fitrah, roh, kemauan bebas, dan akal. Manusia itu memiliki potensi

6
yang meliputi badan, akal, dan roh. Ketiga-tiganya persis segitiga yang sama panjang sisinya.
Selanjutnya, Zakiah Daradjat mengemukakan bahwa potensi spiritual manusia meliputi
dimensi: akidah, akal, akhlak, perasaan (hati), keindahan, dan dimensi sosial. Selain itu, Al-
Quran menjelaskan juga tentang potensi rohaniah lainnya, yakni al-Qalb, 'Aqlu An Ruh, an-
Nafs. Dengan bermodalkan potensi yang dimilikinya itulah manusia merealisasi fungsinya
sebagai khalifah Allah di bumi yang bertugas untuk memakmurkannya.

Proses pengembangan kurikulum pendidikan agama Islam Islam harus didasarkan pada
asumsi tentang hakikat manusia, hakikat masyarakat, dan hakikat pendidikan itu sendiri.
Keberadaan manusia di dunia ini bukan kemauan sendiri, atau hasil proses evolusi alami,
melainkan kehendak Yang Maha Kuasa Allah Swt. Dengan demikian, manusia dalam
hidupnya mempunyai ketergantungan kepada-Nya. Manusia tidak bisa lepas dari ketentuan-
Nya, dan sebagai makhluk, manusia berada pada posisi lemah (terbatas) dalam arti tidak bisa
menolak, menentang, atau merekayasa yang sudah dipastikan-Nya. Karena tujuan pendidikan
secara umum adalah untuk memanusiakan manusia.

d. Perodisasi Pengembangan Kurkulum Pendidikan Islam

1. Kurikulum Pendidikan Islam Masa Rasulullah Saw. (12 SH-11 H/611-632 M)


Mengidentifikasi kurikulum pendidikan Islam pada zaman Rasulullah saw terasa sulit sebab
Rasul mengajar pada madrasah kehidupan yang luas tanpa dibatasi dinding kelas. Rasul
memanfaatkan berbagai kesempatan yang mengandug nilai-nilai pendidikan.
Rasul menyampaikan ajarannya di mana saja, seperti di rumah, di masjid, di jalan, dan di
tempat-tempat lainnya, bahkan di atas kendaraan/unta pun dimanfaatkan Rasul untuk
mengajar. Pendidikan Islam pada masa Rasulullah dapat dibedakan menjadi dua periode,
yaitu periode Makkah dan periode Madinah .
Pada periode Makkah, yaitu sejak Muhammad Saw. Diutus menjadi Rasul hingga hijrah ke
Madinah (611-622 H.), sistem pendidikan Islam lebih bertumpu kepada Nabi sebab selain
Nabi tidak ada yang mempunyai otoritas untuk menentukan materi-materi pendidikan Islam.
Materi pengajaran yang diberikan hanya berkisar pada ayat-ayat Makkiyah sejumlah 93 surat
dan petunjuk-petunjuknya yang dikenal dengan sebutan sunnah dan Hadis. Pada umumnya
materi ayat-ayat Makkiyah dan dan Hadis Nabi itu menerangkan tentang kajian keagamaan
yang menitikberatkan pada keimanan (teologi), ibadah, dan akhlak. Materi keimanan, seperti
beriman kepada Allah, para rasul-Nya, dan hari akhir. Materi ibadah, yaitu salat. Zakat sendiri
ketika itu belum menjadi materi pendidikan, karena zakat pada masa itu lebih dipahami

7
sebagai sedekah kepada fakir miskin dan anak yatim. Materi akhlak bertujuan agar manusia
dapat bertingkah laku mulia dan menjauhi tingkah laku jahat. Kata-kata tauhid, ibadah, dan
akhlak belum menjadi nama mata pelajaran atau bidang studi. Adapun materi-materi sains
belum dijadikan mata pelajaran. Nabi ketika itu hanya memberikan dorongan untuk
memperhatikan kejadian manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan alam raya.
Pada periode Madinah (1-11 H./622-632 M.), upaya pendidikan yang dilakukan Nabi
pertama-tama membangun lembaga masjid. Melalui lembaga masjid ini, Nabi memberikan
pendidikan Islam.Dia memperkuat persatuan di kalangan kaum muslimin dan mengikis hasbis
sisa-sisa permusuhan, terutama antara warga Anshar ikiswarga Muhajirin.
Pada periode kedua ini, ayat ayat Al-Quran yang diterima sebanyak 22 surat, sepertiga dari isi
AI-Quran. Pada umumnya, materi pendidikan Islam berkisar pada bidang keimanan ibadah,
akhlak, kesehatan jasmani, dan pengetahuan kemasyarakatan.
Materi keimanan mempertegas materi keimanan yang disampaikan di Makkah. Materi ibadah
seperti salat, zakat, puasa, dan haji. Pendidikan akhlak lebih menekankan pada penguatan
basis mental yang telah dilakukan pada periode Makkah. Pendidikan kesehatan jasmani lebih
ditekankan pada penerapan nilai-nilai yang dipahami dari amaliah ibadah, seperti makna
wudu, zakat, dan haji, sedangkan pendidikan yang terkait dengan kemasyarakatan meliputi
sosial, ekonomi, politik, dan hukum. Masyarakat diberi pendidikan oleh Rasul tentang
kehidupan berumah tangga, warisan, hukum perdata-pidana, perdagangan, dan kenegaraan.
Metode yang dikembangkan oleh Nabi dalam bidang keimanan adalah tanya jawab dengan
penghayatan yang mendalam dan didukung oleh bukti-bukti yang rasional dan ilmiah.
Batasan rasional dan ilmiah di sini dipahami menurut kemampuan berpikir orang yang diajak
berdialog. Materi ibadah biasanya disampaikan dengan menggunakan metode demonstrasi
dan peneladanan sehingga masyarakat mudah mengikutinya, sedangkan pada bidang akhlak,
Nabi menitikberatkan pada metode peneladanan. Nabi tampil dalam kehidupan sebagai orang
yang memiliki kemuliaan dan keagungan, baik dalam ucapan maupun perbuatan.

2. Kurikulum Pendidikan Islam Masa Khulafa al-Rasyidin (632-661 M/12-41 H)


Sistem pendidikan Islam pada masa Khulafa al-Rasyidin dilakukan secara mandiri, tidak
dikelola oleh pemerintah, kecuali pada masa Khalifah Umar bin al-Khathab yang turut
campur pada dalam menambahkan materi kurikulum pada lembaga kuttab.Para sahabat yang
memiliki pengetahuan keagamaan membuka majelis pendidikan masing-masing. Pusat
pendidikan pada masa Khulafah al-Rasyidin tidak hanya di Madinah, tetapi menyebar
diberbagai kota, seperti kota Makkah dan Madinah (Hijaz), kota Basrah dan Kufah (lrak),

8
kota Damsyiq dan Palestina (Syam),dan kota Fistat (Mesir). Di daerah-daerah itu, pendidikan
Islam berkembang dengan pesat.
Materi pendidikan Islam yang diajarkan pada masa Khalifah al-Rasyidin sebelum masa Umar
bin Khathab, untuk pendidikan dasar:
(a) membaca dan menulis,
(b) membaca dan menghafal Al-Quran,
(c) pokok-pokok Agama Islam, seperti cara wudu, salat,puasa, dan sebagainya. Ketika Umar
bin Khathab diangkat menjadi khalifah, ia menginstruksikan kepada penduduk kota agar
anak-anak diajari
(a) berenang,
(b) mengendarai unta,
(c)memanah,
(d) membaca dan menghafal syair-syair yang mudah dan peribahasa, sedangkan materi
pendidikan pada tingkat menengah dan tinggi terdiri dari
(a) Al-Quran dan Tafsirnya,
(b)hadis dan pengumpulannya, dan
(c) Fiqih (tasyri').

9
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Jadi kesimpulan di atas Pengertian kurikulum selama ini masih mengacu pada konsep
kurikulum Barat, dalam pengertian, teorinya diambil dari sana. Al Quran dan Al-Hadis
bukanlah buku sains, bukanlah filsafat atau mistik. Al-Quran berisi pokok-pokok ajaran
agama. Oleh karena itu, akan sia-sia jika mencari teori kurikulum dalam Al-Quran atau Hadis.
Berdasarkan Al-Quran dan Hadis tersebut, para pakar Pendidikan muslim menyusun wawasan
mereka tentang kurikulum. Akan tetapi, sampai saat ini para pakar Pendidikan muslim belum
ada yang menulis kurikulum dengan terperinci dan sistematis seperti para penulis Barat. Hal
ini bukan berarti para ahli pendidikan muslim tidak memiliki wawasan sama sekali tentang
kurikulum.
William H. dalam Mulyani Soemantri mengemukakan beberapa batasan berkenaan dengan
kurikulum.
1. Kurikulum sebagai Subject Matter atau Content
2. Kurikulum sebagai Program of Planned Activities
3. Kurikulum sebagai Experiences (Pengalaman)
4. Kurikulum sebagai Cultural Production

Saran
Kita sebagai calon pendidik harus mengerti tentang perkembangan kurikulum dan sejarah
perkembangan kurikulum pendidikan islam dari periode Rasulallah sampai sekarang.

10
Daftar Pustaka
- Derajat, Zakiyah. 2009. Ilmu Pendidikan islam. Jakarta : Bumi Aksara.
- Majid, Abdul. 2011. Perencanaan pembelajaran. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya. 2006. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.
- Miller, John. P, dan Seller W. 1985. Curriculum perspective and Paratice, NEW
York & London: Logman.

11

Anda mungkin juga menyukai