Sampul
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dari cuplikan di atas, akan sangat menarik mengetahui sejarah dari perkembangan kurikulum
di Indonesia. Kami dalam makalah ini berusaha membahas tentang sejarah perkembangan
kurikulum di Indonesia. Tetapi sebelum masuk ke pembahasan tentang sejarah perkembangan
kurikulum di Indonesia, kami merasa perlu untuk menyelipkan sedikit tentang kurikulum.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
1
BAB II PEMBAHASAN
A. DEFINISI KURIKULUM
Secara etimologis, kurikulum berasal dari kata dalam Bahasa Latin “curir” yang artinya
pelari, dan “currere” yang artinya tempat berlari. Pengertian awal kurikulum adalah suatu jarak
yang harus ditempuh oleh pelari mulai dari garis start sampai garis finish. Dengan demikian,
istilah awal kurikulum diadopsi dari bidang olahraga pada zaman romawi kuno di Yunani, baru
kemudian diadopsi ke dalam dunia pendidikan. Yang diartikan sebagai rencana dan pengaturan
tentang belajar peserta didik di suatu lembaga pendidikan.[1] Sedangkan dalam bahasa Arab
diterjemahkan dengan kata Manhaj (kurikulum) yang bermakna jalan yang terang yang dilalui
manusia di berbagai bidang kehidupannya.
“Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”
1. Suatu bahan tertulis yang berisi uraian tentang program pendidikan suatu sekolah yang
dilaksanakan dari tahun ke tahun.
2. Bahan tertulis yang dimaksudkan digunakan oleh guru dalam melaksanakan pengajaran
untuk siswa-siswanya.
2
3
3. Suatu usaha untuk menyampaikan asas dan ciri terpenting dari suatu rencana
pendidikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga dapat dilaksanakan guru di sekolah.
5. Suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.
KOMPONEN KURIKULUM
Komponen kurikulum adalah bagian-bagian penting dan penunjang yang dapat menunjang
tercapainya tujuan dari kurikulum. Diantara komponen tersebut adalah:
· Komponen Tujuan
Tujuan merupakan hal yang ingin dicapai oleh sekolah secara keseluruhan.
· Komponen Isi/Materi
Komponen isi berupa materi yang diprogramkan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan.
· Komponen Media
Komponen media atau sarana prasarana merupakan perantara untuk menjabarkan isi
kurikulum.
· Komponen Strategi
Komponen strategi merupakan cara yang ditempuh dalam melaksanakan pengajaran agar
efektif dan efisien.
Pengkondisian suasana lingkungan pembelajaran yang kondusif yang mendorong peserta didik
mengembangkan kreatifitasnya.
B. PERANAN KURIKULUM
a. Peranan Konservatif
b. Peranan kreatif
Peranan ini dilatarbelakangi oleh adanya kenyataan bahwa niali-nilai dan budaya yang
hidup dalam masyarakat senantiasa mengalami perubahan, sehingga pewarisan nilai-nilai dan
budaya masa lalu kepada anak didik perlu disesuaikan dengan kondisi yang terjadi pada masa
sekarang. Selai itu perkembangan yang terjadi masa sekarang dan masa mendatang belum tentu
sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Oleh karena itu peranan kurikulum tidak hanya
mewariskan nilai dan budaya yang ada atau menerapkan hasil perkembangan baru yang terjadi,
melainkan juga memiliki peranan untul menilai dan memilih nilai dan budaya serta
pengetahuan baru yang akan diwariskan tersebut. Dalam hal ini kurikulum harus turut aktif
berpartisipasi dalam control atau filter social. Nilai-nilai social yang tidak sesuai lagi dengan
keadaan dan tuntunan masa kini dihilangkan dan diadakan modifikasi atau penyempurnaan-
penyempurnaan.
C. FUNGSI KURIKULUM
Berkaitan dengan fungsi kurikulum bagi siswa sebagai subjek didik, terdapat enam
fungsi kurikulum sebagaimana yang dikemukakan Alexander Inglis dalam bukunya Principle
of secondary Education (1981)[5], yaitu:
Fungsi penyesuaian mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus
mampu mengarahkan anak didik agar memiliki sifat well adjusted yaitu mampu menyesuaikan
dirinya dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan social Sebagai makhluk
Allah, anak didik perlu diarahkan melalui program pendidikan agar dapat menyesuaikan diri
dengan masyarakat. Sebagai khalifah fil ardhi, anak didik diharapkan mampu
mengimplementasi nilai-nilai pendidikan yang telah dimiliki untuk mengabdi kepada-Nya.
Fungsi integrasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus
mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh. Dalam hal ini, orientasi dan fungsi kurikulum
adalah mendidik anak didik agar mempunyai pribadi yang integral. Siswa pada dasarnya
6
merupakan anggota dan bagian integral dari masyarakat, pribadi yang integrasi itu akan
memberikan sumbangan dalam rangka pembentukan atau pengintegrasian masyarakat.
Fungsi persiapan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus
mampu memepersiapakan anak didik agar mampu melanjutkan studi lebih lanjut untuk suatu
jangkau yang lebih jauh, baik itu melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi maupun untukl
belajar di masyarakat seandainya ia tidak mungkin melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
Salah satu aspek pelayanana pendidikan adalah membantu dan mengarahkan anak
didik agar mampu memahami dan menerima dirinya sehingga dapat mengembangkan semua
potensi yang dimilikinya.
Fungsi diagnostic mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu
membantu dan mengarahkan anak didik untuk dapat memahami dan menerima potensi dan
kelemahan yang dimilikinya. Apabila anak didik sudah mampu memahami kekuatan dan
kelemahan yang ada pada dirinya, maka diharapkan siswa dapat mengembangkan sendiri
potensi kekuatan yang dimilikinya atau memperbaiki kelemahannya.
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Kurikulum dalam pendidikan formal memiliki peranan yang strategis dan menentukan
pencapaian tujuan pendidikan. Bentuk-bentuk peranan tersebut adalah peran konservatif, peran
kreatif, peran kritis dan evaluative.
Berkaitan dengan fungsi kurikulum bagi siswa sebagai subjek didik, terdapat enam fungsi
kurikulum sebagaimana yang dikemukakan Alexander Inglis yaitu Fungsi Penyesuaian, Fungsi
Pengintegrasian, Fungsi Perbedaan, Fungsi Persiapan, Fungsi Pemilihan, Fungsi Diagnostik
http://ulfahkhusnaini23.blogspot.com/2014/11/definisi-peran-fungsi-prinsip-dan.html
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelasaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Kurikulum menjadi alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu pendidikan, baik formal
maupun non formal. Dalam pendidikan non formal terdapat dilingkungan keluarga dan adanya
interaksi antara orang tua serta anak. Interaksi ini berjalan tanpa rencana tertulis karena sifat-
sifatnya yang tidak formal, tidak memiliki rancangan yang konkret ada kalanya juga tidak
disadari, maka pendidikan dalam lingkungan keluarga tidak memiliki kurikulum formal dan
tertulis berbeda dengan pendidikan dalam sekolah yang bersifat formal. Di sekolah guru
melakukan interaksi pendidikan secara berencana dan sadar. Dengan begitu dalam lingkungan
sekolah telah ada kurikulum formal. Dapat kita bayangkan, bagaimana bentuk pelaksanaan
suatu pendidikan atau pengajaran di sekolah yang tidak memiliki kurikulum. Dengan adanya
kurikulum diharapkan pendidikan dapat berjalan secara sistematis dan terarah sehingga
menjadi lebih efektif dan efisien. Tanpa adanya kurikulum akan sangat sulit untuk mencapai
tujuan dan sasaran dari pendidikan itu sendiri.
Dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai peranan dan fungsi kurikulum dalam
pendidikan agar pembaca dapat mengetahui serta memahami peranan dan fungsi kurikulum
dalam pendidikan di sekolah.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat Pembelajaran
1. Untuk menambah wawasan pembaca tentang fungsi dan peranan kurikulum dalam
pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Peranan Kurikulum
Kurikulum dalam pendidikan formal dan non formal memiliki peranan yang sangat penting
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Terdapat tiga peranan yang sangat penting yaitu
peranan konservatif, peranan kreatif dan peranan kritis/evaluative.
1. Peranan Konservatif
Menekankan bahwa kurikulum itu dapat dijadikan sebagai sarana dan tanggung jawab sekolah
sebagai suatu lembaga pendidikan untuk mewariskan nilai-nilai dan budaya yang dianggap
masih relevan dengan masa kini kepada generasi muda yakni siswa. Sebagai lembaga sosial,
sekolah diharapkan dapat memengaruhi dan membina perilaku siswa sesuai dengan nilai-nilai
sosial yang ada di masyarakat. Siswa perlu memahami dan menyadari norma-norma dan
pandangan hidup masyarakatnya, sehingga ketika mereka kembali ke masyarakat, mereka
dapat menjunjung tinggi dan berperilaku sesuai dengan norma-norma tersebut. Adapun peran
konservatif kurikulum yang lain yaitu melestarikan berbagai nilai budaya sebagai warisan masa
lalu. Dikaitkan dengan era globalisasi sebagai akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, yang memungkinkan mudahnya pengaruh budaya asing menggerogoti budaya lokal,
maka peran konservatif dalam kurikulum memiliki arti yang sangat penting. Melalui peran
konservatifnya, kurikulum berperan dalam menangkal berbagai pengaruh yang dapat merusak
nilai-nilai luhur masyarakat, sehingga keajegan dan identitas masyarakat akan tetap terpelihara
dengan baik.
Filsafat: Konservatisme adalah sebuah filsafat politik yang mendukung nilai-nilai tradisional.
Istilah ini berasal dari bahasa Latin, conservāre, melestarikan; "menjaga, memelihara,
mengamalkan". Karena berbagai budaya memiliki nilai-nilai yang mapan dan berbeda-beda,
kaum konservatif di berbagai kebudayaan mempunyai tujuan yang berbeda-beda pula.
Sebagian pihak konservatif berusaha melestarikan status quo, sementara yang lainnya berusaha
kembali kepada nilai-nilai dari zaman yang lampau, the status quo ante.
Contoh: Pada tahun 1947 adanya perubahan kisi-kisi pendidikan dari orientasi pendidikan
belanda ke kepentingan nasional. Kisi-kisi pendidikan nasional antara lain:
a. Asaz pendidikan yang ditetapkan pancasila baru dilaksanakan pada tahun 1950.
Seorang guru mampu memberi pengaruh positif serta membina perilaku para peserta didik
sesuai dengan nilai-nilai sosial yang ada di lingkungan masyarakatnya. Sehingga para peserta
didik mampu berintraksi dengan lingkungan masyarakat tersebut.
2. Peranan Kreatif
Sekolah memiliki tanggung jawab dalam mengembangkan hal-hal baru sesuai dengan tuntunan
zaman. Sebab, pada kenyataannya masyarakat tidak bersifat statis, akan tetapi dinamis yang
selalu mengalami perubahan. Dalam rangka inilah kurikulum memiliki peran kreatif.
Kurikulum harus mampu menjawab setiap tantangan sesuai dengan perkembangan dan
kebutuhan masyarakat yang cepat berubah. Dalam peran kreatifnya, kurikulum harus
mengandung hal-hal baru sehingga dapat membantu siswa untuk dapat mengembangkan setiap
potensi yang dimilikinya agar dapat berperan aktif dalam kehidupan sosial masyarakat yang
senantiasa bergerak maju secara dinamis. Manakala kurikulum tidak mengandung unsur-unsur
baru maka pendidikan selamanya akan tertinggal, yang berarti apa yang diberikan di sekolah
pada akhirnya akan kurang bermakna, karena tidak relevan lagi dengan kebutuhan dan tuntutan
sosial masyarakat.
Kurikulum berperan dalam mengembangkan, menciptakan dan menyusun suatu hal yang baru
sesuai dengan kebutuhan masyarakan pada masa sekarang dan yang akan datang. Untuk
mendukung semua itu maka kurikulum dibuat agar dapat menciptakan pengetahuan baru,
pengalaman, cara berpikir, kemampuan yang dibutuhkan dalam hidup bermasyarakat.
Pendekatan progresif dalam disiplin ilmu yang disebut filsafat pendidikan akan lebih mudah
dipahami arti pengertiannya bila diajukan pandangan J.Dewey tentang pokok masalah, dalam
bukunya yang monumental kontrofersil, yaitu democracy and education. Suatu jalan dan
rumusan pemikiran tentang kenyataan hidup sosial kemasyarakatan yang tajam, cermat dan
bahkan berani menentang arus pemikiran pada zamannya (1916), dan suatu kenyataan yang
harus kita renungkan dengan mendalam apabila kita tidak ingin dilindas atau digilas kemajuan
zaman saat ini.
Contoh: Pada tahun 1954 kurikulum gaya lama tujuan pendidikan tidak dinyatakan secara jelas
selang bergantinya zaman diganti kurikulum gaya baru tahun 1962
Setiap kurikulum yang digunakan harus mengandung hal-hal yang bisa membantu siswa
dengan potensi yang mereka miliki demi memperoleh pengetahuan yang baru, kemampuan
baru, serta pemikiran baru yang mampu diterapkan dalam kehidupannya.
Tidak setiap nilai dan budaya lama harus tetap dipertahankan, hal ini dikarenakan nilai dan
budaya yang sudah lama tidak lagi sesuai dengan tuntutan perkembangan masyarakat. Namun,
ada kalanya nilai dan budaya baru itu idak sesuai dengan nilai-nilai lama yang masih relevan
dengan keadaan dan tuntutan zaman. Dengan demikian, kurikulum berperan untuk menyeleksi
nilai dan budaya mana yang perlu dipertahankan, dan nilai atau buadaya baru yang mana yang
harus dimiliki siswa. Dalam rangka inilah peran kritis dan evaluatif kurikulum diperlukan.
Kurikukum harus berperan dalam menyeleksi dan mengevaluasi segala sesuatu yang dianggap
bermanfaat untuk kehidupan siswa.
Kebudayaan senantiasa berubah. Nilai-nilai dan budaya dalam masyarakat senantiasa berubah
pula. Nilai-nilai yang sudah tidak sesuai dengan kebutuhan perlu dihilangkan serta di lakukan
perbaikan agar sesuai dengan kondisi yang terjadi pada masa sekarang.
Filsafat yang mendukung adalah filsafat epistemologi yaitu suatu disiplin ilmu yang bersifat
evaluative, normative dan kritis. Evaluative berarti bersifat menilai, ia menilai apakah suatu
keyakinan, sikap, pernyataan pendapat, teori pengetahuan dapat dibenarkan, dijamin
kebenarannya, atau memiliki dasar yang dapat dipertanggungjawabkan secara nalar.
Sedangkan kritis berarti banyak mempertanyakan dan menguju kenalaran cara maupun hasil
kegiatan manusia mengetahui.
Contoh: Sebuah kurikulum tidak hanya mewariskan nilai dan budaya yang telah ada atau
menerapkan hasil perkembangan baru yang terjadi, namun kurikulum juga berperan dalam
menilai, memilih nilai dan budaya serta pengetahuan baru yang akan diwariskan pada peserta
didik agar diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat.
Kurikulum berbasis kompetensi yang awalnya alat kompetensi siswa yaitu ujian mestinya lebih
banyak pada praktek dan pada soal uraian terbuka untuk mengukur tingkat kompetensi siawa.
B. Fungsi Kurikulum
Secara umum kurikulum berfungsi untuk membantu peserta didik agar mengembangkan
pribadinya ke arah tujuan pendidikan. Kurikulum disusun secara sistematis dan logis sebagai
pedoman proses belajar mengajar di sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Setiap individu harus dapat menyesuaikan dengan lingkungan, baik fisik maupun lingkungan
sosial. Lingkungan itu sendiri senantiasa mengalami perubahan dan bersifat dinamis. Oleh
karena itu individu juga harus memiliki kemampuan menyesuaikan diri dan beradaptasi secara
dimanis pula sehingga individu memiliki sifat well adjusted.
Kurikulum berfungsi untuk membentuk individu-individu yang terintergasi atau utuh. Individu
merupakan bagian dari masyarakat yang terintegrasi oleh karena itu individu harus memiliki
kepribadian yang dibutuhkan untuk dapat hidup dan berintegrasi dalam masyarakat.
Kurikulum harus mampu memberikan pelayanan terhadap perbedaan individu. Karena pada
dasarnya setiap individu memiliki perbedaan yang harus dihargai dan dilayani dengan baik.
Diferensiasi akan mendorong individu untuk berfikir secara kritis dan kreatif untuk mendorong
kemajuan sosial dalam masyarakat.
Kurikulum harus mampu mempersiapkan siswa untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih
tinggi atau mempersiapkan belajar dalam masyarakat. Persiapan ini sangat penting karena di
sekolah tidak memberikan semua yang dibutuhkan ataupun yang menarik bagi siswa.
Kurikulum harus mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih program
belajar yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya dalam belajar. Fungsi pemilihan dan
diferensiasi, keduanya saling terkait satu sama lain. Keduanya merupakan kebutuhan bagi
masyarakat sehingga untuk mengembangkan kemampuan dan minatnya kurikulum harus
dibuat secara luas dan fleksibel.
6. Fungsi Diagnostic (The Diagnostic Functions)
Kurikulum harus mampu mengarahkan dan membantu siswa dalam memahami dan menerima
kemuatan atau potensi serta kelemahan yang ada pada dirinya. Apabila siswa sudah mampu
memahami kekuatan dan menerima kelemahannya maka siswa diharapkan dapat
mengembangkan kekuatan dan memperbaiki kelemahan yang dimilikinya. Fungsi ini
merupakan fungsi diagnostik dan akan membimbing siswa untuk dapat berkembang secara
optimal.
Adapun fungsi kurikulum menurut Madjid (2004:3) mengemukakan tiga fungsi kurikulum:
Kurikulum berfungsi sebagai alat untuk mencapai seperangkat tujuan pendidikan yang
diinginkan dan sebagai pedoman dalam mengatur kegiatan pembelajaran.
Kurikulum berfungsi sebagai pemeliharaan proses pendidikan dan penyiapan tenaga kerja.
Fungsi lain dari kurikulum tidak hanya terkait dengan mereka yang berada di dalam lingkungan
sekolah saja. Tetapi fungsi-fungsi kurikulum juga terkait dengan berbagai pihak diluar
lingkungan sekolah. Kurikulum juga berfungsi bagi para penulis buku bahan ajar, buku
panduan pembelajaran, buku refernsi dan lain sebagainya. Kurikulum juga berfungsi bagi
masyarakat yang terlibat dalam dunia pendidikan bahkan sekarang ini penyusun kurikulum
justru melibatkan berbagai lapisan masyarakat yang memang secara lansung atau tidak
langsung akan turut mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pemberlakuan sebuah kurikulum.
Bagi guru mata pelajaran kurikulum dapat menjadi pedoman dalam melaksanakan
pembelajaran dikelas. Kurikulum bagi seorang guru diibaratkan kompas, yakni kurikulum
adalah pedoman bagi guru dalam usaha pembelajaran.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kurikulum menjadi komponen yang penting dalam pendidikan, sebab akan menjadi panduan
yang akan memandu dan membawa kearah mana pendidikan itu ke depan. Dengan kurikulum
proses pendidikan akan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Kurikulum memiliki tiga peranan yang sangat menentukan tujuan pendidikan yaitu peranan
konservatif, peranan kreatif serta peranan kritis dan evaluative.
Dalam kurikulum terdapat enam fungsi sebagaimana dikatakan oleh Alexander Inglis yaitu
Fungsi Penyesuaian, Fungsi Pengintegrasian, Fungsi Diferensiasi, Fungsi Persiapan, Fungsi
Pemilihan dan Fungsi Diagnostik.
http://hanaherikonia.blogspot.com/2016/02/peranan-kurikulum_31.html
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu faktor yang menentukan pembangunan di bidang pendidikan akan mencapai
sasarannya adalah perencanaan yang baik. Perencanaan yang baik tentunya mensyaratkan
tersedianya dukungan data yang benar-benar mencerminkan keadaan yang sebenarnya (akurat)
dan mutakhir.
Syarat lain yang tidak kalah pentingnya adalah proses penyusunan yang benar-benar sesuai
dengan kebutuhan masyarakat dan kemampuan daerah, melibatkan stakeholder pendidikan,
dan akuntabel. Perencanaan yang baik memiliki karakteristik tersendiri, yaitu perencanaan
seharusnya sesederhana mungkin namun harus jelas kaitan antara satu kegiatan dengan
kegiatan lainnya sehingga mudah dipahami dan diimplementasikan.
Perencanaan juga harus memiliki isi yang sesuai dengan kebutuhan nyata masyarakat dan
sesuai dengan kapasitas daerah untuk melaksanakannya, serta terukur sehingga mudah untuk
dilihat hasil yang telah dicapai dengan pengukuran yang dapat dilakukan dengan trsedianya
data yang akurat dan mutakhir dari waktu ke waktu. Perencanaan harus benar-benar dapat
dijadikan acuan dalam pelaksanaan program dan kegiatan.
Untuk itulah, pada makalah ini kami akan membahas makalah tentang Pengertian, Fungsi, dan
Peranan Kurikulum yang merupakan wujud perencanaan dalam pembelajaran di bidang
pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
C. Tujuan Pembahasan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum
Istilah kurikulum memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan oleh pakar-pakar dalam bidang
pengembangan kurikulum sejak dulu sampai dengan dewasa ini. Tafsiran-tafsiran tersebut
berbeda-beda satu dengan yang lainnya, sesuai dengan titik berat inti dan pandangan dari pakar
bersangkutan[1]. Kurikulum juga dapat diartikan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, kompetensi dasar, materi standar dan hasil belajara serta yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar
dan tujuan pendidikan.[2]
Secara etemologis (bahasa), istilah “curriculum” dinyatakan sebagai istilah yang berasal dari
bahasa Latin, yakni curro atau currere dan ula atau ulums yang diartikan sebagai “racecorse”,
yakni lapangan pacuan kuda, jarak tempuh untuk lomba lari, perlombaan, pacuan balapan, dan
lain-lain.[3]
Pemakaian istilah yang semula dipakai dalam dunia olahraga ini sepertinya disesuaikan dengan
makna atau hakikat yang dikandung oleh istilah tersebut, yakni adanya jarak atau proses yang
harus ditempuh untuk mencapai tujuan.
Secara termenologis kurikulum diartikan sebagai “sejumlah matri/ mata pelajaran yang harus
dikuasai (a course of subject matters to be mastered)”.[4]
Dengan demikian kurikulum itu merupakan program pendidikan buka program pengajaran,
yaitu program yang direncanakan diprogramkan dan dirancangkan yang berisi berbagai bahan
ajar dan pengalaman belajar baik yang berasal dari waktu yang lalu, sekarang maupun yang
akan datang. Berbagai bahan ajar tersebut direncanakan secara sistematik, artinya direncanakan
dengan memperhatikan keterlibatan berbagai faktor pendidikan secara harmonis. Berbagai
bahan ajar yang dirancang tersebut harus sesuai dengan norma-norma yang berlaku sekarang,
diantaranya harus sesuai dengan Pancasila, UUD 1945, GBHN, UU SISDIKNAS, PP No. 27
dan 30, adat istiadat dan sebagainya. Program tersebut akan dijadikan pedoman bagi tenaga
pendidik maupun peserta didik dalam pelaksanaan proses pembelajaran agar dapat mencapai
cita-cita yang diharapkan sesuai dengan yang tertera pada tujuan pendidikan.
Jadi kurikulum ialah suatu program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan
pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan dan dirancangkan secara sistematik atas
norma-norma yang berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga
kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan.
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 1989 Bab I pasal 1 disebutkan
bahwa, Kurikulum adalah seperangkat rencana dan peraturan mengenai isi dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggara kegiatan belajar mengajar[5].
Saylor, Alexander, dan Lewis, membuat kategori rumusan pengertian kurikulum, yaitu:[6]
Kategori pengertia kurikulum yang kedua adalah kurikulum di anggap sebagai keseluruhan
pengalaman belajar yang diperoleh siswa atas tanggung jawab sekolah. Pengalaman-
pengalaman belajar itu bisa berupa mempelajari mata pelajaran, dan bisa pula berbagai
kegiatan lain yang dianggap dapat memberi pengalaman belajar yang bermanfaat.
Kedua kategori rumusan pengertian kurikulum sebagaimana di kemukakan di atas satu sama
lain memiliki keterbatasan dalam penerapannya. Pada rumusan pertama, keterbatasan
penerapannya terletak pada sempitnya cakupan. Pada rumusan kedua, keterbatasannya teretak
pada ketidak fungsionalan konsep untuk diterapkan dalam konteks perencanaa. Rumusan
pengertia dalam kategori ketiga menyodorkan alternatif yang lebih rasional dan fungsional,
sehingga ia dapat diterapkan dalamsituasi praktis.
B. Peranan Kurikulum
1. Peranan Konservatif
Peranan konservatif menekankan bahwa kurikulum dapat dijadikan sebagai sarana untuk
mentransmisikan nilai-nilai warisan budaya masa lalu yang dianggap masih relevan dengan
masa kini kepada generasi muda, dalam hal ini para siswa. Peranan konservatif ini pada
hakikatnya menempatkan kurikulum yang berorientasi ke masa lampau. peranan ini sifatnya
menjadi sangat mendasar, disesuaikan dengan kenyataan bahwa pendidikan pada hakikatnya
merupakan proses sosial. Salah satu tugas pendidikan yaitu memengaruhi dan membina siswa
sesuai dengan nilai-nilai sosial yang hidup di lingkungan masyarakatnya.
2. Peranan Kreatif
Pengembangan ilmu pengetahuan dan aspek-aspek lainnya senantiasa terjadi seriap saat.
peranan kreatif menekankan bahwa kurikulum harus mampu mengembangkan sesuatu yang
baru sesuai dengan perkembangan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat pada
masa sekarang dan masa mendatang. Kurikulum harus mengandung hal-hal yang dapat
membantu setiap siswa mengembangkan semua potesi yang ada pada dirinya untuk
memperoleh pengetahuan-pengetahuan baru, kmampuan-kemampuan baru, serta cara berpikir
baru yang dibutuhkan dalam kehidupannya.
Peranan ini dilatarbelakangi oleh adanya kenyataan bahwa nilai-nilai dan budaya yang hidup
dalam masyarakat senantiasa mengalami perubahan, sehingga pewarisan nilai-nilai dan budaya
masa lalu kepada siswa perlu disesuaikan dengan kondisi yang terjadi pada masa sekarang.
Selain itu, perkembangan yang terjadi pada masa sekarang dan masa mendatang belum tentu
sesuai dengan apa yang dibutuhkan . Oleh karena itu, peranan kurikulum tidak hanya
mewariskan nilai dan budaya yang ada atau menerapkan hasil perkembangan baru yang terjadi,
melainkan juga memiliki peranan untuk menilai dan memilih nilai dan budaya serta
pengetahuan baru yang akan diwariskan tersebut. Dalam hal ini, kurikulum harus turut aktif
berpartisipasi dalam control atau filter sosial. Nilai-nilai sosial yang tidak sesuai lagi dengan
keadaan dan tuntutan masa kini dihilangkan dan diadakan modifikasi atau penyempurnaan-
penyempurnaan.
C. Fungsi Kurikulum
Pada dasarnya kurikulum berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi guru, kurikulum
berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran. Bagi kepala sekolah
dan pengawas, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan supervise atau
pengawasan. Bagi orang tua, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam membimbing
anaknya belajar di rumah. Bagi masyarakat, kurikulum berfungsi sebagai pedoman untuk
memberikan bantuan bagi terselenggaranya proses pendidikan di sekolah. Sedangkan bagi
siswa, kurikulum berfungsi sebagai suatu pedoman belajar.
Berkaitan dengan fungsi kurikulum bagi siswa sebagai subjek didik, terdapat enam fungsi
kurikulum, yaitu:[8]
1. Fungsi Penyesuaian
Fungsi penyesuaian mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus
mampu mengarahkan siswa agar memiliki sifat well adjusted yaitu mampu menyesuaikan
dirinya dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan itu
sendiri senantiasa mengalami perubahan dan bersifat dinamis. Oleh karena itu, siswa pun harus
memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di
lingkungannya.
2. Fungsi Integrasi
Fungsi integrasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagi alat pendidikan harus mampu
menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh. Siswa pada dasarnya merupakan anggota dan bagian
integral dari masyarakat. Oleh karena itu, siswa harus memiliki kepribadian yang dibutuhkan
untuk dapat hidup dan berintegrasi dengan masyarakatnya.
3. Fungsi Diferensiasi
Fungsi diferensiasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus
mampu memberikan pelayanan terhadap perbedaan individu siswa. Setiap siswa memiliki
perbedaan, baik dari aspek fisik maupun psikis yang harus dihargai dan dilayani dengan baik.
4. Fungsi Persiapan
Fungsi persiapan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu
mempersiapkan siswa untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan berikutnya. Selain itu,
kurikulum juga diharapkan dapat mempersiapkan siswa untuk dapat hidup dalam masyarakat
seandainya karena sesuatu hal, tidak dapat melanjutkan pendidikannya.
5. Fungsi Pemilihan
Fungsi pemilihan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih program-program belajar yang sesuai
dengan kemampuan dan minatnya.
6. Fungsi Diagnostik
Fungsi diagnostic mengandung makna bahwa kurikulum sebagi alat pendidikan harus mampu
membantu dan mengarahkan siswa untuk dapat memahami dan menerima kekuatan (potensi)
dan kelemahan yang dimilikinya.
http://amrullahalamin.blogspot.com/
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembentukan suatu organisasi yaitu untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Begitu pula dengan
salah satu organisasi yang sangat besar seperti dunia persekolahan dalam tingkat nasional.
Untuk mencapai tujuan pendidikan maka harus dibuat rancangan untuk mencapai tujuan
tersebut agar dalam pelaksanaannya terorganisir dan terarah. Oleh karena itulah kita mengenal
yang namanya kurikulum.
Kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan di sekolah bagi
pihak-pihak yang terkait. Selain sebagai pedoman, bagi siswa kurikulum memiliki enam
fungsi, yaitu: fungsi penyesuaian, fungsi pengintegrasian, fungsi diferensiasi, fungsi persiapan,
fungsi pemilihan, dan fungsi diagnostik.
Kedudukan kurikulum ini sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan.
Mengingat pentingnya peranan kurikulum di dalam pendidikan dan dalam perkembangan
kehidupan manusia, maka dalam penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa memahami
konsep dasar dari kurikulum. Pada dasarnya kurikulum merupakan suatu sistem yang terdiri
dari beberapa komponen. Komponen-komponen kurikulum suatu lembaga pendidikan dapat
diidentifikasi dengan cara mengkaji suatu kurikulum lembaga pendidikan itu.
Mengingat pentingnya pemahaman menyeluruh konsep dasar dari kurikulum ini, maka penulis
tergerak untuk menyusunnya menjadi sebuah makalah yang khusus mengungkap mengenai hal
tersebut. Kiranya kehadiran makalah ini dapat sedikit membuka wawasan para pembaca
semua.
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
C. Tujuan
Mengacu dari rumusan masalah diatas, maka tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai
berikut:
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Kurikulum
Perkataan “kurikulum” mulai dikenal sebagai suatu istilah dalam dunia pendidikan sejak
kurang lebih satu abad yang lalu, dimana istilah “kurikulum” itu untuk pertama kalinya
digunakan dalam bidang olahraga, yaitu suatu alat yang membawa orang dari start sampai ke
finish. Baru pada tahun 1955 istilah “kurikulum” digunakan dalam bidang pendidikan, dengan
arti sejumlah materi pelajaran dari suatu perguruan. Untuk lebih memahami pengertian
kurikulum, berikut ini adalah beberapa pengertian kurikulum yang ditinjau dari beberapa sudut
pandang :
Webster’s Third New International Distionery menyebutkan kurikulum berasal dari kata curere
dalam bahasa latin Currerre yang berarti : Berlari cepat, tergesa-gesa, menjalani. Lalu kata
Currerre dikatabendakan menjadi Curriculum yang berarti :
Menurut satuan pelajaran SPG yang dibuat oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Kurikulum berasal dari bahasa Yunani yang berarti “jarak yang ditempuh”. Oleh karena itulah
istilah tersebut pertama kali dipakai dalam bidang olahraga.
Pengertian tradisional ini telah diterapkan dalam penyusunan kurikulum seperti Kurikulum SD
dengan nama “Rencana Pelajaran Sekolah Rakyat” tahun 1927 sampai pada tahun 1964 yang
isinya sejumlah mata pelajaran yang diberikan pada kelas I sampai kelas VI.
· Menurut Soedijarto, “Kurikulum adalah segala pengalaman dan kegiatan belajar yang
direncanakan dan diorganisir untuk diatasi oleh siswa atau mahasiswa untuk mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan bagi suatu lembaga pendidikan”.
Dari berbagai pengertian kurikulum diatas dapat disimpulkan bahwa kurikulum ditinjau dari
pandangan modern merupakan suatu usaha terencana dan terorganisir untuk menciptakan suatu
pengalaman belajar pada siswa dibawah tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan
untuk mencapai suatu tujuan.
Menurut Hilda Taba dalam bukunya “Curriculum Development; Theory and Practice”,
sebagaimana dikutip oleh Khoiron Rosyadi, kurikulum diartikan sebagai sesuatu yang
direncanakan untuk dipelajari oleh anak didik. Dalam pengertian yang lain, kurikulum
merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang isi dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar di sekolah.
Pengertian ini menggarisbawahi adanya 4 (empat) komponen pokok dalam kurikulum, yaitu
tujuan, isi/bahan, organisasi dan strategi.
Pengertian lain yang senada dengan Hasan Langgulung adalah apa yang disampaikan oleh J.
Galen Saylor, William M. Alexander, serta Artur J. Lewis, dalam “Curriculum Planning for
Better Teaching and Learning” menjelaskan arti kurikulum sebagai berikut: “The curriculum
is the sum total of school’s effort to influence learning, weither in the classroom, on the
playgroup, or out school.”
Jadi, segala usaha sekolah untuk mempengaruhi anak itu belajar, apakah dalam ruangan kelas,
di halaman sekolah, atau di luar sekolah, dapat dikategorikan sebagai kurikulum. Dengan
demikian, kurikulum meliputi segala pengalaman yang disajikan oleh sekolah agar anak
mencapai tujuan yang diinginkan. Hal demikian dikarenakan suatu tujuan tidak akan tercapai
dengan suatu pengalaman saja, akan tetapi melalui berbagai pengalaman dalam bermacam-
macam situasi, di dalam maupun di luar sekolah.
Berikut ini beberapa pengertian kurikulum yang dikemukakan oleh para ahli lainnya, yakni:
b) Pengertian Kurikulum Menurut Inlow (1966): Kurikulum adalah usaha menyeluruh yang
dirancang oleh pihak sekolah untuk membimbing murid memperoleh hasil pembelajaran yang
sudah ditentukan.
c) Pengertian Kurikulum Menurut Neagley dan Evans (1967): kurikulum adalah semua
pengalaman yang dirancang dan dikemukakan oleh pihak sekolah.
§ Agama;
Pasal ini jelas menunjukkan berbagai aspek pengembangan kepribadian peserta didik yang
menyeluruh dan pengembangan pembangunan masyarakat dan bangsa, ilmu, kehidupan
agama, ekonomi, budaya, seni, teknologi dan tantangan kehidupan global. Artinya, kurikulum
haruslah memperhatikan permasalahan ini dengan serius dan menjawab permasalahan ini
dengan menyesuaikan diri pada kualitas manusia yang diharapkan dihasilkan pada setiap
jenjang pendidikan.
B. Dimensi Kurikulum
Dimensi ini memandang kurikulum sebagai rencana kegiatan belajar bagi siswa di sekolah atau
sebagai perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu kurikulum dapat juga menunjuk pada suati
dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar mengajar, jadwal
dan evaluasi.
Dimensi ini memandang kurikulum sebagai bagian dari sistem prsekolahan, sistem pendidikan
dan bahkan sistem masyarakat. Suatu sistem kurikulum mencakup struktur personalia dan
prosedur kerja bagaimana cara menyusun kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi, dan
menyempurnakannya. Hasil dari suatu sistem adalah tersusunnya kurikulum.
Dimensi ketiga memandang kurikulum sebagai bidang studi, yaitu bidang study kurikulum.
Hal ini merupakan ahli kajian para ahli kurikulum dann ahli pendidikan dan pengajaran.
Mereka yang mendalami bidang kurikulum mempelajari konsep – konsep dasar tentang
kurikulum, melalui studi kepustakaan dan kegiatan penelitian dan percobaan, sehingga
menemukan hal – hal baru, yang dapat memperkaya dan memperkuat bidang studi kurikulum.
Sedangkan Hamid Hasan (1988) mengemukakan bahwa konsep kurikulummemiliki empat
dimensi pengertian, dimana satu dimensi dengan dimensi lainnya saling berhubungan.
Keempat dimensi tersebut, yaitu:
1. Kurikulum sebagai suatu ide; yang dihasilkan melalui teori-teori dan penelitian,
khususnya dalam bidang kurikulum dan pendidikan.
2. Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, sebagai perwujudan dari kurikulum sebagai
suatu ide; yang didalamnya memuat tentang tujuan, bahan, kegiatan, alat-alat, dan waktu.
3. Kurikulum sebagai suatu kegiatan, yang merupakan pelaksanaan dari kurikulum sebagai
suatu rencana tertulis; dalam bentuk praktek pembelajaran.
4. Kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekuensi dari kurikulum sebagai suatu
kegiatan, dalam bentuk ketercapaian tujuan kurikulum yakni tercapainya perubahan perilaku
atau kemampuan tertentu dari para peserta didik.
Sementara itu, Purwadi (2003) memilah pengertian kurikulum menjadi enam bagian, yaitu :
2. Kurikulum formal berupa dokumen yang dijadikan sebagai pedoman dan panduan dalam
melaksanakan kurikulum.
4. Kurikulum operasional yang dilaksanakan atau dioprasional kan oleh pengajar di kelas.
C. Fungsi Kurikulum
Pada dasarnya kurikulum berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi guru, kurikulum
berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran. Bagi kepala sekolah
dan pengawas, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan supervisi atau
pengawasan. Bagi orang tua, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam membimbing
anaknya belajar dirumah. Bagi masyarakat, kurikulum berfungsi sebagai pedoman untuk
memberikan bantuan bagi terselenggaranya proses pendidikan di sekolah. Sedangkan bagi
siswa, sisiwa kurikulum berfungsi sebagi suatu belajar.
Selain itu fungsi kurikulum identik dengan pengertian kurikulum itu sendiri yang berorientasi
pada pengertian kurikulum dalam arti luas, maka fungsi kurikulum memiliki arti sebagai
berikut:
a. Fungsi Penyesuaian
Fungsi penyesuaian mengandung makna kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu
mengarahkan siswa agar memiliki sifar well adjusted 11 yaitu mampu menyesuaikan dirinya
dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.
b. Fungsi Integrasi
Fungsi integrasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu
menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh. Siswa pada dasarnya merupakan anggota dan bagian
integral masyarakat.ke jenjang yang lebih tinggi.
c. Fungsi Diferensiasi
Mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu memberikan
layanan terhadap perbedaan individusiswa. Setiap siswa memiliki perbedaan baik dari aspek
fisik maupun psikis.
d. Fungsi persiapan
Mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu memprsiapkan
siswa melanjutkan studi ke jenjang pendidikan yang lebih.
e. Fungsi pemilihan
Mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu memberikan
kesempatan kepada siswa untuk memilih program-program belajar yang sesuai dengan
kemampuan dan minatnya. Fungsi pemilihan ini sangat erat kaitannya dengan fungsi
diferensiasi karena pengakuan atas adanya perbedaan individual siswa berarti pula diberinya
kesempatan bagi siswa tersebut untuk memilih apa yang sesuai dengan minat dan
kemampuannya.
f. Fungsi diagnostik
Mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu membantu dan
mengarahkan siswa untuk dapat memahami dan menerima potensi dan kelemahan-kelemahan
yang ada pada dirinya. Maka diharapkan siswa dapat mengembangkan sendiri potensi yang
dimilikinya aau memperbaiki kelemahan-kelemahannya.
D. Peranan Kurikulum
Kurikulum dalam pendidikan formal di sekolah atau madrasah memiliki peranan yang sangat
strategis dan menentukan pencapaian tujuan pendiidikan. Terdapat tiga peranan yang dinilai
sangat penting yaitu:
a. Peranan Konservatif
Salah satu tugas dan tanggung jawab sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan adalah
mewariskan nilai-nilai dan budaya masyarakat kepada generasi muda yakni siswa. Siswa perlu
memahami dan menyadari norma-norma dan pandangan hidup masyarakatnya, sehingga ketika
mereka kembali ke masyarakat mereka dapat menjunjung tinggi dan berperilaku sesuai dengan
norma-norma tersebut. Peran konservatif kurikulum adalah melestarikan berbagai nilai budaya
sebagai warisan masa lalu. Dikaitkan dengan era globalisasi sebagai akibat kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, yang memungkinkan mudahnya pengaruh budaya asing
menggerogoti budaya lokal, maka peran konservatif dalam kurikulum memiliki arti yang
sangat penting. Melalui peran konservatifnya, kurikulum berperan dalam menangkal berbagai
pengaruh yang dapat merusak nilai-nilai luhur masyarakat, sehingga keajegan dan identitas
masyarakat akan tetap terpelihara dengan baik. Peranan ini menekankan bahwa kurikulum
dapat dijadikan sebagai sarana untuk mentransmisikan nilai-nilai warisan budaya yang
dianggap masih relevan dengan masa kini kepada generasi muda, dalam hal ini para siswa.
b. Peranan Kreatif
Apakah tugas dan tangung jawab sekolah hanya sebatas pada mewariskan nilai-nilai lama?
Ternyata juga tidak. Sekolah memiliki tanggung jawab dalam mengembangkan hal-hal baru
sesuai dengan tuntunan zaman. Sebab, pada kenyataannya masyarakat tidak bersifat statis, akan
tetapi dinamis yang selalu mengalami perubahan. Dalam rangka inilah kurikulum memiliki
peran kreatif. Kurikulum harus mampu menjawab setiap tantangan sesuai dengan
perkembangan dan kebutuhan masyarakat yang cepat berubah. Dalam peran kreatifnya,
kurikulum harus mengandung hal-hal baru sehingga dapat membantu siswa untuk dapat
mengembangkan setiap potensi yang dimilikinya agar dapat berperan aktif dalam kehidupan
sosial masyarakat yang senan tiasa bergerak maju secara dinamis. Mengapa kurikulum harus
berperan kreatif? Sebab, manakala kurikulum tidak mengandung unsur-unsur baru maka
pendidikan selamanya akan tertinggal, yang berarti apa yang diberikan di sekolah pada
akhirnya akan kurang bermakna, karena tidak relevan lagi dengan kebutuhan dan tuntutan
sosial masyarakat.
Dalam proses pengembangan kurikulum ketiga peran di atas harus berjalan secara seimbang.
Kurikulum yang terlalu menonjolkan peran konservatifnya cenderung akan membuat
pendidikan ketinggalan oleh kemajuan zaman; sebaliknya kurikulum yang terlalu menonjolkan
peran kreatifnya dapat membuat hilangnya nilai-nila budaya masyarakat.
Sesuai dengan peran yang harus ”dimainkan” kurikulum sebagai alat dan pedoman pendidikan,
maka isi kurikulum harus sejalan dengan tujuan pendidikan itu sendiri. Mengapa demikian?
Sebab, tujuan yang harus dicapai oleh pendidikan pada dasarnya mengkristal dalam
pelaksanaan perannya itu sendiri. Dilihat dari cakupan dan tujuannya menurut McNeil (1990)
isi kurikulum memiliki empat fungsi, yaitu 1) fungsi pendidikan umum (Common and General
Education). 2) Suplementasi (Supplementation), 3) Eksplorasi (Esploration) dan 4). Keahlian
(Specialization). Peranan kreatif menekankan bahwa kurikulum harus mampu
mengembangkan sesuatu yang baru sesuai dengan perkembangan yang terjadi dan kebutuhan-
kebutuhan masyarakat pada masa sekarang dan masa mendatang.
Apakah setiap nilai dan budaya lama harus diwariskan kepada setiap anak didik? Apakah setiap
nilai dan budaya baru sesuai dengan perkembangan zaman juga harus dimiliki oleh setiap anak
didik ? Tentu tidak. Tidak setiap nilai dan budaya lama harus tetap dipertahankan, sebab
kadang-kadang nilai dan budaya lama itu sudah tidak sesuai dengan tuntutan perkembangan
masyarakat; demikian juga ada kalanya nilai dan budaya baru itu juga tidak sesuai dengan nilai-
nilai lama yang masih relevan dengan keadaan dan tuntutan zaman. Dengan demikian
kurikulum berperan untuk menyeleksi nilai dan budaya mana yang perlu dipertahankan, dan
nilai atau buadaya baru yang mana yang harus dimiliki anak didik. Dalam rangka inilah peran
kritis dan evaluatif kurikulum diperlukan. Kurikukum harus berperan dalam menyeleksi dan
mengevaluasi segala sesuatu yang dianggap bermanfaat untuk kehidupan anak didik. Peranan
ini dilatarbelakangi oleh adanya kenyataan bahwa nilai-nilai dan budaya yang hidup dalam
masyarakat senantiasa mengalami perubahan, sehingga pewarisan nilai-nilai dan budaya masa
lalu kepada siswa perlu disesuaikan dengan kondisi yang terjadi pada masa sekarang.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Awal mulanya kata curriculum digunakan dalam bidang olahraga karena memiliki arti suatu
jarak yang harus ditempuh oleh pelari mulai dari garis start sampai dengan finish. Namun pada
tahun 1995 istilah kurikulum digunakan dalam dunia pendidikan, dengan pengertian sebagai
rencana dan pengaturan tentang sejumlah mata pelajaran yang harus dipelajari peserta didik
dalam menempuh pendidikan di lembaga pendidikan. Berdasarkan seluruh pandangan dari
berbagai sudut mengenai pengertian kurikulum, maka dapat disimpulkan pengertian kurikulum
adalah sederet rancangan peraturan pembelajaran yang dibuat oleh institusi pendidikan untuk
membantu peserta didik mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Pengertian kurikulum terus berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktik
pendidikan. Namun dalam pengkajiannya bisa ditinjau melalui sudut pandang dimensi yang
telah dikemukakan oleh para ahli diantaranya : R. Ibrahim (2005) yang mengelompokkan
kurikulum menjadi tiga dimensi, yaitu: kurikulum sebagai substansi, kurikulum sebagai sistem,
dan kurikulum sebagai bidang studi. Ada pula Hamid Hasan (1988) yang mengelompokan
kurikulum menjadi empat dimensi dimana satu dimensi dengan dimensi lainnya saling
berhubungan. Kemudian Purwadi (2003) yang memilah pengertian kurikulum menjadi enam
bagian.
Kurikulum dalam pendidikan formal di sekolah atau madrasah memiliki fungsi sebagai acuan
atau pedoman dalam kegiatan pendidikan. Selain itu memiliki peranan yang sangat strategis
dan menentukan pencapaian tujuan pendidikan diantaranya ada peranan konservatif, kreatif
serta kritis dan evaluatif.
http://mhadhicahyadi.blogspot.com/2014/12/makalah-pengertian-dimensi-fungsi-dan.html