Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KURIKULUM PAI DI SEKOLAH


(MATERI PEMBELAJARAN KURIKULUM PAI DI SEKOLAH)
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
PAI
Dosen Pembimbing : Bapak Ahmac Munib, S.Pd , M.SI

Disusun oleh:

AQLUL FAQIH AL-MAKHI (22106011295)

AHMAD ANGGA BINA YARONI (22106011314)

KHABIB ALWI MUTOHAR (22106011306)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
2021/2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufiq, hidayah serta inayah-Nya kepada kita, sehingga kita dapat
menyelesaikan tugas makalah mata kuliah KURIKULUM PAI ini dengan judul
“MATERI PEMBELAJARAN PAI DI SEKOLAH”. Sholawat serta salam
tetaplah tercurahkan pada nabi agung kita nabi Muhammad SAW. Semoga kita
dapat syafaat-Nya di yaumul qiyamah nanti.
Selanjutnya dalam pembuatan makalah ini kami sadar pasti banyaklah
kesalahan dan ketidaksempurnaan dalam penulisan makalah. Oleh karena itu,
kami mohon kritik dan saran kepada teman-teman khususnya pada dosen
pengampu yaitu Nur Rois, M.Pd.I untuk membantu proses kesempurnaan makalah
ini. Sehingga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya untuk
kami penulis. Umumnya untuk semua rekan-rekan yang membaca. Amin.

Brabo, 29 mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 1

1.3 Tujuan Masalah ....................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3

2.1 Pengertian Kurikulum Pendidikan Islam ...................................................... 3

2.2 Karakteristik Kurikulum Islami .................................................................... 6

2.3 Pengembangan Kurikulum PAI .................................................................... 8

2.4 Perodisasi Pengembangan Kurkulum Pendidikan Islam.............................. 9

BAB III PENUTUP............................................................................................... 13

3.1KESIMPULAN ............................................................................................ 13

3.2 Kritik dan Saran .......................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada umumnya agama seseorang ditentukan oleh pendidikan, pengalaman,
dan latihan-latihan yang dilaluinya pada masa kecilnya. Seseorang yang pada
waktu kecilnya tidak mendapatkan pendidikan agama, maka pada masa
dewasanya nanti ia tidak akan merasakan pentingnya agama dalam hidupnya.
Lain halnya dengan orang yang pada masa kecilnya mempunyai pengalaman-
pengalaman agama, misalnya Ibu dan Bapaknya orang yang beragama,
lingkungan sosial dan kawan-kawannya juga hidup menjalankan agama,
ditambah pula dengan pendidikan agama di rumah, masyarakat, dan sekolah
secara sistematis. Maka, dengan sendirinya orang tersebut akan mempunyai
kecenderungan kepada hidup dalam aturan beragama, terbiasa menjalankan
ibadah, takut melangkahi larangan-larangan agama, dan dapat merasakan betapa
nikmatnya hidup beragama.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, dapat kami rumuskan permasalahan
yang akan dibahas sebagai berikut :

A. Apa Pengertian Kurikulum Pendidikan Islam ?


B. Bagaimana Karakteristik Kurikulum Islami ?
C. Bagaimana Pengembangan Kurikulum PAI ?
D. Bagaimana Periodesasi Pengembangan Kurikulum Pada Masa Rasulallah ?
E. Bagaimana Periodesasi Pengembangan Kurikulum Pada Masa Khulafa Al -
Rasyidin ?
1.3 Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuannya adalah sebagai berikut :

A. Untuk Mengetahui Kurikulum Pendidikan Islam


B. Untuk Mengetahui Karakteristik Kurikulum Islami
C. Untuk Mengetahui Pengembangan Kurikulum PAI

1
D. Untuk Mengetahui Periodesasi Pengembangan Kurikulum Pada Masa
Rasulallah
E. Bagaimana Periodesasi Pengembangan Kurikulum Pada Masa Khulafa Al -
Rasyidin

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kurikulum Pendidikan Islam
Istilah kurikulum (Curriculhum) berasal dari bahasa latin. Kata curir
bermakna pelari dan curere memiliki makna tempat berpacu. Pada
awalnya, kedua Istilah tersebut digunakan dalam dunia olahraga. Pada saat
itu kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang
pelari mulai dari start sampai finis untuk memperoleh medali/
penghargaan. Kemudian, pengertian tersebut diterapkan dalam dunia
pendidikan menjadi sejumlah mata pelajaran (subject) yang harus
ditempuh oleh seorang siswa dari awal sampai akhir program pelajaran
untuk memperoleh penghargaan dalam bentuk ijazah. Pengertian
kurikulum selama ini masih mengacu pada konsep kurikulum Barat, dalam
pengertian, teorinya diambil dari sana. Al Quran dan Al-Hadis bukanlah
buku sains, bukanlah filsafat atau mistik. Al-Quran berisi pokok-pokok
ajaran agama. Oleh karena itu, akan sia-sia jika mencari teori kurikulum
dalam Al-Quran atau Hadis. Berdasarkan Al-Quran dan Hadis tersebut,
para pakar Pendidikan muslim menyusun wawasan mereka tentang
kurikulum. Akan tetapi, sampai saat ini para pakar Pendidikan muslim
belum ada yang menulis kurikulum dengan terperinci dan sistematis
seperti para penulis Barat. Hal ini bukan berarti para ahli pendidikan
muslim tidak memiliki wawasan sama sekali tentang kurikulum.
Dikatakan demikian, karena jelas tatkala mereka menyusun program
pendidikan untuk madrasah-madrasah yang didirikan, kita telah
menemukan susunan mata pelajaran serta kegiatan yang menggambarkan
wawasan mereka tentang kurikulum. Dalam bahasa Arab, kata kurikulum
biasa diungkapkan dengan manhaj yang berarti jalan terang yang dilalui
oleh manusia pada berbagai bidang kehidupan, sedangkan kurikulum
pendidikan (manhaj al-dirosah) dalam kamus Tarbiyah adalah seperangkat
perencanaan dan media yang dijadikan acuan oleh lembaga pendidikan
dalam mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan.

3
Glenys G. Unruh dan Adolph Unruh dalam Mulyani Soemantri (1988:)
mendefinisikan kurikulum sebagai suatu rencana tentang tujuan dan isi dari
apa yang dipelajari dan di dalamnya terdapat antisipasi hasil-hasil pengajaran,
sedangkan pengajaran adalah proses penyampaian kurikulum dan penyediaan
lingkungan belajar bagi peserta didik. William H. dalam Mulyani Soemantri
mengemukakan beberapa batasan berkenaan dengan kurikulum.

1. Kurikulum sebagai Subject Matter atau Content


Dalam hal ini kurikulum disamakan pengertiannya dengan mata
pelajaran yang diajarkan. Pengertian kurikulum paling tradisional yang
berakar pada anggapan kuno, mengenai liberal art yang biasa membaginya
atas trivium (grammar, rethoric, dan dialectic) dan quadtrivium (arithmetic,
geometry, dan music). Mata pelajaran dalam hal ini dipandang sebagai
pengalaman orang tua atau orang pandai pada masa lalu yang telah disusun
secara sistematis, artinya menurut urutan tertentu, logis dapat diterima oeh
akal dan pikiran. Dengan demikian, kurikulum adalah sejumlah mata
pelajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh
sejumlah pengetahuan.

2. Kurikulum sebagai Program of Planned Activities


Kurikulum sebagai perencanaan, pandangan ini dikemukakan oleh
Saylor Alexander & Lewis (1981). Pandangan yang komprehensif tentang
semua kegiatan yang direncanakan untuk disampaikan kepada peserta didik
mencakup scope daan sequence, interpretasi, dan keseimbangan subject
matter, jenis- jenis motivasi, teknik-teknik mengajar, dan sebagainya yang
dapat direncanakan terlebih dahulu. Kurikulum sebagai perencanaan
pembelajaran adalah suatu programn Pendidikan yang disediakan untuk
membelajarkan siswa atau dengan kata lain menyediakan lingkungan bagi
siswa untuk memberikan kesempatan belajar. Oleh sebab itu, Suatu kurikulum
dirancang sedemikian rupa, dalam arti kurikulum tidak hanya terbatas pada
sejumlah mata pelajaran saja, melainkan meliputi segala sesuatu yang dapat
memengaruhi Perkembangan siswa seperti Bangunan Sekolah, Alat Pelajaran,
Perlengkapan Perpustakaan, Gambar – gambar, Halaman sekolah dan lain lain

4
yang pada gilirannya menyediakan kemungkinan siswanya bejalar dengan
efektif.

3. Kurikulum sebagai Experiences (Pengalaman)


Menurut pandangan modern, kurikulum bukan hanya rencana
pengajaran atau bidang studi, tetapi merupakan semua yang secara nyata
terjadi dalam proses pembelajaran. Pandangan

ini bertolak dari sesuatu yang actual---yang nyata yang terjadi di sekolah
dalam proses belajar mengajar. Dalam pendidikan, kegiatan yang dilakukan
siswa dapat memberikan pengalaman, seperti berkebun, olahraga, pramuka,
PMR, dan pergaulan selain mempelajari bidang studi. Semuanya itu
merupakan pengalaman belajar yang bermanfaat sehingga pandangan modern
berpendapat bahwa semua pengalaman belajar adalah kurikulum.

4. Kurikulum sebagai Cultural Production


Ada sebagian orang berpendapat bahwa kurikulum merupakan refleksi
kebudayaan. Sekolah berfungsi untuk memproduk kebudayaan dan nilai-nilai
untuk generasi penerus. Hal ini merupakan tugas para pendidik apakah
keterampilan, pengetahuan, dan apresiasi terhadap budaya ditransfer ke dalam
kurikulum untuk disampaikan kepada anak atau tidak.

5. Pandangan tentang kurikulum ini menuntut sekolah untuk menyediakan


agenda tentang pengetahuan dan nilai-nilai yang membimbing peserta didik
untuk memperbaiki masyarakat dan lembaga- lembaga kebudayaan dan
kegiatan-kegiatan yang mendukungnya.

Tujuan Pendidikan agama Islam adalah sebagai berikut


1. Tercapainya manusia seutuhnya, karena Islam itu adalah agama yang
sempurna sesuai dengan fiman-Nya: (Q.S. Al-Māidah [5]: 3). Pada hari ini telah
Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan nikmat-Ku
bagimu, dan telah Kurida-i Islam itu menjadi Agama bagimu
2. Tercapainya kebahagiaan dunia dan akhirat, merupakan tujuan yang
seimbang, seperti disebutkan dalam AI-Quran: (Q.S. Al-Baqarah [21: 201) Di
antara mereka ada yang berkata, Ya Tuhan kami berikanlah kepada kami

5
kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa api
neraka.
3. Menumbuhkan kesadaran manusia mengabdi, dan takut kepada- Nya sesuai
dengan fiman Allah Swt. (Q.S. Az Zariyat [51]: 56) Tidaklah Aku ciptakan jin
dan manusia kecuali untuk mengabdi kepada-Ku

2.2 Karakteristik Kurikulum Islami


Tiap jenis kurikulum mempunyai ciri/karakteristik termasuk pendidikan
agama Islam.

Ab durrahman An-Nahlawi (1983:196) menjelaskan bahwa kurikulum Islami


harus memenuhi beberapa ketentuan. Ketentuan tersebut adalah sebagai
berikut.

Pertama, memiliki sistem pengajaran dan materi yang selaras dengan fitrah
manusia serta bertujuan untuk menyucikan manusia,memelihara dari
penyimpangan, dan menjaga keselamatan fitrah manusia .

Kedua, harus mewujudkan tujuan pendidikan 1slam, yaitu memurmikan


ketaatan dan peribadatan hanya kepada Allah. Kurikulum Islam yang disusun
pun harus menjadi landasan kebangkitan Islam, baik dalam aspek intelektual,
pengalaman, fisikal, maupun sosial.

Ketiga, harus sesuai dengan tingkatan pendidikan baik dalam hal


karakteristik, usia, tingkat pemahaman, jenis kelamin, serta tugas-tugas
kemasyarakatan yang telah dirancang dalam kurikulum.

Keempat, memperhatikan tujuan-tujuan masyarakat yang realistis,


menyangkut penghidupan dan bertitik tolak dari keislaman yang ideal, Seperti
merasa bangga menjadi umat Islam. Hal lain yang harus menjadi perhatian
adalah pelayanan kesehatan, jaminan keamanan, perkantoran, kebudayaan,
atau aspek-aspek hasil peradaban lainnya.

Kelima, tidak bertentangan dengan konsep-konsep Islam, mengacu pada


kesatuan Islam, dan selaras dengan integrasi psikologis yang telah Allah
ciptakan untuk manusia serta selaras dengan kesatuan pengalaman yang

6
hendak diberikan kepada anak didik, baik yang berhubungan dengan sunah,
kaidah, sistem maupun realitas alam sehingga terjalin hubungan yang
hamonis antara berbagai bidang ilmu.

Keenam, harus realistis sehingga dapat diterapkan selaras dengan


kesanggupan negara yang hendak menerapkannya sesuai dengan tuntutan dan
kondisi negara itu sendiri. Ketujuh, harus memilih metode yang elastis
sehingga dapat diadaptasikan ke dalam berbagai kondisi, lingkungan, dan
keadaan tempat ketika kurikulum itu ditetapkan. Yang tak kalah pentingnya
adalah kurikulum itu harus selaras dengan berbagai respons sehingga sesuai
dengan perbedaan individu.

Kedelapan, harus efektif, dapat memberikan hasil pendidikan yang bersifat


behavioristik, dan tidak meninggalkan dampak emosional yang meledak-
ledak dalam diri generasi muda. Pada dasarnya kurikulum islami memiliki
kelebihan berupa metode pendidikan yang sahih dan berdampak jauh ke
depan serta memiliki berbagai kegiatan islami yang

berhasil dan tersaji dengan jelaş,

Kesembilan, harus sesuai dengan berbagai tingkatan usia anak didik. Untuk
semua tingkatan dipilih bagian materi kurikulum yang sesuai dengan
kesiapan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik. Dalam hal ini
yang paling penting adalah tingkat penguasaan bahasa yang dicapai oleh
anak. Hal ini memerlukan studi psikologi islami yang berhubungan dengan
karakteristik psikologis, fase-fase perkembangan, serta perkembangan
kesiapan dan kemampuan generasi muda muslim.

Kesepuluh, memperhatikan aspek pendidikan tentang segi-segi perilaku yang


bersifat aktivitas langsung, seperti berjihad, dakwah Islam, serta
pembangunan masyarakat muslim dalam lingkungan persekolahan sehingga
kegiatan ini dapat mewujudkan seluruh rukun Islam dan syiarnya, metode
pendidikan dan pengajarannya, serta etika dalam kehidupan siswa secara
individu dan sosial. Pada dasarnya, pendidikan dan peradaban Islam tidak
mengenal ilmu yang terkotak-kotak. Bagaimanapun slam merupakan

7
kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisah sehingga Islam menganggap seluruh
ilmu yang bersumber darinya senantiasa berfungsi untuk menjelaskan dan
memelihara syariat Islam.

Dengan demikian, bagaimanapun jenis kurikulum yang digunakan, dalam


kegiatan belajar mengajar (kurikulum proyek, terpusat, terpadu, dan terikat)
yang terpenting adalah dalam pelaksanaan dan keberhasilannya, kurikulum
tersebut disempurnakan atau dilengkapi dengan berbagai aktivitas walaupun
hanya berperan sebagai pelengkap.

2.3 Pengembangan Kurikulum PAI


Pendidikan Islam adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk
pribadi muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia baik
yang berbentuk jasmaniah maupun rohaniah, menumbuhsuburkan hubungan
harmonis setiap pribadi dengan Allah, mausia dan alam semesta. Dengan
demikian, pendidikan Islam itu berupaya untuk mengembangkan individu
sepenuhnya, maka sudah Sewajarnyalah untuk dapat memahami hakikat
pendidikan Islam itu bertolak dari pemahaman terhadap konsep manusia
menurut Islam AL-Quran meletakkan kedudukan manusia sebagai Khalifah
Allah di bumi (Al-Baqarah: 30). Esensi makna Khalifah adalah orang yang
diberi amanah oleh Allah untuk memimpin alam. Dalam hal ini manusia
bertugas untuk memelihara dan memantaatkan alam guna mendatangkan
kemaslahatan bagi manusia.

Agar manusia dapat melaksanakan fungsinya sebagai khalifah Secara


maksimal, maka sudah semestinyalah manusia itu memiliki potensi yang
menopangnya untuk terwujudnya jabatan khalifah tesebut. Potensi tersebut
meliputi potensi jasmani dan rohani. Potensi jasmani meliputi seluruh organ
jasmaniah yang berwujud nyata, sedangkan potensi rohaniah bersifat spiritual
yang terdiri dari fitrah, roh, kemauan bebas, dan akal. Manusia itu memiliki
potensi yang meliputi badan, akal, dan roh. Ketiga-tiganya persis segitiga
yang sama panjang sisinya. Selanjutnya, Zakiah Daradjat mengemukakan
bahwa potensi spiritual manusia meliputi dimensi: akidah, akal, akhlak,

8
perasaan (hati), keindahan, dan dimensi sosial. Selain itu, AlQuran
menjelaskan juga tentang potensi rohaniah lainnya, yakni al-Qalb, 'Aqlu An
Ruh, anNafs. Dengan bermodalkan potensi yang dimilikinya itulah manusia
merealisasi fungsinya sebagai khalifah Allah di bumi yang bertugas untuk
memakmurkannya.

Proses pengembangan kurikulum pendidikan agama Islam Islam harus


didasarkan pada asumsi tentang hakikat manusia, hakikat masyarakat, dan
hakikat pendidikan itu sendiri. Keberadaan manusia di dunia ini bukan
kemauan sendiri, atau hasil proses evolusi alami, melainkan kehendak Yang
Maha Kuasa Allah Swt. Dengan demikian, manusia dalam hidupnya
mempunyai ketergantungan kepada-Nya. Manusia tidak bisa lepas dari
ketentuanNya, dan sebagai makhluk, manusia berada pada posisi lemah
(terbatas) dalam arti tidak bisa menolak, menentang, atau merekayasa yang
sudah dipastikan-Nya. Karena tujuan pendidikan secara umum adalah untuk
memanusiakan manusia.

2.4 Perodisasi Pengembangan Kurkulum Pendidikan Islam


1. Kurikulum Pendidikan Islam Masa Rasulullah Saw.(12 SH-11 H/611-632 M)

Mengidentifikasi kurikulum pendidikan Islam pada zaman Rasulullah saw


terasa sulit sebab Rasul mengajar pada madrasah kehidupan yang luas tanpa
dibatasi dinding kelas. Rasul memanfaatkan berbagai kesempatan yang
mengandug nilai-nilai pendidikan.

Rasul menyampaikan ajarannya di mana saja, seperti di rumah, di masjid, di


jalan, dan di tempat-tempat lainnya, bahkan di atas kendaraan/unta pun
dimanfaatkan Rasul untuk mengajar. Pendidikan Islam pada masa Rasulullah
dapat dibedakan menjadi dua periode, yaitu periode Makkah dan periode
Madinah .

Pada periode Makkah, yaitu sejak Muhammad Saw. Diutus menjadi Rasul
hingga hijrah ke Madinah (611-622 H.), sistem pendidikan Islam lebih
bertumpu kepada Nabi sebab selain Nabi tidak ada yang mempunyai otoritas

9
untuk menentukan materi-materi pendidikan Islam. Materi pengajaran yang
diberikan hanya berkisar pada ayat-ayat Makkiyah sejumlah 93 surat dan
petunjuk-petunjuknya yang dikenal dengan sebutan sunnah dan Hadis. Pada
umumnya materi ayat-ayat Makkiyah dan dan Hadis Nabi itu menerangkan
tentang kajian keagamaan yang menitikberatkan pada keimanan (teologi),
ibadah, dan akhlak. Materi keimanan, seperti beriman kepada Allah, para
rasul-Nya, dan hari akhir. Materi ibadah, yaitu salat. Zakat sendiri ketika itu
belum menjadi materi pendidikan, karena zakat pada masa itu lebih dipahami
sebagai sedekah kepada fakir miskin dan anak yatim. Materi akhlak bertujuan
agar manusia dapat bertingkah laku mulia dan menjauhi tingkah laku jahat.
Kata-kata tauhid, ibadah, dan akhlak belum menjadi nama mata pelajaran
atau bidang studi. Adapun materi-materi sains belum dijadikan mata
pelajaran. Nabi ketika itu hanya memberikan dorongan untuk memperhatikan
kejadian manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan alam raya.

Pada periode Madinah (1-11 H./622-632 M.), upaya pendidikan yang


dilakukan Nabi pertama-tama membangun lembaga masjid. Melalui lembaga
masjid ini, Nabi memberikan pendidikan Islam.Dia memperkuat persatuan di
kalangan kaum muslimin dan mengikis hasbis sisa-sisa permusuhan, terutama
antara warga Anshar ikiswarga Muhajirin.

Pada periode kedua ini, ayat ayat Al-Quran yang diterima sebanyak 22 surat,
sepertiga dari isi AI-Quran. Pada umumnya, materi pendidikan Islam berkisar
pada bidang keimanan ibadah, akhlak, kesehatan jasmani, dan pengetahuan
kemasyarakatan.

Materi keimanan mempertegas materi keimanan yang disampaikan di


Makkah. Materi ibadah seperti salat, zakat, puasa, dan haji. Pendidikan
akhlak lebih menekankan pada penguatan basis mental yang telah dilakukan
pada periode Makkah. Pendidikan kesehatan jasmani lebih ditekankan pada
penerapan nilai-nilai yang dipahami dari amaliah ibadah, seperti makna
wudu, zakat, dan haji, sedangkan pendidikan yang terkait dengan
kemasyarakatan meliputi sosial, ekonomi, politik, dan hukum. Masyarakat
diberi pendidikan oleh Rasul tentang kehidupan berumah tangga, warisan,

10
hukum perdata-pidana, perdagangan, dan kenegaraan. Metode yang
dikembangkan oleh Nabi dalam bidang keimanan adalah tanya jawab dengan
penghayatan yang mendalam dan didukung oleh bukti-bukti yang rasional
dan ilmiah. Batasan rasional dan ilmiah di sini dipahami menurut
kemampuan berpikir orang yang diajak berdialog. Materi ibadah biasanya
disampaikan dengan menggunakan metode demonstrasi dan peneladanan
sehingga masyarakat mudah mengikutinya, sedangkan pada bidang akhlak,
Nabi menitikberatkan pada metode peneladanan. Nabi tampil dalam
kehidupan sebagai orang yang memiliki kemuliaan dan keagungan, baik
dalam ucapan maupun perbuatan.

2. Kurikulum Pendidikan Islam Masa Khulafa al-Rasyidin (632-661 M/12-41


H)

Sistem pendidikan Islam pada masa Khulafa al-Rasyidin dilakukan secara


mandiri, tidak dikelola oleh pemerintah, kecuali pada masa Khalifah Umar
bin al-Khathab yang turut campur pada dalam menambahkan materi
kurikulum pada lembaga kuttab.Para sahabat yang memiliki pengetahuan
keagamaan membuka majelis pendidikan masing-masing. Pusat pendidikan
pada masa Khulafah al-Rasyidin tidak hanya di Madinah, tetapi menyebar
diberbagai kota, seperti kota Makkah dan Madinah (Hijaz), kota Basrah dan
Kufah (lrak), kota Damsyiq dan Palestina (Syam),dan kota Fistat (Mesir). Di
daerah-daerah itu, pendidikan Islam berkembang dengan pesat.

Materi pendidikan Islam yang diajarkan pada masa Khalifah al-Rasyidin


sebelum masa Umar bin Khathab, untuk pendidikan dasar:

(a) membaca dan menulis,

(b) membaca dan menghafal Al-Quran,

(c) pokok-pokok Agama Islam, seperti cara wudu, salat,puasa, dan


sebagainya. Ketika Umar bin Khathab diangkat menjadi khalifah, ia
menginstruksikan kepada penduduk kota agar anak-anak diajari

11
(a) berenang,

(b) mengendarai unta,

(c) memanah,

(d) membaca dan menghafal syair-syair yang mudah dan peribahasa,


sedangkan materi pendidikan pada tingkat menengah dan tinggi terdiri dari

(a) Al-Quran dan Tafsirnya, (b)hadis dan pengumpulannya, dan

(c) Fiqih (tasyri').

12
BAB III
PENUTUP
3.1KESIMPULAN
Jadi kesimpulan di atas Pengertian kurikulum selama ini masih mengacu pada
konsep kurikulum Barat, dalam pengertian, teorinya diambil dari sana. Al
Quran dan Al-Hadis bukanlah buku sains, bukanlah filsafat atau mistik. Al-
Quran berisi pokok-pokok ajaran agama. Oleh karena itu, akan sia-sia jika
mencari teori kurikulum dalam Al-Quran atau Hadis. Berdasarkan Al-Quran
dan Hadis tersebut, para pakar Pendidikan muslim menyusun wawasan
mereka tentang kurikulum. Akan tetapi, sampai saat ini para pakar Pendidikan
muslim belum ada yang menulis kurikulum dengan terperinci dan sistematis
seperti para penulis Barat. Hal ini bukan berarti para ahli pendidikan muslim
tidak memiliki wawasan sama sekali tentang kurikulum.

William H. dalam Mulyani Soemantri mengemukakan beberapa batasan


berkenaan dengan kurikulum.

1. Kurikulum sebagai Subject Matter atau Content


2. Kurikulum sebagai Program of Planned Activities
3. Kurikulum sebagai Experiences (Pengalaman)
4. Kurikulum sebagai Cultural Production
3.2 Kritik dan Saran
Kita sebagai calon pendidik harus mengerti tentang perkembangan kurikulum
dan sejarah perkembangan kurikulum pendidikan islam dari periode
Rasulallah sampai sekarang.

13
DAFTAR PUSTAKA
- Derajat, Zakiyah. 2009. Ilmu Pendidikan islam. Jakarta : Bumi
Aksara.
- Majid, Abdul. 2011. Perencanaan pembelajaran. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya. 2006. Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
- Miller, John. P, dan Seller W. 1985. Curriculum perspective and
Paratice, NEW York & London: Logman.

14

Anda mungkin juga menyukai