i
KATA PENGANTAR
Segala puji milik Allah swt, yang atas karunia – Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah ini . Salawat dan salam semoga tetap tercurah kepada
Nabi Muhammad Saw, kepada keluarganya, para sahabatnya, dan para
pengikutnya secara keseluruhan.
Dan rasa terima kasih kami kepada anggota kelompok yang telah
membantu menyelesaikan tugas ini, serta terlebih lagi kepada ibu Dosen
Pengampu ibu fitri yuniarti, M. Pd yang senantiasa membimbing dan
mM.Pemberi saran yang baik kepada kelompok kami sehingga dapat
menyelesaikan Makalah mata kuliah Perencanaan Pengajaran PAI ini.
Makalah ini di buat bukan hanya untuk menyelesaikan dan melengkapi
tugas mata kuliah tapi juga di harapkan dapat memberi wawasan yang lebih luas
guna meningkatkan pengetahuan yang mendalam bagi para Mahasiswa/i dalam
bidang Pendidikan Agama Islam dan dapat mengetahui hal-hal apa saja yang ada
dalam Pendidikan Agama Islam.
Akhir kata, Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan khususnya
bagi kami, sekian dan terima kasih.
jambi, September
2023
i
1
I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................. i
Daftar isi....................................................................................Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................ 1
C. Tujuan.............................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................... 2
a. Pengertian Kurikulum Pendidikan Islam..........................................................................2
b. Karakteristik Kurikulum Islami.........................................................................................4
c. Pengembangan Kurikulum PAI.........................................................................................6
d. Perodisasi Pengembangan Kurkulum Pendidikan Islam...................................................7
BAB III PENUTUP................................................................................................................. 10
Kesimpulan............................................................................................................................... 10
Daftar Pustaka........................................................................................................................... 11
I
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
A . Apa Pengertian Kurikulum Pendidikan Islam ?
C. Tujuan
A. Untuk Mengetahui Kurikulum Pendidikan Islam
1
BAB II
PEMBAHASAN
a. Pengertian Kurikulum Pendidikan Islam
Istilah kurikulum (Curriculhum) berasal dari bahasa latin. Kata curir bermakna pelari
dan curere memiliki makna tempat berpacu. Pada awalnya, kedua Istilah tersebut
digunakan dalam dunia olahraga. Pada saat itu kurikulum diartikan sebagai jarak yang
harus ditempuh oleh seorang pelari mulai dari start sampai finis untuk memperoleh
medali/ penghargaan. Kemudian, pengertian tersebut diterapkan dalam dunia pendidikan
menjadi sejumlah mata pelajaran (subject) yang harus ditempuh oleh seorang siswa dari
awal sampai akhir program pelajaran untuk memperoleh penghargaan dalam bentuk
ijazah. Pengertian kurikulum selama ini masih mengacu pada konsep kurikulum Barat,
dalam pengertian, teorinya diambil dari sana. Al Quran dan Al-Hadis bukanlah buku
sains, bukanlah filsafat atau mistik. Al-Quran berisi pokok-pokok ajaran agama. Oleh
karena itu, akan sia-sia jika mencari teori kurikulum dalam Al-Quran atau Hadis.
Berdasarkan Al-Quran dan Hadis tersebut, para pakar Pendidikan muslim menyusun
wawasan mereka tentang kurikulum. Akan tetapi, sampai saat ini para pakar Pendidikan
muslim belum ada yang menulis kurikulum dengan terperinci dan sistematis seperti para
penulis Barat. Hal ini bukan berarti para ahli pendidikan muslim tidak memiliki wawasan
sama sekali tentang kurikulum. Dikatakan demikian, karena jelas tatkala mereka
menyusun program pendidikan untuk madrasah-madrasah yang didirikan, kita telah
menemukan susunan mata pelajaran serta kegiatan yang menggambarkan wawasan
mereka tentang kurikulum. Dalam bahasa Arab, kata kurikulum biasa diungkapkan
dengan manhaj yang berarti jalan terang yang dilalui oleh manusia pada berbagai bidang
kehidupan, sedangkan kurikulum pendidikan (manhaj al-dirosah) dalam kamus Tarbiyah
adalah seperangkat perencanaan dan media yang dijadikan acuan oleh lembaga
pendidikan dalam mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan.
2
1. Kurikulum sebagai Subject Matter atau Content
Dalam hal ini kurikulum disamakan pengertiannya dengan mata pelajaran yang
diajarkan. Pengertian kurikulum paling tradisional yang berakar pada anggapan kuno,
mengenai liberal
art yang biasa membaginya atas trivium (grammar, rethoric, dan dialectic) dan quadtrivium
(arithmetic, geometry, dan music). Mata pelajaran dalam hal ini dipandang sebagai
pengalaman
orang tua atau orang pandai pada masa lalu yang telah disusun secara sistematis, artinya
menurut urutan tertentu, logis dapat diterima oeh akal dan pikiran. Dengan demikian,
kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa
untuk memperoleh
sejumlah pengetahuan.
2. Kurikulum sebagai Program of Planned Activities
Kurikulum sebagai perencanaan, pandangan ini dikemukakan oleh Saylor Alexander
& Lewis (1981). Pandangan yang komprehensif tentang semua kegiatan yang direncanakan
untuk disampaikan kepada peserta didik mencakup scope daan sequence, interpretasi, dan
keseimbangan subject matter, jenis- jenis motivasi, teknik-teknik mengajar, dan sebagainya
yang
dapat direncanakan terlebih dahulu. Kurikulum sebagai perencanaan pembelajaran adalah
suatu
programn Pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa atau dengan kata lain
menyediakan lingkungan bagi siswa untuk memberikan kesempatan belajar. Oleh sebab itu,
Suatu kurikulum dirancang sedemikian rupa, dalam arti kurikulum tidak hanya terbatas pada
sejumlah mata pelajaran saja, melainkan meliputi segala sesuatu yang dapat memengaruhi
Perkembangan siswa seperti Bangunan Sekolah, Alat Pelajaran, Perlengkapan Perpustakaan,
Gambar – gambar, Halaman sekolah dan lain lain yang pada gilirannya menyediakan
kemungkinan siswanya bejalar dengan efektif.
3. Kurikulum sebagai Experiences (Pengalaman)
Menurut pandangan modern, kurikulum bukan hanya rencana pengajaran atau bidang
studi, tetapi merupakan semua yang secara nyata terjadi dalam proses pembelajaran.
Pandangan
ini bertolak dari sesuatu yang actual---yang nyata yang terjadi di sekolah dalam proses belajar
mengajar. Dalam pendidikan, kegiatan yang dilakukan siswa dapat memberikan pengalaman,
3
seperti berkebun, olahraga, pramuka, PMR, dan pergaulan selain mempelajari bidang studi.
Semuanya itu merupakan pengalaman belajar yang bermanfaat sehingga pandangan modern
berpendapat bahwa semua pengalaman belajar adalah kurikulum.
5. Pandangan tentang kurikulum ini menuntut sekolah untuk menyediakan agenda tentang
pengetahuan dan nilai-nilai yang membimbing peserta didik untuk memperbaiki masyarakat
dan lembaga- lembaga kebudayaan dan kegiatan-kegiatan yang mendukungnya.
4
Pertama, memiliki sistem pengajaran dan materi yang selaras dengan fitrah manusia serta
bertujuan untuk menyucikan manusia,memelihara dari penyimpangan, dan menjaga
keselamatan fitrah manusia .
Kedua, harus mewujudkan tujuan pendidikan 1slam, yaitu memurmikan ketaatan dan
peribadatan hanya kepada Allah. Kurikulum Islam yang disusun pun harus menjadi
landasan kebangkitan Islam, baik dalam aspek intelektual, pengalaman, fisikal, maupun
sosial.
Ketiga, harus sesuai dengan tingkatan pendidikan baik dalam hal karakteristik, usia,
tingkat pemahaman, jenis kelamin, serta tugas-tugas kemasyarakatan yang telah
dirancang dalam kurikulum.
Keempat, memperhatikan tujuan-tujuan masyarakat yang realistis, menyangkut
penghidupan dan bertitik tolak dari keislaman yang ideal, Seperti merasa bangga menjadi
umat Islam. Hal lain yang harus menjadi perhatian adalah pelayanan kesehatan, jaminan
keamanan, perkantoran, kebudayaan, atau aspek-aspek hasil peradaban lainnya.
Kelima, tidak bertentangan dengan konsep-konsep Islam, mengacu pada kesatuan Islam,
dan selaras dengan integrasi psikologis yang telah Allah ciptakan untuk manusia serta
selaras dengan kesatuan pengalaman yang hendak diberikan kepada anak didik, baik yang
berhubungan dengan sunah, kaidah, sistem maupun realitas alam sehingga terjalin
hubungan yang hamonis antara berbagai bidang ilmu.
Keenam, harus realistis sehingga dapat diterapkan selaras dengan kesanggupan negara
yang hendak menerapkannya sesuai dengan tuntutan dan kondisi negara itu sendiri.
Ketujuh, harus memilih metode yang elastis sehingga dapat diadaptasikan ke dalam
berbagai kondisi, lingkungan, dan keadaan tempat ketika kurikulum itu ditetapkan. Yang
tak kalah pentingnya adalah kurikulum itu harus selaras dengan berbagai respons
sehingga sesuai dengan perbedaan individu.
Kedelapan, harus efektif, dapat memberikan hasil pendidikan yang bersifat behavioristik,
dan tidak meninggalkan dampak emosional yang meledak-ledak dalam diri generasi
muda. Pada dasarnya kurikulum islami memiliki kelebihan berupa metode pendidikan
yang sahih dan berdampak jauh ke depan serta memiliki berbagai kegiatan islami yang
berhasil dan tersaji dengan jelaş,
Kesembilan, harus sesuai dengan berbagai tingkatan usia anak didik. Untuk semua
tingkatan dipilih bagian materi kurikulum yang sesuai dengan kesiapan dan
perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik. Dalam hal ini yang paling penting
adalah tingkat penguasaan bahasa yang dicapai oleh anak. Hal ini memerlukan studi
5
psikologi islami yang berhubungan dengan karakteristik psikologis, fase-fase perkembangan,
serta perkembangan kesiapan dan kemampuan generasi muda muslim.
Kesepuluh, memperhatikan aspek pendidikan tentang segi-segi perilaku yang bersifat aktivitas
langsung, seperti berjihad, dakwah Islam, serta pembangunan masyarakat muslim dalam
lingkungan persekolahan sehingga kegiatan ini dapat mewujudkan seluruh rukun Islam dan
syiarnya, metode pendidikan dan pengajarannya, serta etika dalam kehidupan siswa secara
individu dan sosial. Pada dasarnya, pendidikan dan peradaban Islam tidak mengenal ilmu yang
terkotak-kotak. Bagaimanapun slam merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisah
sehingga Islam menganggap seluruh ilmu yang bersumber darinya senantiasa berfungsi untuk
menjelaskan dan memelihara syariat Islam.
Dengan demikian, bagaimanapun jenis kurikulum yang digunakan, dalam kegiatan
belajar mengajar (kurikulum proyek, terpusat, terpadu, dan terikat) yang terpenting adalah
dalam pelaksanaan dan keberhasilannya, kurikulum tersebut disempurnakan atau dilengkapi
dengan berbagai aktivitas walaupun hanya berperan sebagai pelengkap.
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk pribadi muslim
seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk jasmaniah maupun
rohaniah, menumbuhsuburkan hubungan harmonis setiap pribadi dengan Allah, mausia dan
alam semesta. Dengan demikian, pendidikan Islam itu berupaya untuk mengembangkan
individu sepenuhnya, maka sudah Sewajarnyalah untuk dapat memahami hakikat pendidikan
Islam itu bertolak dari pemahaman terhadap konsep manusia menurut Islam AL-Quran
meletakkan kedudukan manusia sebagai Khalifah Allah di bumi (Al-Baqarah: 30). Esensi
makna Khalifah adalah orang yang diberi amanah oleh Allah untuk memimpin alam. Dalam
hal ini manusia bertugas untuk memelihara dan memantaatkan alam guna mendatangkan
kemaslahatan bagi manusia.
Agar manusia dapat melaksanakan fungsinya sebagai khalifah Secara maksimal, maka
sudah semestinyalah manusia itu memiliki potensi yang menopangnya untuk terwujudnya
jabatan khalifah tesebut. Potensi tersebut meliputi potensi jasmani dan rohani. Potensi
jasmani meliputi seluruh organ jasmaniah yang berwujud nyata, sedangkan potensi rohaniah
bersifat spiritual yang terdiri dari fitrah, roh, kemauan bebas, dan akal. Manusia itu memiliki
potensi
6
yang meliputi badan, akal, dan roh. Ketiga-tiganya persis segitiga yang sama panjang sisinya.
Selanjutnya, Zakiah Daradjat mengemukakan bahwa potensi spiritual manusia meliputi
dimensi: akidah, akal, akhlak, perasaan (hati), keindahan, dan dimensi sosial. Selain itu, Al-
Quran menjelaskan juga tentang potensi rohaniah lainnya, yakni al-Qalb, 'Aqlu An Ruh, an-
Nafs. Dengan bermodalkan potensi yang dimilikinya itulah manusia merealisasi fungsinya
sebagai khalifah Allah di bumi yang bertugas untuk memakmurkannya.
7
sebagai sedekah kepada fakir miskin dan anak yatim. Materi akhlak bertujuan agar manusia
dapat bertingkah laku mulia dan menjauhi tingkah laku jahat. Kata-kata tauhid, ibadah, dan
akhlak belum menjadi nama mata pelajaran atau bidang studi. Adapun materi-materi sains
belum dijadikan mata pelajaran. Nabi ketika itu hanya memberikan dorongan untuk
memperhatikan kejadian manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan alam raya.
Pada periode Madinah (1-11 H./622-632 M.), upaya pendidikan yang dilakukan Nabi
pertama-tama membangun lembaga masjid. Melalui lembaga masjid ini, Nabi memberikan
pendidikan Islam.Dia memperkuat persatuan di kalangan kaum muslimin dan mengikis
hasbis sisa-sisa permusuhan, terutama antara warga Anshar ikiswarga Muhajirin.
Pada periode kedua ini, ayat ayat Al-Quran yang diterima sebanyak 22 surat, sepertiga dari isi
AI-Quran. Pada umumnya, materi pendidikan Islam berkisar pada bidang keimanan ibadah,
akhlak, kesehatan jasmani, dan pengetahuan kemasyarakatan.
Materi keimanan mempertegas materi keimanan yang disampaikan di Makkah. Materi
ibadah seperti salat, zakat, puasa, dan haji. Pendidikan akhlak lebih menekankan pada
penguatan basis mental yang telah dilakukan pada periode Makkah. Pendidikan kesehatan
jasmani lebih ditekankan pada penerapan nilai-nilai yang dipahami dari amaliah ibadah,
seperti makna wudu, zakat, dan haji, sedangkan pendidikan yang terkait dengan
kemasyarakatan meliputi sosial, ekonomi, politik, dan hukum. Masyarakat diberi pendidikan
oleh Rasul tentang kehidupan berumah tangga, warisan, hukum perdata-pidana, perdagangan,
dan kenegaraan. Metode yang dikembangkan oleh Nabi dalam bidang keimanan adalah tanya
jawab dengan penghayatan yang mendalam dan didukung oleh bukti-bukti yang rasional dan
ilmiah.
Batasan rasional dan ilmiah di sini dipahami menurut kemampuan berpikir orang yang diajak
berdialog. Materi ibadah biasanya disampaikan dengan menggunakan metode demonstrasi
dan peneladanan sehingga masyarakat mudah mengikutinya, sedangkan pada bidang akhlak,
Nabi menitikberatkan pada metode peneladanan. Nabi tampil dalam kehidupan sebagai orang
yang memiliki kemuliaan dan keagungan, baik dalam ucapan maupun perbuatan.
8
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Jadi kesimpulan di atas Pengertian kurikulum selama ini masih mengacu pada konsep
kurikulum Barat, dalam pengertian, teorinya diambil dari sana. Al Quran dan Al-Hadis
bukanlah buku sains, bukanlah filsafat atau mistik. Al-Quran berisi pokok-pokok ajaran
agama. Oleh karena itu, akan sia-sia jika mencari teori kurikulum dalam Al-Quran atau
Hadis. Berdasarkan Al-Quran dan Hadis tersebut, para pakar Pendidikan muslim menyusun
wawasan mereka tentang kurikulum. Akan tetapi, sampai saat ini para pakar Pendidikan
muslim belum ada yang menulis kurikulum dengan terperinci dan sistematis seperti para
penulis Barat. Hal ini bukan berarti para ahli pendidikan muslim tidak memiliki wawasan
sama sekali tentang kurikulum.
Saran
Kita sebagai calon pendidik harus mengerti tentang perkembangan kurikulum dan
sejarah perkembangan kurikulum pendidikan islam dari periode Rasulallah sampai sekarang.
9
Daftar Pustaka
- Derajat, Zakiyah. 2009. Ilmu Pendidikan islam. Jakarta : Bumi Aksara.
- Majid, Abdul. 2011. Perencanaan pembelajaran. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya. 2006. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.
- Miller, John. P, dan Seller W. 1985. Curriculum perspective and Paratice,
NEW York & London: Logman.