Anda di halaman 1dari 19

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. 2


DAFTAR ISI ............................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ......................................................................... 1
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum ..................................................................... 3
B. Perspektif Pendidikan Teknologi dan Kejuruan ................................ 6
C. Defini Kurikulum ............................................................................. 10
D. Karakteristik Pendidikan Teknologi dan Kejuruan ........................... 12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang
harus dipenuhi, yang mempunyai tujuan lebih tinggi dari sekedar untuk
hidup, sehingga manusia lebih terhormat dan mempunyai kedudukan yang
lebih tinggi dari pada yang tidak berpendidikan. Pendidikan juga
merupakan suatu unsur yang tidak dapat dipisahkan dari diri manusia.
Mulai dari kandungan sampai beranjak dewasa kemudian tua manusia
mengalami proses pendidikan yang didapatkan dari orang tua, masyarakat,
maupun lingkungannya. Pendidikan bagaikan cahaya penerang yang
berusaha menuntun manusia dalam menentukan arah, tujuan dan makna
kehidupan ini. Manusia sangat membutuhkan pendidikan melalui proses
penyadaran yang berusaha menggali dan mengembangkan potensi dirinya
lewat metode pengajaran atau dengan cara lain yang telah diakui oleh
masyarakat.
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
Nasional menjelaskan bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkaan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara”. Undang-undang SISDIKNAS, Bandung,
Citra Umbara, 2010, . Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting
bagi kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu, pendidikan harus terus
menerus diperbaiki baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak
yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali
mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan
aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep
pandangan hidup mereka.

1
2

Pendidikan teknologi kejuruan adalah pendidikan untuk


menyiapkan dan mengembangkan lulusan yang siap bekerja (kerja
produktif)sesuai dengan bidangnya.dalam rangka upaya untuk
mewujudkan tujuan ini PTK perlu didukung dengan kurikulum yang
dirancang dan dikembangkan dengan memperhatikan kebutuhan dunia
kerja. Oleh karena itu maka calon pendidik perlu mempelajari dan
memahami tentang kurikulum pendidikan teknologi kejuruan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu perspektif pendidikan kejuruan ?
2. Apa definisi kurikulum ?
3. Apa saja karakteristik pendidikan teknologi kejuruan ?

C. Tujuan Penulisan
Ada beberapa tujuan dari penelitian ini, antara lain sebagai berikut :
1. Memahami dan menjelaskan Apa perspektif pendidikan kejuruan
2. Memahami dan menjelaskan definisi kurikulum
3. Me mahami dan menjelaskan karakteristik pendidikan teknologi
kejuruan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum
Pengertian Kurikulum Berdasarkan Etimologis. Secara etimologis
istilah kurikulum yang dalam bahasa Inggris ditulis “curriculum” berasal
dari bahasa Yunani yaitu “curir” yang berarti “pelari”, dan “curere” yang
berarti “tempat berpacu”. Jika dilihat dari arti harfiahnya, istilah
kurikulum tersebut pada awalnya digunakan dalam dunia Olah raga,
seperti bisa diperhatikan dari arti “pelari dan tempat berpacu”. Berawal
dari makna “curir” dan “curere” kurikulum berdasarkan istilah diartikan
sebagai “Jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari mulai dari start
sampai finish untuk memperoleh medali atau penghargaan”. Pengertian
tersebut kemudian diadaptasikan ke dalam dunia pendidikan dan diartikan
sebagai “Sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh seorang siswa
dari awal hingga akhir program demi memperoleh ijazah”. Kurikulum
sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat
strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan.Mengingat pentingnya
peranan kurikulum di dalam pendidikan dan dalam perkembangan
kehidupan manusia, maka dalam penyusunan kurikulum tidak bisa
dilakukan tanpa memahami konsep dasar dari kurikulum
Setiap orang, kelompok masyarakat, atau bahkan ahli pendidikan
dapat mempunyai penafsiran yang berbeda tentang pengertian
kurikulum.Berdasarkan studi yang telah dilakukan oleh banyak ahli, dapat
disimpulkan bahwa pengertian kurikulum dapat ditinjau dari dua sisi yang
berbeda, yakni menurut pandangan lama dan pandangan baru.Pandangan
lama kurikulum diartikan sebagai subject matter atau mata pelajaran,
sedangkan dalam pandangan baru kurikulum diartikan segala aktivitas
kegiatan yang dapat menopang keberhasilan pendidikan, baik secara
langsung maupun tidak langsung.1 Kurikulum dapat diartikan seperangkat
atau sistem rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta

3
4

cara yang digunakan sebagai pedoman untuk menggunakan


aktivitas belajar mengajar. Karena kurikulum dianggap sebagai pedoman
sekolah atau madrasah, maka kurikulum dalam implementasinya
memerlukan beberapa komponen yang terkait dan berhubungan satu sama
lain untuk mencapai tujuan. Adapun komponen kurikulum meliputi :
tujuan, pendidik, peserta didik, isi, prosedur atau strategi, sarana dan
prasarana pendidikan dan dukungan masyarakat. Kurikulum dalam
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 di bagian Bab I Pasal 1 ayat 19
adalahseperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Pengertian kurikulum menurut Murray Print dapat diartikan


sebagai berikut:
a. Kurikulum sebagai Suatu Program Kegiatan Yang Terencana.
Berdasarkan pandangan komprehensif terhadap setiap
kegiatan yang direncanakan untuk dialami seluruh siswa,
kurikulum berupaya menggabungkan ruang lingkup, rangkaian,
interpretasi, keseimbangan subject matter, teknik mengajar,
dan lain-lain yang dapat direncanakan sebelumnya.
b. Kurikulum sebagai Hasil Belajar yang Diharapkan.
Kajian ini menekankan perubahan cara pandang kurikulum, dari
kurikulum sebagai alat (means) menjadi kurikulum sebagai
tujuan atau akhir yang akan dicapai.
c. Kurikulum sebagai Reproduksi Kultural (Cultural Reproduction).
Pengembangan kurikulum semacam ini dimaksudkan untuk
meneruskan nilai-nilai kultural kepada generasi penerus,
melalui lembaga penerus.
d. Kurikulum sebagai Curere.
5

Pandangan yang menekankan pada bentuk kata kerja


kuikulum itu sendiri, yaitu curere.Sebagai pengganti
interpretasi dari etimologi arena pacu atau lomba (race course)
kurikulum, curere merujuk pada jalannya lomba dan
Nmenekankan masing-masing kapasitas individu untuk
mengkonseptualisasi otobiografinya sendiri.2 Masing-
masingindividu berusaha menemukan pengertian (meaning)
ditengah-tengah berbagai peristiwa terakhir yang dialaminya,
kemudian bergerak secara historis ke dalam pengalamannya
sendiri di masa lampau untuk memulihkan dan membentuk
kembali pengalaman semula (to recover and reconstitute the
origins), serta membayangkan dan menciptakan berbagai arah
yang saling bergantungdengan subdivisi-subdivisi pendidikan
lainnya. Menurut Beane, kurikulum yakni bahwa konsep
kurikulum dapat diklasifikasikan ke dalam empat jenis
pengertian yang meliputi:

a. Kurikulum sebagai produk.


Merupakan hasil perencanaan, pengembangan, dan
perekayasaan kurikulum.
b. Kurikulum sebagai program.
Secara esensial merupakan kurikulum yang berbentuk
program program pembelajaran secara riil.
c. Kurikulum sebagai hasil belajar yang ingin dicapai oleh para
siswa. Mendeskripsikan kurikulum sebagai pengetahuan
keterampilan, perilaku, sikap dan berbagai bentuk
pemahaman terhadap mata pelajaran.
d. Kurikulum sebagai pengalaman belajar.
Menempatkan pengalaman belajar sebagai hal yang sanga
penting dalam pembelajaran
6

B. Perspektif Pendidikan Tenologi dan Kejuruan


Pengembangan pendidikan kejuruan/vokasi membutuhkan
kebijakan terbentuknya kerjasama, dukungan dan partisipasi penuh dari
organisasi-organisasi pemerintah dan non pemerintah (baca dunia usaha
dan dunia industri), terbentuk konsensus diantara stakeholder, proaktif dan
tanggap terhadap perubahanperubahan yang terjadi, dan mengadopsi
strategi jangka panjang, tanggap terhadap perubahan lingkungan ekonomi
global, perubahan sistem ekonomi dan politik, dan membumikan budaya
masyarakat setempat
(Gleeson,1998:47; Rau, 1998:78; Bailey, Hughes, &More,
2004;100; Clarke & Winch, 2007:130; Raelin, 2008:46). Pendapat Jobert,
Mary, Tanguy dan Rainbird (1997) dikutip oleh Clarke dan Winch
(2007:4) menyatakan perlunya interkoneksi antara pendidikan dan
pekerjaan. Pendidikan kejuruan membutuhkan partisipasi penuh dunia
usaha dan dunia industri termasuk masyarakat pengguna pendidikan
kejuruan. Dalam perspektif sosial ekonomi pendidikan kejuruan/vokasi
adalah pendidikan ekonomi sebab diturunkan dari kebutuhan pasar kerja,
memberi urunan terhadap kekuatan ekonomi. Pendidikan kejuruan/vokasi
adalah pendidikan untuk mempersiapkan peserta didik untuk memasuki
lapangan kerja. Pendidikan kejuruan/vokasi harus selalu dekat dengan
dunia kerja (Wardiman, 1998:35). Menurut Wardiman (1998:32)
pendidikan kejuruan dikembangkan melihat adanya kebutuhan masyarakat
akan pekerjaan. Peserta didik membutuhkan program yang dapat
memberikan keterampilan, pengetahuan, sikap kerja, pengalaman,
wawasan, dan jaringan yang dapat membantu mendapatkan pekerjaan
yang sesuai dengan pilihan karirnya.
Pendidikan kejuruan melayani tujuan sistem ekonomi, peka
terhadap dinamika kontemporer masyarakat. Pendidikan kejuruan juga
harus adaptif terhadap perubahan-perubahan dan difusi teknologi,
mempunyai kemanfaatan sosial yang luas. Sebagai pendidikan yang
diturunkan dari kebutuhan ekonomi pendidikan kejuruan jelas lebih
7

mengarah pada education for earning a living. Pendidikan kejuruan


berfungsi sebagai penyesuai diri ‖akulturasi‖ dan pembawa perubahan
‖enkulturasi‖. Pendidikan kejuruan mendorong adanya perubahan demi
perbaikan dalam upaya proaktif melakukan penyesuaian diri dengan
perubahan dan mampu mengadopsi strategi jangka panjang. Hampir
semua negara di dunia melakukan reformasi pendidikan kejuruan agar
pendidikan kejuruan relevan dengan kebutuhan dan tuntutan perubahan.
Seperti pemerintahan negara-negara lain di dunia, pemerintah Indonesia
mengharapkan sistem pendidikan dan pelatihan kejuruan dapat
mewujudkan prestasi yang tidak bisa dilakukan oleh sistem pendidikan
umum. Pemerintah akan meningkatkan pelatihan jika suplai tenaga kerja
menunjukkan peningkatan yang cepat, pekerjaan tumbuh dengan pesat,
atau jika pengangguran meningkat secara signifikan. Pelatihan
dilaksanakan oleh pemerintah untuk menyiapkan pekerja memiliki
kompetensi yang berkaitan dengan pekerjaan.
Sistem pendidikan kejuruan membantu para pemuda penganggur
dan pencari kerja mengurangi beban pendidikan tinggi, menarik investasi
luar negeri, meyakinkan penghasilan dan pekerjaan yang meningkat,
menekan kesenjangan diantara kaum kaya dan kaum miskin (Gill, Dar,
Fluitman, 2000: 1). Namun banyak catatan bahwa harapanharapan ini
masih sebagai impian dibandingkan sebagai kenyataan. Temuan penelitian
Bank Dunia (Middleton, Ziderman, and Adams, 1993; World Bank 1991)
menegaskan bahwa tujuan ganda kebijakan pendidikan dan pelatihan
kejuruan adalah; (1) untuk mendorong perbekalan pribadi dan pembiayaan
serta (2) meningkatkan efisiensi publik dalam penyediaan pendidikan dan
latihan kejuruan. Menurut Finlay (1998) pendidikan kejuruan/vokasi
mengembangkan tenaga kerja ‖marketable‖ dengan kemanfaatan melebihi
sebagai ‖alat produksi‖. Pendidikan kejuruan/vokasi tidak sekedar
mencetak tenaga kerja sebagai robot, tukang, atau budak. Pendidikan
kejuruan/vokasi juga harus memanusiakan manusia untuk tumbuh secara
alami dan demokratis. Menurut Tilaar (2002:35), suatu masyarakat yang
8

mempunyai tradisi toleransi yang tinggi dan terbuka untuk mencapai


kompromi merupakan lahan subur perkembangan demokrasi. Pengaruh
perubahan global harus ditaati secara berstruktur agar dapat
memberikan keuntungan bagi rakyat banyak. Berdemokrasi
memperhitungkan hubungan internasional. Pendidikan kejuruan
didasarkan kebutuhan dunia kerja ―demand-driven”. Penekanannya
terletak pada penguasaan kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia kerja di
masyarakat lingkungannya. Kesuksesan peserta didik pada ―hands-on‖
atau performa dunia kerja. Hubungan erat dengan dunia kerja merupakan
kunci sukses pendidikan kejuruan/vokasi. Pendidikan kejuruan harus
responsif dan antisipatif terhadap kemajuan teknologi (Wardiman, 1998:
37). Kemakmuran dan kekuatan suatu negara terletak pada penguasaan
dan pemanfaatan ipteks (Tilaar, 2002:47). Menurut Tilaar (2002:91)
pendidikan adalah sarana penting dalam pembentukan kapital sosial.
Pengembangan pendidikan kejuruan memerlukan pengetahuan organisasi
sosial, adat istiadat, budaya setempat dimana peserta didik hidup dan
berkembang. Dalam gempuran budaya global pendidikan kejuruan harus
memiliki arah yang jelas, identitas dan pegangan yang kuat. Konsep
pendidikan kejuruan dalam konteks Indonesia dapat ditelusur dari
pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara dengan ungkapan ―ngelmu
tanpa laku kothong, laku tanpa ngelmu cupet‖ yang bermakna ilmu tanpa
keterampilan menerapkan adalah kosong, sebaliknya keterampilan tanpa
ilmu/teori pendukung menjadi kerdil (Hadiwaratama, 2005). Menurut
Hadiwaratama (2005) hakikat pendidikan yang bersifat kejuruan
mengikuti proses: (1) pengalihan ilmu (transfer of knowledge) atau
penimbaan ilmu (acquisition of knowledge) melalui pembelajaran teori;
(2) pencernaan ilmu (digestion of knowledge) melalui tugas-tugas,
pekerjaan rumah dan tutorial; (3) pembuktian ilmu (validation of
knowledge) melalui percobaan-percobaan laboratorium secara empiris
atau visual; (4) pengembangan keterampilan (skill development) melalui
pekerjaan nyata di bengkel atau lapangan. Keempat proses ini harus
9

berlangsung dalam proses belajar mengajar baik di sekolah maupun di


industri.
Dalam kaidah ekonomi tradisional terjadi proses memfasilitasi dan
pengaturan keterampilan tenaga kerja sesuai dengan perubahan permintaan
pasar kerja. Tujuan kebijakan ketenaga kerjaan mencakup hal-hal berikut
ini. a. Memberi peluang kerja untuk semuanya yang mebutuhkan. b.
Pekerjaan tersedia seimbang dan memberi penghasilan yang mencukupi
sesuai dengan kelayakan hidup dalam masyarakat. c. Pendidikan dan
latihan mampu secara penuh mengembangkan semua potensi dan masa
depan setiap individu. d. Matching men and jobs dengan kerugian-
kerugian minimum, pendapatan tinggi dan produktif. Di Indonesia
pendidikan vokasi diartikan sebagai pendidikan tinggi yang
mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian
terapan tertentu maksimal setara dengan program sarjana.
Di tingkat menengah disebut pendidikan kejuruan yang
mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang
tertentu (UU No. 20 Tahun 2003). Pengertian pendidikan vokasi dan
pendidikan kejuruan yang tertuang dalam UU Sisdiknas kurang memenuhi
kejelasan konsep jika dibandingkan dengan pengertian-pengertian yang
diuraikan diatas. Pembedaan istilah vokasi dan kejuruan hanya untuk
membedakan jenjang tidak berkaitan dengan makna substansi. Pendidikan
kejuruan dan vokasi sebagai pendidikan orang dewasa (adult education)
didesain menyiapkan peserta didik untuk memasuki dunia kerja yang lebih
dikenal dengan dunia usaha dan dunia industri (DU-DI). Dalam konteks
ini, pendidikan kejuruan/vokasi adalah pendidikan untuk bekerja
(education-for- work). Istilah education-for-work lebih memberi makna
pendidikan kejuruan/vokasi sebagai jenis pendidikan yang tujuan
utamanya adalah menjadikan individu peserta didik siap pakai di dunia
kerja dan memiliki perkembangan karir dalam pekerjaannya. Jerman
merupakan salah satu negara yang berhasil mengembangkan pendidikan
kejuruan/vokasi. Sistem gAnda di Jerman telah membuat negara itu
10

memiliki keunggulan kompetitif dari negara-negara lainnya. Sistem ini


telah berhasil menekan angka penggangguran. Di Jerman tidak ada lagi
penduduk usia 25 tahun yang tidak bekerja lebih dari 3 bulan. Untuk
mendukung itu pemerintah telah

C. Definisi Kurikulum

Definisi kurikulum menurut beberapa sumber diantaranya :


1. Definisi Kurikulum Menurut John Dewey. John Dewey (1902) sudah
sejak lama telah menggunakan istilah kurikulum dan hubungannya
dengan anak didik. Dewey menegaskan bahwa kurikulum dan anak
didik merupakan dua hal yang berbeda tetapi keduaduanya adalah
proses tunggal dalam bidang pendidikan. Kurikulum merupakan suatu
rekonstruksi berkelanjutan yang memaparkan pengalaman belajar anak
didik melalui suatu susunan pengetahuan yang terorganisir dengan baik
yang biasanya disebut kurikulum.
2. Definisi Kurikulum Menurut Romine. Curriculum is interpreted do
mean all of the organizd courses, activities, and experiences which
pupils have under direction of the school, whether in the classroom or
not.Kurikulum dapat diartikan pemahaman sebagai pedoman
pelaksanaan semua kegiatan pembelajaran, aktifitas-aktifitas dan
pengalaman-pengalaman dengan siswa yang berlangsung di sekolah,
baik dilakukan di kelas maupun diluar kelas.
3. Menurut Hilda Taba. Kurikulum dapat diartikan :“A curriculum usually
contains a statement of aims and of specific objectives; it indicates
some selection and organization of content; it either implies or
manifests certain patterns of learning and teaching, whether because the
objectives demand them or because the content organization requires
them. Finally, it includes a program of evaluation of the outcomes”.
Pengertian kurikulum menurut Hilda Taba menekankan pada tujuan
suatu statemen, tujuan-tujuan khusus, memilih dan mengorganisir suatu
11

isi, implikasi dalam pola pembelajaran dan adanya evaluasi.


4. Definisi Kurikulum Menurut Orlosky and Smith. Kurikulum adalah
bagian dari program sekolah. Kurikulum berisi apa yang diharapkan
pada siswa dalam pembelajaran.
5. Definisi Kurikulum Menurut Inlow. Kurikulum adalah usaha
menyeluruh yang dirancang oleh pihak sekolah untuk membimbing
murid memperoleh hasil pembelajaran yang sudah ditentukan.
6. Definisi Kurikulum Menurut Kerr, J. F. Kurikulum adalah semua
pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan secara individu
ataupun secara kelompok, baik di sekolah maupun di luar sekolah.

Tujuan perencanaan kurikulum dikembangkan dalam bentuk


kerangka teori penelitian terhadap kekuatan sosial, pengembangan
masyarakat, kebutuhan dan gaya belajar siswa. Beberapa keputusan harus
dibuat ketika merencanakan kurikulum dan keputusan tersebut mengarah
pada spesifikasiberdasarkan kriteria.Merencanakan pembelajaran
merupakan bagian yang sangat penting dalam perencanaan kurikulum,
karena pembelajaran mempunyai pengaruh terhadap siswa dari pada
kurikulum itu sendiri. kurikulum pada dasarnya acuan yang dipakai
sekolah dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran praktis mengalami
berbagai kendala, antara lain dalam analisis isi materi terkadang
mengalami masalah karena apa yang menjadi harapan sekolah dalam
mengembangkan pembelajaran terikat dengan standar yang ada, baik dari
sisi waktu maupun dari sisi aturan teknis, maka madrasah harus
melakukan terobosa-terobosan alternatif untuk menjembatani antara yang
diharapkan dengan kenyataan yang ada, maka muatan lokal akan menjadi
bagian penting dalam memberikan keleluasaan madrasah dalam
memberikan materi-materi yang menjadi unggulan madrasah.
12

D. Karakteristik Pendidikan Teknologi dan Kejuruan


Pendidikan teknik dan kejuruanpada dasarnya adalah bagian dari
kerangka umum ilmu pendidikan , namun kurikulum pendidikan teknik
dan kejuruan mempunyai karakteristik yang berbeda dengan lingkungan
pendidikan umum. Karakteristik ini menggambarkan fokus kurikulum
yang mendasari bangunan struktur kurikulum, mengelola dan merawat
kurikulum untuk mencapai tujuan pembelajaran jangka panjang.

Karakteristik kurikulum pendidikan teknik dan kejuruan adalah sebagai


berikut :

1. Orientation – graduated oriented (performance in the world of work)


Kurikulum pendidikan teknik dan kejuruan berorientasi pada hasil
mutu lulusan. Perhatian utama pendidikan kejuruan adalah bagaimana
menyediakan kesempatan belajar secara optimal pada setiap peserta
didiknya untuk mencapai hasil belajar yang berkualitas, keberhasilan yang
dimaksud bukan hanya keberhasilan belajar disekolah, namun lebih jauh
dari itu, yaitu keberhasilan dalam masyarakat keberhasilan mendapat
pekerjaan dan sukses dalam mejalankan pekerjaannya didunia kerja, baik
sebagai tenaga kerja yang bekerja diindustri atau sebagai wirausaha.
2. Justification – based on identified occupational needs
Justifikasi sangat terbuka dalam kurikulum pendidikan teknik dan
kejuruan, justifikasi kurikulum disusun disekolah menyesuaikan dengan
kebutuhan dunia kerja.
3. Focus – helping the studentsto develop a broad range of knowledges,
skills, attitudes, and values (graduates employability)
Fokus kurikulum pendidikan kejuruan bukan hanya terbatas pada
pengembangan pengetahuan , sikap dan keterampilan pada area tertentu
saja, akan tetapi pendidikan kejurusan membantu peserta didik untuk
mengembangkan multi knowledge dan multi skill,dan mempunyai nilai
13

tambah agar mereka menjadi tenaga kerja atau lulusan yang berkualitas,
mempunyai nilai jual didunia kerja.
4. In schools success standards – knowledgable “hands on” applied
performance.
Keberhasilan belajar di sekolah hendaknya menggambarkan
prediksi keberhasilan pada bidang pekerjaannya di dunia kerja.
5. Out of school success standards- success in the world of work
Ketentuan keberhasilan tidak terbatas pada keberhasilan belajar di sekolah
saja, namun lebih jauh lagi bahwa kurikulum pendidikan teknik dan
kejuruan ditentukan berdasarkan keberhasilan alumninya didunia kerja.
6. School community relationships- institusipasangan
Pendidikan kejuruan dan teknologi adalah pendidikan yang
mempersiapkan lulusannya untuk memasuki dunia kerja, oleh karena itu
sekolah kejuruan hendaknya mempunyai hubungan yang saling
menguntungkan dengan mitra kerjanya di masyarakat, apakah itu, dunia
busines, industri, bank dan hotel, pertanian, erikanan dan kelautan,
transportasi laut, darat dan udara, semuanya adalah mitra sekolah
kejuruan. Pembinaan hubungan dengan industri pasangan merupakan salah
satu karakteristik penting yang tidak bisa disabaikan dalam pendidikan
teknik dan kejuruan.
7. Government involment
Pemerintah sebagai peyelenggara berbagai pendidikan,
bertanggungjawab agar pendidikan kejuruan dapat dilaksanakan sesuai
dengan tuntutan kurikulumnya. Oleh karena itu fasiltas belajar, sarana
prasarana sekolah, regulasi, kebijakan pendidikan hendaknya mendukung
agar terselenggara pendidikan dan pelatihan yang efektif di sekolah
sekolah kejuruan, karena pendidika kejuruan akan berkontribusi terhadap
pertumbuhan ekonomi, mengurangi pengangguran dan kemiskinan,
meningkatkan kesejahteraan rakyat.
8. Responsiveness
14

Karakteristik penting kurikulum pendidikan teknik dan kejuruan


adalah peka terhadap perubahan teknologi , sosial dan budaya masyarakat.
Perubahan teknologi saat ini sangat global, oleh karena itu kurikulum
pendidikan kejuruan dan teknologi harus sensitif terhadap perubahan.
Perubahan teknologi akan bersdampak terhadap formasi kompetensi yang
dibutuhkan dunia kerja, oleh karena itu kurikulum hendaknya luwes,
dapat dijustifikasi , dinamis dan peka terhadap perubahan.
9. Logistik
Kurikulum Pendidikan teknik dan kejuruan adalah kurikulum yang
menuntut lulusannya untuk memiliki kompetensi sesuai dengan tuntutan
dunia kerja, pembelajarannya banyak membutuhkan fasilitas belajar,
sarana dan prasarana yang memadai sesuai dengan perkembangan
teknologi. Kurikulum menuntut siswanya untuk melaksanakan praktek
sesuai dengan jenis pekerjaan didunia kerja, sesuai dengan standar dunia
kerja. Sekolah kejuruan membutuhkan investasi peralatan, mesin, dan
bahan yang cukup. Operasional kurikulum membutuhkan daya listrik, air,
dan gas, serta material lainnya agar pendidikan dan pelatiha dapat
berlangsung dengan efektif dan efisien.

10. Cost expenses


Biaya pendidikan kejuruan selayaknya tidaklah sama dengan
pendidikan umum, karena biaya pendidikan kejuruan akan terkait dengan
kebutuhan logistik yang bukan hanya untuk kegiatan dalam kelas tetapi
juga menyangkut kegiatan belajar siswa di workshop dan laboratorium,
kadang kala mereka juga harus melaksanakan kegiatan pengalaman kerja
di industri dan dunia usaha. Kesemuanya itu membutuhkan biaya
tersendiri.
15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1. pendidikan teknologi dan kejuruan diorentasikan terhadap mekanisme
ketenagakerjaan, dengan penempatan di dunia industri.
2. pendidikan teknologi kejuruan mempunyai orientasi pendidikan yang
fokus dalam keberhasilannya kepekaannya terhadap perkembangan
masyarakat, perbekalan logistik, serta hubungan dengan masyarakat dunia
usaha yang berbeda dengan pendidikan pada umumnya.
3. perlu adanya kerja sama dari semua pihak dalam penetapan, pembuatan
serta implementasi kurikulum dalam dunia pendidikan, seorang guru harus
dapat merencanakan, membimbing, mengarahkan serta mengawas anak
didiknya, agar perkembangan pendidikannya dapat berjalan dengan lancar
dan sesuai dengan tujuan dari kurikulum yang telah ditetapkan
pemerintah. Maka keberhasilan kurikulum akan menentukan keberhasilan
peserta didik dimasa depan.
Dengan mengucap syukur alhamdulillah pada Allah SWT. Penulis
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tentunya masih jauh
dari harapan, oleh karena itu penulis masih perlu kritik dan saran yang
membangun serta bimbingan, terutama dari Dosen.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi penulis,
terutamanya kepada calon guru nantinya, hendaknya menjadi kontrol
terhadap anak didiknya, berdasarkan standar kurikulum yang telah
ditetapkan oleh pemerintahan pusat dan mengembangkannya, agar
nantinya keberhasilan dalam proses belajar mengajar dapat tercapai.

16
DAFTAR PUSTAKA

Suryaman, Maman. 2020.”Orientasi Pengembangan Kurikulum


Belajar”(halaman 13-28) FBS Universitas Negeri Yogyakarta

Abdul Rohman, 2015, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek,


(Semarang: CV. Karya abadi Jaya
.
Winarso, widodo. 2015, Dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah,
Cirebon. Indonesia Publishing

Tarihoran, Naf’an. 2017, Pengembangan Kurikulum. Serang Banten: loquen


press.

17

Anda mungkin juga menyukai