Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KETERKAITAN KEDUDUKAN KURIKULUM DALAM PEMBELAJARAN


Dosen : Dr. SURASNI M.Pd.

Disusun Oleh :
Kelompok VI

1. SUKRISTINA ()
2. WAHYUNI ()
3. WINDA WIDIA SEPTIANA (201011600106)

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI


UNIVERSITAS PAMULANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya lah kami
dapat menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya. Makalah“PENDIDIKAN
KARAKTER” disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah pembangunan
kurikulum pembelajaran pendidikan ekonomi.
Seperti yang telah kita ketahui “Pendidikan Karakter” itu sangat penting bagi anak
bangsa dari mulai dini. Semua akan dibahas pada makalah ini kenapa Pendidikan Karakter
itu sangat dibutuhkan dan layak dijadikan sebagai materi pelajaran.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna
kesempurnaan makalah ini Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga para pembaca
dapat mengambilmanfaat dan pelajaran dari makalah.

Tangerang, 28 September 2022

Kelompok VI
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………………………......i
Daftar Isi………………………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………………......iii
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………...………..iii
C. Tujuan Penulisan…………………………………………………………………...…iii
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum………………………………………………………….……..iv
B. Keterkaitan Kedudukan Kurikulum Dalam Pembelajaran….…………………….…..iv
C. Peran dan posisi kurikulum dalam Pendidikan…………………………………….…iv
D. Fungsi kurikulum dalam Pendidikan…………………………………………………iv
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………………………v
Daftar Pustaka………..…………………………………………………………………...…vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pembentukan suatu organisasi yaitu untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Begitu pula dengan salah satu organisasi yang sangat besar seperti dunia persekolahan
dalam tingkat nasional. Untuk mencapai tujuan pendidikan maka harus dibuat
rancangan untuk mencapai tujuan tersebut agar dalam pelaksanaannya terorganisir
dan terarah. Oleh karena itulah kita mengenal yang namanya kurikulum.

Kurikulum merupakan salah satu bagian penting terjadinya suatu proses


pendidikan. Karena suatu pendidikan tanpa adanya kurikulum akan kelihatan
amburadul dan tidak teratur. Hal ini akan menimbulkan perubahan dalam
perkembangan kurikulum, khususnya di Indonesia. Kurikulum merupakan salah satu
alat untuk mencapai tujuan pendidikan, dan sekaligus digunakan sebagai pedoman
dalam pelaksanaan proses belajar mengajar pada berbagai jenis dan tingkat sekolah.

Kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan


pendidikan di sekolah bagi pihak-pihak yang terkait. Selain sebagai pedoman, bagi
siswa kurikulum memiliki enam fungsi, yaitu: fungsi penyesuaian, fungsi
pengintegrasian, fungsi diferensiasi, fungsi persiapan, fungsi pemilihan, dan fungsi
diagnostik.

Kurikulum dipersiapkan dan dikembangkan untuk mencapai tujuan


pendidikan, yakni mempersiapkan peserta didik agar mereka dapat hidup di
masyarakat. Makna dapat hidup di masyarakat itu memiliki arti luas, yang bukan saja
berhubungan dengan kemampuan peserta didik untuk menginternalisasi nilai atau
hidup sesuai dengan norma-norma masyarakat akan tetapi juga pendidikan harus
berisi tentang pemberian pengalaman agar anak dapat mengembangkan
kemampuannya sesuai dengan minat dan bakat mereka. Dengan demikian dalam
sistem pendidikan kurikulum merupakan komponen yang sangat penting, sebab di
dalamnya bukan hanya menyangkut tujuan dan arah pendidikan saja akan tetapi juga
pengalaman belajar yang harus dimilki setiap siswa serta bagaimana mengorganisasi
pengalaman itu sendiri.

Kedudukan kurikulum ini sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan


pendidikan. Mengingat pentingnya peranan kurikulum di dalam pendidikan dan
dalam perkembangan kehidupan manusia,
Dan selain itu Pembelajaran bukanlah hal yang mudah dan remeh untuk dilaksanakan
harus ada konsep tertentu sebagai sarana pembelajaran dan harus mampu memberikan
pengalaman yang berguna dan bermakna bagi siswa dikehidupan selanjutnya.

Pembelajaran tersebut harus membutuhkan perencanaan yang matang sebagai


acuan pelaksaan kegiatan agar tujuan lebih terarah. Rencana kegiatan ini digunakan
sebagai acuan pelaksaan kegiatan siswa sesuai tahap perkembangan dan usia. Tahap
perkembangan yang sesuai usia siswa dapat diambil dari berbagai indicator yang ada
dalam kurikulum.

Kurikulum yang ada dalam pendidikan secara umum telah mengalami


berbagai perubahan dari waktu kewaktu, program pembelajaran telah diwarnai
reformasi kurikulum dalam kurun waktu 34 tahun telah melahirkan berbagai jenis dan
pendekatan kurikulum. Selama kurun waktu tersebut, sudah mengalami beberapa kali
perubahan dan perbaikan kurikulum.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kurikulum
2. Bagaimana keterkaitan kedudukan kurikulum dalam pembelajaran
3. Bagaimana Peran dan posisi kurikulum dalam pendidikan
4. Bagaimana Fungsi kurikulum dalam pendidikan

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian kurikulum
2. Untuk mengetahui keterkaitan kedudukan kurikulum dalam pembelajaran
3. Untuk mengetahui Peran dan posisi kurikulum dalam pendidikan
4. Untuk mengetahui Fungsi kurikulum dalam pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum

Secara etimologi, kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa Yunani, yaitu


curir yang artinya “pelari” dan curere yang berarti “tempat berpacu”. Itu berarti istilah
kurikulum berasal dari dunia olah raga pada zaman Yunani Kuno di Yunani, yang
mengandung pengertian suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari garis start
sampai finish, kemudian di gunakan oleh dunia pendidikan.
Secara terminologi, istilah kurikulum digunakan dalam dunia pendidikan, yaitu
sejumlah pengetahuan atau kemampuan yang harus ditempuh atau diselesaikan siswa
guna mencapai tingkatan tertentu secara formal dan dapat dipertanggung jawabkan.
Para ahli mengartikan kurikulum itu yaitu:

1. Menurut Nasution, “Kurikulum adalah suatu rencana yang disusun untuk


melancarkan proses belajar mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab
sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya.”
2. Menurut Harsono (2005), kurikulum merupakan gagasan pendidikan yang
diekpresikan dalam praktik. Dalam bahasa latin, kurikulum berarti track atau jalur
pacu. Saat ini definisi kurikulum semakin berkembang, sehingga yang dimaksud
kurikulum tidak hanya gagasan pendidikan tetapi juga termasuk seluruh program
pembelajaran yang terencana dari suatu institusi pendidikan.
3. John Dewey 1902;5, kurikulum dapat diartikan sebagai pengajian di sekolah
dengan mengambil kira kandungan dari masa lampau hingga masa kini.
Pembentukan kurikulum menekankan kepetingn dan keperluan masyarakat.
4. Frank Bobbit 1918, kurikulum dapat diartikan keseluruhan pengalaman, yang tak
terarah dan terarah, terumpu kepada perkembangan kebolehan individu atau satu
siri latihan pengalaman langsung secara sadar digunakan oleh sekolah untuk
melengkapi dan menyempurnakan pendedahannya. Konsep beliau menekankan
kepada pemupukan perkembangan individu melalui segala pengalaman termasuk
pengalaman yang dirancangkan oleh sekolah.
5. Hilda Taba ; 1962, kurikulum sebagai a plan for learning, yakni sesuatu yang
direncanakan untuk dipelajari oleh siswa. Sementara itu, pandangan lain
mengatakan bahwa kurikulum sebagai dokumen tertulis yang memuat rencana
untuk peserta didik selama di sekolah.
6. Menurut Saylor J. Gallen & William N. Alexander dalam bukunya “Curriculum
Planning” menyatakan Kurikulum adalah “Keseluruhan usaha sekolah untuk
mempengaruhi belajar baik berlangsung dikelas, dihalaman maupun diluar
sekolah”.
Jadi, kurikulum itu merupakan suatu usaha terencana dan terorganisir untuk
menciptakan suatu pengalaman belajar pada siswa dibawah tanggung jawab sekolah
atau lembaga pendidikan untuk mencapai suatu tujuan. Pengertian kurikulum secara
luas tidak hanya berupa mata pelajaran atau kegiatan-kegiatan belajar siswa saja tetapi
segala hal yang berpengaruh terhadap pembentukan pribadi anak sesuai dengan tujuan
pendidikan yang diharapkan.

Kurikulum dimaksudkan untuk dapat mengarahkan pendidikan menuju arah


dan tujuan kegiatan pembelajaran secara menyeluruh komponen kurikulum yaitu :
a. Komponen tujuan
b. Komponen isi/materi
c. Komponen media (sarana dan prasarana)
d. komponen strateg
e. Komponen proses belajar mengajar
f. Evaluasi (penilaian)

Adapun Kurikulum yang pernah berlaku diindonesia adalah:

1. Kurikulum 1947

Bentuknya memuat 2 hal pokok: a. daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya, b.
Garis-garis besar pengajaran.

2. Kurikulum 1952

Bentuknya memuat 5 hal pokok berikut: a. Pendidikan pikiran harus dikurangi, b. Isi
pelajaran harus dihubungkan dengan kesenian, c. Pendidikan watak, d. Pendidikan
jasmani, dan e. Kewarganegaraan Masyarakat.

3. Rencana Kurikulum 1964 dan Kurikulum 1964

Bentuknya memuat 5 hal pokok berikut: a. Manusia Indonesia berjiwa Pancasila, b.


ManPower, c. Kepribadian Kebudayaan Nasional yang luhur, d. Ilmu dan teknologi
yang tinggi, dan e. Pergerakan rakyat dan revolusi.
Rencana Pendidikan 1964 melahirkan Kurikulum 1964 yang menitik beratkan pada
pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral, yang kemudian dikenal
dengan istilah pancawardhana.

4. Kurikulum 1968

Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan
pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani,
mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan
keyakinan beragama.

5. Kurikulum 1975
Adapun ciri-ciri lebih lengkap kurikulum ini adalah sebagai berikut:

a. Berorientasi pada tujuan

Menganut pendekatan integratif dalam arti bahwa setiap pelajaran memiliki arti dan
peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan-tujuan yang lebih integratif.
Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.
Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan Prosedur

b. Pengembangan Sistem

Instruksional (PPSI). Sistem yang senantiasa mengarah kepada tercapainya tujuan


yang spesifik, dapat diukur dan dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa.
Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus respon
(rangsang-jawab) dan latihan (drill).

6. Kurikulum 1984

Adapun ciri umum kurikulum ini adalah sebagai berikut:


a. Berorientasi kepada tujuan instruksional.
b. Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar siswa
aktif (CBSA).
c. Materi pelajaran dikemas dengan nenggunakan pendekatan spiral.
d. Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan.
e. Menggunakan pendekatan keterampilan proses.

7. Kurikulum 1994

Adapun ciri umum dari kurikulum ini adalah sebagai berikut:

a. Sifat kurikulum objective based curriculum


b. Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan.
c. Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat
(berorientasi kepada materi pelajaran/isi).
d. Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem
kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia.
e. Dalam pelaksanaan kegiatan, guru menggunakan strategi yang melibatkan siswa
aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial.

8. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004

Depdiknas mengemukakan karakteristik KBK ialah sebagai berikut.

a. Menekankan pada ketercapaian komoetensi siswa baik secara individual maupun


klasikal.
b. Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman
c. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatann dan metode
bervariasi.
d. Sumber belajar bukan hanya guru tetapi juga sumber belajar lainnya yang
memenuhi unsure edukatif.
e. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya poenguasaan
atau pencapaian suatu kompetensi.

9. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006

Guru memiliki otoritas dalam mengembangkan kurikulum secara bebas dengan


memperhatikan karakteristik siswa dan lingkungan di sekolahnya.

10. Kurikulum 2013

Ada empat aspek yang harus diberi perhatian khusus dalam rencana implementasi dan
keterlaksanaan kurikulum 2013.

1. Kompetensi guru dalam pemahaman substansi bahan ajar, yang menyangkut


metodologi pembelajaran, yang nilainya pada pelaksanaan uji kompetensi guru
(UKG) baru mencapai rata-rata 44,46
2. Kompetensi akademik di mana guru harus menguasai metode penyampaian ilmu
pengetahuan kepada siswa.
3. Kompetensi sosial yang harus dimiliki guru agar tidak bertindak asocial kepada
siswa dan teman sejawat lainnya.
4. Kompetensi manajerial atau kepemimpinan karena guru sebagai seorang yang
akan digugu dan ditiru siswa.

Kesiapan guru sangat urgen dalam pelaksanaan kurikulum ini. Kesiapan guru
ini akan berdampak pada kegiatan guru dalam mendorong mampu lebih baik dalam
melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan apa yang telah
mereka peroleh setelah menerima materi pembelajaran.

Perbedaan Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013

Kurikulum 2006 atau KTSP adalah sebuah kurikulum operasional pendidikan


yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan di
Indonesia. Kurikulum 2013 merupakan suatu kurikulum yang dibentuk untuk
mempersiapkan lahirnya generasi emas bangsa Indonesia dengan sistem di mana
siswa lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar (KBM).

Kurikulum 2013 sudah diimplementasikan pada tahun pelajaran 2013/2014


pada sekolah-sekolah tertentu (terbatas). Kurikulum 2013 diluncurkan secara resmi
pada tanggal 15 Juli 2013. Sesuatu yang baru tentu mempunyai perbedaan dengan
yang lama. Begitu pula kurikulum 2013 mempunyai perbedaan dengan KTSP. Berikut
ini adalah perbedaan kurikulum 2013 dan KTSP :
NO KURIKULUM 2013 KTSP 2006
1. SKL (Standar Kompetensi Lulusan) Standar Isi ditentukan terlebih dahulu
ditentukan terlebih dahulu, melalui melaui Permendiknas No 22 Tahun
Permendikbud No 54 Tahun 2013. 2006. Setelah itu ditentukan SKL
Setelah itu baru ditentukan Standar (Standar Kompetensi Lulusan) melalui
Isi, yang Kurikulum, yang Permendiknas No 23 Tahun 2006
dituangkan bebentuk Kerangka
Dasar dalam Permendikbud No 67,
68, 69, dan 70 Tahun 2013
2. Aspek kompetensi lulusan ada lebih menekankan pada aspek
keseimbangan soft skills dan hard pengetahuan
skills yang meliputi aspek
kompetensi sikap, keterampilan, dan
pengetahuan
3. lebih menekankan pada aspek di jenjang SD Tematik Terpadu untuk
pengetahuan kelas I-III
4. Jumlah jam pelajaran per minggu Jumlah jam pelajaran lebih sedikit dan
lebih banyak dan jumlah mata jumlah mata pelajaran lebih banyak
pelajaran lebih sedikit dibanding dibanding Kurikulum 2013
KTSP
5. Proses pembelajaran setiap tema di Standar proses dalam pembelajaran
jenjang SD dan semua mata terdiri dari Eksplorasi, Elaborasi, dan
pelajaran di jenjang Konfirmasi
SMP/SMA/SMK dilakukan dengan
pendekatan ilmiah (saintific
approach), yaitu standar proses
dalam pembelajaran terdiri dari
Mengamati, Menanya, Mengolah,
Menyajikan, Menyimpulkan, dan
Mencipta.
6. TIK (Teknologi Informasi dan TIK sebagai mata pelajaran
Komunikasi) bukan sebagai mata
pelajaran, melainkan sebagai media
pembelajaran
7. Standar penilaian menggunakan Penilaiannya lebih dominan pada
penilaian otentik, yaitu mengukur aspek pengetahuan
semua kompetensi sikap,
keterampilan, dan pengetahuan
berdasarkan proses dan hasil.
8. Pramuka menjadi ekstrakuler wajib Pramuka bukan ekstrakurikuler wajib
9. Pemintan (Penjurusan) mulai kelas Penjurusan mulai kelas XI
X untuk jenjang SMA/MA
10. BK lebih menekankan BK lebih pada menyelesaikan masalah
mengembangkan potensi siswa siswa

Itulah beberpa perbedaan Kurikulum 2013 dan KTSP. Walaupun kelihatannya


terdapat perbedaan yang sangat jauh antara Kurikulum 2013 dan KTSP, namun
sebenarnya terdapat kesamaan ESENSI Kurikulum 2013 dan KTSP. Misal
pendekatan ilmiah (Saintific Approach) yang pada hakekatnya adalah pembelajaran
berpusat pada siswa. Siswa mencari pengetahuan bukan menerima pengetahuan.

Pendekatan ini mempunyai esensi yang sama dengan Pendekatan


Keterampilan Proses (PKP). Masalah pendekatan sebenarnya bukan masalah
kurikulum, tetapi masalah implementasi yang tidak jalan di kelas. Bisa jadi
pendekatan ilmiah yang diperkenalkan di Kurikulum 2013 akan bernasib sama dengan
pendekatan-pendekatan kurikulum terdahulu bila guru tidak paham dan tidak bisa
menerapkannya dalam pembelajaran di kelas.

B. Keterkaitan Kedudukan Kurikulum Dalam Pembelajaran

Kurikulum memegang peranan yang sangat penting dalam dunia pendidikan.


Kurikulum dianggap sebagai ruh dan proses pembelajaran dianggap sebagai tubuh.
Kurikulum memiliki posisi yang sangat sentral dalam proses pendidikan, bahkan
kurikulum menjadi tempat kembali seluruh kebijakan-kebijakan pendidikan yang
dilakukan oleh pihak menejemen sekolah atau pemerintah.

Kedudukan kurikulum dalam kegiatan administratif sekolah memegang


peranan yang sangat penting (strategis). Akan tetapi, kurikulum tidak akan
memberikan imbas apapun ketika tidak direalisasikan dengan tatalaksana yang baik,
tepat, dan cermat di sekolah. Baik
disini, pengertiannya adalah adanya pengorganisasian yang tertata rapi serta
pelaksanaan kurikulum benar-benar dilaksanakan dan dihayati oleh seluruh warga
sekolah. Istilah tepat merujuk pada tepat sasaran. Aplikasi kurikulum haruslah sesuai
dengan keadaan latar belakang kemampuan peserta didik. Cermat mengandung arti
adanya ketelitain dalam pelaksaan kurikulum serta adanya evaluasi kurikulum.

Kurikulum memiliki peran yang sangat penting dalam interaksi pendidikan


formal. Kurikulum menjadikan segala sesuatu yang disampaikan oleh pendidik
menjadi lebih berencana, sistematis, dan lebih disadari. Tidak kalah penting,
kurikulum juga berfungsi sebagai pedoman dan pegangan segala proses pendidikan.
Sebagai pedoman, Kurikulum memiliki empat komponen utama, yakni tujuan, bahan
ajar, metode-alat, dan penilaian.

Pendidikan berintikan interaksi antara pendidik dengan peserta didik dalam


upaya membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi
pendidikan dapat berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah ataupun
masyarakat. Dalam lingkungan keluarga, interaksi pendidikan terjadi antara orang tua
sebagai pendidik dan anak sebagai peserta didik. Interaksi ini berjalan tanpa rencana
tertulis.

Dalam lingkungan masyarakat pun terjadi berbagai bentuk interaksi


pendidikan, dari yang sangat formal yang mirip dengan pendidikan disekolah dalam
bentuk kursus-kursus, sampai dengan yang kurang formal seperti ceramah, serasehan,
dan pergaulan kerja. Gurunya juga bervariasi dari yang memiliki latar belakang
pendidikan khusus sebagai guru, sampai dengan yang melaksanakan tugas sebagai
pendidik karena pengalaman, kurikulumnya juga bervariasi. Dari yang memiliki
kurikulum formal dan tertulis sampai dengan rencana pelajaran yang hanya ada pada
pikiran penceramah atau moderator serasehan.

Secara umum fungsi kurikulum adalah sebagai alat untuk membantu peserta
didik mengembangkan pribadinya ke arah tujuan pendidikan. Kurikulum merupakan
aspek yang mempengaruhi peserta didik di sekolah, termasuk guru dan sarana serta
prasarana lainnya. Kurikulum sebagai program belajar bagi siswa, disusun secara
sistematis dan logis. Kurikulum diberikan oleh sekolah untuk mencapai tujuan
pendidikan. Sebagai program belajar, kurikulum adalah niat, rencana dan harapan.

Dari hal-hal yang diuraikan itu, dapat ditarik kesimpulan berkenaan dengan
pendidikan formal. Pertama, pendidikan formal memiliki rancangan pendidikan atau
kurikulum tertulis yang tersusun secara sistematis, jelas dan rinci. Kedua,
dilaksanakan secara formal, terencana, ada yang mengawasi dan menilai. Ketiga,
diberikan oleh pendidik atau guru yang memiliki ilmu dan ketrampilan khusus dalam
bidang pendidikan. Keempat, interaksi pendidikan berlangsung dalam lingkungan
tertentu, dengan fasilitas dan alat serta aturanaturan permainan tertentu pula.

Pendidikan formal memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan


pendidikan informal dalam lingkungan keluarga. pertama, pendidikan formal
disekolah memiliki lingkup isi pendidikan yang lebih luas, bukan hanya berkenaan
dengan pembinaan segisegi moral tetapi juga ilmu pengetahuan dan ketrampilan.
Kedua, pendidikan disekolah dapat memberikan pengetahuan yang lebih tinggi, lebih
luas dan mendalam. Ketiga, karena memiliki rancangan atau kurikulum secara formal
dan tertulis, pendidikan disekolah dilaksanakan secara berencana, sistematis, dan
lebih disadari. Karena yang memiliki rancangan atau kkurikulum formal dan tertulis
adalah pendidikan disekolah.

Telah diuraikan sebelumnya, bahwa adanya rancangan atau kurikulum formal


dan tertulis merupakan ciri utama pendidikan disekolah. Dengan kata lain, kurikulum
merupakan syarat mutlak bagi pendidikan disekolah. Kalau kurikulum merupakan
syarat mutlak, hal itu berarti bahwa kurikulum merupakn bagian yang tak terpisahkan
dari pendidikan atau pengajaran. Dapat kita bayangkan, bagaimana bentuk
pelaksanaan suatu pendidikan atau pengajaran disekolah yang tidak memiliki
kurikulum.

Kurikulum mengarahkan segala betuk aktivitas pendidikan demi tercapainya


tujuantujuan pendidikan. Menurut Mauritz Johnson kurikulum juga merupakan suatu
rencana pendidikan, memberikan pedoman dan pengangan tentang jenis, lingkup, dan
urutan isi, serta proses pendidikan. Disamping itu kurikulum juga merupakan suatu
bidang studi, yang ditekuni oleh para ahli atau spesialis kurikulum, yang menjadi
sumber konsep-konsep atau pemberian landasan-landasan teoritis bagi pengembangan
kurikulum berbagai institusi pendidikan. Dalam lingkungan sekolah pasti memiliki
kurikulum. Pengajaran yang direncanakan, terstruktur. Guru sebagai pendidik di
sekolah telah dipersiapkan secara formal dalam lembaga pendidikan guru. Sehingga
peran guru dalam pengembangan kurikulum juga sangat penting.

Berhubungan dengan itu, posisi kurikulum dalam pendidikan yakni:


1. Kurikulum memiliki posisi sentral dalam seluruh proses pendidikan.
Kurikulum dimaksudkan sebagai arah, pedoman, atau sebagai rambu-
rambu dalam pelaksanaan proses pembelajaran (belajar mengajar).
Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi
tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.
2. Kurikulum merupakan suatu rencana pendidikan memberikan pedoman
dan pegangan tentang jenis, lingkup, dan urutan isi, serta proses
pendidikan.
3. Kurikulum merupakan suatu bidang studi, yang ditekuni oleh para ahli
atau spesialis kurikulum, yang menjadi sumber konsep-konsep atau
memberikan landasan-landasan teoritis bagi pengembangan kurikulum
berbagai institusi pendidikan.

Kedudukan kurikulum dapat dilihat dari sistem pendidikan itu sendiri,


pendidikan sebagai sistem tentu memiliki berbagai komponen yang saling
berhubungan dan saling ketergantungan, komponen-komponen pendidikan itu antara
lain adalah tujuan pendidikan, kurikulum pendidik, peserta didik, lingkungan, sarana
dan pra sarana, manajemen, serta teknologi. berdasarkan komponen-komponen ini
jelas bahwa kurikulum mempunyai kedudukan-kedudukan tersendiri dalam sistem
pendidikan nasional .

Dalam Undang-Undang tentang sistem pendidikan nasional, bab X tentang


kurikulum pasal 36 dikemukakan bahwa :
ayat (1): pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional
pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
ayat (2): kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan
prinsip diverifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik.
ayat (3): kurikulum disusun sesuai jenjang pendidikan dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan peningkatan iman dan taqwa,
peningkatan akhlak mulia, peningkatan potensi, kecerdasan dan minat peserta didik,
keragaman potensi daerah dan lingkungan, tuntutan pembangunan daerah dan
nasional, tuntutan dunia kerja, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni,
agama, dinamika perkembangan global dan persatuan nasional serta nilai-nilai
kebangsaan.

C. Peran Dan Posisi Kurikulum Dalam Pendidikan

Sebagai salah satu bagian dalam sistem pendidikan yang telah direncanakan
secara
sistematis, kurikulum tentunya memiliki peranan yang sangat penting bagi kegiatan
pendidikan yang sedang dilaksanakan. Apabila dianalisis sifat dari masyarakat dan
kebudayaan dengan sekolah sebagai institusi sosial dalam menjalankan operasinya
maka dapat ditentukan paling tidak kurikulum memiliki tiga peran, yaitu peran
konservatif, peran kritis atau peran evaluatif, dan peranan kreatif. Ketiga peranan ini
sangat penting dan perlu dilaksanakan secara seimbang. Dalam bahasan kali ini akan
dijelaskan secara singkat peranan kurikulum tersebut.

1. Peran Konservatif

Salah satu tugas dan peranan sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan adalah
mewariskan nilai–nilai dan budaya masyarakat kepada generasi muda yakni siswa.
Siswa perlu memahami dan menyadari norma–norma dan pandangan hidup
masyarakatnya, sehingga ketika mereka kembali ke masyarakat, mereka dapat
menjunjung tinggi dan berperilaku sesuai dengan norma–norma tersebut, dengan
demikian, sekolah sebagai suatu lembaga sosial dapat mempengaruhi dan
membina tingkah laku siswa sesuai dengan berbagai nilai sosial yang ada dalam
masyarakat, sejalan dengan peranan pendidikan sebagai suatu proses sosial. Salah
Peran konservatif kurikulum adalah melestarikan berbagai nilainilai budaya
sebagai warisan masa lalu serta mentransmisikan dan menafsirkan warisan sosial
budaya tersebut pada generasi muda. Dikaitkan dengan era globalisasi sebagai
akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang memungkinkan mudahnya
pengaruh budaya asing dan menggerogoti budaya lokal, maka peran konservatif
dalam kurikulum memiliki arti yang sangat penting. Melalui peran konservatifnya,
kurikulum berperan dalam menangkal berbagai pengaruh yang dapat merusak
nilai–nilai luhur masyarakat, sehingga keajegan dan identitas masyarakat akan
tetap terpelihara dengan baik.

2. Peran Kreatif

Sekolah tidak hanya bertanggung jawab dalam mewariskan nilai–nilai masa


lampau, tetapi juga bertanggung jawab dalam mewariskan hal–hal baru sesuai
dengan tuntutan zaman. Sebab, pada kenyataannya masyarakat tidak bersifat
statis, akan tetapi dinamis yang selalu mengalami perubahan. Dalam rangka inilah
kurikulum mengalami peran kreatif. Kurikulum berperan dalam melakukan
berbagai kegiatan kreatif dan konstruktif, dalam artian menciptakan dan
menyusun suatu hal yang baru sesuai dengan kebutuhan masyarakat dimasa
sekarang dan masa mendatang

3. Peran Kritis dan Evaluatif

Kebudayaan senantiasa mengalami perubahan dan perkembangan. Apakah setiap


nilai dan budaya lama harus diwariskan kepada setiap anak didik? Apakah setiap
nilai dan budaya baru yang sesuai dengan perkembangan zaman juga harus
dimiliki oleh setiap anak didik? Tentu saja tidak. Tidak setiap nilai dan budaya
lama harus tetap dipertahankan, sebab terkadang nilai dan budaya lama itu sudah
tidak sesuai dengan tuntutan dan perkembangan budaya masyarakat; demikian
pula adakalanya nilai dan budaya baru itu tidak sesuai dengan nilai–nilai lama
yang masih relevan dengan keadaaan dan tuntutan zaman. Dengan demikian,
kurikulum berperan untuk menyeleksi nilai dan budaya mana yang perlu
dipertahankan, dan nilai atau budaya baru mana yang harus dimiliki anak didik.
Dalam rangka inilah peran kritis dan evaluatif kurikulum diperlukan. Kurikulum
harus berperan dalam menyeleksi dan mengevaluasi segala sesuatu yang dianggap
bermanfaat untuk kehidupan anak didik, kurikulum turut aktif berpartisipasi dalam
kontrol sosial dan memberi penekanan pada unsur berpikir kritis. Nilai–nilai sosial
yang tidak sesuai lagi dengan keadaaan dimasa mendatang dihilangkan, serta
diadakan modifikasi dan perbaikan. Dengan demikian, kurikulum harus
merupakan pilihan yang tepat atas dasar kriteria tertentu.

Dalam sistem pendidikan nasional, kita mengenal tiga komponen utama, yakni
(1) peserta didik, (2) guru, dan (3) kurikulum. Dalam proses belajar mengajar, ketiga
komponen tersebut terdapat hubungan yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan
yang lain. Tanpa peserta didik, guru tidak akan dapat melaksanakan proses
pembelajaran. Tanpa guru para siswa juga tidak akan dapat secara optimal belajar.
Tanpa kurikulum, guru pun tidak akan mempunyai bahan ajar yang akan diajarkan
kepada peserta didik.

Pendidikan dalam lingkungan sekolah lebih bersifat formal, guru sebagai


pendidik disekolah telah dipersiapkan secara formal dalam lembaga pendidikan guru.
Ia telah mempelajari ilmu, keterampilan dan seni sebagai guru. Ia telah dibina untuk
memiliki kepribadian sebagai pendidik. Guru melaksanakan tugasnya sebagai
pendidik dengan rencana dan persiapan yang matang. Mereka mengajar dengan tujuan
yang jelas, bahan-bahan yang telah disusun secara sistematis dan rinci, dengan cara
dan alat-alat yang telah dipilih dan dirancang secara cermat.

Kurikulum merupakan salah satu komponen penting dalam pembelajaran.


Karena kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan yang hendak dicapai oleh suatu
program, bidang studi dan mata ajaran dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan
nasional. Sehingga kurikulum dapat dikatakan sebagai syarat mutlak bagi pendidikan.
Hal ini berarti bahwa kurikulum merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
pendidikan atau
pembelajaran.

Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan kurikulum sebagai suatu sistem


keseluruhan memiliki komponen-komponen yang saling berkaitan antara satu dengan
yang lain yakni: tujuan, materi, metode, organisasi dan evaluasi, komponen-
komponen tersebut, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama menjadi
dasar utama dalam upaya mengembangkan sistem pembelajaran. Kurikulum juga
merupakan suatu rencana pendidikan, memberi pedoman dan pegangan tentang jenis,
lingkup, dan urutan isi, serta proses pendidikan. Disamping kedua fungsi itu,
Kurikulum juga merupakan suatu bidang studi, yang ditekuni oleh para ahli atau
spesialis kurikulum, yang menjadi sumber konsep-konsep atau memberikan landasan-
landasan teoritis bagi pengembangan kurikulum berbagai institusi pendidikan.
Dengan berpedoman pada kurikulum interaksi antara guru dan siswa akan
berlangsung. Interaksi ini tidak berlangsung ruang hampa, tetapi selalu terjadi dalam
lingkungan tertentu, yang mencangkup antara lain lingkungan fisik, alam, sosial,
budaya, ekonomi, politik, dan religi.

D. Fungsi kurikulum dalam pendidikan

Fungsi kurikulum bagi sekolah yang bersangkutan adalah sebagai alat untuk
mencapai tujuan pembelajaran, yang dalam kurikulum berbasis kompetensi (KBK)
disebut sebagai standar kompetensi, kurikulum merupakan pedoman untuk mengatur
kegiatan- kegiatan yang akan diselenggarakan oleh sekolah di bawah ini akan
dijelaskan berbagai macam fungsi kurikulum.

Fungsi kurikulum secara umum sebagai berikut :


1. Kurikulum sebagai rencana. kegiatan belajar mengajar atau rencana pembelajaran
dikembangkan berdasarkan suatu tujuan yang ingin dicapai.
2. Kurikulum sebagai pengaturan. pengaturan dalam kurikulum dapat diartikan
sebagai pengorganisasian materi atau isi pelajaran pada arah horizontal dan
vertikal, pengorganisaian pada arah horizontal berkaitan dengan lingkup dan
integrasi sedamgkan pengorganisasian pada arah vertikal berkaitan dengan urutan
dan kontinuitas.
3. Kurikulum sebagai cara. pemilihan metode mengajar erat hubungannya dengan
sifat materi pelajaran atau praktikum dan alat penguasaan yang ingin dicapai.
4. Kurikulum sebagai pedoman. kurikulum sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran harus memiliki kejelasan tentang gagasan-gagasan dan
tujuan yang hendak dicapai melalui penerapan kurikulum.
Selain itu, kurikulum juga berfungsi bagi kepentingan-kepentingan yang lain, di
antaranya:
1. Fungsi kurikulum dalam rangka mencapai tujuan pendidikan adalah sebagai
alat atau usaha untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan
meliputi:
a. Tujuan nasional (pendidikan nasional).
b. Tujuan institusional (lembaga/institusi).
c. Tujuan kurikuler (bidang studi).
d. Tujuan instruksional (penjabaran dari tujuan kurikuler).

2. Fungsi kurikulum bagi peserta didik, Kurikulum sebagai organisasi disiapkan


bagi peserta didik sebagai salah satu konsumsi pendidikan mereka. Dengan
demikian diharapkan peserta didik akan mendapat sejumlah pengalaman baru
yang kelak dapat dikembangkan seirama dengan perkembangan anak, guna
melengkapi bekal hidupnya.

3. Fungsi kurikulum bagi pendidik.


a. Sebagai pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisir
pengalaman belajar para peserta didik.
b. Sebagai pedoman dalam mengadakan evaluasi terhadap perkembangan
peserta didi dalam rangka menyerap sejumlah pengalaman yang
diberikan.

4. Fungsi kurikulum bagi orang tua.


a. Agar orang tua dapat membantu usaha sekolah dalam memajukan
peserta didik (putranya).
b. Mengetahui pengalaman belajar yang diperlukan peserta didik
(putranya).
c. Ikut berpartisipasi membimbing peserta didik (putranya).

5. Fungsi kurikulum bagi sekolah dan tingkatan di atasnya.


a. Pemeliharaan keseimbangan proses pendidikan. Dapat dilakukan bila:
1. Bila sebagian dari kurikulum sekolah tersebut telah diajarkan
pada sekolah yang berada di bawahnya, maka sekolah dapat
meninjau kembali perlu/tidaknya bagian tersebut diajarkan lagi.
2. Bila kecakapan-kecakapan tertentu yang dibutuhkan untuk
mempelajari kurikulum suatu sekolah belum diajarkan pada
sekolah yang berada di bawahnya, sekolah dapat
mempertimbangkan untuk memasukkan program mengenai
kecakapan-kecakapan tersebut ke dalam kurikulum
b. Penyiapan tenaga baru.

6. Fungsi kurikulum bagi masyarakat dan pemakai lulusan sekolah.


a. Ikut memberikan bantuan guna memperlancar pelaksanaan program
pendidikan yang membutuhkan kerjasama dengan pihak orang
tua/masyarakat.
b. Ikut memberikan kritik/saran yang membangun dalam rangka
penyempurnaan program pendidikan di sekolah agar lebih serasi
dengan kebutuhan masyarakat dan lapangan kerja.

7. Fungsi Kurikulum Bagi Pengawas (supervisor)


Bagi para pengawas, fungsi kurikulum dapat dijadikan sebagai pedoman,
patokan, atau ukuran dan menetapkan bagaimana yang memerlukan
penyempurnaan atau perbaikan dalam usaha pelaksanaan kurikulum dan
peningkatan mutu pendidikan.

Kurikulum sebagai alat dalam pendidikan memiliki berbagai macam fungsi


dalam pendidikan yang sangat berperan dalam kegunannya. Fungsi Kurikulum
adalah sebagai berikut.

a. Fungsi Penyesuaian (the adjustive or adaptive function: Kurikulum


berfungsi sebagai penyesuain adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri
dengan perubahan yang terjadi dilingkungannya karna lingkungan bersifat
dinamis artinya dapat berubah-ubah.
b. Fungsi Integrasi (the integrating function) : Kurikulum berfungsi sebagai
penyesuain mengandung makna bahwa kurikulum merupakan alat
pendidikan yang mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utut yang
dapat dibutuhkan dan berintegrasi di masyarakat.
c. Fungsi Diferensiasi (the diferentiating function) : Kurikulum berfungsi
sebagai diferensiansi adalah sebagai alat yang memberikan pelayanan dari
berbagai perbedaan disetiap siswa yang harus dihargai dan dilayani.
d. Fungsi Persiapan (the propaeduetic function): Kurikulum berfungsi
sebagai persiapan yang mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan mampu mempersiapkan siswa kejenjang selanjutnya dan juga
dapat mempersiapkan diri dapat hidup dalam masyarakat, jika tidak
melanjukan pendidikan.
e. Fungsi Pemilihan (the selective function) : Kurikulum berfungsi sebagai
pemilihan adalah memberikan kesempatan bagi siswa untuk menentukan
pilihan program belajar yang sesuai dengan minat dan bakatnya.
f. Fungsi Diagnostik (the diagnostic function) : Kurikulum sebagai
diagnostik mengandung makna bahwa kurikulum adalah alat pendidikan
yang mampu mengarahkan dan memahami potensi siswa serta kelemahan
dalam dirinya. Jika telah memahami potensi dan mengetahui
kelemahannya, maka diharapkan siswa dapat mengembangkan potensi dan
memperbaiki kelemahannya.
KESIMPULAN

1. Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang di rencanakan, di programkan, dan


di rancang sedemikian rupa secara sistematis yang berisi bahan ajar serta pengalaman
belajar sehingga dalam program pendidikan memiliki arah dan tujuan yang akan di
capai dan dari hasil yang di capai kita dapat merevisi ulang dan mengembangkan
program pendidikan untuk memperoleh hasil yang lebih baik dari sebelumnya
sehingga suatu kurikulum pembelajaran dapat di katakan selalu berubah-ubah sesuai
dengan kebutuhan dan perkembangan pendidikan di Indonesia.

2. Dalam Undang-Undang tentang sistem pendidikan nasional, bab X tentang kurikulum


pasal 36 dikemukakan bahwa :

ayat (1): pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional
pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
ayat (2): kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan
prinsip diverifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik.
ayat (3): kurikulum disusun sesuai jenjang pendidikan dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan peningkatan iman dan taqwa,
peningkatan akhlak mulia, peningkatan potensi, kecerdasan dan minat peserta didik,
keragaman potensi daerah dan lingkungan, tuntutan pembangunan daerah dan
nasional, tuntutan dunia kerja, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni,
agama, dinamika perkembangan global dan persatuan nasional serta nilai-nilai
kebangsaan.

3. Kurikulum memiliki peran yang sangat penting dalam interaksi pendidikan formal.
Kurikulum menjadikan segala sesuatu yang disampaikan oleh pendidik menjadi lebih
berencana, sistematis, dan lebih disadari. Tidak kalah penting, kurikulum juga
berfungsi sebagai pedoman dan pegangan segala proses pendidikan. Sebagai
pedoman, Kurikulum memiliki empat komponen utama, yakni tujuan, bahan ajar,
metode-alat, dan penilaian.

4. Fungsi kurikulum secara umum sebagai berikut :


Kurikulum sebagai rencana. kegiatan belajar mengajar atau rencana pembelajaran
dikembangkan berdasarkan suatu tujuan yang ingin dicapai.
Kurikulum sebagai pengaturan. pengaturan dalam kurikulum dapat diartikan sebagai
pengorganisasian materi atau isi pelajaran pada arah horizontal dan vertikal,
pengorganisaian pada arah horizontal berkaitan dengan lingkup dan integrasi
sedamgkan pengorganisasian pada arah vertikal berkaitan dengan urutan dan
kontinuitas.
Kurikulum sebagai cara. pemilihan metode mengajar erat hubungannya dengan sifat
materi pelajaran atau praktikum dan alat penguasaan yang ingin dicapai.
Kurikulum sebagai pedoman. kurikulum sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran harus memiliki kejelasan tentang gagasan-gagasan dan tujuan yang
hendak dicapai melalui penerapan kurikulum.

KATA PENUTUP

Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai KETERKAITAN KEDUDUKAN


KURIKULUM DALAM PEMBELAJARAN yang menjadi bahasan dalam makalah ini,
tentunya banyak kekurangan dan kelemahan kerena terbatasnya pengetahuan kurangnya
rujukan atau referensi yang kami peroleh hubungannya dengan makalah ini Dan kami juga
sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Sekian penutup dari kami sebagai penulis, semoga makalah ini dapat dapat bermanfaat bagi
kita semua. Amin.
DAFTAR PUSTAKA

Munawaroh Dwi. 2016. “Makalah fungsi dan kedudukan kurikulum dalam pendidikan”,
http://dwimunawar.blogspot.com/2016/03/makalah-fungsi-dan-kedudukan-kurikulum.html?
m=1
Maratulhasanah. 2015. “Pengertian kurikulum makalah”,
http://hasanahmukti.blogspot.com/2015/12/pengertian-kurikulum-makalah.html?m=1
Oemar Hamalik, dasar-dasar pengembangan kurikulum, Bandung, PT. remaja rosdakarya,
2013
https://edukasimandiri.blogspot.com/2014/10/makalah-tentang-pengertian-kurikulum.html?
m=1

https://www.google.co.id

Anda mungkin juga menyukai