Anda di halaman 1dari 18

Makalah

”Hakikat Kurikulum”
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pengembangan Kurikulum SD
Dosen pengampu : Dr, H. Rusmin Husain, S.Pd., M.Pd

Oleh :
Nama : Ni Luh Sindi Yani
Nim : (151420147)

Kelas : 2E
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat dan KaruniaNya, dan Bimbingannya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Dan
tak lupa salawat serta salam kepada Nabi besar Muhammad Saw sebagai sosok panutan dan
pemimpin kita semua.
Makalah ini dibuat agar pembaca dan penyususun dapat sedikit memahami Hakikat
Kurikulum. Yang diharapkan dari kajian materi ini kita selaku calon guru mampu untuk
memberikan motivasi belajar yang dapat membangun kepada siswa sebagai peserta didik
kita.
Saya manyadari bahwa dalam pelaksanaan dan penyusunan makalah ini banyak
menghadapi kesulitan, namun berkat kerja keras serta bimbingan, maka makalah ini dapat
terselesaikan. Untuk itu saya selaku penulis menggucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing mata kuliah Pengembangan Kurikulum.
Sebagaimana suatu kajian, maka dengan segala keterbukaan penulis dengan senang
hati menerima masukan, kritik yang membangun, dan saran untuk perbaikan makalah ini.
Saya berharap, makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah penggertahuan serta
wawasan bagi segenap pembacanya.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................i
DAFTAR ISI ..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................1
1.3 Tujuan ..........................................................................................................................1
1.4 Manfaat ........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................3
2.1 Konsep Kurikulum .......................................................................................................3
2.2 Prinsip Kurikulum .......................................................................................................3
2.3 Komponen Kurikulum .................................................................................................4
2.4 Sejarah Pengembangan Kurikulum .............................................................................5
2.5 Permendikbud Tahun 2016 (No. 20,21,23,24 Th 2016 ...............................................6
BAB III PENUTUP.................................................................................................................8
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................................8
3.2 Saran ............................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kegiatan proses pembelajaran kurikulum sangat di butuhkan sebagai pedoman
untuk menyusun target dalam sebuah proses belajar mengajar. Kurikulum adalah suatu
sistem yang mempunyai komponen-komponen yang saling berkaitan erat dan menunjang
satu sama lain. Komponen-komponen kurikulum tersebut terdiri dari tujuan, materi
pembelajaran, metode, dan evaluasi. Dalam bentuk sistem ini kurikulum akan berjalan
menuju suatu tujuan pendidikan dengan adanya saling kerja sama di antara seluruh
subsistemnya. Apabila salah satu dari variabel kurikulum tidak berfungsi dengan baik,
maka sistem kurikulum akan berjalan kurang baik dan maksimal oleh sebab itu kurikulum
berperan penting sekali. Kurikulum harus bisa mengikuti alur yang ada pada masyarakat.
Kurikulum harus dapat menjawab kebutuhan masyarakat luas dalam setiap persoalan
yang dihadapi. Sehingga sudah selayaknya kurikulum terus dan terus diperbaharui dan
dikembangkan. Sejalan dengan zaman, tantangan di dunia pendidikan dalam rangka
membekali siswa siswi menjadi pribadi lurus dan siap hidup dalam keadaan apapun.
Kurikulum harus responsif dan komprehensif dalam kehidupan sosial tidak overload,
relevan, dan mampu menyeimbangkan keberagaman dan keperluan dalam setiap masa.
Dalam menghadapi kondisi Indonesia yang mengalami krisis moral yang disebabkan
merosotnya nilai-nilai karakter bangsa, dan lahirnya para generasi yang tidak sesuai
dengan tujuan pendidikan nasional.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja konsep kurikulum ?
2. Apa saja prinsip kurikulum ?
3. Apa saja komponen kurikulum ?
4. Bagaimana sejarah perkembangan kurikulum ?
5. Apa isi dari Permendikbud Tahun 2016 (No. 20,21,23,24 Th 2016 ?
1.3 Tujuan dan Manfaat
Tujuan penulisan makalah yaitu sebagai berikut :
1. Agar pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang hakikat serta konsep dasar
kurikulum
2. Untuk menambah pengetahuan pembaca tentang prinsip serta komponen kurikulum
3. Untuk menambah wawasan pembaca tentang sejarah perkembangan kurikulum serta
pemahaman tentang isi dari Permendikbud tahun 2016
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Kurikulum
Kata kurikulum berasal dari bahasa Latin, curere yang artinya berlari,
menjelajah, merambat, berkeliling, dan sejenisnya diarena perlombaan. Dalam
perkembangannya, kata curere menjelma menjadi curiculum yang kurang lebih berarti
arena perlombaan belajar guna mencapai hasil tertentu, (Efendi, Sadarudin, dan
Moenir, 2005).
Kata ini kemudian berkembang pengertiannya dibidang pendidikan, sejalan
dengan perkembangan ilmu dan teknologi pendidikan. Dalam tradisi kajian pengertian
kurikulum, kata kurikulum diartikan secara sempit maupun luas.
Para ahli pendidikan umumnya, dan penulis buku kurikulum khusus nya,
mengartikan kurikulum secara berbeda, meski subtansinya relatif sama. Sebagaimana
dikemukakan diatas, salah satu unsur pembeda dalam masing-masing pengertian
kurikulum tersebut adalah pengertian secara sempit dan pengertian secara luas
Secara sempit kata kurikulum diartikan sebagai kumpulan pelajaran. Dalam
Cambiridge Advanced Learner’s Dictionary (1008:343), misalnya, kata kurikulum
diartikan secara relatif sempit sebagai : “the group of subjects studied in a school,
collage, etc. dalam pengertian ini, kurikulum tak lebih dari sekedar sekelompok mata
pelajaran atau sekelompok mata kuliah.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional, kurikulum diartikan sebagai : “seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu”.
Bila kurikulum dikembangkan menggunakan pendekatan mata pelajaran,
maka wujud konkret kurikulum dalam arti sempit adalah kumpulan mata pelajaran
misalnya sejarah, geografi, kimia, fisika, dan biologi
Bila pengembangan kurikulum menggunakan penataan isi terintegrasi, maka
wujud konkret kurikulum kurikulum dalam arti sempit adalah kumpulan bidang studi.
Misalnya bidang studi IPA, IPS dan bahasa.
Bila pengembanggan kurikulum menggunakan pendekatan kompetensi, maka
wujud konkret kurikulum dalam arti sempit adalah kumpulan standar kompetensi
pelajaran atau bidang studi. Misalnya standar kompetensi sejarah, matematika,
geografi, IPA, IPS dan bahasa.
Hal yang sama juga berlaku pada kurikulum dipergururuan tinggi.
Diperguruan tinggi, wujud kurikulum dalam arti sempit adalah kumpulan mata kuliah.
Terkait kurikulum dalam arti luas, dalam literatur relatif lama, oleg Saylor dan
Alexander (1956:5) misalnya, kurikulum diartikan sebagai, ”kurikulum adalah jumlah
total upaya sekolah untuk mempengaruhi pembelajaran, baik di dalam kelas, di
tempat bermain, atau di luar sekolah”.
Kemudian menurut Slayor,Alexander dan Lewis (1947) kurikulum merupakan
segala upaya yang dilakukan oleh sekolah untuk mempengaruhi siswa agar dapat
belajar baik dalam ruang kelas maupun diluar. Sementara itu ,Harlod B.Albert(1965)
memandang kurikulum sebagai semua kegiatan yang di berikan kepada siswa
dibawah tanggung jawab sekolah (all of the activitiesthat are provided for the students
by the school) ( Rusman, 2012 : 3)
Pengalaman belajar dalam konteks pengertian kurikulum secara luas
mengcakup pengalaman belajar didalam kelas, dilingkungan sekolah, maupun luar
sekolah. Siswa bermain sambil berlari dihalaman sekolah misalnya, termasuk dalam
konsep kurikulum. Demikian juga tugas yang diberikan guru kepada siswa untuk
dikerjakan dirumah, termasuk dalam lingkup konsep tersebut.
Konsep kurikulum Dalam pandangan John Dewey, kurikulum merupakan
rekonstruksi yang berkelanjutan. Dimulai dari pengalaman yang dimiliki murid
kemudian direpresentasikan dalam pelajaran. Berdasar wawasan Dewey, bisa ditarik
kesimpulan bahwa rujukan utama penyusunan kurikulum adalah berakar dari
pengalaman masing-masing siswa. Pendapat John Dewey ini juga diamini oleh
beberapa pakar hingga tahun 1957. Hampir semua pakar kurikulum sepakat bahwa
sumber kurikulum adalah pada pengalaman siswa.
Pandangan baru mengenai kurikulum terliat dari pendapat Ronald C. Doll
(1974) yang menyatakan bahwa ruang lingkup kurikulum semakin luas. Termasuk
dalam hal isi dan proses kurikulum yang semakin melebar, pemaknaan tentang
pengalaman siswa juga ikut melebar, yaitu mencakup pengalaman di sekolah, di
rumah, atauapun di masyarakat.
Berbeda dan lebih jauh daru ahlu di atas, Zais memberikan pandanganya
tentang ruang lingkup kurikulum. Bahwa kurikulum mencakup dua hal. Yaitu materi
pembelajaran dan prosedur dalam proses pembelajaran. Sehingga kurikulum sudah
dianggap memiliki kedudukan sentral dalam proses pembelajaran.
Konsep kurikulum dalam arti luas atau modern tidak hanya mencakup tentang
rencana pembelajaran saja. Akan tetapi juga mencakup tentang segala sesuatu yang
nyata yang terjadi dalam proses pendidikan di sekolah, baik di dalam ataupun di luar
kelas. Maka kurikulum bisa diartikan juga sebagai entitas pendidikan yang mengatur
tentang kegiatan intrakulikuler dan ekstrakulikuler.
Pengertian-pengertian dan gagasan-gagasan baru tentang kurikulum akan
selalu muncul seiring perkembangan zaman. Teori-teori baru akan muncul karena
manusia pemikir pendidikan memang tidak akan pernah merasa puas pada satu
hakikat saja.Para ahli-ahli baru dalam bidang pendidikan akan muncul dan membawa
serta teor-teori baru pendidikan.
Secara konseptual urikulum secara garis besar mempunyai tiga ranah,
yaitu:kurikulum sebagai substansi, kurikulum sebagai sistem, dan kurikulum sebagai
bidang studi.
A. Kurikulum Sebagai Subtansi
Kurikulum sebagai subtansi yaitu kurikulum dipandang sebagai rencana
pendidikan di sekolah atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu
kurikulum digambarkan sebagai dokumen tertulis yang berisi rumusan tentang tujuan,
bahan ajar, kegiatan belajar-mengajar, jadwal, dan evaluasi yang telah disepakati dan
di setujui bersama oleh para penyusun kurikulum dan pemangku kebijaksanaan
dengan masyarakat.
B. Kurikulum sebagai sistem
Kurikulum sebagai sistem yaitu sistem kurikulum merupakan bagian dari
sistem sekolah, sistem pendidikan, dan sistem masyarakat. Hasil dari sistem
kurikulum adalah tersusunnya suatu kurikulum. Kurikulum sebagai sistem
mempunyai fungsi bagaiamana cara memelihara kurikulum agar tetap berjalan
dinamis.
C. Kurikulum sebagai suatu bidang studi
Kurikulum disini berfungsi sebagai suatu disiplin yang dikaji di lembaga
pendidikan seperti perguruan tinggi. Tujuan kurikulum sebagai suatu bidang studi
adalah untuk mengembangkan ilmu kurikulum dan sistem kurikulum. Mereka yang
mendalami bidang kurikulum mempelajari tentang konsep dasar kurikulum, mereka
juga melakukan kegiatan penelitian dan percobaan guna menemukan hal-hal baru
yang dapat memperkuat dan memperkaya bidang studi kurikulum.
2.2 Prinsip Kurikulum
Kurikulum di kembangkan berdasarkan pada prinsip-prisip yang dianutnya.
Prinsip itu pada dasarnya merupakan kaidah yang menjiwai kurikulum tersebut. Bila
landasan pengembangan kurikulum adalah pertimbangan-pertimbangan mendasar dan
menyeluruh yang dijadikan acuan awal pengembangan kurikulum, maka prinsip
pengembangan kurikulum adalah pertimbangan-pertimbangan mendasar yang bersifat
khusus dalam pengembangan kurikulum. Pertimbangan-pertimbangan mendasar yang
bersifat khusus tersebut dielaborasi, disenergikan, dan tidak boleh menyimpang dari
landasan pengembangan kurikulum.
Secara umum terdapat 5 prinsip pengembangan kurikulum. Prinsip-prinsip
tersebut tersebut yaitu relevansi, kontinuitas, fleksibilitas, efektivitas, dan efeisiensi.
A. Prinsip Relevansi
Secara umum istilah revelansi diartikan sebagai kesesuaian atau keserasian
pendidikan dengan tuntutan masyarakat, artinya pendidikan dipandang relevan jika
hasil perolehan pendidikan itu bersifat fungsional. Prinsip relevansi dalam
pengembangan kurikulum menyangkut kesesuaian antara kurikulum dengan berbagai
hal. Mengacu pada landasan pengembangan kurikulum dengan berbagai hal. Mengacu
pada landasan pengembangan kurikulum, pada pokoknya pengembangan kurikulum
harus relevan dengan kondisi sosial budaya masyarakat, dan kondisi psikologis siswa.
1. Kondisi kurikulum dengan kondisi sosial-budaya masyarakat
Dalam hal relevansi kurikulum dengan kondisi sosial-budaya
masyarakat, hal ini sering ditekankan dalam pengembangan kurikulum adalah
relevansi kurukulum dengan kebutuhan dunia kerja. Namun sesungguhnya
ihwal relevansi kurikulum bukan hanya dalam hal dunia nyata tapi melainkan
kondisi masyarakat dalam arti seluas-luasnya.
2. Relevansi kurikulum dengan kondisi psikologis siswa
Relevansi kurikulum dengan kondisi psikologis siswa terkait dengan
tahap-tahap perkembangan fisik dan psikososial manusia. Mengacu pada
domain pendidikan yang dikemukakan oleh Bloom (dalam rubin, 1997),
paling tidak terhadap tiga kawasan yang dijadikan acuan pengembangan
dalam diri peserta didik melalui pendidikan. Tiga kawasan itu adalah kawasan
kognitif atau berpikir, kawasan afektif atau bersikap, dan kawasan
psikomotorik atau bertindak. Tiga kawasan ini merupakan repsentasi aspek
fisik dan psikososial manusia, serta memiliki tahap-tahap perkembangan nya
masing-masing.
B. Prinsip Kontinuitas
Prinsip kontinuitas dalam pengembangan kurikulum berkaitan dengan
kenyataan bahwa pendidikan adalah sebuah proses bertahap dan berkelanjutan,
bahkan berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu pendidikan adalah proses bertahap
dan berkelanjutan, maka setiap kesatuan kurikulum dikembangkan sebagai lanjutan
maupun awal dari pengembangan satuan kurikulum lainnya. Kurikulum SMP
misalnya, hendaknya dikembangkan sebagai kelanjutan logis dan sistematis
kurikulum SD disatu pihak, dan sebagai titik berangkat pengembangan kurikulum
SMK dan SMA dipihak lain.
Hal yang sama juga berlaku secara internal dalam setiap satuan kurikulum.
Dalam hal kurikulum SD, pengembangan kurikulum kelas I misalnya, hendaknya
bertolak dari kurikulum pendidikan anak usia dini disatau pihak, dan pihak lain
sebagai titik awal pengembangan kurikulum kelas I.
C. Prinsip Fleksibilitas
Prinsip fleksibilitas dalam pengembangan kurikulum berkaitan dengan dua kenyataan
mendasar. Pertama, setiap siswa adalah makhluk individu yang unik. Dan untuk itu
diperlukan kurikulum yang lentur, yang memungkinkan diakomondasinya keunikan
tersebut. Kedua, masyarakat akan terus berubah, dan terdapat perubahan yang dapat
diprediksi, ada pula yang tidak. Oleh karena itu, kurikulum perlu dirancang agar
memungkinkan siswa memiliki kelenturan kemampuan dalam mengantisipasi
kemungkinan-kemungkinan perubahan sosial. Secara konkret kelenturan kurikulum
dapat diwujudkan melalui hal-hal berikut:
1. Penganekaragaman tujuan atau kompetensi, dan isi pelajaran.
2. Penganekaragaman mata pelajaran atau bidang studi.
3. Penyediaan ruang bagi penambahan maupun pengurangan isi mata pelajaran
atau bidang studi antara waktu.
4. Penyediaan ruang bagi pihak lain menyusun kurikulum utama untuk ikut
mengisi muatan kurikulum.
D. Prinsip Efektivitas
Prinsip efektifitas adalah prinsip terkait dengan tingkat pencapaian target.
Prinsip efektivitas dalam pengembangan kurikulum berkaitan dengan sejauh mana
rancangan program kurikulum terlaksana, serta sejauh mana tujuan pendidikan
tercapai melalui pelaksanaan kurikulum.
1. Efektivitas proses kurikulum
Efektivitas proses kurikulum adalah efektivitas menyangkut tingkat
keterlaksanaan rancangan pelaksanaan kurikulum. Dalam rancangan
pelaksanaan kurikulum akan terdapat sejumlah program dengan targetnya
masing-masing. Suatu kurikulum dikatakan efektif bila mayoritas program
yang telah dirancang terselenggara, dengan pencapaian target mayoritas pula.
2. Efektivitas hasil kurikulum
Efektivitas hasil kurikulum adalah efektivitas menyangkut tingkat pencapaian
tujuan pendidikan melalui kurikulum. Agar suatu kurikulum efektif dalam hal
hasilm maka kurikulum harus memenuhi hal-hal berikut:
 Relevan dengan tujuan.
 Ditata secara logis dan sistematis
 Memuat rekomendasi tentang strategi pembelajaran yang dipandang
tepat untuk mencapai tujuan yang disertai dengan berbagai
konsekuensi dan implikasinya.
 Memuat rekomendasi tentang sistem evaluasi proses yang dipandang
tepat serta juga disertai dengan berbagai konsekuensi dan implikasinya.
E. Prinsip Efisiensi
Prinsip efisiensi terkait dengan tingkat penghematan yang realistis dalam suatu
kegiatan, tanpa mengorbankan pencapaian kuantitas dan kualitas yang maksimal. Bila
dikaitkan dengan prinsip efektivitas, sesuatu yang efektif belum tentu efisien,
sementara suatu yang efisien dengan sendiri nya efektif. Prinsip efisiensi kurikulum
berkaitan dengan penggunaan tenaga, biaya, dan waktu yang realistis dalam
pelaksanaan kurikulum, namun diperoleh hasil maksimal.
2.3 Komponen Kurikulum
Komponen adalah bagian yang integral dan fungsional yang tidak terpisahkan
dari suatu sistem kurikulum karena komponen itu sendiri mempunyai peranan dalam
pembentukan sistem kurikulum. Sebagai sebuah sistem, kurikulum mempunyai
komponen-komponen. Seperti halnya dalam sistem manapun, kurikulum harus
mempunyai komponen lengkap dan fungsional baru bisa dikatakan baik. Sebaliknya
kurikulum tidak dikatakan baik apabila didalamnya terdapat komponen yang tidak
lengkap sekarang dipandang kurikulum yang tidak sempurna.
Komponen-komponen kurikulum pada prinsipnya terdiri dari empat macam
komponen yaitu: tujuan atau kompetensi, isi, metode atau strategi dan evaluasi.
1. Komponen Tujuan
Istilah tujuan/kompetensi adalah dua istilah yang memiliki makna yang sama,
meski titik berangkat pengembangan keduanya berbeda, dimana komponen tujuan
biasanya berhubungan dengan arah atau hasil yang di harapkan, yang dalam skala
makro rumusan tujuan kurikulum erat kaitannya dengan filsafat atau sistem nilai yang
dianut masyarakat san dalam skala mikro tujuan kurikulum berhubungan dengan misi
dan visi sekolah serta tujuan-tujuan yang lebih sempit seperti tujuan setiap mata
pelajaran dan tujuan proses pembelajaran. Bila kurikulum dikembangkan
menggunakan pendekatan tujuan, maka yang ditetapkan terlebih dahulu adalah tujuan
umum yang akan dicapai melalui pendidikan. Sedangkan bila kurikulum
dikembangkan menggunakan pendekatan kompetensi, maka yang ditetapkan terlebih
dahulu adalah kemampuan umum apa yang akan dikembangkan dalam diri siswa.
Meskipun demikian, keduanya mengacu pada hasil yang akan diperoleh
melalui pendidikan. Dengan kata lain, komponen tujuan atau komponen tujuan atau
kompetensi pada kurikulum adalah komponen yang berisi pernyataan tentang target
yang akan dicapai atau kemampuan yang akan dikembangkan dalam diri siswa
sebagai hasil pendidikan.
Tujuan dan kompetensi pada kurikulum memiliki tingkatan hierarkis, dari
paling umum sampai paling khusus. Secara teoritis, pada tahap pertama, diterapkan
tujuan atau kompetensi umum. Tujuan atau kompetensi paling umum adalah tujuan
atau kompetensi pada jenjang dan jenis pendidikan. Selanjutnya tujuan atau
kompetensi umum tersebut dielaborasi menjadi lebih rinci sehingga menjadi
operasional dan siap digunakan dalam pembelajaran.
2. Komponen Isi
Isi kurikulum merupakan komponen yang berhubungan dengan pengalaman
belajar yang harus di miliki siswa, dimana isi kurikulum menyangkut semua aspek
baik yang berhubungan dengan pengetahuan atau materi pembelajaran yang biasanya
tergambarkan pada isi setiap mata pelajaran yang diberikan maupun aktivitas dan
kegiatan siswa. Secara teoritis lingkup ungkapan pernyataan isi kurikulum setara
dengan lingkup ungkapan pernyataan tujuan atau kompetensi kurikulum.
Pengaliamatannya saja yang berbeda, sedangkan subtansi pesannya sama.
Seperti halnya tujuan atau kompetensi, isi kurikulum juga memiliki tingkatan
hierarkis, dari paling umum hingga paling khusus. Sejalan dengan tujuan dan
kompetensi kurikulum, isi kurikulum umum dielaborasi menjadi lebih rinci, sehingga
siap digunakan dalam pembelajaran.

3. Komponen Strategi
Komponen strategi adalah komponen yang berhubungan dengan implementasi
kurikulum dan berisi pernyataan tentang penataan dan pemanfaatan berbagai hal
untuk pencapaian tujuan pembelajaran, atau untuk pengembangan kompentensi dalam
diri siswa secara efektif dan efisien. Hal-hal tersebut misalnya :
 Karakteristik guru
 Karakteristik siswa
 Tujuan/kompetensi dan isi pembelajaran,
 Sarana dan prasarana pembelajaran,
 Metode dan teknik pembelajaran,
 Lingkungan alam pembelajaran,
 Lingkungan sosial pembelajaran,
4. Komponen Evaluasi
Komponen evaluasi pada kurikulum adalah komponen yang berisi pernyataan
tentang upaya untuk mengetahui tingkat pencapaian pembelajaran, serta efisiensi dan
efektivitas proses pembelajaran. Evaluasi untuk mengetahui tingkat pencapaian
pembelajaran disebut evaluasi hasil, sedangkan evaluasi untuk mengetahui efesiensi
dan efektivitas proses pembelajaran disebut evaluasi proses.
Pada pokoknya terdapat dua acuan dalam komponen evaluasi hasil. Dua acuan
tersebut adalah acuan patokan dan acuan norma. Pada acuan patokan, keberhasilan
siswa dalam belajar ditentukan oleh pencapaian standar yang telah ditetapkan terlebih
dahulu. Sedangkan acuan norma, keberhasilan belajar siswa ditentukan oleh posisi
siswa dalam nilai rata-rata kelas.
2.4 Sejarah Perkembangan Kurikulum
Pada awalnya kurikulum terbentuk pada tahun 1947,yang diberi nama
Rencana Pemeblajaran 1947. Yang man kurikulumini pada saat itu meneruskan
kurikulum yang sudah di gunakan oleng Belanda karena pada saat itu masih dalam
proses perjuangan merebut kemerdekaan. Kemudian pada tahun 1952 munculah
kurikulum baru dimana kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang di
sebut dengan Rencana Pemelajaran Terurai 1952,lalu setelah itu muculah kurikulum
baru lainnya sepeti kurikulum 1975, kurikulum 1984, kurikulum1994dan suplemen
kurikulum 1999sampai dengan kurikulum 2013. Perkembangan kurikulum sebagai
suatu disiplin ilmu dewasa ini berkembang secara pesat, baik secara teoritis maupun
praktis. Jika dahulu kurikulum tradisional lebih banyak terfokus pada mata pelajaran
dengan sistem penyampaian penuangan, maka sekarang kurikulum lebih banyak
diorientasikan pada dimensi-dimensi baru, sperti kecakapan hidup, pengembangan
diri, pembangunan ekonomi dan industri, era globalisasi dengan berbagai
permasalahannya, politik, bahkan dalam praktiknya telah menyentuh dimensi
teknologi terutama teknologi informasi dan komunikasi. Disiplin ilmu kurikulum
harus membuka diri terhadap kekuatan-kekuatan eksternal yang dapat memengaruhi
dan menentukan arah dan intensitas proses pengembangan kurikulum. (Zainal Arifin,
2011)
Dalam dunia pendidikan, salah satu kunci untuk menentukan kualitas lulusan
adalah kurikulum pendidikannya. Karena pentingnya maka setiap kurun waktu
tertentu kurikulum selalu dievaluasi untuk kemudian disesuaikan dengan dimensi-
dimensi baru seperti yang telah diungkapkan diatas.Tidak dapat dipungkiri bahwa
perkembangan teknologi, pengetahuan dan metode belajar semakin lama semakin
maju pesat. Oleh karena itu, tidak mungkin dalam suatu instansi pendidikan tetap
mempertahankan kurukulum lama; hal ini dikhwatirkan akan mengakibatkan suatu
instansi sekolah tidak dapat sejajar dengan sekolah-sekolah yang lain. Ilmu
pengetahuan dan teknologi berkembang begitu pesat. Sementara di sisi lain, prioritas
kebijakan nasional ikut berubah. Begitu pun pola pembiayaan pendidikan sertakondisi
sosial, termasuk perubahan pada tuntutan profesi serta kebutuhan dan keinginan
pelanggan. Semua itu ikut memberikan dorongan bagi penyelenggara pendidikan
untuk selalu melakukan proses perbaikan, modifikasi, dan evaluasi pada kurikulum
yangdigunakan.
Di dalam proses pengendalian mutu, kurikulum merupakan perangkat yang
sangat penting karena menjadi dasar untuk menjamin kompetensi keluaran dari proses
pendidikan. Kurikulum harus selalu diubah secara periodik untuk menyesuaikan
dengan dinamika kebutuhan pengguna dari waktu ke waktu.
Dalam perjalanan sejarah sebelum kemerdekaan, kurikulum sering dijadikan
alat politik oleh pemerintah. Misalnya, ketika Indonesia masih di bawah penjajahan
Belanda dan Jepang, kurikulum harus disesuaikan dengan kepentingan politik kedua
negara tersebut. Bahkan ketika pemerintah Jepang berkuasa, kurikulum sekolah
diubah sesuai dengan kepentingan politiknya yang bersemangatkan kemiliteran dan
kebangunan Asia Timur Raya. Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945,
kurikulum sekolah diubah dan disesuaikan dengan kepentingan politik bangsa
Indonesia yang dilandasi oleh nilai-nilai luhur bangsa sebagai cerminan masyarakat
Indonesia.
Pasca kemerdekaan, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami
perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006
dan 2013. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan
sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan
bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu
dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di
masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama,
yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan
pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya. Pembaharuan kurikulum perlu
dilakukan mengingat kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan harus
menyesuaikan dengan perkembangan masyarakat yang senantiasa berubah dan terus
berlangsung.
2.5 Permendikbud Tahun 2016 (No. 20,21,23,24 Th 2016)
1. Permendikbud Nomor 20 tahun 2016
Permendikbud No. 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan
Pendidikan Dasar dan Menengah yang digunakan sebagai acuan utama
pengembangan standar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan,standar
pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar
pengelolaan, dan standar pembiayaan. Dengan diberlakukanya Peraturan Menteri
ini, maka Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013
Tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
2. Permendikbud Nomor 21 tahun 2016
Permendikbud No. 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan
Menengah yang memuat tentang Tingkat Kompetensi dan Kompetensi Inti sesuai
dengan jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Kompetensi Inti meliputi sikap
spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan ketrampilan. Ruang lingkup materi yang
spesifik untuk setiap mata pelajaran dirumuskan berdasarkan Tingkat Kompetensi
dan Kompetensi Inti untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang
dan jenis pendidikan tertentu. Dengan diberlakukannya Peraturan Menteri ini,
maka Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 64 Tahun 2013 tentang
Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku.
3. Permendikbud Nomor 22 tahun 2016
Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar
dan Menengah yang merupakan kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada
satuan pendidikan dasar dan satuan pendidikan dasar menengah untuk mencapai
kompetensi lulusan. Dengan diberlakukanya Peraturan Menteri ini, maka
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar
Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku.
4. Permendikbud Nomor 23 tahun 2016
Permendikbud No. 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan yang
merupakan kriteria mengenai lingkup, tujuan, manfaat, prinsip, mekanisme,
prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik yang digunakan
sebagai dasar dalam penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar
dan pendidikan menengah. Dengan diberlakukannya Peraturan Menteri ini, maka
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang
Standar Penilaian Pendidikan dan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 104 Tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik Pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.
5. Permendikbud Nomor 24 tahun 2016
Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti (KI) dan
Kompetensi Dasar (KD) Pelajaran pada Kurikulum 2013 ini maka ketentuan yang
mengatur tentang Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, Muatan Pembelajaran
dalam Struktur Kurikulum, Silabus, Pedoman Mata Pelajaran, dan Pembelajaran
Tematik Terpadu sebagaimana diatur dalam Permendikbud No. 57 Tahun 2014
tentang Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, Permendikbud No.
58 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah, Permendikbud No. 59 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah, dan Permendikbud No. 60 Tahun 2014 tentang
Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan,
dicabut dan dinyatakan secara syah tidak berlaku.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Simpulan dari makalah ini adalah
3.1.1 Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang di
berikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan
pembelajaran yang akan di berikan kepada peserta pembelajaran dalam suatu
periode jenjang pendidikan .
3.1.2 Konsep kurikulum dalam arti luas atau modern tidak hanya mencakup tentang
rencana pembelajaran saja. Akan tetapi juga mencakup tentang segala sesuatu
yang nyata yang terjadi dalam proses pendidikan di sekolah, baik di dalam
ataupun di luar kelas. Maka kurikulum bisa diartikan juga sebagai entitas
pendidikan yang mengatur tentang kegiatan intrakulikuler dan ekstrakulikuler.
3.1.3 prinsip pengembangan kurikulum adalah pertimbangan-pertimbangan mendasar
yang bersifat khusus dalam pengembangan kurikulum, yang dimana prinsip itu
pada dasarnya merupakan kaidah yang menjiwai kurikulum tersebut.
3.1.4 Komponen adalah bagian yang integral dan fungsional yang tidak terpisahkan
dari suatu sistem kurikulum karena komponen itu sendiri mempunyai peranan
dalam pembentukan sistem kurikulum. Sebagai sebuah sistem, kurikulum
mempunyai komponen-komponen. Seperti halnya dalam sistem manapun,
kurikulum harus mempunyai komponen lengkap dan fungsional baru bisa
dikatakan baik. Sebaliknya kurikulum tidak dikatakan baik apabila didalamnya
terdapat komponen yang tidak lengkap sekarang dipandang kurikulum yang
tidak sempurna.
3.1.5 Pasca kemerdekaan, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami
perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004,
2006 dan 2013. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya
perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat
berbangsa dan bernegara.
3.2 Saran
Setelah memepelajari tetang hakikat, konsep , prinsip,komponen, sejarah
pengembangan kurikulum dan pendikbud tahun 2016 (No.,21,22,23,24 tahun
2016)diharapkan dapat menbah wawasan pembaca mengenai pengembangan
kkurikulm. Sehingga pembaca bisa dengan mudah memahami kurikulum itu sendiri
dalm dunia pendidika.
DAFTAR PUSTAKA
1
Sukmadinata, Nana Syaodih Sukmadinata. 1997. Pengembangan Kurikulum Teori dan
Praktek. Bandung : Remaja Rosdakarya.
2
Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.
3
Lias Hasibuan, Kurikulum dan Pemikiran Pendidikan (Jakarta: Gaung Persada, 2010).
4
Abdulloh, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, Yogyakarta, Ar-ruzz Media, 2010,
hlm.51
5
Arifin Zainal,(2011), Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, Bandung : PT Remaja
Rosdakarya
6
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum; Teori dan Praktik. Bandung:
Remaja Rosdakarya. 2010.
7
Dakin, Prof. Dr. H. (2004). Perencanaan & Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Rineka
Cipta.

Anda mungkin juga menyukai